Makalah
Oleh:
1.3 Tujuan
a. Tujuan utama
Untuk mengetahui perbandingan kebijakan gizi yang diterapkan antara
Indonesia dan Malaysia.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui kebijakan gizi di Indonesia dalam mengatasi
permasalahan gizi di Indonesia.
Untuk mengetahui kebijakan gizi di Malaysia dalam mengatasi
permasalahan gizi di Malaysia.
Untuk mengetahui perbandingan kebijakan gizi yang diterapkan
antara Indonesia dengan Malaysia.
BAB II
Pembahasan
2.1 Profil negara
2.1.1 Indonesia
Negara Republik Indonesia adalah salah satu negara yang berada di Asia
Tenggara, yang di lintasi garis khatulistiwa dan berada di antara Benua Asia
dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau.
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.
Geografis
Sistem Pemerintah
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik. Indonesia menjalankan
pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis.dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Presiden yang
dipilih langsung. Ibu kota negara adalah Jakarta.
Ekonomi
Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik
Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah. Pada masa
pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem
ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme
ekonomi. Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi
yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang
hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing. Pada
era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan
melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata
yang tinggi sebesar 7%. Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun
1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai
rupiah yang terkendali,
selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada
industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997
Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an
akibatkrisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu, yang
disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden
Soeharto tanggal 21 Mei 1998.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk
minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor
gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi
pengimpor bersih minyak mentah. Rekan perdagangan terbesar Indonesia
adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia,
Singapura dan Australia.
Sosial Budaya.
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi
pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi
pada periode siklus kehidupan berikutnya. Masa kehamilan merupakan
periode yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di masa
depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat
masa janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu
pada saat remaja atau usia sekolah. United Nations (Januari, 2000)
memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya
peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan mengikuti siklus
kehidupan.
Masalah gizi, disebabkan oleh banyak faktor yang berkaitan dengan masalah
kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi
dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis
(bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi
muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Gizi Kurang
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5
% ( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ). Berita munculnya kembali kasus gizi
buruk yang diawali di Propinsi NTT, NTB, Lampung yang diikuti oleh propinsi-
propinsi lainnya menunjukkan bahwa masalah gizi masyarakat kita masih
rawan. Secara nasional, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27.5% balita
menderita gizi kurang, namun demikian terdapat 110 kabupaten/kota
mempunyai prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, yang
menurut WHO dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat
memprihatinkan, karena mengancam kualitas sumber daya manusia kita
dimasa mendatang.
Menurut hasil UNICEF WHO the world bank joint child malnutrition estimates
2012, diperkirakan 165 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh dunia
mengalami stunted mengalami penurunan dibandingkan dengan sebanyak
253 juta tahun 1990. Tingkat prevalensi stunting tinggi dikalangan anak
dibawah usia lima tahun terdapat di afrika (36%) dan Asia (27%) dan sering
belum diakui sebagai masalah kesehatan Masyarakat, sementara
diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima tahun diseluruh dunia
mengalami masalah berat badan kurang, menurun dibandingkan dengan
perkiraan sebanyak 159 jutabpada tahun 1990. Di Indonesia salah satu
masalah adalah beban ganda masalah Gizi, pada tahun 2010 prevalensi gizi
buruk dan gizi kurang terjadi penurunan menjadi 17,9 %, gizi lebih balita 14
%, dan yang paling mengkhawatirkan terjadi pada perempuan dewasa
mencapai 26, 9 % dan laki laki dewasa sebesar 16, 3 %.
Dilihat dari beratnya masalah gizi menurut WHO, maka masalah gizi kurus di
Indonesia masih tergolong tinggi, prevalensi gizi kurus di Propinsi Jawa Barat
pada tahun 2007 sebesar 9,0 % dan tahun 2010 sebesar 11,0 %, terjadi
peningkatan sebesar 2 %, angka prevalensi gizi kurus di Propinsi Jawa Barat
pada tahun 2010, sudah tergolong menjadi masalah kesehatan Masyarakat
dan tergolong tinggi ( 10 %).Kurang gizi pada ibu hamil
Balita merupakan awal atau periode emas dalam pertumbuhan. Pada saat
balita inilah suplai nutrisi harus benar benar adekuat dan bergizi penting,
karena pada periode inilah kemampuan tumbuh kembang otak anak
mencapai titik yang maksimal. Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan
cukup banyaknya bayi dengan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan ada 350 000
bayi dengan berat lahir rendah di bawah 2500 gram, sebagai salah satu
penyebab utama tingginya kurang gizi pada dan kematian balita. Tahun 2003
prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik
dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan
sebesar 10 % (Susenas 2003). Meskipun sampai tahun 2000 penurunan gizi
kurang cukup berarti, akan tetapi setelah tahun 2000 gizi kurang meningkat
kembali. Gambaran yang terjadi pada gizi buruk yaitu dari tahun 1989 sampai
tahun 1995 meningkat tajam, lalu cenderung fluktuatif sampai dengan tahun
2003.
Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada
masa balita dan tidak adanya perbaikkan pada masa pertumbuhan yang
sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran bila pada usia sekolah
banyak ditemukan anak kurang gizi. Lebih dari sepertiga anak usia sekolah di
Indonesia tergolong pendek saat masuk sekolah sekitar 36,1 %. Hal ini
merupakan salah satu indicator adanya kurang gizi kronis. (Depkes, 2004).
Gizi Lebih
Bila gizi kurang identik dengan kurangnya atau ketikmampuan dari factor
ekonomi sedangkan pada masalah gizi lebih penyebabnya lebih cenderung
dari ketidakmampuan menahan nafsu makan yang berlebih sehingga pola
makan tidak terkendali. Yang menghawatirkan dari obesitas adalah penyakit
penyakit yang menyertai seperti hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia,
dan penyakit jantung lainnya. Sehingga angka kematian dapat menghantui
penderita obesitas kapanpun.
Masalah gizi mikro yang sudah terungkap sampai dengan tahun 2003 adalah
masalah KVA, GAKY dan Anemia Gizi. Masih banyak masalah gizi mikro lainnya
yang belum terungkap akan tetapi berperan sangat penting terhadap status gizi
penduduk, seperti masalah kurang kalsium, kurang asam folat, kurang vitamin
B1, kurang zink. Mayoritas intervensi yang telah dilakukan untuk mengurangi
masalah KVA, GAKY dan Anemia Gizi di Indonesia masih berkisar pada
suplementasi atau pemberian kapsul vitamin A, kapsul yodium, maupun tablet
besi. Strategi lain yang jauh lebih efektif seperti fortifikasi, penyuluhan untuk
penganekaragaman makanan masih belum dilaksanakan.
Untuk proyeksi masalah gizi mikro sampai dengan tahun 2015 sesuai dengan
informasi yang tersedia sampai dengan tahun 2003 ini hanya dapat dilakukan
untuk masalah KVA, GAKY dan anemia gizi. Data dasar untuk keseluruhan
masalah gizi mikro untuk waktu mendatang perlu dilakukan, karena informasi
untuk kurang kalsium, zink, asam folat, vitamin B1 hanya tersedia dari hasil
informasi konsumsi makanan pada tingkat rumah tangga yang cenderung defrisit
dalam makanan sehari-hari.
Pada uraian sebelumnya diketahui masalah KVA pada balita diketahui hanya dari
hasil survei 1992. Pada survei tersebut dinyatakan masalah xeroftalmia sebagai
dampak dari KVA sudah dinyatakan bebas dari Indonesia, akan tetapi 50% balita
masih menderita serum retinal <20 mg, dimana dengan situasi ini akan dapat
mencetus kembali munculnya kasus xeroftalmia. Dari beberapa laporan, kasus
xeroftalmia ternyata sudah mulai muncul kembali, terutama di NTB.
Akan tetapi, penurunan ini secara nasional tidak terjadi, masih banyak masalah
yang belum teratasi secara tuntas dalam penanggulangan ini, antara lain
konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga masih belum universal
(SUSENAS 2003 menunjukkan hanya 73% rumah tangga mengkonsumsi garam
beryodium).
Selain itu pemantauan pemberian kapsul yodium pada daerah endemik berat dan
sedang tidak diketahui sampai sejauh mana kapsul ini diberikan pada kelompok
sasaran. Mengingat masalah GAKY sangat erat kaitannya dengan kandungan
yodium dalam tanah, pada umumnya prevalensi GAKY pada penduduk yang
tinggal di daerah endemik berat dan sedang dapat menurun setelah intervensi
kapsul yodium dalam periode tertentu dan akan membaik jika konsumsi garam
beryodium dapat universal.
Akan tetapi jika pemberian kapsul tidak tepat sasaran dan garam beyodium tidak
bisa universal, prevalensi GAKY ada kemungkinan akan meningkat lagi. Dengan
kondisi ini, ada kemungkinan prevalensi GAKY tidak bisa seratus persen
ditanggulangi dalam kurun waktu 12 tahun kedepan (sampai dengan 2015).
Diharapkan TGR pada tahun 2015 dapat ditekan menjadi kurang dari 5%.
Penanggulangan anemia sampai dengan 2002 masih difokuskan pada ibu hamil.
Seperti yang diungkapkan pada uraian sebelumnya prevalensi anemia pada ibu
hamil menurun dari 50,9% (1995) menjadi 40% (2001). Penanggulangan anemia
untuk yang akan datang diharapkan tidak saja untuk ibu hamil, akan tetapi juga
untuk wanita usia subur dalam rangka menekan angka kematian ibu dan
meningkatkan produktivitas kerja.
Angka prevalensi anemia pada WUS menurut SKRT 2001 adalah 27,1%.
Diproyeksikan angka ini menjadi 20% pada tahun 2015. Asumsi penurunan
hanya sekitar 30% sampai dengan 2015, karena sampai dengan tahun 2002,
intervensi penanggulangan anemia pada WUS masih belum intensif.
Asumsi penurunan prevalensi masalah gizi ini perlu disempurnakan dengan
memperhatikan angka kecenderungan kematian, pola penyakit, tingkat
konsumsi, pendapatan dan pendidikan. Selain itu sampai dengan tahun 2003,
masih banyak masalah gizi yang belum terungkap terutama berkaitan dengan
masalah gizi mikro lainnya yang mempunyai peran penting dalam perbaikan gizi
secara menyeluruh.
2.1.3 Malaysia
Penduduk Malaysia mencapai 28,3 juta jiwa yang mana mayoritas penduduknya
adalah penduduk asli atau pribumi negeri itu, yang dalam bahasa Melayu biasa
dikenal dengan sebutan bumiputera. Penduduk asli Malaysia mencapai 67,4
persen dari populasi total, orang-orang Cina mencapai 24,6 persen dan India
mencapai 7,3 persen.
Geografis
Malaysia terdiri atas dua kawasan utama yang terpisah oleh Laut Cina Selatan.
Keduanya memiliki bentuk muka bumi yang hampir sama, yaitu dari pinggir laut
yang landai hingga hutan lebat dan bukit tinggi. Puncak tertinggi di Malaysia (dan
juga di Kalimantan) yaitu Gunung Kinabalu setinggi 4.095,2 meter di Sabah. Iklim
lokal adalah khatulistiwa dan dicirikan oleh anginmuson barat daya (April hingga
Oktober) dan timur laut (Oktober hingga Februari).
Malaysia bagian timur : terletak di Pulau Kalimantan bagian utara dan berbatasan
dengan Laut Cina Selatan dan Brunai Darusallam. Di sebelah selatan
berbatasan dengan Indonesia, di sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulu, di
sebelah barat berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Laut Natuna.
Sistem Pemerintahan
Malaysia dengan sumber daya alam semisal sektor pertanian, kehutanan, dan
pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah salah satu pengekspor
terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama dengan damar dan
kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi
pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama
perdagangan internasional Malaysia.
Malaysia adalah negara agraris, yang menghasilkan padi, karet, kelapa sawit,
kelapa dan nenas. Karet dan kelapa sawit merupakan ekspor nonmigas yang
utama. Hasil hutan berupa kayu banyak dihasilkan di Sabah. Pelabuhan ekspor
kayu adalah Sandakan dan Lahad Datu, yang juga menjadi pusat industri kayu
lapis. Hasil tambang Malaysia adalah timah. bijih besi, bauksit dan minyak bumi.
Bagi Malaysia, timah merupakan penghasilan kedua setelah karet.
Ekonomi
Timah dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama yang menjadi
penyokong ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi penghasil timah
terbesar di dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan tahun 1980-an.
Pada abad ke-19 dan ke-20, timah memainkan peran dominan di dalam ekonomi
Malaysia. Pada 1972 minyak bumi dan gas alam mengambil alih timah sebagai
komoditas utama sektor pemurnian mineral. Sementara itu, kontribusi timah
semakin menurun. Penemuan minyak bumi dan gas alam di ladang minyak lepas
pantai Sabah, Sarawak, dan Terengganu memiliki sumbangan penting bagi
ekonomi Malaysia. Mineral lain menurut tingkat kepentingan dan keberartiannya
adalah tembaga, bauksit, besi, dan batu bara bersama-sama dengan mineral
industri seperti tanah liat, kaolin, silika, batu gamping, barit, fosfat, dan bebatuan
dimensi seperti granit juga blok dan lempengan marmer.
Sosial Budaya
Malaysia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat
keberangaman etnis dan kebudayaan yang cukup tinggi. Adalah etnis melayu
yang menduduki prosentasi penduduk yang paling banyak di Malaysia yaitu
sebanyak 48,5%. Setelah melayu masih ada beberapa etnis pribumi yang
mempunyai presentase sebanyak 10,5%. Sebanyak 14,7% sisanya adalah
penduduk bukan pribumi yaitu etnis tionghoa dan india . Sementara itu dalam
agama, Islam adalah agama mayoritas etnis melayu yang juga mayoritas agama
di Malaysia mempunyai prosentase 53%. Sisanya adalah Budha 29%, Hindu 9%,
dan agama lain seperti Kristen, tao, konfusius sebanyak 9%.
Melalui etnisitas tersebut, Pemerintah Malaysia membagi etnis tersebut
berdasarkan etnis bumi putra atau pribumi dan etnis non-pribumi. Pembagian
tersebut memasukkan Melayu dan beberapa etnis kecil lain seperti Iban,
Kadazan, Melanou, Bidayuh dsb menjadi etnis pribumi. Sementara itu etnis
tionghoa dan india adalah etnis non-pribumi. Pembagian ini didasarkan pada
alasan historis dimana etnis melayu telah tinggal di Malaysia sejak zaman pra-
sejarah.
Persengketaan etnis pribumi dan etnis tionghoa telah terjadi pada saat Malaysia
belum mendapatkan kemerdekaannya hingga saat ini. Penduduk melayu
memandang penduduk tionghoa sebagai orang yang agresif, dan tidak
menggunakan moral dalam berbisnis dan berdagangan. Sementara itu etnis
tionghoa melihat etnis melayu sebagai sekumpulan orang yang pemalas, suka
berkhayal dan tidak memiliki motivasi dalam bekerja. Tidak hanya persengketaan
antar etnis yang terjadi di Malaysia, namun juga sulitnya bagi masing-masing
etnis untuk membaur satu sama lain.
2.2.1 Indonesia
Tujuan umum :
Tujuan Khusus :
Fasilitas strategi :
Fondasi strategi :
2.3.1 Indonesia
2.3.2 Malaysia
2.4.1 Indonesia
2.4.1 Malaysia
The Tenth Malaysia Health Plan (2010 - 2015) 1care For 1 Malaysia
Tema 9MP adalah 'menuju kesehatan yang lebih baik melalui konsolidasi jasa
kesehatan. Hal ini sesuai dengan 5 Thrust Misi Nasional yaitu Thrust 4 yaitu
untuk memperbaiki Standar dan keberlanjutan kualitas hidup.
Tujuan 9MP untuk kesehatan dibagi menjadi dua tujuan utama dan empat
tujuan pendukung:
Tujuan Utama
Sasaran Pendukung
2.5.1 Indonesia
Pusat Informasi nutrisi didirikan di tingkat Nasional dan Negara Bagian untuk
mempromosikan konsep makan sehat Ini mempromosikan nutrisi anak, nutrisi
remaja, nutrisi pada institusi dan nutrisi orang dewasa, nutrisi untuk orang tua
dan mereka yang memiliki kebutuhan khusus melalui makanan sehat. Hal Ini
bertindak sebagai pusat referensi bagi masyarakat untuk memperoleh akses
terhadap informasi gizi. Saat ini, ada total 14 Informasi Pusat Nutrisi di seluruh
Malaysia. Dapur Masyarakat Sehat didirikan di pusat kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan. Saat ini di Malaysia, total 48 Dapur Komunitas Sehat
sedang beroperasi.Ini membantu memberdayakan masyarakat dengan
mengajarkan pilihan makanan dan metode memasak untuk memperbaiki status
gizi mereka. Sebanyak 17.602 orang telah memanfaatkan dapur kesehatan ini.
Bulan Nutrisi Malaysia diamati setiap tahun di Malaysia pada bulan April. Untuk
Studi Obesitas (MASO) yang didukung oleh Depkes untuk mempromosikan
makan sehat dan hidup aktif. Berbagai aktivitas terkait nutrisi dilakukan selama
NMM baik tingkat nasional maupun negara bagian
4. Rehabilitation Programme for Malnourished Childern (Program
Pemilihan Kanak-Kanak Kekurangan Zat Makanan, PPKZM)
3.1KESIMPULAN
Kemenkes Malaysia. 2006. National Plan of Action for Nutrition of Malaysia 2006-
2016. Putrajaya. Kementrian Kesehatan Malaysia.
Kemenkes Malaysia. 2016. National Plan of Action for Nutrition of Malaysia III
2016-2025. Purajaya: Kementrian Kesehatan Malaysia.