Oleh:
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
2.2.1 Etiologi.......................................................................... 7
2.2.2 Patofisiologi.................................................................. 7
2.2.3 Gejala............................................................................ 8
2.2.4 Diagnosis....................................................................... 8
KKP........................................................................................ 13
2.6 Pengeahuan.................................................................................17
3.2 Do........................................................................................... 28
3.3. Check...................................................................................... 28
3.4 Action..................................................................................... 29
Halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Etiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi etiologi penyakit meningitis bakteri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, faktor-faktor risiko (seperti
gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan sickle cell disease), serta variasi
musim dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya meningitis bakteri. Hal ini
penting diketahui untuk pengambilan keputusan dalam terapi empirik.
Keberhasilan penggunaan vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) secara luas
selama beberapa tahun terakhir telah merubah epidemiologi bakteri meningitis
secara signifikan.9 Haemophilus influenza merupakan organisme penyebab
meningitis bakteri yang paling banyak ditemukan pada seluruh kelompok umur
dan secara signifikan telah mengalami penurunan dari 48% menjadi 7% dari
seluruh kasus.9 Pada kasus yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis
masih menunjukkan persentase kejadian yang konstan yaitu pada 14% – 25%,
pada beberapa kasus terjadi antara umur 2-18 tahun. Staphyloccocus pneumonia
menjadi penyebab paling sering pada seluruh kelompok umur. Organisme
penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas beberapa golongan umur,
yaitu:
1. Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monocytogenesis.
2. Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza, Meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus, Pneumococcus.
2.2.2 Patofisiologi
Bakteri yang umumnya menyebabkan meningitis adalah patogen di
nasofaring, dimana faktor predisposisi seperti infeksi saluran nafas bagian atas
harus ada sebelum bakteri beredar dalam darah. Meningitis bakteri juga dapat
muncul akibat infeksi telinga, gigi, atau paraspinal (akibat trauma atau
neurosurgery yang merusak barrier anatomis).10 Pada saat patogen memasuki
sistem saraf pusat melalui plexus choroideus atau area dengan perubahan sawar
darah otak, terjadi peristiwa yang bertahap, diawali dengan bermultiplikasinya
bakteri di ruang subarachnoid. Adanya komponen dinding sel bakteri memicu
produksi sitokin termasuk interleukin-1, tumor nekrosis faktor, dan prostaglandin
E2, yang memicu peningkatan aliran darah ke otak. Sitokin juga mengubah
permeabilitas sawar darah otak dengan cara mengganggu integritas tight junction
sehingga menyebabkan terjadinya edema cerebral. Peningkatan tekanan
intrakranial menyebabkan peningkatan aliran darah dan edema sehingga terjadi
penurunan perfusi serebral. Proses inflamasi menyebabkan terjadinya vaskulitis
dan trombotik yang berkontribusi pada terjadinya iskemia serebral.9
2.2.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis meningitis bakteri akut, tidak cukup hanya
berdasarkan tanda dan gejala yang mengarah ke proses patologis dari meningeal
atau intrakranial. Hal ini disebabkan adanya penyakit dengan tanda dan gejala
yang serupa sehingga dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan cairan serebrospinal. Diagnosis dini dan
pemberian antibiotik sesegera mungkin, dapat mengurangi angka kematian dan
kecacatan bila dibandingkan memperpanjang durasi terapi. Kematian dan sekuel
jangka panjang merupakan akibat inflamasi dan kerusakan neural akibat iskemi,
yang sering terjadi pada tahap sebelum dan awal pemberian antibiotik. Oleh
karena itu, ahli medis harus segera melakukan lumbal pungsi pada anak yang
memiliki riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mendukung kearah
diagnosis, kecuali jika terdapat kontraindikasi terhadap tindakan tersebut, seperti
peningkatan tekanan intrakranial, uncorrected coagulopathy,dan terdapat
gangguan kardiopulmoner.9
Pasien yang memiliki tanda peningkatan tekanan intrakranial, lumbal
pungsi harus ditunda hingga dilakukan pemeriksaan CT Scan. Hasil dari CT Scan
yang normal belum tentu menyingkirkan adanya peningkatan tekanan intrakranial
dan bila hasil CT scan terdapat kelainan, maka lumbal pungsi ditunda dan terapi
antibiotik dapat langsung dimulai. Diagnosis meningitis bakteri biasanya
dikonfirmasi dengan melakukan analisis bakteriologis menggunakan mikroskop
dan kultur bakteri dari cairan serebrospinal (CSS). Jika analisis kultur bakteri dari
cairan serebrospinal sulit/tidak dapat dilakukan, maka diagnosis dapat dilakukan
dengan melihat hasil CT scan kepala dan adanya abnormalitas secara biokimiawi
pada cairan serebrospinal. Pasien dengan meningitis bakteri biasanya ditunjukkan
dengan hasil uji laboratorium, seperti jumlah sel lebih besar dari 32/mm3, tingkat
protein lebih dari 150 mg/dL, tingkat glukosa kurang dari 1 mmol/L. Protein pada
cairan serebrospinal harus diukur karena pada meningitis bakteri nilai protein
biasanya meningkat dan konsentrasi glukosa pada cairan serebrospinal harus
dibandingkan dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Pada pasien dengan
meningitis bakteri yang menjadi tolak ukur adalah penurunan glukosa cairan
serebrospinal dan rasio antara serebrospinal dengan glukosa darah (sekitar 66%).
Metode serologi seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat mendeteksi
antigen dari organisme bakteri pada cairan serebrospinal. Serum elektrolit perlu
diukur karena Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) sering
terjadi pada meningitis bakteri walaupun hiponatremia tercatat hanya terjadi pada
35% kasus. Leukopenia, trombositopenia dan koagulopati dapat terjadi di infeksi
meningokokal. Pemeriksaan leukosit periferal pada pneumokokal meningitis dan
viral meningitis biasanya masih dalam kisaran normal namun pada beberapa
kasus, terdapat peningkatan.9
monocytogenes, E. Coli
Vancomycin
(termasuk P. aeruginosa)
1. Pendaftaran
1. Ruang pendaftaran :
pendaftaran bagi jemaah calon umroh dengan mengisiform
pendaftaran
melampirkan foto 1 lembar pass photo 4x6
melampirkan foto copy pasport dan foto copy KTP
2. Ruang laboratorium
Pemeriksaan kehamilan bagi wanita usia subur (15-49 tahun).
3. Ruang pemeriksaan
Pemeriksaan kesehatan jemaah calon umroh oleh dokter pelabuhan
4. Loket pembayaran
Pembayaran PNBP vaksinasi
5. Ruang Vaksinasi ( penyuntikan vaksin meningitis)
7. Silahkan print file yang sudah didonwload untuk diserahkan saat pelayanan
vaksinasi
2.5 Kartu Kewaspadaan (health alert card)
Strategi Kementerian Kesehatan dalam mencegah penyakit masuk ke
Indonesia, salah satu caranya dengan membagikan kartu deteksi Health Alert
Card kepada masyarakat. Kartu ini dibagikan kepada masyarakat yang baru tiba
di Indonesia melalui Bandara dan Pelabuhan setelah melakukan perjalanan dari
negara terjangkit. Kartu kewaspadaan merupakan kartu yang diberikan kepada
jemaah umroh.7 Kartu ini merupakan sebagai alat kontrol bagi jamaah yang telah
kembali ke daerah masing masing. Setiap jamaah harus mengisi kartu identitas
dengan benar. Kartu ini juga merupakan menjadi rujukan terkait kondisi kesehatan
yang pernah dialami jemaah. Di dalam Health Alert Card terdapat informasi yang
menyebutkan apabila dalam kurun waktu sampai dengan 14 hari sejak kunjungan
menunjukan tanda atau gejala, seperti demam, nyeri persendian, atau terdapat
ruam/bercak pada kulit, diharapkan segera melaporkan ke fasilitas kesehatan yang
ada, seperti rumah sakit atau puskesmas.7
2.6 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
segala sesuatu yang diketahui dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan.17
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.17
Pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoadmodjo mempunyai 6
tingkatan yaitu:17
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang
di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Tingkatan ini merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek.
BAB III
OPTIMALISASI SOSIALISASI MENGENAI MENINGITIS, VAKSIN
MENINGITIS DAN PENGGUNAAN HEALTH ALERT CARD PADA
JEMAAH UMRAH DI KKP KELAS II PEKANBARU
Metode yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini adalah Plan,
Do, Check and Action (PDCA) cycle didasari atas masalah yang akan dihadapi
kearah penyelesaian masalah.
3.1 Plan
Kegiatan plan dilaksanakan pada tanggal 9-15 April 2018 dengan kegiatan
sebagai berikut:
Wawancara dengan
Belum optimalnya jemaah umrah yang
sosialisasi mengenai sedang melakukan
peningkatan kualitas vaksinasi meningitis di
gizi pada jemaah umrah KKP Kelas II Pekanbaru
di tanah suci. didapatkan informasi
bahwa kurangnya
pengetahuan mengenai
peningkatan kualitas gizi
pada jemaah umrah.
Wawancara dengan
kepala seksi PKSE,
UKLW dan dokter KKP
kelas II Pekanbaru
didapatkan informasi
bahwa belum
optimalnya sosialisasi
mengenai peningkatan
kualitas gizi pada
jemaah umrah.
c. Method
Belum optimalnya Dari hasil wawancara terhadap dokter
jadwal sosialisasi dan kepala seksi PKSE di KKP Kelas II
meningitis, vaksin Pekanbaru didapatkan informasi bahwa
meningitis dan belum optimalnya jadwal sosialisasi
penggunaan health meningitis, vaksin meningitis dan
alert card pada penggunaan health alert card pada
jemaah umrah di KKP jemaah umrah di KKP Kelas II
Kelas II Pekanbaru. Pekanbaru.
25
Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
No Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
1. Market
Kurangnya Mengadakan Meningkatkan Jemaah KKP Kelas II Dokter 28 April Jangka pendek: Dokumentasi
pengetahuan penyuluhan pengetahuan umrah Pekanbaru Muda 2018 Dilaksanakannya kegiatan
jemaah umrah berkelanjutan jemaah umrah IKM- sosialisasi kepada penyuluhan
mengenai berupa mengenai IKK FK jemaah umrah
meningitis, sosialisasi meningitis, UR mengenai
vaksin kepada jamaah vaksin meningitis, vaksin
meningitis dan umrah yang meningitis dan meningitis dan
penggunaan berisi materi penggunaan penggunaan health
health alert mengenai health alert alert card.
card. meningitis, card. Jangka panjang:
vaksin Jemaah umrah
meningitis dan diharapkan dapat
penggunaan meneruskan
health alert sosialisasi
card. mengenai
meningitis, vaksin
meningitis dan
penggunaan
health alert card.
Lanjutan Tabel 3.4 POA
Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Pengukuran
No Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Kriteria Keberhasilan
Masalah Kegiatan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
2. Material
Belum adanya Merangcang dan meningkatkan Jemaah KKP Kelas II Dokter 28April Jangka pendek: Dokumentasi
media informasi membuat video pengetahuan umrah Pekanbaru Muda 2018 Tersedianya media kegiatan pemutaran
seperti video sosialisasi yang jemaah umrah IKM-IKK informasi berupa video video sosialisasi
sosialisasi yang berisikan mengenai alur FK UR sosialisasi
berisi informasi informasi pemberian Jangka panjang:
mengenai alur mengenai alur vaksin Jamaah umrah dapat
pemberian vaksin pemberian meningitis dan lebih memahami
meningitis dan vaksin penggunaan mengenai meningitis,
penggunaan meningitis dan health alert vaksin meningitis dan
health alert card. penggunaan card. peng-gunaan health
health alert alert card.
card.
3. Methode
Belum ada jadwal Memberikan agar terdapat Kepala seksi KKP Kelas II Dokter 28 April Jangka pendek:
sosialisasi rekomendasi pemerataan PKSE dan Pekanbaru Muda 2018 Tersampaikannya
kesehatan jemaah kepada kepala sosialisasi UKLW KKP IKM-KK rekomendasi.
umrah dari KKP seksi PKSE kesehatan kelas II FK UR Jangka panjang:
Kelas II untuk membuat jemaah umrah. Pekanbaru Tersedianya jadwal
Pekanbaru. sosialisasi untuk kegiatan
kepada jemaah sosialisasi kesehatan
umrah mengenai jemaah umrah.
meningitis,
vaksin
meningitis dan
penggunaan
health alert
card.
3.1.6 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam sosialisasi meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru adalah :
a. Melakukan sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card adalah penyampaian informasi
kepada jemaah umrah yang melakukan vaksinasi di KKP Kelas II Pekanbaru, sehingga diharapkan jemaah umrah
memiliki pengetahuan mengenai meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card dan juga dapat
menyebarluaskan atau memberikan informasi tersebut kepada jemaah umrah lainnya sebagai salah satu upaya
pencegahan.
b. Menyediakan media informasi seperti video sosialisasi mengenai pembahasan meningitis, vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card adalah penyampaian informasi dengan menggunakan media elektronik yang berbentuk
video dengan durasi ±3 menit sehingga mempermudah penerimaan pesan-pesan mengenai pengetahuan mengenai
meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card.
c. Rekomendasi membuat sosialisasi kepada jemaah umrah adalah rekomendasi yang diberikan oleh dokter muda kepada
pihak KKP Kelas II Pekanbaru agar dapat berkoordinasi untuk melakukan sosialiasi kesehatan jemaah umrah.
3.2 Do
Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of Action (PoA). Pelaksanaan kegiatan
kesehatan perbatasan dalam rangka sosialisasi mengenai meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card
pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru sebagai berikut:
Tabel 3.5 Do dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka optimalisasi sosialisasi mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru
No Kegiatan Keterangan
1 Dokter muda melakukan sosialisasi kepada jemaah Terlaksana sesuai POA
umrah mengenai meningitis, vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card.
2 Dokter muda merancang dan menyediakan media Terlaksana sesuai POA
informasi seperti video sosialisasi dengan durasi 5
menit kepada jemaah umrah mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert
card.
3
Dokter muda memberikan rekomendasi kepada Kepala
Terlaksana sesuai POA
Seksi PKSE dan UKLW untuk membuat jadwal
penyuluhan pada jemaah umrah mengenai sosialisasi
kesehatan jemaah umrah dan diharapkan nantinya
disosialisasikan kepada jemaah umrah lainnya.
3.3 Check
Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana keadaan sesudah intervensi dapat dilihat
pada tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Check dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka optimalisasi sosialisasi mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru.
No Kegiatan Deskripsi Sebelum Deskripsi Sudah
Intervensi Intervensi
1 Dokter muda melakukan Pihak KKP Kelas II Jangka pendek:
sosialisasi kepada jemaah Pekanbaru seksi PKSE di Terlaksananya sosialisasi
umrah mengenai meningitis, KKP Kelas II Pekanbaru tanggal 30 April 2018
vaksin meningitis dan belum optimal melakukan kepada jemaah umrah
penggunaan health alert sosialisasi sebelumnya mengenai meningitis, vaksin
card. mengenai meningitis, meningitis dan penggunaan
vaksin meningitis dan health alert card bertempat
penggunaan health alert di KKP Kelas II Pekanbaru
card.
3.4 Action
Semua alternatif pemecahan masalah berupa penyuluhan kepada jamaah umrah mengenai meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card melalui video edukasi yang berisikan mengenai meningitis, vaksin meningitis
dan penggunaan health alert card ditinjau dari indikator jangka pendek serta jangka panjang yang belum dapat dinilai
apakah bisa dijadikan standarisasi atau tidak dan memerlukan waktu untuk menilai keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenag : Minat Umrah Meningkat Signifikan. Kemenag Republik Indonesia. 2016. Diakses pada tanggal 22 April
2018. Tersedia dalam : https://haji.kemenag.go.id/v3/content/kemenag-minat-umrah-meningkat-signifikan
2. 1,1 Juta Visa Umrah Telah Keluar. Kemenag Republik Indonesia. 2015. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia
dalam : https://haji.kemenag.go.id/v3/content/11-juta-visa-umrah-telah-keluar
3. Control of epidemic meningococcal disease. WHO practicalguidelines. 2nd edition. WHO. 2017. Diakses pada tanggal
22 April 20198. Tersedia dalam : http://www.who.int/csr/resources/publications/meningitis/whoemcbac983.pdf
4. Kemenkes Ketatkan Pengawasan International Certificate of Vaccination (ICV) Meningitis. Kemenkes Republik
Indonesia. 2013. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam :
http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=2274&id=kemenkes-ketatkan-pengawasan-international-
certificate-of-vaccination-(icv)-meningitis.html
5. Nadel S. Treatment Of Meningococcal Disease. Journal of Adolescent Health. London; 2016: 21-8
6. Meningococcal disease –Nigeria. WHO. 2017. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam :
http://www.who.int/csr/don/24-march-2017-meningococcal-disease-nigeria/en/
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cegah Zika : Health Alert Card Diutamakan Dibanding Thermal Scanner.
Jakarta: Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016
8. Profil KKP Pekanbaru. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam : www.kespelpekanbaru.com
9. Meisadona G, Soebroto D, Estiasari R.2015. diagnosis dan tatalaksana meningitis bakterial. Departemen Neurologi
Fakultas kedokteraan indonesia. CDK-224, Vol.42. 2015.
10. Ropper AH, Brown RH. Adam and Victor’s principles of neurology. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.
11. Brouwer M, Van De Beek D, Thwaites G. Dilemmas in the diagnosis of bacterial meningitis. Lancet 2012;380:hal.
1684-92
12. Kamus Kedokteran, Jakarta: IKPI Karya Uniperss, cet. ke-23, 1999, hal. 373.
13. I.G.N. Ranuh, et. al., Buku Imunisasi di Indonesia, Jakarta: Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2001, hal.
9.
14. J.B. Suharjo B. Cahyono, Vaksinasi, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hal. 140.
15. Karnen Garna Baratawidjaja, Imonologi Klinik Edisi 2, Jakarta: Fakultas Kedokteran Undip, 2003, hlm. 340.
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2013 tentang
Pemberian Sertifikat Vaksinasi International, 2013. Dapat diakses pada:
http://Kespel.depkes.go.id/uploads/imgreference/201508050813.pdf
17. Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta; 2007.