Anda di halaman 1dari 32

Epidemiologi Deskriptif dan AnalItik Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Kelurahan Guntung Manggis Banjarbaru


Disusun oleh : Kelompok 11

DosenPembimbing:
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes

Oleh:
Ahmad Hijran Harish H1E114057
M.Nor Rahman

H1E114238

Yudha Ajie Pratama

H1E114032

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2016

REKTOR UNLAM

Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc


NIP.19660331 199102 1 001

WAKIL REKTOR 1

Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si

WAKIL REKTOR 2

WAKIL REKTOR 3

WAKIL REKTOR 4

Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D

Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc

NIP. 196001101986032001

NIP. 196401051990031023

NIP. 196707161992031002

NIP. 19671231 199512 1 002

DEKAN FAKULTAS TEKNIK

Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T.,M.T


NIP. 19750719 200003 1 002

KETUA PRODI TEKNIK


LINGKUNGAN

Dr. Rony Riduan, S.T., M.T


NIP. 19761017 199903 1 003

DOSEN MATA KULIAH


EPIDEMOLOGI

Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.


Hyp., S.T., Mkes.
NIP. 19780420 200501 2 002

MAHASISWA

MAHASISWA

MAHASISWA

TEKNIK LINGKUNGAN 2014

TEKNIK LINGKUNGAN 2014

TEKNIK LINGKUNGAN 2014

AHMAD HIJRAN HARISH


H1E114057

M.NOR RAHMAN

H1E114238

YUDHA AJIE PRATAMA


H1E114032

KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur atas
kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum ini.
Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW,
selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan
dan halangan , baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan
kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga
makalahobservasi epidemiologi ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST ., M.Kes selaku
dosen mata kuliah Epidemiologi
2. Bapak selaku kepala puskesmas Guntung Payung Banjarbaru
3. Rekan rekan kelompok yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini

Banjarbaru, November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Lembaran Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi .. ii
Bab I. Pendahulan .. 1
a.
b.
c.
d.

Latar Belakang .. 1
Rumusan Masalah . 2
Tujuan ... 2
Manfaat . 2

Bab II. Tinjauan Pustaka ... 3


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Definisi Epidemiologi .. 3
Macam Macam Epidemiologi ... 6
Ruang Lingkup ..... 8
Tujuan Epidemiologi .... 9
Manfaat Epidemiologi .. 10
Demam Berdarah Dengue .... 12

Bab III. Pembahasan .. 18


Bab.IV. Penutup . 21
a.Kesimpulan 21
b.Saran .. 21
Daftar Pustaka

BAB l

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,
pengendalian, dan factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dandistribusi
penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga
meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah
kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan, usia, jenis kelamin, ras, geografi,
agama, pendidikan, pekerjaan,prilaku, waktu, tempat, orang. (Timmreck, 2005).
Penyakit merupakan salah satu gangguan kehidupan manusia yang telah
dikenal orang sejak dahulu. Pada tahap Hippocrates telah mengembangkan teori
bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi
air, udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori tidak
dijelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam interaksi tersebut, serta tidak
dijelaskan tentang faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan
penyakit.
Pada kehidupan masyarakat Cina dikenal pula teori terjadinya penyakit yang
timbul karena adanya gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia
(teorihumoral). Dalam teori ini dikatakan bahwa dalam tubuh manusia ada empat
macam cairan, yakni cairan putih, kuning, merah, dan hitam. Bila terjadi
gangguan.
keseimbangan tersebut, akan menimbulkan penyakit tertentu, (tergantung
pada jenis cairan mania yang bersifat dominan. Hingga hunt ml, Icon tersebut
masih merupakan dasar dalam sistem pengobatan Cina tradisional.
Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa makhluk hidup
yang mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara dun
lingkungan sekitarnya. Teori ini terutama pada abad pertengahan dan pada waktu
itu lebih mengarah pada kebersihan lingkungan terhadap sisa-sisa peninggalan
makhluk hidup. Contoh pengaruh teori tersebut adalah timbulnya penyakit malaria
yang di kira karena sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di

rawa-rawa (malaria artinya daerah yang jelek) dan masih ada masyarakat yang
tetap menganut teori tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah itu Epidemiologi ?
2. Apakah itu Epidemiologi analitik ?
3. Bagaimana perbedaan Epidemiologi deskriptif dan Epidemiologi analitik?
4. Bagaimana hubungan Epidemiologi deskriptif dan Epidemiologi analitik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi tentang Epidemiologi.
2. Mengetahui definisi tentang Epidemiologi analitik.
3. Mampu membedakan Epidemiologi deskriptif dengan Epidemiologi
analitik.
4. Dapat mengetahui hubungan Epidemiologi deskriptif dengan
Epidemiologi analitik.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa itu Epidemiologi.
2. Dapat mengetahui sumber penyakit dan penyebabnya.
3. Mampu menganalisis sebuah penyakit.
4. mampu mencegah/ menanggulangi sebuah penyakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970). Distribusi
penyakit dapat digambarkan menurut orang (usia, jenis kelamin, dan ras), tempat,
dan waktu, sedangkan pengkajian diterminan penyakit mencakup penjelasan pola
penyebaran penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebarannya.
Istilah epidemologi berasal dari kata epi yang artinya atas, demos yang
artinya rakyat, dan logos yang artinya ilmu, sehingga epidemiologi dapat
dimaknakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi kepada
rakyat. Epidemiologi tidak terbatas membahas tentang wabah.
Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli :
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami
perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam
batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar
epidemiologi, beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian yang mengenai kelompok penduduk. Kelebihannya adalah
adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi
suatu penyakit.

2. Brian Mac Mahon ( 1970 )


Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease
frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab

banyaknya penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di
sini sudah mulai menentukan pembagian penyakit dan mencari penyebab
terjadinya pembagian dari suatu penyakit.

3. Wade Hampton Frost ( 1972 )


Mengartikan bahwa

Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang

fenomena massal ( Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat


alamiah ( Natural History ) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu
itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang
terjadi/mengenai masyarakat/massa.

4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )


Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada
populasi manusia.

5. Gary D. Friedman ( 1974 )


Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
Dapat diartikan epidemiologi adalah ilmu tentang terjadinya penyakit pada
populasi manusia.

6. Abdel R. Omran ( 1974 )


Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya
serta akibat akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

7. Barbara Valanis
Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ;
demos = people ; logos = science ). Istilah dari bahasa yunani.

8. Last ( 1988 )
Epidemiology is study of the distribution and determinants of health
related states or events in specified population and the application of this study to
control of problems. Dapat diartikan bahwa epidemiologi adalah ilmu tentang
disribusi dan determinan peristiwa dalam populasi tertentu dan untuk
mengendalikan masalah tersebut.

9. Elizabeth Barrett

Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases. Diartikan


epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan penyebab penyakit.

10. Hirsch ( 1883 )


Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan
mengkaitkan dengan kondisi eksternal

11. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn


Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries
in groups of people and with the factors which influence their distribution.

12.

Robert H. Fletcher ( 1991 )


Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan

determinan penyakit dalam populasi.

13. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn


Epidemiology is the description and explanation of the differences in
accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the
population has been subdivided according to some characteristic believed to
influence of the event.

14.

Lilienfeld ( 1977 )

Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang


berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat
kesehatan populasi.

15. Moris ( 1964 )


Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.

16. Mac Mohan(1986)


Epidemiologi adalah ilmu yg mempelajari distribusi dan determinan
penyakit.
17.
Gerstman (1998)
The core science of public health bahwa epidemiologi adalah inti dari
disiplin ilmu Public Health(kesehatan masyarakat).
Epidemiologi tidak hanya berfokus pada penyakit, namun juga terhadap
kondisi, perilaku dan kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, yakni:

a) Penyakit (a disease), yaitu suatu penghambatan, penghentian, atau


gangguan fungsi, sistem, dan organ tubuh (misal: kolera, angina, kanker
payudara, infulenza);
b) Kejadian (an event), yaitu sesuatu yang membutuhkan tempat (misal:
tabrakan kendaraan, cedera di tempat kerja, overdosis obat, bunuh diri);
c) Perilaku (a behavior) yaitu cara untuk mengontrol diri sendiri (seperti:
aktivitas fisik, diet, pencegahan kecelakaan_; dan
d) Kondisi (a condition) yaitu keadaan yang sudah terjadi (misal: keadaan
tidak sehat, status kebugaran, atau sesuatu yang penting untuk terjadinya
sesuatu yang lain).
Epidemiologi juga mempelajari hubungan antara penyakit tertentu dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya pada populasi tertentu. Dengan cara ini,
faktor risiko atau faktor protektif yang berhubungan dengan status kesehatan
seseorang atau dengan beberapa kondisi kesehatan tertentu, dapat diidentifikasi.
Seperti diketahui bahwa faktor risiko dan penyakit tidak terdistribusi secara
acak/random pada populasi. Akan tetapi terdapat populasi yang lebih sering
berhubungan dengan penyakit dan faktor risiko dibanding populasi lain (Kramer
et al, 2001). Berdasarkan hal inilah, maka dapat ditentukan tingkat kerentanan
suatu populasi dibanding populasi yang lain terhadap penyakit.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas :
1. Epidemiologi klasik : terutama mempelajari tentang penyakit menular
wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
2. Epidemiologi modern : merupakan sekumpulan konsep yang digunakan
dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk
penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular
bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan
lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi atas :
a. Epidemiologi lapangan
b. Epidemiologi komunitas
c. Epidemiologi klinik
2.2 Macam Macam Epidemiologi
Macam Macam Epidemiologi, yaitu sebagai berikut :

1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi
deskriptif

adalah

epidemiologi

yang

mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah


kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut.
2) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang
ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan
dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat
hubungannya dengan timbulnya masalah.Bentuk kegiatan ini
dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam
populasi tertentu. Dengan membandingkan populasi tersebut
terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama
pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam
mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun
masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu
dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu, epidemiologi
deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya peyakit atau gangguan kesehatan
pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data
epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari
berbagai disiplin seperti : data genetika, biokimia, lingkungan
hidup, mikrobiologi, social-ekonomi dan sumber keterangan
lainnya.
Sebagai contoh penggunaan epiemiologi deskriptif antara
lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit
menular yang timbul pada masyarakat. Selain itu, penggunaan
epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis
masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat
dan penilaian hasil usaha dibdang kesehatan masyarakat, serta
bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang
kependudukan, keluarga berencana dan gizi. Dalam epidemiologi
deskriptif terdapat beberapa variabel :

1. Orang/Person

umur,

pekerjaan,
penghasilan,

jenis

golongan

kelamin,

etnik,status

besarnya keluarga, struktur keluarga.


2. Tempat/place.
3. Waktu/Time ; fluktuasi jangka pendek,

kelassosial,
perkawinan,

perubahan

siklis,
perubahan sekuler.
3) Epidemiologi Analitik
Adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian
jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi penyebaran
serta munculnya suatu masalah kesehatan. Dibagi dalam dua
kelompok :
1. Studi Observasional
2. Studi Eksperimental
2.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup :
-

Penyakit menular wabah


Penyakit menular bukan wabah
Penyakit tidak menular
Masalah kesehatan lainnya

Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas dapat


dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan studi mengenai
penduduk, sedangkan ruang lingku epidemiologi klinik yang mempelajari
mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan riwayat alamiah penyakit.
Keunikan epidemiologi jika dibandingkan dengan cabang-cabang lain ilmu
kedokteran dan ilmu kesehatan ialah:
1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, melainkan kelompok orang.
2. Epidemiologi memperbandingkan satu kelompok dengan kelompok
lainnya dalam masyarakat
3. Epidemiologi mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu lebih
sering memiliki suatu karakteristik tertentu dari pada kelompok tanpa

kondisi tersebut . kelompok yang lebih sering memiliki karakteristik


tertentu tersebut dinamakan kelompok berisiko tinggi (high risk group).
Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat
menular/infeksi dan akut. Pada perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga
mempelajari penyakit tidak menular juga kronis, masalah sosial/prilaku, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan, serta di luar bidang kesehatan. Ruang lingkup
epidemiologi, meliputi :
1. Epidemiologi Penyakit Menular
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3. Epidemiologi Klinik
Epidemiologi tidak berkembang dalam ruang hampa. Aneka ilmudan
peristiwa, seperti kedokteran, kedokteran sosial, revolusi mikrobiologi, demografi,
sosiologi, ekonomi, statistik, fisika, kimia, biologi molekuler, dan teknologi
komputer, telah mempengaruhi perkembangan teori dan metode epidemiologi.
Demikian pula peristiwa besar sepertiThe Black Death (wabah sampar), pandemi
cacar, revolusi industri (dengan penyakit okupasi), pandemi Influenza Spanyol
(The Great Influenza)
Beberapa contoh peristiwa epidemiologis yang mempengaruhi filosofi
manusia dalam memandang penyakit dan cara mengatasi masalah kesehatan
populasi. Sejarah epidemiologi perlu dipelajari agar orang mengetahui konteks
sejarah, konteks sosial, kultural, politik, dan ekonomi yang melatari
perkembangan

epidemiologi,

sehingga

konsep,

teori,

dan

metodologi

epidemiologi dapat diterapkan dengan tepat (Perdiguoero et al., 2001).


2.4 Tujuan Epidemiologi
Tujuan Epidemiologisecara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak
dicapai dalam memperlajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi
distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh
informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:

1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat


keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makananyang
tercemar dan menemukan penyebabnya.
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara
karsino paru-paru dan abses.
3. Menentukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan hewan
konsisten dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang
terjadinya karsinoma kandung kemih pada hewan yang diolesi tir.
Untukmengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan
kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita
karsinoma kandung kemih yang dirawat di rumah sakit. Dari hasil analisis
ditemukan bahwa penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak
terpajan olehrokok dibandingkan dengan bukan penderita (studi case
control hospitalbased).
4. Memperoleh informasi

yang

dapat

digunakan

sebagai

bahan

pertimbangandalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah


kesehatan, sertamenentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat,
misalnya:
a) Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat di mas
yarakat

dapat

digunakan

untuk

menyusun

rencana

kebutuhanpelayanan kesehatan di suatu wilayah dan menentukan


prioritasmasalah.
b) Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insiden
sitetanus neonatorum di suatu wilayah cukup tinggi maka data
tersebutdapat digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan
efisien dalam menanggulangi masalah tersebut, misalnya dengan
mengirimprtugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada
ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
2.5 Manfaat Epidemiologi
Manfaat Epidemiologi bagi seorang tenaga kesehatan, khususnya bidan,
yang akan diterjunkan ke masyarakat hendaknya memahami tujuan dan manfaat
ilmu epidemiologi bagi kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak. Tujuan
dan manfaat tersebut antara lain diuraikan di bawah ini.

1. Mempelajari Riwayat Alamiah Penyakit Pengetahuan tentang riwayat


alamiah suatu penyakit penting untuk menggambarkan perjalanan
penyakit, trauma yang berkaitan dengan orang(man), waktu (time), tempat
(place). Dengan mengetahui riwayat alamiah penyakit tersebut dapat
diupayakan tindakan pencegahan atau penghentian perjalanan penyakit
tersebut. Epidemiologi dapat digunakan untuk memahami kecenderungan
dan prediksi kejadian penyakit. Misalnya, penyakit demam berdarah yang
terjadinya antara peralihan musim hujan ke musim kemarau. Di sini
petugas kesehatan sudah dapat memahami siklus alamiah penyakitnya dan
dapat

memotong

rantai

terjadinya

penyakit

tersebut.Selain

itu,

epidemiologi sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pelayanan


kesehatan. Misalnya, membuat program perencanaan kesehatan menjadi
efisien dan akurat.
2. Menentukan Masalah

Komunitas

Kejadian-kejadian

yang

dapat

menyebabkan gangguan kesehatan di antaranya penyakit, kondisi,


kecelakaan, gangguan, kelainan atau kecacatan apapun yang menyebabkan
kesakitan, kematian dan masalah kesehatan yang terjadi pada komunitas
atau wilayah tertentu. Harus ditelusuri mengapa masalah tersebut terjadi
sehingga masalah dapat dicegah di lain waktu. Dengan menjelaskan
mengapa terjadi suatu masalah kesehatan tersebut dan mengetahui
penyebabnya,

dapat

disusun

langkahlangkah

pencegahan

dan

penanggulangannya agar tidak meluas dan dapat dilakukan tindakan


preventif serta kuratif.
3. Melihat Risiko dan Pengaruhnya Dengan menjelaskan masalah kesehatan
yang terjadi, dapat pula di ketahui factor resiko yang memengaruhi
individu dan pengaruhnya pada populasi yang ada. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan penilaian kesehatan, skrining kesehatan, pemeriksaan
media dan lain sebagainya.
4. Menilai dan Meneliti Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui masalah
kesehatan

danmelihat

perkembangan

masalah

tersebut

melalui

penilaian/evaluasi dan penelitian. Dengan demikian tenaga kesehatan


mengetahui seberapa baiknya kesehatan masyarakat termasuk pelayanan
kesehatannya mengelola masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu dapat diketahui kebutuhan masyarakat serta dapat mempelajari


efektifitas, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, dan ketersediaan pelayanan
untuk menanggulangi masalah kesehatan.
5. Menyempurnakan Gambaran Penyakit Epidemiologi dapat menerangkan
keadaan suatu masalah kesehatan/penyakit, terutama yang berkaitan
dengan man, time dan place. Salah satu kegiatannya adalah identifikasi
dan proses diagnostic untuk meyakinkan bahwa seseorang menderita
penyakit tertentu, misalnya penyakit infeksi saluran napas atas (ISPA) oleh
kuman strptokokus yang sering menyebabkan demam reumatik.
6. Identifikasi Sindrom salah satu kegiatan epidemiologi juga dapat
membantu memantapkan dan menyusun kriteria untuk mendefinisikan
sindrom tertentu. Misalnya, AIDS, SARS, flu burung, dan lain-lain.
7. Menentukan Penyebab dan Sumber Penyakit Pekerjaan epidemiologi
dapat menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan itu terjadi. Temuantemuan

epidemiologi

memungkinkan

untuk

digunakan

dalam

pengendalian, pencegahan, dan eliminasi penyakit, kecelakaan, kecatatan


dan kematian.
2.6 Demam Berdarah Dengu
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk
penular (vektor ) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes
albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor
utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Penyakit DBD pertama kali
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24
diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu
penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas
daerah terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit DBD , kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan laut. Penyakit DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan ataupun alami
di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya,
penyuluhan dan perilaku masyarakat, antara lain : pengetahuan, sikap, kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan pelaksanaan 3M


(menguras, menutup, dan mengubur (Fathi dkk, 2005).
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan
kematian (Ditjen PPM&PL, 2001). Sampai sekarang penyakit DBD belum
ditemuk an obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah
terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan
pengendalian vektor (Fathi dkk, 2005).
Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti.
Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang
terdapat dalam wadah tempat penampungan air artifisial misalnya drum, bak
mandi, gentong, ember, dan sebagainya; tempat penampungan air alamiah
misalnya lubang pohon, daun pisang, pelepah daun ke ladi, lubang batu; ataupun
bukan tempat penampungan air misalnya vas bunga, ban bekas, botol bekas,
tempat minum burung dan sebagainya (Soegijanto, 2004). Hasil survei
Departemen Kesehatan RI di 9 kota besar di Indonesia pada tahun 1986-1987
menunjukkan bahwa satu diantara tiga rumah maupun tempat umum ditempati
jentik nyamuk Aedes. Disamping itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
tentang pencegahan penyakit DBD pada umumnya sangat kurang (Ditjen
PPM&PL, 1992). Di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun
2001 terdapat kasus DBD sebanyak 105 orang dengan angka kematian 1,90%.
Pada tahun 2002 jumlah kasus DBD meningkat men - jadi 233 orang dengan
angka kematian 1,72%, dimana Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 92,90%.
Selanjutnya pada tahun 20 03 jumlah penderita DBD menurun menjadi 156 orang
tetapi dengan angka kematian yang lebih tinggi yaitu 5,12% meningkat tiga kali
lipat diban - dingkan tahun 2002 (Dinkes Prop . NTB, 2002). Dengan demikian
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis fakto r lingkungan dan perilaku
masyarakat yang berperan dalam KLB penyakit BDB di Kota Mataram pada
tahun 2004 (Fathi dkk, 2005).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Di Indonesia penyakit ini dijumpai pertama kali pada tahun 1968 di
Kota Surabaya dan Jakarta. Kemudian penyakit ini menyebar bahkan beberapa
tahun terakhir sering terjadi kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah
ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu penyakit ini
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang anak
tetapi akhir-akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang dewasa.
Salah satu dari 6 propinsi yang tercatat sebagai propinsi yang mengalami
peningkatan kasus atau KLB DBD, dimana IR tahun 2008 sebesar 15,69 per
100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,91% dan meningkat sebesar 29,30 per
100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,80% (Laporan P2B2, 2011). Data riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menyatakan prevalensi nasional DBD di
Indonesia adalah 0,62% dan di Kalimantan Selatan kasus DBD Klinis terdeteksi
dengan prevalensi 0,26 % (1, 3).. Kejadian DBD di Kotamadya Banjarbaru selalu
terjadi setiap tahun Di Kota Banjarbaru menurut data yang dihimpun dari Dinas
Kesehatan Kota Banjarbaru didapatkan trend kenaikan angka kejadian DBD.
Dengan melihat besarnya kasus DBD yang mempunyai kecendrungan
semakin berkembang dan semakain kompleks dimasa-masa mendatang seiring
terjadinya pergeseran wilayah dari daerah pedesaan yang dijadikan perkotaan
dikarenakan pembangunan, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan terhadap
Ae. aegypti sebagai vektor DBD
Angka kesakitan DBD di Indonesia cenderung meningkat, mulai 0,05
insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19 insiden per 100.000
penduduk di tahun 1998, dan pada saat ini DBD di banyak negara kawasan Asia
Tenggara merupakan penyebab utama perawatan di rumah sakit.
Perjalanan penyakit infeksi dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada
waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat
memburuk dan tidak tertolong. Sampai saat ini masih sering dijumpai penderita
DBD yang semula tidak tampak berat secara klinis dan laboratoris, namun
mendadak syok sampai meninggal dunia.
Penyakit demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan utama
di kota Banjarbaru karena masih tingginya angka kesakitan akibat penyakit ini.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan berpotensi

menimbulkan wabah dan dapat menimbulkan kematian yang sangat cepat.


Keberadaan nyamuk A. aegypti dan A. albopictus erat kaitannya dengan perilaku
terhadap kebersihan lingkungan, karena itu masyarakat sangat berperan penting
dalam upaya pencegahan penyakit.
Menurut ROCHE (2004), penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes terbagi menjadi dua golongan, yaitu demam dengue (Dengue
Fever) atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Cikungunyah (Break Bone
Fever) yang menyerang persendian tulang, namun tidak berakibat fatal
(kematian), ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus (nyamuk kebun) dan
demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) yang ditularkan oleh
Aedes aegypti. Virus demam berdarah (Dengue Flavivirus) terdiri dari empat
serotypes (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4). Seseorang yang pernah terinfeksi
oleh salah satu serotypes biasanya kebal terhadap serotypes tersebut dalam jangka
waktu tertentu, namun tidak kebal terhadap serotypes lainnya, bahkan akan
menjadi sensitif terhadap serangan demam berdarah Dengue Hemorrhagic Fever.
Aedes aegypti tidak menularkan virus terhadap keturunannya, sedangkan
Aedes albopictus dapat menurunkan virus terhadap keturunannya. Aedes aegypti
sendiri

sebenarnya

terdiri

dari

dua

subspesies

yaitu

Aedes

aegypti

Queenslandensis dan Aedes aegypti Formosus, namun yang berbahya sebagai


vektor penyakit adalah Aedes aegypti Formosus (ROCHE, 2004).
RUI et al. (2003) menyatakan cara menghindari nyamuk yang paling baik
adalah dengan pemakaian anti nyamuk berbentuk lotion, cream, ataupun pakaian
yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Hampir semua lotion anti
nyamuk yang beredar di Indonesia berbahan aktif DEET (Diethyl toluamide) yang
merupakan

bahan

kimia

sintetis

beracun

dalam

konsentrasi

10-15%

(GUNANDINI, 2006). Penggunaan dikhlorvos dalam semprotan (spray) bentuk


aerosol telah dilarang oleh Pemerintah Indonesia peredarannya karena
membahayakan kesehatan manusia, sedangkan propoxur masih diperbolehkan,
walaupun telah menimbulkan ribuan korban jiwa di Bophal-India.
Menurut AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC (2003), DEET
merupakan bahan kimia beracun yang berbahaya, khususnya bagi anak-anak dan
juga orang dewasa apabila penggunaannya kurang hati-hati. DEET menempel

pada kulit selama 8 jam (tidak larut dalam air) serta terserap secara sistemik ke
tubuh melalui kulit menuju sirkulasi darah. Hanya 10-15% yang dapat terbuang
melalui urin (MEDLINE dan DRUG REFERENCE, 2002). Dalam aturannya,
pemakaian hanya dibolehkan sekali dalam sehari dan tidak digunakan pada kulit
luka/di bawah baju karena dapat penetrasi ke dalam jaringan kulit. Suatu
penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatric pada tahun 2003
menyatakan bahwa lotion yang mengandung 10% DEET hanya efektif dalam
waktu 2 jam, sedangkan yang mengandung 24% DEET hanya dapat bertahan
selama 5 jam. Di Indonesia lotion anti nyamuk yang mengandung DEET 10-15%
dan diklaim para produsennya (pada kemasan) dapat bertahan selama 6-8 jam.
Peraturan

Pemerintah

melalui

KOMISI

PESTISIDA

DEPARTEMEN

PERTANIAN (1995) mensyaratkan bahwa suatu lotion anti nyamuk dapat


dikatakan efektif apabila daya proteksinya paling sedikit 90% dan mampu
bertahan selama 6 jam.
Trend di dunia saat ini adalah dengan slogan Back to Nature, yaitu semangat
hidup sehat dengan kembali ke alam atau menggunakan bahan-bahan alami,
termasuk dalam usaha menanggulangi penyakit demam berdarah. Indonesia
merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Beberapa jenis
tanaman yang ada di Indonesia berpotensi sebagai anti/pengusir nyamuk, seperti
serai wangi, geranium, kayu putih, kayu manis, rosemary, selasih, bawang putih
dan lainnya (MEDLINE dan DRUG REFERENCE, 2002). Satu di antara ribuan
jenis tanaman yang berpotensi sebagai pengusir nyamuk adalah selasih (Ocimum
spp.) (GBOLADE et al., 2000). Tidak semua jenis selasih dapat dimanfaatkan
sebagai pengusir nyamuk, namun hanya selasih yang mengandung bahan aktif
eugenol, tymol, cyneol atau estragole yang dapat dimanfaatkan karena bahan bahan ini bersifat repellent (pengusir) serangga (GBOLADE dan SOREMEKUN,
1998), sedangkan jenis selasih lainnya seperti O. minimum, O. tenuiflorum dan O.
sanctum pada umumnya mengandung metil eugenol yang bersifat menarik
(attractant), khususnya terhadap lalat buah (KARDINAN, 2003).
Walaupun angka kesakitan penyakit demam berdarah dengue cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian secara nasional
cenderung menurun dari 41,4% pada tahun 1968 menjadi 4% pada tahun 1980

dan hanya 1,4% pada tahun 2000. Tahun 2001 dilaporkan 19.868 kasus dengan
angka kematian hanya 0,9%. Namun angka kematian penderita akibat demam
berdarah dengan renjatan (dengue shock syndrome) yang disertai dengan
perdarahan gastrointestinal hebat yang disertai dengan ensefalopati masih tetap
tinggi yaitu berkisar 22,5% sampai 61,5% (S Taufik.2007).

BAB III
PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
5. Data penderita penyakit DBD di Puskesmas Guntung Payung waktu
Januari 2016 - September 2016
No Kelurahan/Desa

J a n F e b Mar A p r Mei J u n J u l A g t S e p
201 201 201 201 201 201 201 201 2016
6
6
6
6
6
6
6
6
Kelurahan Guntung Payung 5
1 0 3
1

Kelurahan Guntung Manggis

2 1 2 6 1 4 4

Kelurahan Landasan Ulin Timur

1 2 1 8 1 5 2

Kelurahan Syamsudin Noor 1 4 1 6 1 2 5

J u m l a h 5 2 7 0 4 4 1 2 4

Dari data yang diperolah diketahui bahwa selama bulan Januari 2016
September 2016, Kelurahan Guntung Manggis mempunyai penderita DBD
terbanyak.
a) Karakteristik Individu dengan Faktor
Karakteristik individu dengan faktor warga di Jalan Kasturi RT. 35
Kelurahan Syamsudin Noor dari 20 rumah yang diambil sampel dan di observasi
10 rumah (50%) individu tidak mengetahui gejala gejala demam berdarah dan 10
rumah (50%) mengetahui gejala gejala demam berdarah, hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan warga tentang DBD serta kurangnya sosialisasi dari
instansi terkait terhadap penanganan dan pencegahan terhadap penyakit demam
berdarah.
Perilaku warga juga mempengaruhi penyakit demam berdarah di Kelurahan
Syamsudin Noor Jalan Kasturi RT. 35 Martapura. Perilaku tersebut meliputi tata
cara pembuangan sampah yang salah sehingga menjadi sarang nyamuk demam
berdarah serta jarang menguras bak mandi.
b) Karakteristik Tempat
Karakteristik tempat untuk warga di Jalan Kasturi RT. 35 Kelurahan
Syamsudin Noor kurang baik, dikarenakan perumahan di Jalan Kasturi RT. 35
Kelurahan Syamsudin Noo rterdapat beberapa rumah yang memiliki gudang
terbuka yang menjadi sarang nyamuk demam berdarah. Kurangnya penyedian bak

sampah di lingkungan tersebut membuat warga sekitar membuang sampah


sembarangan.
Dari 20 rumah yang di observasi didapatkan 13 rumah sanitasi dan bak
penampungan air warga di Jalan Kasturi RT. 35 Kelurahan Syamsudin Noor
kurang baik sehingga menyebabkan berkembang biaknya jentik aedes aygypti dan
hanya 7 rumah yang mempunyai sanitasi yang baik. Kemudian dari sampel jentik
jentik yang diambil dari 20 bak penampungan air milik warga kebanyakan jentik
tersebut merupakan jenis jentik aedes aygypti hal ini juga menjadi salah satu
faktor atau penyebab banyaknya penyakit demam berdarah di Jalan Kasturi RT. 35
Kelurahan Syamsudin Noor.
c) Karakteristik Waktu
Dari data yang didapatkan pada puskesmas Guntung Payung pada bulan
januari hinggamaret terdapat banyak penderita penyakit demam berdarah. Hal ini
disebabkan karena pada bulan Oktober sampai Maret merupakan musim
penghujan. Pada saat bulan itu perkembang biakkan nyamuk aedes aegypti sangat
pesat. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit demam
berdarah.
Dari penderita penyakit demam berdarah kebanyakan adalah anak-anak usia
5 sampai 13 tahun dan dewasa umur lebih dari 47 tahun. Hal ini disebabkan
karena anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah.
d) Kombinasi Karakteristik individu, tempat , dan waktu
Karakteristik individu , tempat , dan waktu memiliki hubungan yang sangat
signifikan dalam mempengaruhi jumlah penderita ataupun perkembangbiakkan
nyamuk aedes aegypti. Karena semua karakteristik tersebut dapat melengkapi satu
sama lain. Individu yang tidak memiliki pengetahuan tentang demam berdarah
serta tidak memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan pengelolaan
air, ketika musim hujan maka akan terdapat kemungkinan bahwa salah satu
anggota keluarga mereka dapat mengidap penyakit demam berdarah.
Oleh karena itu, kita tidak bisa fokus pada satu karakteristik saja dalam
menanggulangi atau mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah. Tetapi
perlu memperhatikan semua kerakteristik. Karena karakteristik tersebut dapat
mempengaruhi karatekteristik yang lain. Perlu adanya solusi seperti sosialisasi
untuk mengimbau kepada masyarakat bahwa sangat penting untuk mengetahui
karakteristik penyebab penyakit demam berdarah.

Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun vaksinnya,


sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini dengan
memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor. Vektor DBD
yaitu A. aegepty, A. albopictus, dan A. polynensis memegang peranan penting
dalam penularan DBD dari satu penderita ke penderita yang lain. Upaya
pencegahan penularan yang telah dilakukan selama ini berupa fogging focus
dianggap kurang efektif. Oleh karena itu, dilakukan juga pencegahan berupa
Pemberantasan Jentik Nyamuk (PJN). Pemberantasan jentik nyamuk merupakan
tindakan yang paling penting dalam mengurangi jumlah populasi nyamuk Aedes
sebagai vektor penular. Salah satu parameter hasil penanggulangan DBD yang
dikenal adalah Angka Bebas Jentik (ABJ).
Adanya nyamuk sebagai vektor DBD dapat dilihat dari Angka Bebas Jentik
(ABJ). Pada wilayah tersebut juga ditemukan ABJ di bawah standar nasional yaitu
hanya 93 %, sedangkan target nasional adalah 95%. Program 3M plus yang
dicanangkan pemerintah selama ini sudah dijalankan melalui penyuluhan baik
secara langsung maupun melalui pamflet yang dibagikan kepada masyarakat.
Alternatif Pemecahan Masalah
-

Meningkatkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


secara teratur dan berkala misal melalui penggalakkan kegiatan
jumat bersih.

Mengaktifkan kader untuk menggiatkan kegiatan PSN DBD.

Melakukan penyuluhan terutama di sekolah-sekolah mengingat


distribusi penduduk terkena DBD pada usia sekolah.

Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lintas program agar


kegiatan terlaksana dengan optimal.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data observasi disimpulkan bahwa faktor lingkungan
berupa keberadaan wadah air , baik yang berada di dalam maupun di luar rumah
menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit Demam
Berdarah Dengue, genangan air,sampah- sampah merupakan faktor yang sangat
berperan terhadap penularan ataupun terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit
Demam Berdarah Dengue
B. Saran
Disarankan agar ada penyuluhan gerakan menguras, menutup, dan
mengubur (3M) tempat air, penyuluhan rumah sehat, meningkatkan keterpaduan
monitoring tingkat kepadatan larva nyamuk Aedes dan pemberantasannya melalui
partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi,. dkk. 2013.The Relation Of Environmental Condition And Container To


The Existance Of The Aedes Aegypti Larvae In Dengue Haemorrghagic
Fever Endemic Areas In Banjarbaru. Jurnal epidemiologi dan penyakit
bersumber binatang Vol 4(3).
Akhmadi,. dkk. 2012. Knowledge, attitudes, and behaviour relationship to the
dengue hemorrhagic fever incident in Banjarbaru City, South
Kalimantan. Jurnal epidemiologi dan penyakit bersumber binatang Vol
4(1).
American Academy Of Pediatric, 2003. The insect

repellent DEET.

http://www.epa.gov/pesticides/ factsheets/chemicals/deet.htm.
Fathi., dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan
Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram.
Gbolade, A.A., A.O. Oyedele and O.L. Soyelu. 2.000.

Mosquito repellent

activities of essential oils from two Nigerian Ocimum species. J. Trop.


Med. Plants: Vol. 1 : 146-148.
Gbolade, A.A., and R.O. Soremekun, 1998. A survey of

aromatic plants of

economic importance in Nigeria. Nigerian J. of Pharmacy; Vol. 29 : 5062.


Gunandini, D.J. 2006. Bioekologi dan pengendalian

nyamuk sebagai vektor

penyakit. Pros. Sem. Nas. Pestisida Nabati III, Balittro. p.43-48.


Kardinan, A. 2003. Selasih : Tanaman Keramat Multi Manfaat. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta. 80pp.
Komisi Pestisida Departemen Pertanian.1995. Metode Standar Pengujian Efikasi
Pestisida. Departemen Pertanian, Jakarta. 1-HL 4/9-95. MEDLINE and
DRUG REFERENCE, 2003. Health risk and benefits of insect
repellents. Cliggot publishing, Division of Communications. Insect
Med 19(6):256- 264. http://www.Medscape.com/viewarticle/438257_2.
Lauwrens,. dkk. Xxxx. Pengaruh Dosis Abate Terhadap Jumlah Populasi Jentik
Nyamuk Aedes Spp Di Kecamatan Malalayang Kota Manado. 1-5
Rejeki, D.S.S,. dkk. 2012. Studi Epidemiologi Deskriptif Talasemia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7(2)

Ridha,. M. R,. Khairatun Nisa. Xxxx. Larva Aedes Aegypti Sudah Toleran
Terhadap Temepos Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.Jurnal
Vektora Vol. III(2)
Roche, J.P. 2004. Dengue fever and dengue hemorrhagic fever. Insect Service,
Boston

College.

http://www.bc.edu/schools/cas/biology/research/

insect/dengue. 4 pp.
Rui, X., B. Donald and A. Arshad. 2003. Laboratory evaluation of eighteen
repellent compounds as oviposition deterrents of Aedes albopictus and
as larvacides of Aedes aegypti, Anopheles quadrimaculatus and Culex
quiquefasciatus. Agriculture

Research Service, United States

Department of Agriculture. 2pp.


S, A. Taufik dkk.2007.

Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit Dan

Serologi Igg Igm Antidhf Dalam Memprediksi Terjadinya Syok Pada


Pasien Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram. Jurnal Peny Dalam. 8(2).

LAMPIRAN
Dokumentasi Observasi

Anda mungkin juga menyukai