Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STUDI FARMAKOEPIDEMIOLOGI
CASE SERIES

Oleh:
KELOMPOK A2

Gusti Ayu Putu Windu Lestari (2008551007)


Krisna Wahyu Nugraha (2008551009)
Ni Luh Putu Putri Dewi (2008551010)
I Gusti Agung Istri Agung Pramiari (2008551011)
Pramana Kumala Putra (2008551012)
I Made Gede Ari Kusuma (2008551013)

Dosen Pengampu:
Apt. I Wayan Martadi Santika, S.Farm., M.Si.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Farmakoepidemiologi
Kata Farmakoepidemiologi berasal dari kata “Pharmacon” (Obat), “Epi” (Pada),
“Demos” (Penduduk) dan “logos” (Ilmu). Farmakoepidemiologi didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang penggunaan obat dan efek sampingnya pada sejumlah besar
manusia serta menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah tersebut.
Farmakoepidemiologi juga digunakan sebagai aplikasi, metode, latar belakang dan
pengetahuan epidemiologik untuk mempelajari penggunaan dan efek samping obat dalam
suatu populasi manusia (Storm, et. al., 2011).
1.2 Sejarah Farmakoepidemiologi
Farmakoepidemiologi muncul pada awal 1960 saat kekhawatiran tentang efek samping
obat muncul pada masyarakat sehingga mendorong terbentuknya metode dalam mempelajari
keamanan terapi obat. Pada tahun 1960 FDA (Federal Drug Administration) mengumpulkan
laporan efek samping obat, mengarah kepada program pemantauan obat berbasis rumah sakit.
Farmakoepidemiolgi kemudian diusulkan menjadi disiplin ilmu baru yang mendukung sistem
ini. Awalnya penelitian penggunaan obat di fokuskan terhadap pemasaran, distribusi, resep
dan penggunaan obat dalam masyarakat dengan penekanan khusus pada dampak medis,
sosial, dan ekonomi yang dihasilkan. Selama bertahun-tahun database mengenai peresepan
obat telah berkembang. Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan
terapi yang paling tepat untuk pasien. Hal mendasar yang menjadi tantangan dalam
pengembangan farmakoepidemiologi adalah kurangnya sumber daya praktisi yang
berkemampuan akibat ketiadaan edukasi yang memadai (Storm, et. al., 2011).
Hal ini sangat mempengaruhi pengembangan farmakoepidemiologi. Selama 50 tahun
terakhir penelitian telah dikembangkan dari penelitian deskriptif seperti menghitung tablet
yang digunakan hingga menilai efektivitas dan keamanan terapi obat dalam praktek klinis.
Farmasi klinis memiliki peranan penting dalam perkembangan di masa depan. Pada abad ke-
20 farmakoepidemiologi bergeser dari yang sebelumnya hanya berfokus terhadap efek
samping obat dan studi hubungan resiko, kini mencakup juga hasil klinis lain dan aspek
ekonomi kesehatan (Storm, et. al., 2011).

1
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Desain Studi


Case series merupakan sebuah studi deskriptif yang meneliti sekelompok pasien dengan
karakteristik yang mirip (Porta, 2008). Case series digunakan untuk mempelajari aspek klinik
dan patofisiologi dari penyakit, perlakuan atau prosedur diagnosis. Dalam studi ini, tidak
dibatasi jumlah maksimal pasien yang diamati. Beberapa hal yang diteliti dalam case series,
antara lain penjelasan kasus, tanggal terjadinya kasus, data demografis pasien, terapi yang
diberikan, dan hasil dari kasus yang diteliti. (Carey dan Boden, 2003).
Case series umumnya dimanfaatkan sebagai laporan awal dari kasus atau terapi baru
karena case series dapat mendeskripsikan kejadian alami suatu penyakit atau tingkat efikasi
dan komplikasi suatu terapi. Akan tetapi, case series tidak dapat dijadikan acuan untuk
menentukan apakah hasil yang terjadi dipengaruhi oleh terapi yang diberikan atau kejadian
alami penyakit tersebut (Carey dan Boden, 2003). Hal tersebut dikarenakan case series tidak
memiliki kelompok kontrol sebagai pembanding.
2.2 Hirarki Case series
Case series dalam piramida Evidence-Based Medicine terletak pada urutan 4 dari 9
(dihitung dari dasar piramida) (Sayre dkk, 2017). Karena itu, case series bukan sumber data
yang cukup baik untuk digunakan dalam penelitian berikutnya. Penyebabnya adalah tidak
adanya kelompok pembanding dan tingginya kemungkinan terdapat seleksi bias. Akan tetapi,
case series dapat digunakan sebagai petunjuk awal dari kasus / terapi baru.

2
BAB III
OVERVIEW JURNAL

Abstract
Background: Statins are associated with skeletal muscle adverse effects. These are generally
considered mild and reversible, with more severe toxicity occurring rarely. There is little
known regarding statin myotoxicity in Aboriginal and Torres Strait Islander Australians who
are at high cardiovascular risk and likely to receive statins.
Aims: To describe features of serious statin-associated myotoxicity (SSAM) occurring in
Indigenous Australians and increase awareness of this condition.
Methods: Observational case series of SSAM in Aboriginal or Torres Strait Islanders. Cases
were identified from personal clinical experience, referrals, reports to the Therapeutic Goods
Administration, medical literature, an Internet search and reports from a histopathology
laboratory. Information was collected onto a standardised data collection form.
Results: Fifteen cases of serious myotoxicity in Aboriginal or Torres Strait Islanders exposed
to statins were identified from 2006 to 2012. The mean age was 55 (range 35–69). Painless
weakness was the most common presentation. Interacting drugs were involved in seven cases.
Biopsies were done in eight cases, three showed inflammatory polymyositis and five
necrotising myositis. Three patients died and two had permanent severe disability. Resolution
of symptoms after statin cessation was variable.
Conclusions: SSAM has occurred in the Indigenous Australian population with some
fatalities. Awareness of the potential for SSAM is essential for early recognition and effective
management to reduce probability of avoidable catastrophic harm. Safe, as well as effective
use of medication, is essential for optimum health outcomes. Effective pharmacovigilance
and therapeutic risk management are important for Aboriginal and Torres Strait Islander
Australians.

3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada jurnal yang berjudul “Serious statin-associated
myotoxicity and rhabdomyolysis in Aboriginal and Torres Strait Islander: a case series”
adalah jenis penelitian non-eksperimental observasional berbasis populasi yang bersifat
deskriptif karena berdasarkan artikel tersebut tidak melakukan intervensi maupun pemberian
perlakukan, yakni hanya mengumpulkan kasus selama periode tertentu kemudiaan
mengamati lalu mendeskripsikan kasus tersebut serta membandingkan (analisis) perubahan
pada kondisi yang dialami. Dimana dalam artikel ini terkait miotoksisitas atau rhabdomiolisis
pada penduduk Aborigin dan penduduk Pribumi kepulauan Selat Torres Australia (ATSI)
karena menerima obat statin. Pada penelitian ini termasuk ke dalam penelitian observasi
deskriptif karena pada artikel ini tidak ada kelompok pembanding, dimana populasi yang
digunakan hanya Populasi Aborigin dan penduduk Pribumi kepulauan Selat Torres Australia
(ATSI). Selain itu, digolongkan studi deskriptif dimana artikel ini memiliki tujuan adalah
untuk menggambarkan miotoksisitas serius terkait statin (SSAM). Desain studi yang
digunakan pada penelitian ini adalah case series, dimana terdapat laporan secara berkala
terhadap suatu peristiwa dalam hal ini efek samping obat karena menerima suatu paparan
obat tertentu. Dimana dalam artikel ini terjadi miotoksisitas atau rhabdomiolisis yang
dilaporkan dalam periode waktu tertentu pada etnis Aborigin dan penduduk kepulauan Selat
Torres Australia (ATSI) yang kemudian dideskripsikan mulai dari usia, jenis kelamin pasien,
gejala efek samping, obat statin, dosis obat dan durasi penggunaan hingga faktor resiko lain
(seperti penggunaan obat lain). Pada artikel tersebut, kasus-kasus terkait dikumpulkan dan
dikaji dengan berpedoman pada Good Pharmacovigilance Practice, dimana hal ini berkaitan
dengan pengumpulan, deteksi, pemantauan dan pencegahan efek samping obat atau produk
farmasi. Maka studi ini dilakukan ketika obat telah tersebar dipasaran yaitu studi Post
Marketing Surveillance (PMS).
4.2 Cara pengumpulan data
Populasi yang digunakan adalah orang Aborigin dan penduduk Pribumi Kepulauan
Selat Torres Australia. Dari populasi ini diambil sampel yaitu hanya pada orang aborigin dan
penduduk pribumi Kepulauan Selat Torres Australia (ATSI) yang menerima statin dan
mengalami miotoksisitas serius, yang diidentifikasi dari tahun 2006 hingga tahun 2012,
dengan usia rata-rata adalah 55 tahun (kisaran 35−69 tahun). Besar sampel yang diteliti
4
sebanyak 15 sampel (delapan orang perempuan dan tujuh orang laki-laki) dari seluruh
populasi yang mengalami miotoksistas akibat menggunakan statin. Pengumpulan data kasus
miotoksisitas pada populasi ATSI didapat dari pengalaman klinis pribadi, rujukan dari dokter,
laporan ke Therapeutic Goods Administration (TGA), literatur medis, pencarian internet dan
laboratorium histopatologi di Australia Selatan.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu: (1) teridentifikasi populasinya yaitu orang
ATSI atau pribumi. (2) teridentifikasi menjalani pengobatan statin dan (3) teridentifikasi
bahwa sampel mengalami miotoksisitas serius yang ditandai dengan peningkatan creatin
kinase (CK) 10 kali dari batas normalnya (150 U/L). atau teridentifikasi mengalami
miotoksisitas ditandai dengan terjadi miopati statin melalui biopsi dan terdiagnosis
rhabdomyolisis. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu kasus sampel yang mengalami
miotoksisitas atau terdiagnosis rhabdomiolisis yang menjalani pengobatan statin yang berada
di Amerika dan Inggris.
Berdasarkan hal tersebut maka teknik sampling yang digunakan adalah metode non-
probabilitas sampling atau pemilihan sampel yang tidak random ditunjukkan dengan adanya
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi seperti sampel harus mengakami miotoksisitas. Pada
penelitian ini setiap data yang memenuhi kriteria sejumlah sampel yang diperlukan akan
diambil pada penelitian ini. Sehubungan dengan hal tersebut, pada penelitian ini metode
randomisasinya yaitu tidak random karena terdapat kriteria pasien yang harus dipenuhi yang
menunjukkan pasien tersebut mengalami miotoksisitas akibat statin.
Penelitian yang dilakukan pada artikel tersebut telah mendapat persetujuan etik dari
Komite Etik Penelitian Rumah Sakit Royal Adelaide (Royal Adelaide Hospital Research
Ethics Committee) dan Komite Etik Penelitian Kesehatan Aborigin (Aboriginal Health
Research Ethics Committee)
4.3 Hasil
Miotoksisitas serius pada Penduduk Asli Australia yang terpapar statin diidentifikasi
selama periode tujuh tahun (2006–2012) ditemukan sejumlah lima belas kasus yang meliputi
lima kasus dari pencarian internet, tiga kasus yang diidentifikasi dari laboratorium
histopatologi, dua kasus yang dilaporkan langsung ke TGA (Therapeutic Goods
Administration), satu kasus pengalaman pribadi, dan empat  kasus rujukan. Dari lima belas
kasus tersebut terdiri dari delapan perempuan dan tujuh laki-laki dengan rata-rata usia 55
tahun (kisaran 35-69). Gejala yang dialami dari lima belas pasien tersebut berbeda-beda. Satu
pasien keluhan nyeri dada tanpa gejala otot. Sebelas  pasien memiliki rhabdomyolysis (CK>
10.000 U/L). Serta tiga pasien mengalami gagal napas hipoventilasi. Presentasi yang paling
5
umum adalah kelemahan korset tungkai proksimal tanpa rasa sakit. 
Sembilan dari sebelas kasus memiliki rata-rata CK sekitar 50.000 U/L dan melebihi
10.000 U/L. Adapun batas atas kadar CK normal yaitu 150 U/L. Miotoksisitas serius ditandai
dengan peningkatan CK lebih besar dari 10 kali batas normal. Setelah dilakukan penghentian
terapi dengan statin, respon yang ditunjukkan oleh pasien bervariasi. Gejala dapat teratasi dan
kadar statin menjadi normal pada 5 pasien. Sebanyak tiga pasien meninggal dunia, dua pasien
mengalami cacat tetap berat, dan lima pasien lainnya tidak mengalami resolusi pada kadar
CK. CK (Creatine Phosphokinase) merupakan suatu enzim yang mengkatalisis kreatin kinase
banyak ditemukan pada otot, jika kadarnya terlalu tinggi maka akan menyebabkan kelelahan
otot dan kerusakan otot. Obat yang berinteraksi terlibat dalam tujuh kasus.
Faktor resiko terjadinya miotoksisitas terkait penggunaan statin yang dinyatakan dalam
jurnal diantaranya adalah jenis kelamin perempuan, usia lanjut, dosis dan potensi statin
tinggi, dan komorbiditas (hipotiroidisme yang tidak diobati, gangguan fungsi ginjal atau hati,
diabetes, hipertensi dan defisiensi vitamin D7).
Pada pasien yang menerima terapi statin bersamaan dengan inhibitor CYP3A4, atau
dengan gemfibrozil terjadi resiko peningkatan miopati secara substansial pada pasien.
Lovastatin, simvastatin dan pada tingkat lebih rendah, atorvastatin dimetabolisme oleh
CYP3A4. Semua kasus ini (lima belas kasus) menerima baik atorvastatin atau simvastatin,
dan empat telah menggunakan gemfibrozil dalam kombinasi dengan statin. Tiga lainnya
menerima inhibitor CYP3A4 bersamaan (verapamil, amlodipine, fluoxetine).
Dilakukan biopsi pada delapan kasus, tiga menunjukkan polimiositis inflamasi dan lima
miositis nekrosis. Biopsi merupakan tes yang digunakan untuk mendiagnosis myositis. Biopsi
otot mengarah pada diagnosis akhir pada kebanyakan orang dengan myositis. Dari delapan
pasien yang dilakukan biopsi, lima pasien menunjukkan myositis nekrosis dan 3 miositis
inflamasi.
4.4 Kelebihan dan kekurangan penelitian
4.4.1 Kelebihan
Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu: (1) Dapat memberikan bukti yang
kuat berdasarkan kumpulan kasus yang telah dirangkum, berdasarkan jurnal acuan
menunjukkan hasil dari 15 laporan kasus yang telah dirangkum selama 7 tahun (2006-
2012). (2) Memiliki data yang murni berdasarkan hasil observasi yang belum pernah
diterbitkan pada jurnal penelitian lain yang dapat berguna dalam meningkatkan
kewaspadaan terhadap adanya fenomena ini. (3) Dapat menjadi acuan dari penelitian
lebih lanjut agar dapat menangani permasalahan ini di masa mendatang.
6
4.4.2 Kekurangan
Adapun kekurangan dari penelitian ini yaitu: (1) Terbatasnya informasi kasus,
khususnya untuk dua kasus yang dilaporkan langsung ke TGA dan tiga kasus yang
diidentifikasi dari laboratorium histopatologi. (2) Tidak terdapatnya informasi tentang
efek penggunaan berulang dengan statin yang akan membantu untuk lebih jelas
menentukan kausalitas dalam kasus individu. (3) Kurangnya sampel yang representatif
disebabkan lingkup populasi yang hanya terbatas pada daerah Australia Barat dan
Queensland.

7
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah kami rangkum adapun kesimpulan dari
review jurnal adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian yang digunakan pada jurnal acuan adalah penelitian non-eksperimental
observasional berbasis populasi yang bersifat deskriptif.
2. Populasi dari penelitian ini adalah orang Aborigin dan penduduk pribumi Kepulauan
Selat Torres Australia. Sampel penelitian ini yaitu penduduk pribumi Kepulauan Selat
Torres Australia (ATSI) yang menerima statin dan mengalami miotoksisitas serius, yang
diidentifikasi dari tahun 2006 hingga tahun 2012. Kriteria inklusi merupakan sampel
penduduk ATSI yang mengalami SSAM atau Rhabdomyolysis, sedangkan kriteria
eksklusinya adalah kasus sampel yang mengalami SSAM atau Rhabdomyolysis di negara
Amerika Serikat dan Inggris.
3. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah lima belas kasus yang meliputi lima kasus dari
pencarian internet, tiga kasus yang diidentifikasi dari laboratorium histopatologi, dua
kasus yang dilaporkan langsung ke TGA (Therapeutic Goods Administration), satu kasus
pengalaman pribadi, dan empat  kasus rujukan. Dari lima belas kasus tersebut terdiri dari
delapan perempuan dan tujuh laki-laki dengan rata-rata usia 55 tahun (kisaran 35-69).
Presentasi gejala yang paling umum adalah kelemahan korset tungkai proksimal tanpa
rasa sakit. 
4. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu merupakan penelitian yang murni dan orisinil
serta dapat menjadi acuan dalam penelitian lanjutan dalam topik yang sama, namun untuk
kekurangannya yaitu masih memiliki keterbatasan data yang representatif dalam
mendukung hasil observasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Carey, T. S., & Boden, S. D. (2003). A critical guide to case series reports. Jurnal Spine
vol. 28 (15). 1631–1634.
Porta, Miguel. 2008. A Dictionary of Epidemiology. Edisi 5. Oxford University Press: New
York. 33
Sayre J. W., Toklu Hale Z. Ye F., Mazza Joseph, Yale Steven. 2017. Case Reports, Case
series – From Clinical Practice to Evidence-Based Medicine in Graduate Medical
Education. Cureus 9(8): 1546.
Storm B L, Kimmel S E, Hennessy S. 2011. Pharmacoepidemiology Fifth Edition.
Philadelphia: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai