Anda di halaman 1dari 40

Modul Kesehatan Perbatasan

OPTIMALISASI SOSIALISASI MENGENAI MENINGITIS, VAKSIN


MENINGITIS, DAN PENGGUNAAN HEALTH ALERT CARD PADA
JEMAAH UMROH DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II
PEKANBARU

Oleh:

Kholid Damri, S.Ked


Puja Iklima, S.Ked
Yesi Rahayu Putri, S.Ked

Pembimbing :

Dr. Zahtamal, SKM, M. Kes


drg. Tuti Restuastuti, M. Kes
dr. Fachriani Putri, MKM

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul

“ Optimalisasi Sosialisasi Mengenai Meningitis, Vaksin Meningitis, Dan


Penggunaan Health Alert Card Pada Jemaah Umroh Di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Pekanbaru”

Makalah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan kelulusan


Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas (IKM-KK) Fakultas Kedokteran Universitas Riau periode 02 April
2018 – 05 Mei 2018.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala


Seksi UKLW, Kepala Seksi PKSE, dokter KKP, serta staf pekerja di KKP Kelas II
Pekanbaru yang telah membantu penulis mencari informasi dan data dalam
pembuatan makalah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dosen
pembimbing Dr. Zahtamal, SKM, M.Kes, drg. Tuti Restuastuti, M.Kes, Fifia
Chandra, SKM, MKM, dr. Fachriani, MKM dan Ridha Restila, SKM, MKM, serta
pihak-pihak terkait yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan
kepada penulis dalam penyelesaian makalah kelompok ini. Dalam penulisan
skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan serta bantuan
dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna


bagi seluruh pembaca dan pihak - pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 26 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar belakang........................................................................ 1

1.2 Tujuan kegiatan...................................................................... 3

1.3 Manfaat kegiatan.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru................. 5

2.1.1 Definisi Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru....... 5

2.1.2 Seksi pengendalian karantina survailan epidemiologi.. 5

2.1.3 Seksi upaya kesehatan lintas wilayah........................... 6

2.2 Meningitis bakteri.................................................................. 6

2.2.1 Etiologi.......................................................................... 7

2.2.2 Patofisiologi.................................................................. 7

2.2.3 Gejala............................................................................ 8

2.2.4 Diagnosis....................................................................... 8

2.2.4 Penatalaksanaan meningitis bakteri.............................. 10

2.3 Vaksin meningitis................................................................... 11

2.3.1 Definisi vaksin meningitis............................................ 11

2.3.2 Efek samping vaskin meningitis........................................12


2.4 Prosedur pemberian sertifikat vaksinasi internasional di KKP dan

alur pelayanan vaksinasi......................................................... 13

2.4.1 Prosedur pemberian sertifikat vaksiansi internasional di

KKP........................................................................................ 13

2.4.2 Alur pelayanan vaksinasi...................................................14

2.4.3 Alur pengisian vaksin online.............................................14

2.5 Kartu kewaspadaan (health alert card)......................................16

2.6 Pengeahuan.................................................................................17

BAB III Optimalisasi sosialisasi mengenai meningitis , vaksin meningitis


dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP
Kelas II Pekanbaru....................................................................... 19
3.1 Plan........................................................................................ 19

3.1.1 Identifikasi masalah...................................................... 19

3.1.2 Penentuan prioritas masalah......................................... 21

3.1.3 Analisis penyebab masalah........................................... 23

3.1.4 Analisis tulang ikan....................................................... 24

3.1.5 Plan of Action............................................................... 25

3.1.6 Definisi operasional...................................................... 27

3.2 Do........................................................................................... 28

3.3. Check...................................................................................... 28

3.4 Action..................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30


LAMPIRAN…................................................................................................ 32
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pilihan antibiotik pada meningitis............................................... 10

Tabel 3.1 Identifikasi masalah..................................................................... 20

Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah........................................................ 22

Tabel 3.3 Analisis penyebab masalah.......................................................... 23

Tabel 3.4 Plan of action............................................................................... 26

Tabel 3.5 Do dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka optimalisasi


sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert
card pada jemaah umroh di KKP Kelas II Pekanbaru ................ 28

Tabel 3.6 Check dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka


optimalisasi sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan
health alert card pada jemaah umroh di KKP Kelas II Pekanbaru
...................................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar belakang


Haji dalam Islam merupakan salah satu ibadah pokok yang diwajibkan
bagi setiap muslim yang sudah mampu wajib menunaikannya satu kali seumur
hidup, yang telah Allah tetapkan ketentuan dan petunjuknya. Namun saat ini
warga Indonesia lebih antusias dalam melaksanakan umrah, hal tersebut berkaitan
dengan masa tunggu haji yang semakin lama sehingga umrah menjadi alternatif
untuk beribadah ke tanah suci. 1 Pada tahun 2015 Sebanyak 1,1 juta visa telah
dikeluarkan untuk jamaah umrah Indonesia berdasarkan keterangan pejabat di
kementrian haji di Arab Saudi yang dirilis oleh Kantor Urusan Haji Indonesia.2
Arab Saudi sebagai negara tempat berkumpulnya umat Islam dari segala
penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji maupun umroh. Arab Saudi
berdekatan dengan “African meningitis belt” yang merupakan daerah endemis
terjadinya meningitis meningokokus.3 Sehingga, pemerintah Arab Saudi
mewajibkan seluruh jemaah haji maupun umroh untuk mendapatkan vaksin
meningitis terlebih dahulu sebelum memasuki Arab Saudi. Peraturan ini terdapat
dalam Nota Diplomatik Dubes Arabia di Jakarta No. 211/94/71/577 tanggal 1 Juni
2006 dan International Health Regulation 2005.4
Pemberian vaksin dilakukann maksimal dua minggu sebelum
keberangkatan, karena efektifitas vaksin mulai terbentuk 10-14 hari setelah
pemberian. Setelah memperoleh vaksinasi Meningitis Meningokokus, barulah
calon jemaah umrah akan diberikan kartu International Certificate of Vaccination
(ICV) sebagai syarat memperoleh izin visa dari pemerintah Arab Saudi.4
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan
cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entrée utama pada
penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui
pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk
secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan
memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput
otak dan otak.5 Sekitar 430 juta manusia di dunia beresiko tertularnya meningitis.
Pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 1407 kasus dugaan meningitis dan 211
kematian (tingkat kematian kasus: 15%) telah dilaporkan dari lima negara bagian
Nigeria sejak Desember 2016. Kelompok usia yang paling banyak adalah usia 5
hingga 14 tahun. Dan persentase terjadinya pada jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan sama.6
Strategi Kementerian Kesehatan dalam mencegah penyakit masuk ke
Indonesia, salah satu caranya dengan membagikan kartu deteksi Health Alert
Card (HAC) kepada masyarakat. Kartu ini dibagikan kepada masyarakat yang
baru tiba di Indonesia melalui Bandara dan Pelabuhan setelah melakukan
perjalanan dari negara terjangkit. Kartu kewaspadaan merupakan kartu yang
diberikan kepada jemaah umroh. Kartu ini merupakan sebagai alat kontrol bagi
jamaah yang telah kembali ke daerah masing masing. Setiap jamaah harus
mengisi kartu identitas dengan benar. Kartu ini juga merupakan menjadi rujukan
terkait kondisi kesehatan yang pernah dialami jemaah. Di dalam health alert card
terdapat informasi yang menyebutkan apabila dalam kurun waktu sampai dengan
10 hari sejak kunjungan menunjukan tanda atau gejala, seperti demam, nyeri
persendian, atau terdapat ruam/bercak pada kulit, diharapkan segera melaporkan
ke fasilitas kesehatan yang ada, seperti rumah sakit atau puskesmas.7
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memiliki fungsi salah satunya
pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan kejadian
luar biasa dan bencana bidang kesehatan. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
terdiri dari beberapa seksi yaitu Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL), Upaya
Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW) dan Upaya Pengendalian Karantina dan
Surveilans Epidemiologi (PKSE). Seksi UKLW berperan dalam melakukan
sosialisasi kesehatan jemaah umrah di wilayah kerja KKP termasuk Bandara
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.11
Hasil wawancara dengan kepala seksi UKLW dan kepala seksi PKSE KKP
Kelas II Pekanbaru, didapatkan adanya jemaah umrah yang belum paham
mengenai meningitis, pentingnya vaksin meningitis, dan penggunaan health alert
card yang diberikan pada jemaah umroh. Berdasarkan wawancara dengan 10
jemaah umrah menggunakan instrumen wawancara yang berada di KKP kelas II
Pekanbaru saat melakukan pemeriksaan kesehatan dan menjalani vaksin,
didapatkan hasil bahwa jemaah umrah masih ada yang tidak mengetahui bahaya
dari meningitis yang dapat mengakibatkan kematian, informasi mengenai vaksin
meningitis dan penggunaan dari health alert card yang diberikan bagi jemaah
umroh.
Berdasarkan salah satu kegiatan KKP seksi UKLW mengenai sosialisi
kesehatan pada jemaah haji dan umrah, belum optimalnya sosialisasi mengenai
meningitis, vaksin meningitis, dan penggunaan health alert card para jemaah
umrah. Berdasarkan wawancara dengan jemaah umrah dikantor KKP kelas II
Pekanbaru saat menjalani vaksin, ditemukan kurangnya pengetahuan mengenai
meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card. Berdasarkan
paparan diatas, penulis merasa perlu melakukan optimalisasi sosialisasi , vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card para jemaah umrah pada wilayah
KKP Kelas II Pekanbaru.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah terlaksananya optimalisasi
sosialisasi, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card para jemaah
umrah pada wilayah KKP Kelas II Pekanbaru.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
a. Didapatkan identifikasi masalah tentang sosialisasi kesehatan pada
jemaah umrah.
b. Diketahui prioritas masalah tentang sosialisasi kesehatan pada jemaah
umrah.
c. Diketahui penyebab timbulnya masalah adalah belum optimalnya
sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert
card pada jemaah umrah di tanah suci pada wilayah KKP Kelas II
Pekanbaru.
d. Didapatkan beberapa alternatif dalam sosialisasi meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di tanah
suci pada wilayah KKP Kelas II Pekanbaru.
e. Dilaksanakannya alternatif pemecahan masalah dengan sosialisasi
meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card pada
jemaah umrah di tanah suci pada wilayah KKP Kelas II Pekanbaru.
f. Terevaluasinya pemecahan masalah sosialisasi meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di tanah
suci pada wilayah KKP Kelas II Pekanbaru.

1.3 Manfaat Kegiatan


a. Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di tanah
suci, sehingga kejadian meningitis dapat diatasi.
b. KKP Kelas II Pekanbaru
Tercapainya target sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card pada jemaah umrah di tanah suci dan
diharapkan kejadiaan kejadian meningitis dapat dihindari.
c. Dokter Muda
Menambah wawasan bagi penulis terhadap meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di
tanah suci.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru


2.1.1 Definisi Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Dirjen PP dan PL) . KKP Kelas II Pekanbaru terletak di Provinsi
Riau dan beralamat di jalan Rajawali Sakti Panam Pekanbaru. Berdasarkan
Permenkes nomor 2348 tahun 2011, KKP memiliki struktur organisasi yaitu
kepala, Kasubag TU, Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans
Epidemiologi (PKSE), Kepala Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) dan
Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW). KKP Kelas II
Pekanbaru memiliki 7 (tujuh) wilayah kerja dengan perincian 6 wilayah kerja
adalah pelabuhan laut dan sungai, serta 1 wilayah kerja bandar udara.8

2.1.2 Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)


a. Pengertian Karantina Kesehatan
Karantina merupakan kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari
sumber penyakit atau seseorang yang terkena penyakit atau bagasi, container, alat
angkut, komoditi, yang mempunyai risiko menimbulkan penularan penyakit pada
manusia.
Karantina kesehatan adalah tindakan karantina dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit serta faktor risiko gangguan kesehatan dari dan atau
keluar negeri serta dari suatu area lain dari dalam negeri melalui pelabuhan,
bandara, dan lintas batas darat.
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai
tugas antara lain melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan
laporan dibidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit
potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA (Obat, Makanan,
Kosmetik, Alat-alat kesehatan serta Bahan Adiktif), jejaring kerja, kemitraan,
kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang
kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Pelaksanaan tugas tersebut diatas, dirumuskan melalui fungsi yang harus
dilakukan melalui berbagai program kegiatan.8
2.1.3 Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah
Seksi UKLW antara lain8 :
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pelayanan kesehatan haji
c. Pengawasan kesehatan matra pada situasi khusus
d. Pengujian kesehatan nakhoda, anak buah kapal, dan penjamah makanan
e. Vaksinasi
f. Sosialisasi kesehatan pada jemaah haji dan umrah
g. Pengawasan pengangkutan orang sakit
h. Pelayanan surat keterangan kesehatan
i. Pengawasan pengangkutan jenazah
j. Pengawasan obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama pada
kecelakaan
k. Skrining kesehatan penyakit tidak menular
l. Penemuan dan tata laksana penyakit infeksi menular seksual.

2.2 Meningitis Bakteri


Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meninges, suatu membran
yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang belakang). Meningitis
dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungi, juga karena kejadian noninfeksi
seperti inflamasi karena pengobatan, cochlear implant, atau keganasan.
Meningitis bakteri adalah penyakit infeksi parah yang disebabkan oleh bakteri
pada selaput otak dan sumsum tulang belakang. meningen, terutama araknoid dan
piamater, yang terjadi karena invasi bakteri kedalam ruang subaraknoid. Pada
Mengitis bakteri, terjadi rekrutmen leukosit ke dalam cairan serebrospinal (CSS).9
Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga mengenai
parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel (ventrikulitis), bahkan bisa
menyebar ke medula spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada struktur
hipokampus, diduga sebagai penyebab potensial defisit neuropsikologik persisten
pada pasien yang sembuh dari meningitis.9,10

2.2.1 Etiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi etiologi penyakit meningitis bakteri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, faktor-faktor risiko (seperti
gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan sickle cell disease), serta variasi
musim dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya meningitis bakteri. Hal ini
penting diketahui untuk pengambilan keputusan dalam terapi empirik.
Keberhasilan penggunaan vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) secara luas
selama beberapa tahun terakhir telah merubah epidemiologi bakteri meningitis
secara signifikan.9 Haemophilus influenza merupakan organisme penyebab
meningitis bakteri yang paling banyak ditemukan pada seluruh kelompok umur
dan secara signifikan telah mengalami penurunan dari 48% menjadi 7% dari
seluruh kasus.9 Pada kasus yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis
masih menunjukkan persentase kejadian yang konstan yaitu pada 14% – 25%,
pada beberapa kasus terjadi antara umur 2-18 tahun. Staphyloccocus pneumonia
menjadi penyebab paling sering pada seluruh kelompok umur. Organisme
penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas beberapa golongan umur,
yaitu:
1. Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monocytogenesis.
2. Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza, Meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus, Pneumococcus.

2.2.2 Patofisiologi
Bakteri yang umumnya menyebabkan meningitis adalah patogen di
nasofaring, dimana faktor predisposisi seperti infeksi saluran nafas bagian atas
harus ada sebelum bakteri beredar dalam darah. Meningitis bakteri juga dapat
muncul akibat infeksi telinga, gigi, atau paraspinal (akibat trauma atau
neurosurgery yang merusak barrier anatomis).10 Pada saat patogen memasuki
sistem saraf pusat melalui plexus choroideus atau area dengan perubahan sawar
darah otak, terjadi peristiwa yang bertahap, diawali dengan bermultiplikasinya
bakteri di ruang subarachnoid. Adanya komponen dinding sel bakteri memicu
produksi sitokin termasuk interleukin-1, tumor nekrosis faktor, dan prostaglandin
E2, yang memicu peningkatan aliran darah ke otak. Sitokin juga mengubah
permeabilitas sawar darah otak dengan cara mengganggu integritas tight junction
sehingga menyebabkan terjadinya edema cerebral. Peningkatan tekanan
intrakranial menyebabkan peningkatan aliran darah dan edema sehingga terjadi
penurunan perfusi serebral. Proses inflamasi menyebabkan terjadinya vaskulitis
dan trombotik yang berkontribusi pada terjadinya iskemia serebral.9

2.2.3 Gejala Meningitis


Gejala peradangan otak umumnya mirip yaitu panas tinggi, sakit kepala,
mual dan muntah, kemerahan dikulit, disusul kaku pada tengkuk, kejang dan
terjadi penurunan kesadaran. Penyakit radang selaput otak meningitis, menular
melalui kontak langsung dengan bakteri lewat sekret hidung atau tenggorokan
penderita melalui percikan ludah. Umumnya, penularan lebih sering terjadi
melalui pembawa dari penderitanya. Penyakit ini di sebabkan oleh kuman
neisseria meningitis yang terdiri dari banyak serogroup dan yang sering
menyebabkan penyakit adalah serogrup A, B, C, Y, dan W-135.11

2.2.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis meningitis bakteri akut, tidak cukup hanya
berdasarkan tanda dan gejala yang mengarah ke proses patologis dari meningeal
atau intrakranial. Hal ini disebabkan adanya penyakit dengan tanda dan gejala
yang serupa sehingga dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan cairan serebrospinal. Diagnosis dini dan
pemberian antibiotik sesegera mungkin, dapat mengurangi angka kematian dan
kecacatan bila dibandingkan memperpanjang durasi terapi. Kematian dan sekuel
jangka panjang merupakan akibat inflamasi dan kerusakan neural akibat iskemi,
yang sering terjadi pada tahap sebelum dan awal pemberian antibiotik. Oleh
karena itu, ahli medis harus segera melakukan lumbal pungsi pada anak yang
memiliki riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mendukung kearah
diagnosis, kecuali jika terdapat kontraindikasi terhadap tindakan tersebut, seperti
peningkatan tekanan intrakranial, uncorrected coagulopathy,dan terdapat
gangguan kardiopulmoner.9
Pasien yang memiliki tanda peningkatan tekanan intrakranial, lumbal
pungsi harus ditunda hingga dilakukan pemeriksaan CT Scan. Hasil dari CT Scan
yang normal belum tentu menyingkirkan adanya peningkatan tekanan intrakranial
dan bila hasil CT scan terdapat kelainan, maka lumbal pungsi ditunda dan terapi
antibiotik dapat langsung dimulai. Diagnosis meningitis bakteri biasanya
dikonfirmasi dengan melakukan analisis bakteriologis menggunakan mikroskop
dan kultur bakteri dari cairan serebrospinal (CSS). Jika analisis kultur bakteri dari
cairan serebrospinal sulit/tidak dapat dilakukan, maka diagnosis dapat dilakukan
dengan melihat hasil CT scan kepala dan adanya abnormalitas secara biokimiawi
pada cairan serebrospinal. Pasien dengan meningitis bakteri biasanya ditunjukkan
dengan hasil uji laboratorium, seperti jumlah sel lebih besar dari 32/mm3, tingkat
protein lebih dari 150 mg/dL, tingkat glukosa kurang dari 1 mmol/L. Protein pada
cairan serebrospinal harus diukur karena pada meningitis bakteri nilai protein
biasanya meningkat dan konsentrasi glukosa pada cairan serebrospinal harus
dibandingkan dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Pada pasien dengan
meningitis bakteri yang menjadi tolak ukur adalah penurunan glukosa cairan
serebrospinal dan rasio antara serebrospinal dengan glukosa darah (sekitar 66%).
Metode serologi seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat mendeteksi
antigen dari organisme bakteri pada cairan serebrospinal. Serum elektrolit perlu
diukur karena Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) sering
terjadi pada meningitis bakteri walaupun hiponatremia tercatat hanya terjadi pada
35% kasus. Leukopenia, trombositopenia dan koagulopati dapat terjadi di infeksi
meningokokal. Pemeriksaan leukosit periferal pada pneumokokal meningitis dan
viral meningitis biasanya masih dalam kisaran normal namun pada beberapa
kasus, terdapat peningkatan.9

2.2.5 Penatalaksanaan Meningitis Bakteri


Prinsip terapi meningitis bakteri adalah pemberian terapi antibiotik secara
tepat dan cepat. Hal ini dapat menurunkan angka kematian dan neurologic
squeleae. Beberapa ahli mengatakan bahwa terapi antibiotik harus dimulai dalam
30 menit setelah dilakukannya evaluasi medik. Terapi awal pada pasien yang
diduga mengalami meningitis bakteri akut tergantung pada gejala-gejala awal
yang diketahui, analisis diagnosis cepat, serta ketersediaan antimikroba dan terapi
adjuvan. Terapi suportif dengan pemberian cairan, elektrolit, analgesik, dan
antipiretik diindikasikan pada pasien yang mengalami meningitis bakteri akut. 9
Pilihan antibotik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Pilihan antibiotik pada meningitis
KaKarakter Pasien Etiologi Tersering Pilihan Antibiotik

Neonatus Streptococcus grup B, L. Ampicillin plus cefotaxime

monocytogenes, E. Coli

Usia 2 bulan-18 tahun N. meningitidis, S. pneumonia, Ceftriaxone atau cefotaxime,


H. dapat

infl uenzae ditambahkan vancomycin

Usia 18-50 tahun S. pneumonia, N. meningitidis Ceftriaxone, dapat


ditambahkan

Vancomycin

Usia >50 tahun S. pneumonia, L. Vancomycin plus ampicillin


monocytogenes, plus

bakteri gram negatif Ceftriaxone

Kondisi S. pneumonia, N. meningitidis, Vancomycin plus ampicillin


immunocompromised L. plus

monocytogenes, S. aureus, cefepime atau meropenem


Salmonella

spp, basil gram negatif aerob

(termasuk P. aeruginosa)

Fraktur basis kranium S. pneumonia, H. infl uenza, Vancomycin plus cefotaxime


group A atau

beta-hemolytic streptococci Ceftriaxone

Cedera kepala; Stafi lococcus, basil gram Vancomycin plus ceftazidime,


pascabedah otak negatif
cefepime, atau meropenem
aerob (termasuk P.
aeruginosa)
2.3 Vaksin Meningitis
2.3.1 Definisi Vaksin Meningitis
Vaksin berasal dari bahasa Inggris yaitu vaccin yang artinya suspensidari
bibit penyakit yang hidup, tetapi telah dilemahkan atau dimatikan untuk
menimbulkan kekebalan dalam tubuh.12 Menurut istilah, vaksin adalah
mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga
patogenesitas (bibit penyakit) atau toksisitasnya (zat racun) hilang tetapi masih
mengandung antigenesitas (zat yang merangsang pembentukan zat anti).13
Sedangkan meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges,
yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri, atau jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak. 13 Vaksin
meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon jamaah umroh untuk
melindungi risiko tertular meningitis meningokokus, meningitis meningokokus
adalah radang selaput otak dan selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut
dan cepat menular. Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang
efektif sehingga terbentuk efektor imunitas dan sel-sel memori. Efektor yang
terbentuk dapat berupa antibodi.14
Vaksinasi ini merupakan imunisasi aktif, karena tubuh dipicu agar
melangsungkan proses respon imun yang menghasilkan terbentuknya efektor
imunitas.15 Makin sering vaksinasi makin banyak jumlah sel memori yang
terbentuk. Hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dalam vaksinasi
sesungguhnya, yaitu tersediannya sel-sel memori yang cukup banyak. Untuk
melindungi tubuh dari infeksi sel-sel memori yang akan merespon untuk
menyediakan efektornya.15 Manfaat vaksinasi meningitis yaitu untuk menciptakan
sistem kekebalan tubuh dari penyakit tersebut. Begitu pentingnya suntikan ini
membuat pihak pemerintah melakukan pengetatan hingga di bandara
pemberangkatan dengan mensyaratkan calon jamaah harus menunjukkan kartu
kuning sebagai bukti telah melakukan suntikan tersebut.
Hal ini lebih di sebabkan untuk memberikan sistem kekebalan tubuh bagi
calon jamaah yang hendak berangkat ke tanah suci agar terhindar dari berbagai
penyakit terutama yang di sebabkan oleh udara serta bersentuhan dengan jama’ah
lain yang potensial membawa penyakit meningitis. Adapun negara pembawa
seperti Afrika, Amerika Latin, Selandia Baru hingga Amerika Utara cukup
berpotensial memberikan kontribusi atas tertularnya penyakit tersebut. Ditakutkan
dengan tertularnya penyakit tersebut dapat membawa penyakit tersebut ke
Indonesia maka dari itu pemeritah mewajibkan bagi calon jamaah haji atau umrah
untuk melakukan vaksinasi meningitis 10 hari sebelum pemberangkatan, karena
jika kurang dari masa tersebut dikhawatirkan sistem antibodi yang diberikan
melalui suntik tersebut tidak tebentuk secara sempurna.15

2.3.2 Efek Samping Vaksin Meningitis


Efek samping yang umum yang dirasakan setelah melakukan vaksin
adalah rasa sakit, pembengkakan, kemerahan dan benjolan di tempat suntikan.
Efek samping setelah mengambil vaksin meningitis adalah:
a. Lemah
Rasa lemah atau perasaan tidak biasa akan terasa pada bagian tangan dan
kaki serius yang menjadi salah satu efek sampingnya. Efek samping ini dapat
terjadi segera setelah injeksi atau setelah 2 sampai 4 minggu setelah injeksi.
b. Demam
Demam dan menggigil akan terjadi setelah menerima vaksin.
c. Pendarahan
Pendarahan yang mungkin terjadi setelah vaksin dapat dikatakan sebagai
efek samping yang serius dari vaksin meningitis. Jika terjadi pendarahan yang
berlebihan atau perdarahan yang tidak juga berhenti. Selain itu, memar yang
berlebihan dapat menjadi tanda dari pendarahan yang tidak biasa. Selain itu,
beberapa efek samping yang mungkin dirasakan seperti sakit kepala, kelelahan,
nyeri sendi, diare, muntah, kehilangan nafsu makan atau ruam ringan pada kulit.
Efek samping mungkin saja timbul karena reaksi dari obat yang disuntikan.
Vaksinasi meningitis tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, karena dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian bagi janinnya.
2.4 Prosedur Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional di KKP dan Alur
pelayanan Vaksinasi

2.4.1 Prosedur Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional di KKP16

1. Pendaftaran

a. Pelaku perjalanan sebagai pemohon vaksinasi mendaftar di loket


pendaftaran.

b. Pemohon vaksinasi mengisi formulir permohonan vaksinasi.

c. Pemohon vaksinasi menyelesaikan pembiayaan sesuai dengan tarif


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian Vaksin
a. Di ruang pemeriksaan kesehatan, pemohon vaksinasi diberikan informasi
tentang tujuan, manfaat, kontra indikasi, dan kemungkinan efek samping
vaksin.
b. Setelah pemohon vaksinasi memahami informasi dari petugas, maka
pemohon vaksinasi menandatangani Persetujuan/Izin Tindakan Vaksinasi.
c. Kepada pemohon vaksinasi dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan ini dicatat dalam form status pemohon vaksinasi.
d. Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ditemukan kontra indikasi
terhadap vaksin, maka diperlukan surat keterangan dokter ahli yang
menyatakan bahwa pemohon vaksinasi benar tidak dapat diberikan vaksinasi
tertentu.
e. Untuk wanita usia subur yang akan dilakukan vaksinasi tertentu perlu
dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk menghindari terjadinya efek samping
terhadap janinnya.
f. Untuk pemohon vaksinasi yang hamil dan pemohon yang memiliki kontra
indikasi pemberian vaksin dan profilaksis wajib menyertakan surat keterangan
ahli, dan selanjutnya diberikan surat keterangan kontra indikasi sesuai.
g. Pemohon yang memiliki kontra indikasi pemberian vaksin dan diberikan
profilaksis, maka pemohon vaksinasi diberikan ICV.
h. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan tidak ditemukan adanya
kontra indikasi maka pemohon vaksinasi dapat diberikan vaksin.
3. Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional
a. Setelah dilakukan vaksinasi, pemohon ke ruang penerbitan sertifikat
vaksinasi internasional.

b. Petugas KKP mencatat identitas pemohon vaksinasi ke dalam buku registrasi


khusus vaksinasi yang meliputi nama, nomor buku ICV, nomor paspor, umur,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal pemberian
vaksin dan masa berlaku vaksinasi, nomor batch vaksin dan tanggal
kadaluwarsanya.

c. Pemohon vaksinasi difoto untuk dimasukkan sebagai identitas di buku ICV.

2.4.2 Alur pelayanan vaksinasi16


1.Ruang 2.Ruang 3.Ruang 4.Loket 5.Ruang 6.Ruang
pendaftaran laboratorium pemeriksaan pembayaran vaksinasi penerbitan
klinis ICV

1. Ruang pendaftaran :
 pendaftaran bagi jemaah calon umroh dengan mengisiform
pendaftaran
 melampirkan foto 1 lembar pass photo 4x6
 melampirkan foto copy pasport dan foto copy KTP
2. Ruang laboratorium
 Pemeriksaan kehamilan bagi wanita usia subur (15-49 tahun).
3. Ruang pemeriksaan
 Pemeriksaan kesehatan jemaah calon umroh oleh dokter pelabuhan
4. Loket pembayaran
 Pembayaran PNBP vaksinasi
5. Ruang Vaksinasi ( penyuntikan vaksin meningitis)

6. Ruang penerbitan ICV


 Penerbitan dokumen ICV (buku kuning)
2.4.3 Alur Pengisian Vaksin Online
1. Silahkan buka website http://kespel. depkes.go.id, lalu muncul tampilan seperti
dibawah ini

2. Selanjutnya klik ikon registrasi pada menu vaksinasi international, dan


selanjutnya anda akan dibawa ke halaman dibawah ini

3. Geser tampilan layar komputer anda kebawah untuk menemukan formulir


seperti dibawah ini:
4. Lakukan pengisian data pada formulir registrasi.

5. Setelah semua data terisi silahkan kirim


6. Petugas akan melakukan verifikasi data yang telah lakukan, petugas akan
mengirimkan email konfirmasi.

7. Silahkan print file yang sudah didonwload untuk diserahkan saat pelayanan
vaksinasi
2.5 Kartu Kewaspadaan (health alert card)
Strategi Kementerian Kesehatan dalam mencegah penyakit masuk ke
Indonesia, salah satu caranya dengan membagikan kartu deteksi Health Alert
Card kepada masyarakat. Kartu ini dibagikan kepada masyarakat yang baru tiba
di Indonesia melalui Bandara dan Pelabuhan setelah melakukan perjalanan dari
negara terjangkit. Kartu kewaspadaan merupakan kartu yang diberikan kepada
jemaah umroh.7 Kartu ini merupakan sebagai alat kontrol bagi jamaah yang telah
kembali ke daerah masing masing. Setiap jamaah harus mengisi kartu identitas
dengan benar. Kartu ini juga merupakan menjadi rujukan terkait kondisi kesehatan
yang pernah dialami jemaah. Di dalam Health Alert Card terdapat informasi yang
menyebutkan apabila dalam kurun waktu sampai dengan 14 hari sejak kunjungan
menunjukan tanda atau gejala, seperti demam, nyeri persendian, atau terdapat
ruam/bercak pada kulit, diharapkan segera melaporkan ke fasilitas kesehatan yang
ada, seperti rumah sakit atau puskesmas.7

Gambar 2.1 Kartu kewaspadaan

2.6 Pengetahuan
Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
segala sesuatu yang diketahui dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan.17
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.17
Pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoadmodjo mempunyai 6
tingkatan yaitu:17
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang
di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Tingkatan ini merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek.
BAB III
OPTIMALISASI SOSIALISASI MENGENAI MENINGITIS, VAKSIN
MENINGITIS DAN PENGGUNAAN HEALTH ALERT CARD PADA
JEMAAH UMRAH DI KKP KELAS II PEKANBARU

Metode yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini adalah Plan,
Do, Check and Action (PDCA) cycle didasari atas masalah yang akan dihadapi
kearah penyelesaian masalah.

3.1 Plan
Kegiatan plan dilaksanakan pada tanggal 9-15 April 2018 dengan kegiatan
sebagai berikut:

3.1.1 Identifikasi masalah


Proses identifikasi masalah diperoleh melalui :
a. Observasi kegiatan perseksi selama di KKP Kelas II Pekanbaru.
b. Wawancara dengan kepala seksi Pengendalian Karantina, Survailans dan
Epidemiologi (PKSE) dan Upaya Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW) KKP
kelas II Pekanbaru.
c. Wawancara dengan dokter KKP kelas II Pekanbaru.
d. Wawancara dengan jemaah umrah yang sedang melakukan vaksinasi di
KKP Kelas II Pekanbaru
Tabel 3.1 Identifikasi masalah
Aspek yang Dinilai Masalah Evidence Based
Kegiatan sosialisasi  Belum optimalnya  Wawancara dengan
kesehatan pada jemaah sosialisasi mengenai jemaah umrah yang
umrah meningitis, vaksin sedang melakukan
meningitis dan vaksinasi meningitis di
penggunaan health alert KKP Kelas II Pekanbaru
card pada jemaah didapatkan informasi
umrah di tanah suci. bahwa kurangnya
pengetahuan mengenai
penyebab, gejala,
penularan, perlindungan
dari penyakit
meningitis, fungsi
vaksin meningitis,
manfaat dari vaksin
meningitis dan
kegunaan health alert
card.
 Wawancara dengan
kepala seksi PKSE dan
UKLW didapatkan
informasi bahwa belum
optimalnya sosialisasi
mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan
kegunaan health alert
card.
 Wawancara dengan
petugas KKP di BSSK
II didapatkan belum
optimalnya sosialisasi
mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan
penggunaan health alert
card pada jemaah umrah
di tanah suci.

 Belum optimalnya  Wawancara dengan


sosialisasi mengenai jemaah umrah yang
penyakit hipertensi pada sedang melakukan
jemaah umrah. vaksinasi meningitis di
KKP Kelas II Pekanbaru
didapatkan informasi
bahwa kurangnya
pengetahuan mengenai
penyebab dan diet dari
hipertensi.

Lajutan Tabel 3.1 Identifikasi masalah


Aspek yang Dinilai Masalah Evidence Based
 Wawancara dengan
kepala seksi PKSE dan
UKLW dan dokter di
KKP kelas II Pekanbaru
didapatkan informasi
bahwa belum
optimalnya sosialisasi
mengenai penyakit
hipertensi pada jemaah
umrah.

 Wawancara dengan
 Belum optimalnya jemaah umrah yang
sosialisasi mengenai sedang melakukan
peningkatan kualitas vaksinasi meningitis di
gizi pada jemaah umrah KKP Kelas II Pekanbaru
di tanah suci. didapatkan informasi
bahwa kurangnya
pengetahuan mengenai
peningkatan kualitas gizi
pada jemaah umrah.
 Wawancara dengan
kepala seksi PKSE,
UKLW dan dokter KKP
kelas II Pekanbaru
didapatkan informasi
bahwa belum
optimalnya sosialisasi
mengenai peningkatan
kualitas gizi pada
jemaah umrah.

3.1.2 Penentuan Prioritas Masalah


Penentuan Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang
menggunakan dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi,
kemampuan anggota mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2 dan 3) yaitu:
1. Urgensi atau kepentingan
 nilai 1 tidak penting
 nilai 2 penting
 nilai 3 sangat penting
2. Solusi
 nilai 1 tidak mudah
 nilai 2 mudah
 nilai 3 sangat mudah
3. Kemampuan mengubah
 nilai 1 tidak mudah
 nilai 2 mudah
 nilai 3 sangat mudah
4. Biaya
 nilai 1 tinggi
 nilai 2 sedang
 nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total
skor dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu
masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas
masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah
dibuat ke dalam Tabel 3.2 penentuan prioritas masalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah
Kriteria masalah
No Masalah Kemampuan Total Rank
Urgensi Solusi Biaya
mengubah
1 Belum optimalnya 3 2 2 2 9 I
sosialisasi mengenai
meningitis, vaksin
meningitis dan
penggunaan health alert
card pada jemaah
umrah.
2 Belum optimalnya 3 2 1 2 8 II
sosialisasi mengenai
penyakit hipertensi pada
jemaah umrah
3 Belum optimalnya 3 1 1 2 7 III
sosialisasi mengenai
peningkatan kualitas gizi

Berdasarkan perhitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap


masalah didapatkan prioritas masalah yang menduduki ranking I adalah belum
optimalnya sosialisasi mengenai meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan
health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru.
.
3.1.3 Analisis Penyebab Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah, analisis penyebab masalah dari
berbagai aspek yaitu method, material dan market yang diperoleh melalui
wawancara dengan jemaah umrah, kepala seksi PKSE dan UKLW serta dokter
KKP kelas II Pekanbaru, adapun analisis penyebab masalah dijelaskan pada tabel
3.3 berikut:

Tabel 3.3 Analisis Penyebab Masalah


Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
Belum a. Market
optimalnya  Kurangnya  Dari hasil wawancara dengan 30 orang
sosialisasi pengetahuan jemaah jemaah umrah diketahui bahwa masih
mengenai umrah mengenai kurangnya pengetahuan jemaah umrah
meningitis, meningitis, vaksin mengenai meningitis, vaksin meningitis
vaksin meningitis dan dan penggunaan health alert card.
meningitis penggunaan health  Dari hasil wawancara terhadap kepala
dan alert card. seksi PKSE dan UKLW di KKP kelas II
penggunaan Pekanbaru, diketahui bahwa
health alert pengetahuan jemaah umrah mengenai
card pada meningitis, vaksin meningitis dan
jemaah penggunaan health alert card masih
umrah di kurang.
KKP Kelas
II Pekanbaru
Lanjutan Tabel 3.3 Analisis Penyebab Masalah
Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
b. Material
 Belum adanya media  Dari hasil wawancara dengan kepala
informasi seperti seksi UKLW dan PKSE di KKP Kelas
video sosialisasi yang II Pekanbaru serta beberapa jemaah
berisi alur pemberian umrah diketahui bahwa belum
vaksin meningitis dan optimalnya media informasi mengenai
penggunaan health alur pemberian vaksin meningitis dan
alert card. penggunaan health alert card.

 Dari hasil wawancara dengan dokter


KKP kelas II Pekanbaru didapatkan
belum optimalnya media informasi
mengenai alur pemberian vaksin
meningitis dan penggunaan health alert
card.

c. Method
 Belum optimalnya  Dari hasil wawancara terhadap dokter
jadwal sosialisasi dan kepala seksi PKSE di KKP Kelas II
meningitis, vaksin Pekanbaru didapatkan informasi bahwa
meningitis dan belum optimalnya jadwal sosialisasi
penggunaan health meningitis, vaksin meningitis dan
alert card pada penggunaan health alert card pada
jemaah umrah di KKP jemaah umrah di KKP Kelas II
Kelas II Pekanbaru. Pekanbaru.
25

3.1.4 Analisis Tulang Ikan (Fishbone Analysis Ishikawa)


Method Market

 Belum optimalnya jadwal sosialisasi  Kurangnya pengetahuan jemaah


kesehatan jemaah umrah dari KKP umrah mengenai meningitis, Belum
Kelas II Pekanbaru. vaksin meningitis dan penggunaan optimalnya
health alert card.
sosialisasi
meningitis,
vaksin
meningitis dan
penggunaan
health alert
card pada
Material jemaah umrah
di KKP Kelas
 Belum adanya media informasi II Pekanbaru.
seperti video sosialisasi yang berisi
informasi mengenai alur
pemberian vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card.

Gambar 3.1 Diagram analisis tulang ikan (Fishbone analysis) Ishikawa


3.1.5 Plan of Action (POA)
Selanjutnya setelah didapatkan analisis penyebab masalah direncanakan beberapa alternatif pemecahan masalah
untuk mendapatkan solusi terbaik. Berikut adalah tabel alternatif pemecahan masalah:

Tabel 3.4 POA

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
No Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
1. Market
Kurangnya Mengadakan Meningkatkan Jemaah KKP Kelas II Dokter 28 April Jangka pendek: Dokumentasi
pengetahuan penyuluhan pengetahuan umrah Pekanbaru Muda 2018 Dilaksanakannya kegiatan
jemaah umrah berkelanjutan jemaah umrah IKM- sosialisasi kepada penyuluhan
mengenai berupa mengenai IKK FK jemaah umrah
meningitis, sosialisasi meningitis, UR mengenai
vaksin kepada jamaah vaksin meningitis, vaksin
meningitis dan umrah yang meningitis dan meningitis dan
penggunaan berisi materi penggunaan penggunaan health
health alert mengenai health alert alert card.
card. meningitis, card. Jangka panjang:
vaksin Jemaah umrah
meningitis dan diharapkan dapat
penggunaan meneruskan
health alert sosialisasi
card. mengenai
meningitis, vaksin
meningitis dan
penggunaan
health alert card.
Lanjutan Tabel 3.4 POA

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Pengukuran
No Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Kriteria Keberhasilan
Masalah Kegiatan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
2. Material
Belum adanya Merangcang dan meningkatkan Jemaah KKP Kelas II Dokter 28April Jangka pendek: Dokumentasi
media informasi membuat video pengetahuan umrah Pekanbaru Muda 2018 Tersedianya media kegiatan pemutaran
seperti video sosialisasi yang jemaah umrah IKM-IKK informasi berupa video video sosialisasi
sosialisasi yang berisikan mengenai alur FK UR sosialisasi
berisi informasi informasi pemberian Jangka panjang:
mengenai alur mengenai alur vaksin Jamaah umrah dapat
pemberian vaksin pemberian meningitis dan lebih memahami
meningitis dan vaksin penggunaan mengenai meningitis,
penggunaan meningitis dan health alert vaksin meningitis dan
health alert card. penggunaan card. peng-gunaan health
health alert alert card.
card.
3. Methode
Belum ada jadwal Memberikan agar terdapat Kepala seksi KKP Kelas II Dokter 28 April Jangka pendek:
sosialisasi rekomendasi pemerataan PKSE dan Pekanbaru Muda 2018 Tersampaikannya
kesehatan jemaah kepada kepala sosialisasi UKLW KKP IKM-KK rekomendasi.
umrah dari KKP seksi PKSE kesehatan kelas II FK UR Jangka panjang:
Kelas II untuk membuat jemaah umrah. Pekanbaru Tersedianya jadwal
Pekanbaru. sosialisasi untuk kegiatan
kepada jemaah sosialisasi kesehatan
umrah mengenai jemaah umrah.
meningitis,
vaksin
meningitis dan
penggunaan
health alert
card.
3.1.6 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam sosialisasi meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru adalah :
a. Melakukan sosialisasi meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card adalah penyampaian informasi
kepada jemaah umrah yang melakukan vaksinasi di KKP Kelas II Pekanbaru, sehingga diharapkan jemaah umrah
memiliki pengetahuan mengenai meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card dan juga dapat
menyebarluaskan atau memberikan informasi tersebut kepada jemaah umrah lainnya sebagai salah satu upaya
pencegahan.
b. Menyediakan media informasi seperti video sosialisasi mengenai pembahasan meningitis, vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card adalah penyampaian informasi dengan menggunakan media elektronik yang berbentuk
video dengan durasi ±3 menit sehingga mempermudah penerimaan pesan-pesan mengenai pengetahuan mengenai
meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card.
c. Rekomendasi membuat sosialisasi kepada jemaah umrah adalah rekomendasi yang diberikan oleh dokter muda kepada
pihak KKP Kelas II Pekanbaru agar dapat berkoordinasi untuk melakukan sosialiasi kesehatan jemaah umrah.
3.2 Do
Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of Action (PoA). Pelaksanaan kegiatan
kesehatan perbatasan dalam rangka sosialisasi mengenai meningitis, vaksin meningitis dan penggunaan health alert card
pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru sebagai berikut:
Tabel 3.5 Do dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka optimalisasi sosialisasi mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru
No Kegiatan Keterangan
1 Dokter muda melakukan sosialisasi kepada jemaah Terlaksana sesuai POA
umrah mengenai meningitis, vaksin meningitis dan
penggunaan health alert card.
2 Dokter muda merancang dan menyediakan media Terlaksana sesuai POA
informasi seperti video sosialisasi dengan durasi 5
menit kepada jemaah umrah mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert
card.
3
Dokter muda memberikan rekomendasi kepada Kepala
Terlaksana sesuai POA
Seksi PKSE dan UKLW untuk membuat jadwal
penyuluhan pada jemaah umrah mengenai sosialisasi
kesehatan jemaah umrah dan diharapkan nantinya
disosialisasikan kepada jemaah umrah lainnya.
3.3 Check
Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana keadaan sesudah intervensi dapat dilihat
pada tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Check dalam kegiatan kesehatan perbatasan dalam rangka optimalisasi sosialisasi mengenai meningitis,
vaksin meningitis dan penggunaan health alert card pada jemaah umrah di KKP Kelas II Pekanbaru.
No Kegiatan Deskripsi Sebelum Deskripsi Sudah
Intervensi Intervensi
1 Dokter muda melakukan Pihak KKP Kelas II Jangka pendek:
sosialisasi kepada jemaah Pekanbaru seksi PKSE di Terlaksananya sosialisasi
umrah mengenai meningitis, KKP Kelas II Pekanbaru tanggal 30 April 2018
vaksin meningitis dan belum optimal melakukan kepada jemaah umrah
penggunaan health alert sosialisasi sebelumnya mengenai meningitis, vaksin
card. mengenai meningitis, meningitis dan penggunaan
vaksin meningitis dan health alert card bertempat
penggunaan health alert di KKP Kelas II Pekanbaru
card.

2 Dokter muda merancang dan Kurangnya media Jangka panjang:


menyediakan media informasi sebagai sarana Belum dapat dinilai
informasi seperti video untuk sosialisasi mengenai
sosialisasi kepada jemaah alur pemberian vaksin Jangka pendek:
umrah mengenai alur meningitis dan Telah diterimanya video
pemberian vaksin meningitis penggunaan health alert edukasi 30 April 2018
dan penggunaan health alert card kepada jemaah umrah
card mengenai alur pemberian
vaksin meningitis dan
penggunaan health alert
3 card.
Dokter muda memberikan Belum ada koordinasi Jangka panjang:
rekomendasi kepada Kepala seksi PKSE dan UKLW Belum dapat dinilai.
Seksi PKSE untuk membuat KKP Kelas II Pekanbaru
jadwal penyuluhan pada sehingga belum optimal Jangka pendek:
jemaah umrah mengenai sosialisasi mengenai Belum dapat dinilai.
sosialisasi kesehatan jemaah meningitis, vaksin
umrah dan diharapkan meningitis dan Jangka panjang:
nantinya disosialisasikan penggunaan health alert Belum dapat dinilai
kepada jemaah umrah card
lainnya. .

3.4 Action
Semua alternatif pemecahan masalah berupa penyuluhan kepada jamaah umrah mengenai meningitis, vaksin
meningitis dan penggunaan health alert card melalui video edukasi yang berisikan mengenai meningitis, vaksin meningitis
dan penggunaan health alert card ditinjau dari indikator jangka pendek serta jangka panjang yang belum dapat dinilai
apakah bisa dijadikan standarisasi atau tidak dan memerlukan waktu untuk menilai keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenag : Minat Umrah Meningkat Signifikan. Kemenag Republik Indonesia. 2016. Diakses pada tanggal 22 April
2018. Tersedia dalam : https://haji.kemenag.go.id/v3/content/kemenag-minat-umrah-meningkat-signifikan

2. 1,1 Juta Visa Umrah Telah Keluar. Kemenag Republik Indonesia. 2015. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia
dalam : https://haji.kemenag.go.id/v3/content/11-juta-visa-umrah-telah-keluar

3. Control of epidemic meningococcal disease. WHO practicalguidelines. 2nd edition. WHO. 2017. Diakses pada tanggal
22 April 20198. Tersedia dalam : http://www.who.int/csr/resources/publications/meningitis/whoemcbac983.pdf

4. Kemenkes Ketatkan Pengawasan International Certificate of Vaccination (ICV) Meningitis. Kemenkes Republik
Indonesia. 2013. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam :
http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=2274&id=kemenkes-ketatkan-pengawasan-international-
certificate-of-vaccination-(icv)-meningitis.html

5. Nadel S. Treatment Of Meningococcal Disease. Journal of Adolescent Health. London; 2016: 21-8

6. Meningococcal disease –Nigeria. WHO. 2017. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam :
http://www.who.int/csr/don/24-march-2017-meningococcal-disease-nigeria/en/

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cegah Zika : Health Alert Card Diutamakan Dibanding Thermal Scanner.
Jakarta: Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016
8. Profil KKP Pekanbaru. Diakses pada tanggal 22 April 2018. Tersedia dalam : www.kespelpekanbaru.com

9. Meisadona G, Soebroto D, Estiasari R.2015. diagnosis dan tatalaksana meningitis bakterial. Departemen Neurologi
Fakultas kedokteraan indonesia. CDK-224, Vol.42. 2015.

10. Ropper AH, Brown RH. Adam and Victor’s principles of neurology. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.

11. Brouwer M, Van De Beek D, Thwaites G. Dilemmas in the diagnosis of bacterial meningitis. Lancet 2012;380:hal.
1684-92

12. Kamus Kedokteran, Jakarta: IKPI Karya Uniperss, cet. ke-23, 1999, hal. 373.

13. I.G.N. Ranuh, et. al., Buku Imunisasi di Indonesia, Jakarta: Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2001, hal.
9.

14. J.B. Suharjo B. Cahyono, Vaksinasi, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hal. 140.

15. Karnen Garna Baratawidjaja, Imonologi Klinik Edisi 2, Jakarta: Fakultas Kedokteran Undip, 2003, hlm. 340.

16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2013 tentang
Pemberian Sertifikat Vaksinasi International, 2013. Dapat diakses pada:
http://Kespel.depkes.go.id/uploads/imgreference/201508050813.pdf

17. Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta; 2007.

Anda mungkin juga menyukai