Anda di halaman 1dari 5

Jadwal Imunisasi Dewasa

Sumber: Konsensus Imunisasi Dewasa, PB-PAPDI

Penjelasan rekomendasi jadwal imunisasi dewasa 1. Tetanus dan Diphteria (Td) Seluruh orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap 3 dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan 2 dosis diberikan paling tidak dengan jarak 4 minggu dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri, maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun. Macam vaksin: Toksoid Efektivitas: 90% Rute suntikan: i.m.

2. Measles, Mumps, Rubella (MMR) Orang dewasa yang lahir sebelum 1957 dianggap telah mendapat imunitas secara alamiah. Orang dewasa yang lahir pada tahun 1957 atau sesudahnya perlu mendapat 1 dosis vaksin MMR. Beberapa kelompok orang dewasa yang berisiko terpapar mungkin memerlukan 2 dosis yang diberikan tidak kurang dari jarak 4 minggu. Misalnya, mereka yang kerja di fasilitas kesehatan dan yang sering melakukan perjalanan. Macam vaksin: Vaksin hidup Efektivitas: 90-95% Rute suntikan: s.c.

3. Influenza Vaksinasi influenza dilakukan setiap tahun bagi orang dewasa dengan usia > 50 tahun; penghuni rumah jompo dan penghuni fasilitas-fasilitas lain dalam waktu lama (misalnya biara, asrama dsb); orang muda dengan penyakit jantung, paru kronis, penyakit metabolisme (termasuk diabetes), disfungsi ginjal, hemoglobinopati atau immunosupresi, HIV, juga untuk anggota rumah tangga, perawat dan petugas-petugas kesehatan di atas. Vaksin ini juga dianjurkan untuk calon jemaah haji karena risiko paparan tinggi. Di Amerika Serikat dan Australia, imunisasi influenza telah dijadikan program sehingga semua orang berumur 65 tahun atau lebih mendapat layanan imunisasi infuenza melalui program pemerintah. Macam vaksin: Vaksin split dan subunit Efektivitas: 8889% Rute suntikan: i.m. Catatan: vaksin ini dianjurkan untuk usia > 50 tahun untuk individual, sedangkan untuk program, usia > 65 tahun.

4. Pneumokok Vaksin polisakarida pneumokok diberikan, pada orang dewasa usia > 65 tahun dan mereka yang berusia < 65 tahun dengan penyakit kardiovaskular kronis, penyakit paru kronis, diabetes melitus, alkoholik chirrosis, kebocoran cairan serebospinal, asplenia anatomik/fungsional, infeksi HIV, leukemia, penyakit limfoma Hodgkins, mieloma berganda, malignansi umum, gagal ginjal kronis, gejala nefrotik, atau mendapat kemoterapi imunosupresif. Vaksinasi ulang secara rutin pada individu imunokompeten yang sebelumnya mendapat vaksinasi Pneumo 23 valensi tidak dianjurkan; tetapi, revaksinasi dianjurkan jika vaksinasi sebelumnya sudah > 5 tahun dan juga:

1. Umur < 65 th ketika divaksinasi terdahulu dan sekarang > 65 th 2. Merupakan individu berisiko tinggi terjadinya infeksi pneumokok serius (sesuai deskripsi
Advisory Comittee on Immunization Practice, ACIP)

3. Individu dengan tingkat antibodi yang cepat sekali turun


Macam vaksin: Polisakarida Efektivitas: 90% Rute suntikan: i.m. atau s.c.

5. Hepatitis A Vaksin Hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan pada individu berisiko terjadinya infeksi virus Hepatitis A, seperti penyaji makanan (food handlers) dan mereka yang menginginkan imunitas, populasi berisiko tinggi, mis: individu yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara dengan prevalensi tinggi Hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terinfeksi Hepatitis A atau peneliti virus Hepatitis A. Macam vaksin: Antigen virus inaktif Efektivitas: 94-100% Rute suntikan: i.m.

6. Hepatitis B Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan staff institusi pendidikan manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX, rumah tangga atau kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya, individu yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan korban narkoba, individu etnis kepulauan pasifik atau imigran/pengungsi baru dimana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan 3 dosis dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respons baik, maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster). Macam vaksin: Antigen virus inaktif Efektivitas: 75-90% Rute suntikan: i.m.

7. Meningokok Vaksin meningokok polisakarida tetravalen (A/C/Y/W-135) wajib diberikan pada calon haji. Vaksin ini juga dianjurkan untuk individu defisiensi komponen, pasien asplenia anatomik dan fungsional, dan pelancong ke negara di mana terdapat epidemi penyakit meningokok (misalnya Meningitis belt di sub-Sahara Afrika). Pertimbangkan vaksinasi ulang setelah 3 tahun. Macam vaksin: Polisakarida inaktif Efektivitas: 90% Rute suntikan: s.c.

8. Varisela Vaksin varisela diberikan pada individu yang akan kontak dekat dengan pasien berisiko tinggi terjadinya komplikasi (misalnya petugas kesehatan dan keluarga yang kontak dengan individu imunokompromais). Pertimbangkan vaksinasi bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar virus varisela, seperti mereka yang pekerjaannya berisiko (misalnya guru yang mengajar anak-anak, petugas kesehatan, dan residen serta staf di lingkungan institusi), mahasiswa, penghuni serta staf institusi penyadaran (rehabilitasi) anggota militer, wanita usia subur yang belum hamil, dan mereka yang sering melakukan perjalanan kerja/wisata. Vaksinasi terdiri dari 2 dosis yang diberikan dengan jarak 48 minggu. Macam vaksin: Virus hidup yang dilemahkan Efektivitas: 86%

Rute suntikan: s.c.

Selain vaksin di atas, juga digunakan vaksin berikut pada orang dewasa. 9. Demam Tifoid Dianjurkan penggunaannya pada pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung ke daerah endemis. Pemberian vaksin Thypim vi perlu diulang setiap 3 tahun. Macam vaksin: Antigen vi inaktif Efektivitas: 50-80% Rute suntikan: i.m.

10. Yellow Fever WHO mewajibkan vaksin ini bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Afrika Selatan. Ulangan vaksinasi setiap 10 tahun. Macam vaksin: Virus hidup yang dilemahkan Efektivitas: tinggi Rute suntikan: s.c.

11. Japanese Encephalitis Untuk wisatawan yang akan bepergian ke daerah endemis (Asia) dan tinggal lebih dari 30 hari atau akan tinggal lama di sana, terutama jika mereka melakukan aktivitas di pedesaan. Macam vaksin: Virus inaktif Efektivitas: 91% Rute suntikan: s.c.

12. Rabies Bukan merupakan imunisasi rutin. Dianjurkan pada individu berisiko tinggi tertular (dokter hewan dan petugas yang bekerja dengan hewan, pekerja laboratorium), wisatawan yang berkunjung ke daerah endemis yang berisiko kontak dengan hewan dan individu yang tergigit binatang tersangka rabies. Macam vaksin: Virus yang dilemahkan Juga tersedia serum (Rabies Immune Globulin). Efektivitas vaksin: 100% Rute suntikan: i.m. atau s.c.

Konsensus Nasional Imunisasi untuk Usia Lanjut


Dibuat oleh Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia pada tahun 2005

Program imunisasi anak sudah sering digaungkan dalam masyarakat kita. Berbagai macam iklan dan informasi disebarluaskan pemerintah dan instansi kesehatan berwenang demi mensukseskan program tersebut. Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit. Namun pernahkah Anda mendengar imunisasi yang diperuntukkan bagi usia lanjut? Mungkin banyak yang belum pernah mendengar hal tersebut. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan terus meningkat dan mencapai percepatan tertinggi di dunia (414%) dalam waktu 35 tahun (19902025). Sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut akan mencapai 25,5 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut ini akan diikuti meningkatnya jumlah pasien geriatri yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pada hakikatnya, geriatri adalah warga usia lanjut yang memiliki karakteristik tertentu sehingga harus dibedakan dari mereka yang sekadar berusia lanjut namun sehat. Karakteristik pertama pasien geriatri adalah multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih. Ketiga, yaitu berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik. Keempat adalah terganggunya status fungsional pasien geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kelima adalah kerapnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk. Kelompok usia lanjut sangat rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan; di antaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi dan penyebab penurunan kualitas hidup yang paling bermakna. Peningkatan kerentanan usia lanjut terhadap infeksi disebabkan antara lain oleh penurunan fungsi kekebalan tubuh yang mengakibatkan respon pertahanan tubuh terhadap infeksi menjadi rendah. Dampaknya meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya rawat yang lebih besar serta komplikasi berat yang sering muncul. Infeksi saluran nafas atas dan influenza sering berlanjut menjadi pneumonia pada pasien berusia lanjut. Faktor penting lain adalah gejala dan tanda pneumonia pada pasien geriatri sering tidak khas sehingga acap kali terjadi keterlambatan diagnosis. Influenza dan pneumonia pada pasien geriatri juga sering menimbulkan penurunan kualitas hidup. Faktor penting yang berperan terhadap munculnya penyulit dan tingginya angka kematian adalah meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotik. Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia telah membuat Konsensus Nasional Imunisasi untuk Usia Lanjut pada tahun 2005. Ada dua macam imunisasi yang disarankan bagi usia lanjut. Kedua imunisasi tersebut influenza dan pneumonia. 1. Vaksinasi Influenza Vaksinasi ini ditujukan pada kelompok risiko tinggi seperti usia lanjut yang berusia 60 tahun, baik pada komunitas di panti werdha maupun penderita penyakit kronik. Beberapa manfaatnya meliputi manfaat medis dan ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari menurunnya kejadian penyulit influenza (pneumonia), menurunnya kejadian rawat inap karena infeksi saluran napas dan penyakit lain terkait infeksi saluran napas, serta menurunnya angka kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran napas. Manfaat ekonomis dapat ditinjau dari penghematan biaya yang dikeluarkan untuk rawat jalan maupun rawat inap. (Djauzi, 2004) Sedangkan risiko yang mungkin terjadi terdiri dari efek samping lokal pada <30% meliputi nyeri setempat yang akan hilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan. Efek samping sistemik yang mungkin muncul adalah demam, malaise/lemah, sakit kepala, mialgia/nyeri otot, artralgia/nyeri sendi yang bisa timbul dalam 6-12 jam pasca vaksinasi dan akan menghilang dalam 1-2 hari. Namun, sebaiknya vaksinasi tidak diberikan pada mereka yang alergi telur, karena dapat terjadi reaksi hipersensitivitas. 2. Vaksinasi Pneumonia WHO telah menetapkan bahwa vaksinasi pneumonia pada usia lanjut cukup efektif terutama untuk melindungi usia lanjut sehat terhadap penyakit invasif (pneumonia yang berpenyulit meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia); vaksinasi ini juga diutamakan pada kelompok usia lanjut sehat yang tinggal di panti werdha. Vaksinasi dapat diberikan pada usia lanjut (60 tahun), sehat, terutama yang tinggal di panti werdha. Sedangkan yang memerlukan vaksinasi ulangan hanyalah mereka yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (diabetes, gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik); usia lanjut

dengan komorbiditas atau mereka yang saat divaksinasi pertama kali berusia kurang dari 60 tahun. Efek samping vaksinasi pneumonia terdiri dari lokal (sekitar 20%-30%) dan sistemik (<1%). Berdasarkan hasil pengamatan efek samping imunisasi pada usia lanjut sehat: imunisasi ganda memang lebih besar kemungkinannya menimbulkan efek samping lokal ringan dan demam yang tidak tinggi; namun kedua efek samping tersebut ringan dan hilang tanpa pengobatan. Vaksinasi pneumonia tidak boleh diberikan pada seseorang yang alergi terhadap komponen vaksin.

Hepatitis A Hepatitis B Influenza Meningitis Pneumonia Tetanus Typhus

Anda mungkin juga menyukai