Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat yang berbudaya sehat tentu merupakan
salah satu cita-cita pembangunan nasional yang telah terpatri sejak
bangsa

ini

mendeklarasikan

kemerdekaannya.

Negara

sudah

sepatutnya menjamin setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat tak


terkecuali kesehatan setiap orang. Menciptakan masyarakat yang
sehat artinya pemerintah juga mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkompeten dan mampu bersaing dari segi intelektualitas.
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan menyediakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
(puskesmas) sebagai wadah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Puskesmas memiliki banyak peranan vital, mulai dari
peran preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif, sehingga
dianggap sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Maka perlu kiranya bagi
pemerintah untuk melestarikan keberadaan puskesmas dan terus
melakukan perbaikan bukan hanya pada sumber daya yang ada di
puskesmas itu sendiri melainkan pula sumber daya manusia yang ada
di puskesmas secara berkesinambungan.
Puskesmas secara detail juga memiliki fungsi untuk mencatat
bagaimana penyebaran penyakit yang terjadi di suatu wilayah. Itulah
kenapa kemudian peranan tenaga epidemiologi di puskesmas menjadi
sangat penting. Secara menyeluruh, tenaga epidemiologi bertanggung
jawab dalam mengelola prevalensi dan insidensi penyakit dan
memperhatikan betul bagaimana bentuk evaluasi dari temuan
penyakit tersebut. Belum lagi kegiatan surveilans epidemiologi di
puskesmas yang secara umum bertugas untuk mengumpulkan,
mengelola, interpretasi, hingga evaluasi nyata dengan memperhatikan
beberapa faktor risiko seperti lingkungan, perilaku, dan hal lainnya.

Pola pencatatan penyakit terbanyak di puskesmas setiap tahunnya


perlu menjadi perhatian setiap petugas puskesmas. Dengan adanya
tampilan data terkait jumlah kejadian penyakit, maka pemerintah
dapat lebih efektif dalam menentukan prioritas permasalahan apa
yang harus segera ditanggulangi. Pengamatan yang detail disertai
data-data yang real mendorong semua oknum kesehatan untuk
melakukan evaluasi terkait kinerja dan kebutuhan apa yang harus
segera dipenuhi. Jadi penting adanya untuk terus melakukan
interpretasi data terhadap penyakit terbanyak yang terjadi di wilayah
tertentu mulai dari catatan harian, mingguan, bulanan, hingga
tahunan, agar kontrol lebih mudah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan surveilans di Puskesmas Tonsea Lama?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan surveilans 10 penyakit menonjol
di Puskesmas Tonsea Lama
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pelaksanaan

surveilans

10

penyakit

menonjol berdasarkan komponen-komponen surveilans


b. Untuk mengetahui gambaran 10 penyakit menonjol
berdasarkan orang
c. Untuk mengetahui

gambaran

10

penyakit

menonjol

berdasarkan waktu
d. Untuk mengetahui

gambaran

10

penyakit

menonjol

berdasarkan tempat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Surveilans
1. Definisi Surveilans
Sedangkan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus-menerus, terhadap penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan

dan penularan penyakit, agar dapat melakukan

tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses


pengumpulan

data,

pengolahan

dan

penyebaran

informasi

epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.


Surveilans adalah kegiatan pengamatan secara sistematis
dan

terus-menerus

pengumpulan

(host,

terhadap
agent,

suatu

penyakit

enverotmen

dengan

dan

cara

determinan)

pengolahan, analisis, interprestasi, sampai dengan desiminasi


informasi kepada unit terkait yang membutuhkan untuk mengambil
tindakan.
Istilah

surveilans berasal

dari

bahasa

Prancis, yaitu

surveillance, yang berarti mengamati tentang sesuatu.Meskipun


konsep surveilans telah berkembang cukup lama, tetapi seringkali
timbul kerancuan dengan kata surveillance dalam bahasa inggris,
yang

berarti

mengawasi

perorangan

yang

sedang

dicurigai. Sebelum tahun 1950, surveilans memang diartikan


sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita
penyakit menular, sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini
mungkin dan diisolasi secepatnya serta dapat diambil langkahlangkah pengendalian seawal mungkin.Selanjutnya, pengertian
surveilans epidemiologi yaitu kegiatan untuk memonitor frekuensi
dan distribusi penyakit di masyarakat.

2. Tujuan Surveilans
Tujuan surveilans adalah untuk mendapatkan informasi
tentang penyakit atau masalah kesehatan lainnya, meliputi

frekuensi, distribusi, prevalensi, insidensi dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya secara cepat.

Dengan demikian tindakan

pencegahan dan penanggulangan secara cepat dan benar dapat


dilakukan, agar dapat menjawab pertanyaan siapa, dimana, dan
kapan (who, where and when).
3. Komponen Surveilans
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data surveilans dapat dilakukan melalui
surveilans pasif dan surveilans aktif. Surveilans aktif dilakukan
dengan cara kunjungan ke unit sumber data di puskesmas,
rumah sakit, laboratorium serta langsung di masyarakat atau
sumber data lainnya seperti pusat riset dan penelitian yang
berkaitan secara sistematik dan terus-menerus. Menurut WHO,
sumber data surveilans antara lain:
1) Pencatatan angka kematian

2) Laporan penyakit
3) Laporan hasil pemeriksaan laboratorium
4) Penyelidikan atau laporan penyakit yang dilakukan secara
perorangan
Survei

5)
6) Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir penyakit pada
hewan
Data kependudukan dan lingkungan

7)
8) Laporan wabah atau kejadian luar biasa (KLB)
9) Penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan
10) Data lain serta catatan medik RS, absensi

anak

sekolah/ pekerja, survei rumah tangga dan lain-lain.


b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data
mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa
sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah
dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau
bentuk

lainnya.

Kompilasi

data

tersebut

harus

dapat

memberikan keterangan yang berarti.


c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya


dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan
memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat.
d. Diseminasi
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki
keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam
suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada
semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
Hasil analisis dan interpretasi data, selain dipakai sendiri
oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan tindak lanjut dan
perencanaan program. Hasil tersebut harus disebarluaskan
sebagai laporan kepada atasan, dikirim sebagai umpan balik
(feed back) kepada UPK pemberi laporan, kepada lintas
program dan lintas sektor, para pengambil keputusan serta
masyarakat.

B. Tinjauan Umum 10 Penyakit


1. Hipertensi
1) Gambaran Epidemiologi
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih besar dari 140mmHg dan atau diastolik lebih besar
dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2007).
Menurut catatan WHO tahun 2011 ada satu miliyar orang di
dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada
di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang.
Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di
seluruh dunia menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2013).
Sementara itu prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat
melalui pengukuran pada umur 18 tahun adalah sebesar
25,8% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).

2) Penyebab
a) Keturunan
Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Jika seseorang
memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan
darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa
masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian

menunjukkan

bahwa

ada

bukti

gen

yang

diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.


b) Usia
Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak
dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat
muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda
dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang
normal.
c) Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat
pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan
mereka yang berkulit hitam.
d) Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda,
dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding
pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah
menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
e) Obesitas / Kegemukan
Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat
badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita
tekanan darah tinggi.
f) Stres
Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat
memicu tekanan darah tinggi.
g) Rokok

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah


menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan
risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu,
kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki
tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat
berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan darah.
h) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman
cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i) Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
j) Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur
mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun
jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita

3)

tekanan darah tinggi.


Tanda/Gejala
Pada sebagian besar

penderita,

hipertensi

tidak

menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa


gejala bisa terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud misalnya
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
normal.
Pada hipertensi berat atau menahun yang tidak diobati,
maka bisa timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, sesak nafas, gelisah, nyeri dada, atau
pandangan menjadi kabur. Kondisi ini terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang
penderita hipertensi berat juga bisa mengalami penurunan
kesadaran atau bahkan koma.

4) Pengobatan
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan pasien dan
penyakit lain yang ada pada pasien hipertensi.
Pengobatan hipertensi meliputi beberapa langkah yang
terdiri dari :
a) Langkah Pertama : pemberian obat pilihan pertama yang
digunakan

dalam

pengobatan

hipertensi

ini

adalah

menggunakan diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

b)

inhibitor.
Langkah Kedua : Alternatif yang bisa diberikan dalam
langkah ini yaitu dengan dosis obat pertama dinaikan,
diganti jenis lain dari obat pilihan pertama dan yang
selanjutnya ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa
obat diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,

c)

clonidin, reserphin, vasodilator.


Langkah Ketiga : Alternatif yang bisa ditempuh yaitu

d)

dengan obat ke-2 diganti dan ditambah obat ke-3 jenis lain.
Langkah Keempat : Alternatif pemberian obatnya ditambah
obat ke-3 dan ke-4, mengevaluasi kembali dan konsultasi,
follow up yang bertujuan untuk mempertahankan therapi.

Selanjutnya dalam rangka mempertahankan terapi jangka


panjang dari pengobatan hipertensi itu sendiri memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas

kesehatan ( dokter, perawat ) dengan cara pemberian


pendidikan kesehatan.

5) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hipertensi


a. Pencegahan Primer
1. Meningkatkan pengetahuan dan pendidikan

tentang

bahaya penyakit hipertensi


Menerapkan dan meningkatkan perilaku hidup sehat

2.
3. Makan cukup sayur dan buah
4. Rendah garam dan lemak
5. Tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol
6. stirahat yang cukup dan olahraga
7. Hindari kegiatan yang menimbulkan stress
8. Mengenali penyakit lain pemicu hipertensia

b. Pencegahan Sekunder
1. Pengukuran Tekanan Darah
2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengobatan/Perawatan
Pengobatan segera
Menghindari komplikasi
Menstabilkan tekanan darah
Memperkecil efek samping pengobatan
Mengobati penyakit penyerta seperti; DM, PJK, dll
Menghindari faktor risiko hipertensi media pencegahan

hipertensi.
c. Pencegahan Tersier
1. Menurunkan tekanan darah ketingkat normal
2. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga
tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh
3. Memulihkan
kerusakan
organ
dengan
obat
anthipertensi
4. Mengontrol tekanan darah sehingga tidak menimbulkan
komplikasi penyakit seperti stroke, PJK dll
5. Melakukan penanganan tepat dan cepat, menghindari
kecacatan
terkendali
2. ISPA

dan

kematian

akibat

hipertensi

tak

1) Gambaran Epidemiologi
ISPA adalah suatu penyakit yang banyak diderita oleh anakanak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju yang
juga merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu
kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Episode penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun
(rata-rata 4kali per tahun),artinya seorang balita rata-rata
mendapatkan

serangan

batuk

pilek

sebanyak

3-6

kali

setahun.ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran


pernapasan atas. Akan tetapi secara klinis, ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa
hidung

sampai

gelembung

paru,

beserta

organ-organ

disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput


paru.
a) Menurut Orang
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak-anak. Daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan
orang dewasa karena system pertahanan tubuhnya belum
kuat. Apabila di dalam satu rumah ada anggota keluarga
terkena pilek, anak-anak akan lebih mudah tertular. Dengan
kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran
penyakit menjadi cepat.
ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi
dan balita di Indonesia. Menurut para ahli hamper semua
kematian ISPA pada bayi dan balita umumnya disebabkan
oleh ISPA bawah.
Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa
proporsi ISPA sebagai penyebab kematian bayi <1 tahun
adalah27,6% sedangkan proporsi ISPA sebagai penyebab
kematian anak balita.

b) Menurut Tempat
ISPA masih merupakan masalah kesehatan bauk di
negara maju maupun Negara berkembang. Dalam satu
tahun rata-rata seorang anak di pedesaan dapat terserang
ISPA tiga kali, sedangkan daerah perkotaan sampai enam
kali.
Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa
angka kesakitan ISPA di kota cenderung lebih besar
daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di
kota yang lebih tinggi daripada di desa.
c) Menurut Waktu
Berdasarkan data SKRT (1986-2001), bahwa proporsi
kematian karena ISPA di Indonesia pada bayi dan balita
menunjukkan penurunan dan peningkatan yaitu pada bayi
di tahun1986 dengan PMR 18,85%, tahun 1992 PMR
36,4%, tahun 1995 PMR 32,10% dan tahun 2001 PMR
27,6%.
2) Penyebab
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA
bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan
ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan
mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat
sehingga

menimbulkan

beberapa

masalah

dalam

penanganannya.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
streptcocus,

Stapilococcus,

Pneumococcus,

Hemofillus,

Bordetella dan Corinebacterium[8].Bakteri tersebut di udara


bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya
lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim
hujan.

Virus

penyebab

Miksovirus,

ISPA antara

lain

adalah

golongan

Adenovirus,Influenza,Sitomegalovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lainlain. Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain
golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus parainfluensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus.
Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari
sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran
nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab
terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali
hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virusvirus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak
penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas
bagian bawah. Secara etiologi, ISPA juga disebabkan oleh
Jamur

seperti

Aspergillus

Albicans,Hitoplasma,dan lain-lain.
3) Tanda/Gejala
a) Gejala ISPA ringan
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara

parau

sp.,Candida

pada

waktu

mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara


atau menangis)
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 oC.
b) Gejala ISPA sedang
1. Pernafasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu
umur kelompok <2 bulan frekuensi nafas 60 kai per
menit dan kelompok umur 2 bulan sampai <5 tahun
frekuensi nafas 50 kali permenit atau lebih dan
kelompok umur 2 sampai 12 bulan dan 40 kali permenit
atau lebih pada umur 12 bulan sampai <5 tahun.
2. Suhu lebih dari 39oC
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai
bercak campak

5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang


telinga
6. Pernafasan berbunyi seperti menggorok (mendengkur)
c) Gejala dari ISPA berat
1. Bibir atau kulit membiru
2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
3. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak
tampak gelisah
4. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
5. Nadi cepat lebih dari 160 kali permenit atau tidak teraba
6. Tenggorokan berwarna merah
4) Pengobatan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan
di rumah. Jika anak menderita ISPA ringan maka yang harus
dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut:
a) Demam
Bila demam dilakukan kompres. Cara mengompres
adalah sebagai berikut :
1. Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau
handuk kecil).
2. Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang
bersih atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang
bersih atau air es, kemudian peras.
3. Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi
jangan menutupi muka.
4. Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air,
kemudian peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak.
5. Demikian seterusnya sampai demam berkurang.
6. Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam
diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai

dengan

dosisnya,

kemudian

digerus

dan

diminumkan
b) Pilek
Jika anak tersumbat hidungnya oleh ingus maka
usahakanlah

membersihkan

hidung

yang

tersumbat

tersebut agar anak dapat bernafas dengan lancar.


Membersihkan ingus harus hati-hati agar tidak melukai
hidung.
c) Batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur
dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
5) Pencegahan dan Penanggulangan
a. Pencegahan Primer
Ditujukan kepada orang

sehat

dengan

usaha

peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan


pencegahan khusus (specific prevention),diantaranya:
1. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh tenaga ksehatan
dimana kegiatan in diharapkan dapat mengubah sikap
dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat
meningkatkan faktor resiko terjadinya ISPA.kegiztzn
penyuluhzn ini dapat berupa penyuluhan penyakit
ISPA,penyuuhan

ASI

eksklusif,penyuluhan

gizi

seimbang paa ibu dan anak,penyuluhan kesehatan


lingkungan,penyuluhan bahaya rokok.
2. Imunisasi
Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya
anak

perlu

mendapatkan

imunisasi

yaitu

DPT.

Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk


mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya
adalah infeksi saluran nafas.
3. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik.
Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi
cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih
telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang


mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe
dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari
kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral
dari sayuran,dan buah-buahan. Bayi dan balita
hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu
diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat
pertumbuhan.
4. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi
berat badan lahir rendah.
5. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP)
yang menangani masalah polusi baik di dalam maupun
di luar rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat
merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan
hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.
Perilaku

ini

dapat

memperhatikan

dilakukan

rumah

sehat,

lingkungan sehat.
b. Pencegahan Sekunder
Dalam penanggulangan
upaya

pengobatan

dan

melalui
desa

sehat

ISPA dilakukan

diagnosis

upaya

sedini

dan

dengan
mungkin.

Adapunbeberapa hal yang perlu dilakkan ibu untuk


mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah :
1. Mengatasi panas (demam)
Untuk balita , demam diatasi dengan memberikan
parasetamol

atau

dengan

kompres

dengan

mengunakan air bersih.


2. Pemberian makanan dan minuman
Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi dan
memberikan ASI,Usahakan memberikan cairan (air
putih /air biasa)lebih banyak dari biasanya.

c. Pencegahan Tersier

Tingkat Pencegahan ini ditujukan kepada balita yang


buka

pneumonia

agar

tidak

menjadi

lebih

parah

(pneumonia) dan mengakibatkan kecacatan dan berakhir


kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan
penyakit bukan pneumonia pada bayi dan balita yaitu
perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas
menjadi sesak,anak tidak mampu minum,dan sakit
bertambah menjadi parah,agar tidak menjadi parh bwalah
anak kembali ke petugas kesehatan dan melakukan
perawatan spesifik dirumah dengan memberikan asuppam
gizi dan lebih sering memberikan.
3. Kulit Alergi
1) Gambaran Epidemiologi
Alergi adalah reaksi seseorang yang menyimpang terhadap
kontak atau pajanan zat asing (alergen), dengan akibat
timbulnya

gejala-gejala

klinis.

Alergen

tersebut

untuk

kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama


tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit.
Penyakit

alergi

adalah

golongan

penyakit

dengan

ciri

peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis terhadap


lingkungan. Walaupun faktor lingkungan merupakan faktor
penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat
diabaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergen tertentu
menunjukkan bahwa

seseorang pernah terpajan dengan

alergen tersebut sebelumnya.


Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat. Diperkirakan 10-20 % penduduk pernah
atau

sedang

menderita

penyakit

tersebut.

Alergi

dapat

menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena


adalah

saluran

napas,

kulit

dan

saluran

pencernaan.

Syamsuridjal dan kawan-kawan (1994) melaporkan penyakit


alergi yang sering dijumpai di Bagian Penyakit Dalam RSCM
Jakarta adalah asma, rinitis, urtikaria dan alergi makanan.

2) Penyebab kulit alergi


Penyebab kulit alergi adalah bahan kimia sederhana dengan
berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton), merupakan
allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik,
sangat reaktif, dapat menmbus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor
berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi, misalnya
potensi sensitisasi allergen, dosis per unit area luas daerah
yang terkena, lama pajanan, oklusisuhu; dan kelembaban
lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya
keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,
ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang
menderita sakit, terpajan sinar matahari).
Alergen-alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan
kulit

yang

nyata

pada

kontak

oertama,

akan

tetapi

menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik setelah lima


sampai tujuh hari atau lebih. Kontak lebih lama pada bagian
tubuh yang sama atau pada bagian tubuh lainnya dengan
allergen akan menyebabkan dermatitis.
3) Tanda/Gejala
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh

gatal,

sedangkan kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit,


batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran dapat setempat,
generalisata, bahkan universal.
Berikut adalah berbagai

bentuk

kelainan

kulit

atau

efloresensi berdasarkan stadium:


a. Stadium akut; eritema, edema, vesikel atau bula, erosi atau
eksudasi, sehingga tampak basah (madidans)
b. Stadium subakut; eritema berkurang, eksudasi mengering
menjadi krusta.
c. Stadium
kronik;

tampak

lesi

kering,

skuama,

hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, dapat pula terdapat erosi


atau ekskoriasi akibat garukan berulang.
d. Gambaran klinis tidaklah harus sesuai stadium, karena suatu
penyakit dermatitis muncul dengan gejala stadium kronis.

Begitu pula dengan efloresensi tidak harus polimorfik, karena


dapat muncul oligomorfik (beberapa) saja. Keluhan penyakit
dermatitis merupakan hal yang sering terjadi, karena
penyakit ini dapat menyerang pada orang dengan rentang
usia yang bervariasi, mulai dari bayi hingga dewasa serta
tidak terkait dengan faktor jenis kelamin.
4) Pengobatan
Pengobatan kelainan kul;it yang terjadi akibat makanan tidak
berbeda dengan pengobatan kelainan kulit akibat penyebab lain
yang bukan makanan. Bila diagnosis hipersensitivitas makanan
telah ditegakkan, maka alergen penyebab harus dihindari.
Diagnosis alergi makanan pada masa anak tidak bersifat
menetap seumur hidup, dan dianjurkan untuk melaksanakan
evaluasi ulang dengan uji kulit, pemeriksaan RAST atau oral
challenge setiap 1-3 tahun. Keadaan ini tidak berlaku untuk
dermatitis

herpetiformis,

sehingga

pada

penghindaran alergen berlaku seumur hidup.


Pengobatan
Sistemik.
Antihistamin,

penyakit

ini

misalnya

chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine. Kortikosteroid


sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau
eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek
(7-10 hari).
Pengobatan Topikal. Bergantung pada jenis kelainan kulit.
Pada bayi kelainan eksudatif, dikompres, misalnya dengan
larutan asam salisil 1/ 1000 atau permanganas kalikus 1/
10.000. setelah kering, dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1
% atau 2 %. Pada anak dan dewasa tidak digunakan kompres
karena kelainan kulit kering, melainkan salap karena daya
penetrasi lebih baik.
5) Pencegahan dan Penanggulangan
4. Kecelakaan dan Rudapaksa
1) Gambaran Epidemiologi
Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat
mendadak sehingga tidak terduga dan terkandalai, bahkan juga

tidak dapat juga diramalkan. Bentuk kecelakaan ini umumnya


terjadi di dunia transportasi dan lalu lintas dalam bentuk
kecelakaan

lalu

lintas.

Tetapi

sesuai

dengan

namanya,

kecelakaan dapat terjadi setiap saat pada semua tempat


dengan berbagai bentuknya.
Sekitar 3,5 juta jiwa manusia di duia terenggut tiap tahunnya
akibat kecelakaan dan kekerasan. Sebanya 2 juta diantaranya
adalah korban kecelakaan di jalan raya. Di Indinesia, sejumlah
kecalakaan ini meningkat dari taun ketahun. Pada tahun 1988,
menurut catatan jasa raharja, korban yang meninggal tercatat
atau luka sekitas 36.000 jiwa. Tahun 1992 terjadi 40.500 jiwa
korban KLL; lebih 100 kejadian per hari. Jumlah ini tentu belum
termasuk yang belum terpantau oleh jasa raharja. Belum lagi
kecelakaan ditempat-tempat lain seperti tempat-tempat umm
dan rekreasi.
Perhatian dunia terhadap masalah kecelakaan ini cukup
besar. Sekurang-kurang WHO sendiri menberi perhatian khusus
pada tahun 1993 dengan mengambil kecelakaan sebagai tema
hari kesehatan dunia (7 April): Sayangi Hidup, Hindari
Kecelakaan dan Kekerasan.
Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap saan dan dimana
saja. Namun kecelakaan tersebut sering terjadi pada saat
manusia bergerak atau berlalu-lintas. Dan lalu-lintas itu dapat
terjadi hamper pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi
dimana-mana. Kesibukan dilalu-lintas terjadi di darat, laut dan
udara. Hingga dewasa ini masih banyak ditujukan pada lalulintas di darat maupun masalah lalulintas di laut dan udara tidak
kalah menriknya.
2) Penyebab
Menurut Bennett dalamSantoso (2004) terdapat empat faktor
bergerak

dalam

satu

kesatuan

berantai

yang

dapat

menyebabkan kecelakaan, yaitu : lingkungan, peralatan, bahaya


dan manusia. Ada beberapa sebab yang memungkinkan

terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai


(Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu :
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang
berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak
tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman
yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak
stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai
yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang
lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang
ceroboh dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
resiko bahaya.
3) Tanda/Gejala

BAB III
METODE SURVEILANS
A. Jenis Metode
Jenis metode yang digunakan adalah pengamatan dengan metode
epidemiologi deskriptif dilakukan untuk mendapat gambaran tentang

distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang


mempengaruhinya.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang termasuk
dalam wilayah kerja Puskesmas Tonsea Lama. Sampelnya adalah
penderita dari 10 penyakit menonjol yang datang berobat di
Puskesmas Tonsea Lama
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu dengan menggunakan buku register (buku
catatan yang telah tercatat) yang berisi Nama pasien, Jenis Kelamin,
Umur, tahun kejadian, dan Alamat. Keterangan tersebut kemudian
akan di input ke komputer untuk pengolahan dan analisis data.juga
pengumpulan data diambil dari laporan bulanan data kesakitan (LB 1)
dari bulan Agustus - Oktober 2015.
D. Pengolahan dan penyajian Data
Proses pengolahan data dengan

menggunakan

system

koputerisasi dengan program Microsoft Excel. Data yang telah diolah


dianalisis secara Deskriptif yaitu penyajian data dalam bentuk tabel
dan grafik.
E. Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi dan grafik, hasil analisis inilah yang digunakan
oleh petugas survailans Puskesmas Tonsea Lama untuk mendeteksi
adanya peningkatan kasus penyakit-penyakit menonjol berdasarkan
orang, tempat, dan waktu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Wilayah
Puskesmas Tonsea lama memiliki wilayah kerja sebanyak 8 desa
yaitu desa Tonsea Lama, Kembuan, Kembuan Satu, Sasaran,
Sumalangka, Wulauan, Kampung Jawa dan Marawas. Dengan
jumlah penduduk di wilayah kerja berjumlah 13.782 orang.

2. Gambaran Komponen Surveilans


a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data
surveilans penyakit dari Puskesmas Tonsea Lama (data
sekunder).
b. Pengolahan Data
Data diolah dalam bentuk tabel, grafik menurut orang, tempat
dan waktu.
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan menurut umur, jenis kelamin, waktu, dan
tempat.
d. Diseminasi
Media penyebaran informasi dibuat dalam bentuk slogan.
3. Gambaran Epidemiologi Penyakit
a. Orang
Dari kesepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Tonsea
Lama, kelompok yang paling dominan berumur (20-70 tahun).

Kesepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Tonsea Lama


cenderung

lebih

tinggi

pada

jenis

kelamin

perempuan

dibandingkan dengan laki-laki.


b. Waktu
Penyakit hipertensi berada di tingkat paling banyak jumlah
penderita

yang

datang

berobat

di

bulan Agustus

dan

September. Tetapi di bulan Oktober mengalami penurunan dan


digantikan dengan penyakit ISPA yang paling banyak jumlah
penderita.
B. Pembahasan
Tabel 10 penyakit menonjol di Puskesmas Tonsea Lama di Bulan
Agustus-Oktober 2015.
No.

Penyakit

1.
2
3
4
5

Hipertensi
ISPA
Kulit Alergi
Kecelakaan
Gastritis
Kelainan

6
7
8
9
10

Refraksi
Karies Gigi
Reumatik
Diare
Tonsilitis

Bulan

Jumlah

Agustus

September

Oktober

295
250
60
36
75

328
221
41
27
26

252
267
52
27
18

875
728
153
90
75

23

15

15

53

0
0
12
0

29
24
7
13

22
19
11
14

51
43
30
27

Dari data diatas didapatkan bahwa penyakit hipertensi merupakan


penyakit yang paling banyak dari 10 penyakit menonjol yang diderita oleh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tonsea Lama dan penyakit yang
paling sedikit diderita.

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lakukan secara periodik dengan buku laporan
bulanan data kesakitan (LB1) dari bulan Agustus-Oktober 2015 di
Puskesmas Tonsea Lama.
2. Pengolahan Data
Hasil pengolahan data dikeluarkan dalam bentuk laporan bulanan
kemudian hasil pengolahan data kasus penyakit disajikan dalam

bentuk tabel, dan grafik dengan menggunakan aplikasi program


komputer Microsoft Excel 2010.
3. Analisis
Analisis data 10 penyakit menonjol di wilayah kerja Puskesmas
Tonsea Lama yaitu bedasarkan, umur dan waktu pada laporan bulan.
Analisis dilakukan dengan melihat jumlah kasus berdasarkan jumlah
kasus menurut umur, dan jumlah kasus menurut waktu (bulanan).
4. Interprestasi Data
a. Bulan Agustus
Penyakit tertinggi yang diderita pada bulan Agustus adalah
hipertensi dengan jumlah 295 orang.
b. Bulan September
Penyakit tertinggi yang diderita pada bulan September adalah
hipertensi dengan jumlah 328 orang. Pada bulan ini terjadi
peningkatan jumlah penderita hipertensi.
c. Bulan Oktober
Penyakit tertinggi yang diderita pada bulan Oktober adalah
ISPA dengan jumlah 267 orang. Pada bulan ini penderita hipertensi
mengalami

penurunan

dan

penderita

ISPA

mengalami

peningkatan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Tonsea Lama yaitu Hipertensi, ISPA, kulit alergi,
kecelakaan, gastritis, kelainan refraksi, karies gigi, reumatik, diare dan
tonsillitis. Penyakit yang tertinggi adalah penyakit hipertensi.
Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan adalah transparansi
data, pembuatan

program

masyarakat, pencatatan
dan evaluasi
puskesmas.

B. Saran

kesehatan

angka

menyeluruh

kejadian

terhadap

yang

sesuai

penyakit

struktur

keadaan

secara

rutin,

pengurus surveilans

Semoga adanya laporan ini dapat memberikan gambaran tentang


temuan kejadian penyakit di puskesmas kassi-kassi sehingga bentuk
tindak lanjut berupa evaluasi kinerja dan program kesehatan dapat
diterapkan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
(Najma, 2011)

Anda mungkin juga menyukai