AIRBORNE DISEASE
Oleh :
Tutut Dwi A.C.
Idha Setyowati
Nurfrida Pratomo P.
Pratiwi Sulistyani
25010113140382
25010113140393
25010113140414
25010113130423
KELOMPOK 2 B
KELAS F/2013
A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat.
Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa
menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit
menular
merupakan
hasil
perpaduan
berbagai
faktor
yang
saling
logam-logam
berat
berbahaya,
virus,
bakteri
dan
yang
berterbangan
bebas
di
udara
dan
cara
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa penyakit menular di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui transmisi, agent penyebab, gejala, penceghan,
risiko, dan penanganan penyakit menular wheesing, herpes zooster,
dan Rosoela Infantum.
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui transmisi, agent penyebab,
gejala, penceghan, risiko, dan penanganan penyakit menular wheesing,
herpes zooster, dan Rosoela Infantum.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pencegahan dari penyakit menular tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
WHEEZING
Wheezing adalah suara yang bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara
yang melalui saluran napas yang sempit (Rumende, 2007:40).
Mengenai mengi (wheezing) merupakan suara kontinyu yang dihasilkan
jika dinding napas mengalami obstruksi sebagian (analog dengan musik tiup).
Terdapat mengi monofonik dan mengi polifonik. Mengi monofonik (analog
dengan suara dari satu alat musik) menunjukkan bahwa saluran napas obstruksi
tak bervariasi ukuran (caliber)nya berarti suatu penyempitan lokal (misal pada
paru atau stenosis bronkus atau trakea). Suara ini terbaik atau hanya terdengar
pada tempat penyempitan saja. Mengi polifonik (lebih umum), analog dengan
beberapa nada yang dimainkan secara berbarengan, dimana mengi hampir selalu
terdengar pada kedua sisi (bilateral). Hal ini menunjukkan suatu penyempitan
saluran napas yang umum, terutama terjadi pada bronchitis obstruktif,
emfisema atauasma. (Stark, 1990:32)
A. Agen penyebab
1. Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh
infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk
dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan
oleh asma. Kadang-kadang anak dengan pneumonia disertai dengan
wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama
pada umur dua tahun pertama.
2. Pada mengi terdapat dua jenis mengi mengenai timbulnya suara mengi
berdasarkan letak obstruksinya yaitu: (1)wheezing pada obstruksi saluran
napas intrathorakal, dan (2)wheezing pada penyempitan ekstrathorakal.
Mengi yang terjadi akibat obstruksi saluran napas intrathorakal terutama
pada
ekspirasi
karena
saluran
napas,
sesuai
dengan
perubahan
lumen oleh mucus, hal ini benyak terjadi pada asma atau bronchitis kronis
(Lang, 2007:76).
3. Akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian.
Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.
Pencegahan
Sering beristirahat.
Tidak beraktivitas berlebihan.
Menjega kesehatan tubuh.
4. Jauhkan dari udara yang kotor seperti halnya polusi udara, debu dan lain
lain.
Peningkatan
resistensi
intrathorakal
biasanya
terjadi
akibat
tekanan
intrathorakal
menurun
sehingga
melebarkan
jalan
E. Transmisi
Penyakit ini tidak menular - meskipun penyebab mengi mungkin menular.
F. Penanganan
Weezing atau mengi ini biasanya menyertai penyakit pernapasan seperti
asma, pada penderita asma, ketika asmanya kambuh, pasien akan gugup
karena merasa sesak napas dan makin berusaha inspirasi sebanyak-banyaknya,
oleh karena itu bagi dokter atau perawat harus bisa menenangkan terlebih
dahulu kejiwaan pasien, karena ketika gugup dan inspirasi kuat makin
memperburuk kondisi mereka.
ROSEOLA INFATUM
Roseola Infatum atau disebut exantema subitum atau pseudorubella
adalah suatu infeksi virus pada anak-anak yang masih sangat kecil, yang
menyebabkan demam tinggi atau diikuti dengan munculnya ruam.
A. Penyebab
Roseola infantum terjadi sepanjang tahun, terkadang bisa terjadi wabah
lokal. Peneyebab roseola infantum biasanya adalah virus herpes 6.
Kebanyakan anak terkena roseola infantum berusia 6 bulan 3 tahun.
B. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dimulai setelah 5-15 hari setelah infeksi. Demam tinggi
muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama 3-5 hari. Selain itu bisa juga
terjadi Kejang akibat demam tinggi.
1.
2.
3.
4.
Pilek ringan.
Sakit tenggorokan.
Sakit Perut.
Pembesaran kelenjar getah bening di belakang kepala, samping leher, dan
belakang telinga.
5. Pada sekitar 30% anak, ruam kulit mulai muncul dalam waktu beberapa
jam sampai satu hari setelah demam turun. Ruam kulit berwarna merah
dan datar. Tetapi bisa juga memiliki bagian yang menonjol. Kebanyakan
ruam mmuncul pada dada dan perut. Ruam tidak gatal dan bisa terjadi
selama beberapa jam hingga 2 hari.
C. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit
dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun
serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,120,20 Ml/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak
dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang
digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi
klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam
darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil
nonimun. Vaksin RA 27/3 digunakan karena menghasilkan antibodi nasofaring
dan berbagai variasi antibodi serum, memberikan proteksi yang diberikan oleh
infeksi alamiah. Vaksin sensitif panas dan cahaya; karenanya vaksin harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 4* dan digunakan sesegera vaksin ini
dilarutkan kembali. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi subkutan.
Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi.
Walaupun virus mungkin menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan
terjadi dari 18-25 hari sesudah vaksinasi, penularan tampaknya tidak
merupakan masalah. Lama persistensi antibodi Roseola Infantum pasca
vaksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi mungkin seumur hidup. Cara-cara
pencegahan adalah paling penting untuk perlindungan janin. Vaksinasi ini
terutama penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap Roseola
Infantum sebelum mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah
atau dengan imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis
yang tepat. (Asano Yoshikawa, Suga S, et al, 1994)
Menurut Yoshikawa dan Asano, meningitis dapat terjadi pada 3 dari 8 anak
dengan kejang dari 3 dari 3 anak dengan ensefalitis karena adanya HHV-6
pada cairan serebrospinal.
E. Transmisi
Penularan penyakit ini biasanya akibat terkena percikan ludah penderita.
Misalnya, tertular dari bayi lainnya ketika Anda membawa bayi periksa
kesehatan rutin atau imunisasi di dokter. Bayi yang mungkin menularkan
penyakit ini belum tentu menunjukkan gejala. Sebaliknya, bayi yang tertular
akan menunjukkan gejala-gejala berikut. Demam antara 3940C selama 3
hari. Bila ada riwayat kejang dalam keluarga, demam dapat disertai kejang.
Bayi
seringkali
terlihat
lemah
tidak
bertenaga,
rewel,
dan
cepat
kekebalan
terhadap
varicella
(misalnya
seseorang
yang
C. Pencegahan
Pencegahan Pasif dengan Antibodi
Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) adalah antibodi IgG terhadap
VZV dengan dosis pemberian satu vial untuk 10 kg berat badan secara
intramuskular (IM). VZIG profilaksis diindikasikan untuk individu beresiko
tinggi, termasuk anak-anak imunodefisiensi, wanita hamil yang pernah
mempunyai kontak langsung dengan penderita varicella, neonatal yang
terekspose oleh ibu yang terinfeksi varicella, setidaknya diberikan dalam
waktu tidak lebih dari 96 jam. Antibodi yang diberikan setelah timbulnya
gejala tidak dapat mengurangi keparahan yang terjadi.
D. Resiko dan Penebaran
Seseorang yang pernah terkena cacar air dapat terkena Herpes Zoster.
Risiko akan meningkat ketika anda semakin tua. Hal ini terutama jika anda
berusia lebih dari 50 tahun. 1 dari 3 orang di populasi umum akan mengalami
Herpes Zoster pada semasa hidupnya. Untuk orang yang mencapai umur 85
tahun, salah satu dari dua orang pasti akan mengalami Herpes Zoster.
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
E. Transmisi
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak
langsung. Namun, herpeszoster, yang terjadi
(cacar
pada penyakit
bersin,
batuk,
seperti cacar
pakaian
herpes
zoster
yang
menyebabkan
gejala
yang
mirip
dengan cacar(cacar air). Bagi seseorang yang belum pernah menderita cacar
air, ketika virus varicella-zoster langsung mengalami penyakit herpes zoster
akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
F. Penanganan
Salah satu gejala herpes zoster berupa rasa nyeri dan ruam. Karena itu,
diagnosis oleh dokter biasanya dilakukan dengan memeriksa lokasi dan
bentuk ruam, serta rasa nyeri dan gejala-gejala lain yang dirasakan. Dokter
mungkin akan mengambil sampel kulit ruam atau cairan dari ruam yang
kemudian akan diperiksa di laboratorium jika dibutuhkan.
Sama seperti cacar air, tidak ada langkah khusus untuk menangani herpes
zoster. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala sampai
penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Masa penyembuhan herpes zoster
rata-rata membutuhkan waktu 14-28 hari.
Langkah pengobatan medis yang dapat dilakukan untuk mempercepat
kesembuhan sekaligus mengurangi risiko komplikasi adalah dengan
pemberian
obat
antivirus.
antivirus paling efektif jika diminum dalam tiga hari setelah ruam muncul dan
biasanya diberikan oleh dokter untuk digunakan pengidap selama maksimal
10 hari.
Kelompok orang yang khususnya memerlukan obat antivirus meliputi
manula dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun seperti
pengidap kanker, HIV serta diabetes. Selain itu, antivirus juga diberikan pada
pengidap dengan ruam atau nyeri yang parah dan jika herpes zoster
berdampak pada mata.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melaluI
berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Airborne disease
adalah penyakit menular yang tersebar ketika tetesan patogen dikeluarkan ke
udara, misalnya karena batuk, bersin atau berbicara. Wheezing, Roseola
Infantum, dan Herpes Zoster termasuk airborne disease. Ketiga penyakit
tersebut bisa ditransmisikan melalui udara. Wheezing pada umumnya
disebabkan oleh infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti
bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir
semua wheezing disebabkan
pneumonia
disertai
oleh
dengan
asma.
Kadang-kadang
wheezing.
anak
dengan
pada penyakit seperti cacar(cacar air), dapat mentransfer melalui bersin, batuk,
B. SARAN
1. Perlu diperhatikan lagi tentang penanganan penyakit menular agar tidak
berefek fatal, dan prevalensi di Indonesia tidak semakin meningkat.
2. Masyarakat harus lebih dibekali dengan materi pencegahan penyakitpenyakit menular tersebut, sehingga mereka pun bisa melindungi dirinya
sendiri dari risiko dan paparan penyakit menular.
DAFTAR PUSTAKA