Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATAKULIAH ISU TERKINI PENYAKIT MENULAR

AIRBORNE DISEASE

Oleh :
Tutut Dwi A.C.
Idha Setyowati
Nurfrida Pratomo P.
Pratiwi Sulistyani

25010113140382
25010113140393
25010113140414
25010113130423

KELOMPOK 2 B
KELAS F/2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat.
Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa
menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit
menular

merupakan

hasil

perpaduan

berbagai

faktor

yang

saling

mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3) Penyebab (agent) penyakit menular


adalah unsur biologis yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling
sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (Noor, 1997: 39). Dimana proses agent penyakit dalam
menyebabkan penyakit pada manusia memerlukan berbagai cara penularan
khusus (mode of transmission) serta adanya sumber penularan (reservoir)
penyakit seperti manusia, binatang (Noor, 1997: 39).
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial.
Saat ini, masyarakat di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih
dan segar karena tingginya tingkat pencemaran udara akibat asap kendaraan
bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran udara seperti ini
mengakibatkan

logam-logam

berat

berbahaya,

virus,

bakteri

dan

mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui


tarikan napas kita. Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme

yang

berterbangan

bebas

di

udara

dan

cara

penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan


terhadap penyakit tersebut.
Airborne disease adalah penyakit menular yang tersebar ketika tetesan
patogen dikeluarkan ke udara, misalnya karena batuk, bersin atau berbicara.
Di antara berbagai modus penularan penyakit, udara merupakan salah satu rute
penting dan sejumlah penyakit telah terbukti menular melalui udara. Karena

manusia dan hewan secara terus menerus menghirup udara, kemungkinan


untuk mikroorganisme udara untuk menemukan host dan menyebabkan
infeksi. Sebagian besar infeksi saluran pernafasan diperoleh oleh menghirup
udara yang mengandung patogen. Mikroorganisme dalam tetesan dan debu
menular dan spora dapat dengan mudah diseburkan melalui udara. Transmisi
air bone adalah bentuk transmisi dimana penularan terjadi melalui media
secara rutin dibawa masuk ke dalam tubuh melalui udara, makanan atau
cairan. Infeksi droplet berlanjut sebagai yang paling umum dan paling penting
dalam negara maju. Penularan airborne biasanya terjadi ketika tetesan (droplet
paling sering mukosa) pada udara sebagai Aerosol (tetesan sangat kecil)
atau terkait dengan partikel debu.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa penyakit menular di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui transmisi, agent penyebab, gejala, penceghan,
risiko, dan penanganan penyakit menular wheesing, herpes zooster,
dan Rosoela Infantum.
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui transmisi, agent penyebab,
gejala, penceghan, risiko, dan penanganan penyakit menular wheesing,
herpes zooster, dan Rosoela Infantum.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pencegahan dari penyakit menular tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
WHEEZING

Wheezing adalah suara yang bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara
yang melalui saluran napas yang sempit (Rumende, 2007:40).
Mengenai mengi (wheezing) merupakan suara kontinyu yang dihasilkan
jika dinding napas mengalami obstruksi sebagian (analog dengan musik tiup).
Terdapat mengi monofonik dan mengi polifonik. Mengi monofonik (analog
dengan suara dari satu alat musik) menunjukkan bahwa saluran napas obstruksi
tak bervariasi ukuran (caliber)nya berarti suatu penyempitan lokal (misal pada
paru atau stenosis bronkus atau trakea). Suara ini terbaik atau hanya terdengar
pada tempat penyempitan saja. Mengi polifonik (lebih umum), analog dengan
beberapa nada yang dimainkan secara berbarengan, dimana mengi hampir selalu
terdengar pada kedua sisi (bilateral). Hal ini menunjukkan suatu penyempitan
saluran napas yang umum, terutama terjadi pada bronchitis obstruktif,
emfisema atauasma. (Stark, 1990:32)

A. Agen penyebab
1. Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh
infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk
dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan
oleh asma. Kadang-kadang anak dengan pneumonia disertai dengan
wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama
pada umur dua tahun pertama.
2. Pada mengi terdapat dua jenis mengi mengenai timbulnya suara mengi
berdasarkan letak obstruksinya yaitu: (1)wheezing pada obstruksi saluran
napas intrathorakal, dan (2)wheezing pada penyempitan ekstrathorakal.
Mengi yang terjadi akibat obstruksi saluran napas intrathorakal terutama
pada

ekspirasi

karena

saluran

napas,

sesuai

dengan

perubahan

intrathorakal, cenderung melebar pada inspirasi dan menyempit pada


ekspirasi (Stark, 1990). Peningkatan resistensi intrathorakal biasanya
terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan bronkus karena tekanan dari
luar, kontraksi otot bronkus, penebalan lapisan mukus, atau sumbatan

lumen oleh mucus, hal ini benyak terjadi pada asma atau bronchitis kronis
(Lang, 2007:76).
3. Akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian.
Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

B. Tanda dan gejala


1. Suara yang timbul pada saat seseorang bernafas (karena adanya
penyempitan pada saluran nafasnya).
2. Wheezing digambarkan sebagai bunyi yang mendesir akibat adanya secret
pada saluran napas atas. Wheezing yang timbul pada saat melakukan
aktivitas merupakan gejala yang sering didapatkan pada pasien asma dan
PPOK. Pada asma, wheezing menyebabkan pasien terbangun dari tidur
pada malam hari sedangkan wheezing yang timbul pada pagi hari
didapatkan pada PPOK (Rumende, 2007:40).
3. Desah atau bunyi mendesir tersebut paling sering terjadi pada jatuh tempo
atau nafas keluar dan merupakan tanda umum asma memburuk.
C.
1.
2.
3.

Pencegahan
Sering beristirahat.
Tidak beraktivitas berlebihan.
Menjega kesehatan tubuh.
4. Jauhkan dari udara yang kotor seperti halnya polusi udara, debu dan lain
lain.

D. Resiko dan paparan


Penyebab mengi harus dipertimbangkan dengan cermat. Terutama yang
disebabkan dari menghirup benda asing, biasanya mengakibatkan gejala
pertama penyakit mengi. Cenderung terjadi pada anak-anak shg lebih sulit
untuk mengetahui apa yg terjadi atau dirasakan.
Pada mengi terdapat dua jenis mengi mengenai timbulnya suara mengi
berdasarkan letak obstruksinya yaitu: (1)wheezing pada obstruksi saluran
napas intrathorakal, dan (2)wheezing pada penyempitan ekstrathorakal.

Mengi yang terjadi akibat obstruksi saluran napas intrathorakal terutama


pada ekspirasi karena saluran napas, sesuai dengan perubahan intrathorakal ,
cenderung melebar pada inspirasi dan menyempit pada ekspirasi (Stark,
1990).

Peningkatan

resistensi

intrathorakal

biasanya

terjadi

akibat

penyempitan atau penyumbatan bronkus karena tekanan dari luar, kontraksi


otot bronkus, penebalan lapisan mukus, atau sumbatan lumen oleh mucus, hal
ini benyak terjadi pada asma atau bronchitis kronis (Lang, 2007:76).
Obstruksi intrathorakal terutama mengganggu proses ekspirasi karena saat
inspirasi

tekanan

intrathorakal

menurun

sehingga

melebarkan

jalan

pernapasan. Perbandingan waktu ekspirasi dan inspirasi akan meningkat.


Ekspirasi yang terhambat akan melebarkan duktulus alveolus (emfisema
sentrilobular) menurunkan elastisitas paru (peningkatan komplians), dan
bagian tengah pernapasan akan terdorong kearah inspirasi (barrel chest). Hal
ini meningkatkan kapasitas residu fungsional dan dibutuhkan tekanan
intrathorakal untuk melakukan ekspirasi karena komplians dan resistensi
meningkat. Akibatnya, terjadi penekanan bronkiolus sehingga tekanan jalan
napas semakin meningkat. Obstruksi akan menurunkan kapasitas pernapasan
maksimal (V max) dan FEV1 (Lang, 2007:76). Kejadian ini penting
dimengerti pada penderita (misal) asma karena pasien dengan penyakit asma
ketika asma kambuh, pasien akan gugup karena merasa sesak napas dan makin
berusaha inspirasi sebanyak-banyaknya, oleh karena itu bagi dokter atau
perawat harus bisa menenangkan terlebih dahulu kejiwaan pasien, karena
ketika gugup dan inspirasi kuat makin memperburuk kondisi mereka.
Jika mengi yang terdengar pada saat inspirasi menunjukkan adanya
penyempitan saluran napas ekstrathorakal, misal pada trakea bagian atas atau
laring (Stark, 1990:32).

E. Transmisi
Penyakit ini tidak menular - meskipun penyebab mengi mungkin menular.

F. Penanganan
Weezing atau mengi ini biasanya menyertai penyakit pernapasan seperti
asma, pada penderita asma, ketika asmanya kambuh, pasien akan gugup
karena merasa sesak napas dan makin berusaha inspirasi sebanyak-banyaknya,
oleh karena itu bagi dokter atau perawat harus bisa menenangkan terlebih
dahulu kejiwaan pasien, karena ketika gugup dan inspirasi kuat makin
memperburuk kondisi mereka.

ROSEOLA INFATUM
Roseola Infatum atau disebut exantema subitum atau pseudorubella
adalah suatu infeksi virus pada anak-anak yang masih sangat kecil, yang
menyebabkan demam tinggi atau diikuti dengan munculnya ruam.
A. Penyebab
Roseola infantum terjadi sepanjang tahun, terkadang bisa terjadi wabah
lokal. Peneyebab roseola infantum biasanya adalah virus herpes 6.
Kebanyakan anak terkena roseola infantum berusia 6 bulan 3 tahun.
B. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dimulai setelah 5-15 hari setelah infeksi. Demam tinggi
muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama 3-5 hari. Selain itu bisa juga
terjadi Kejang akibat demam tinggi.
1.
2.
3.
4.

Pilek ringan.
Sakit tenggorokan.
Sakit Perut.
Pembesaran kelenjar getah bening di belakang kepala, samping leher, dan

belakang telinga.
5. Pada sekitar 30% anak, ruam kulit mulai muncul dalam waktu beberapa
jam sampai satu hari setelah demam turun. Ruam kulit berwarna merah
dan datar. Tetapi bisa juga memiliki bagian yang menonjol. Kebanyakan
ruam mmuncul pada dada dan perut. Ruam tidak gatal dan bisa terjadi
selama beberapa jam hingga 2 hari.

C. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit
dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun
serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,120,20 Ml/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak
dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang
digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi
klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam
darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil
nonimun. Vaksin RA 27/3 digunakan karena menghasilkan antibodi nasofaring
dan berbagai variasi antibodi serum, memberikan proteksi yang diberikan oleh
infeksi alamiah. Vaksin sensitif panas dan cahaya; karenanya vaksin harus
disimpan dalam lemari es pada suhu 4* dan digunakan sesegera vaksin ini
dilarutkan kembali. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi subkutan.
Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi.
Walaupun virus mungkin menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan
terjadi dari 18-25 hari sesudah vaksinasi, penularan tampaknya tidak
merupakan masalah. Lama persistensi antibodi Roseola Infantum pasca
vaksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi mungkin seumur hidup. Cara-cara
pencegahan adalah paling penting untuk perlindungan janin. Vaksinasi ini
terutama penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap Roseola
Infantum sebelum mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah
atau dengan imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis
yang tepat. (Asano Yoshikawa, Suga S, et al, 1994)

D. Risiko dan paparan


Risiko yang ditimbulkan apabila terpapar Roseola Infantum, antara lain:
1. Kejang demam
Suhu tubuh anak dapat dengan cepat meningkat sehingga menyebabkan
kejang.
2. Encephalitis
Apabila infeksi sampai menuju otak dapat menyebabkan ensefalitis.
3. Meningitis

Menurut Yoshikawa dan Asano, meningitis dapat terjadi pada 3 dari 8 anak
dengan kejang dari 3 dari 3 anak dengan ensefalitis karena adanya HHV-6
pada cairan serebrospinal.
E. Transmisi
Penularan penyakit ini biasanya akibat terkena percikan ludah penderita.
Misalnya, tertular dari bayi lainnya ketika Anda membawa bayi periksa
kesehatan rutin atau imunisasi di dokter. Bayi yang mungkin menularkan
penyakit ini belum tentu menunjukkan gejala. Sebaliknya, bayi yang tertular
akan menunjukkan gejala-gejala berikut. Demam antara 3940C selama 3
hari. Bila ada riwayat kejang dalam keluarga, demam dapat disertai kejang.
Bayi

seringkali

terlihat

lemah

tidak

bertenaga,

rewel,

dan

cepat

mengantuk.Ruam kemerahan muncul setelah demam turun.


F. Penangangan
Untuk menurunkan demam, bisa diberikan Ibuprofen. Anak-anak tidak
boleh diberikan aspirin karena bisa menyebabkan sindroma Reye. Sebaiknya
anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap yang telah dibahasi
dengan air hangat. Jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun
kipas angin. Usahakan agar anak minum banyak air putih, larutan elektrolit
atau kaldu. Selama demam, sebaiknya anak menjalani tirah baring. Jika
penyakit terjadi pada anak-anak dengan gangguan sistem kekebelan tubuh dan
bersifat berat, maka bisa diberikan obat-obat anti-viral.
HERPES ZOSTER
A. Agen Penyebab
Herpes Zoster disebabkan oleh virus yang bernama Varicella Zoster Virus,
virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Virus bersarang di tubuh anda
dan kemudian muncul sebagai Herpes Zoster. Herpes zoster adalah radang
kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai
dengan dermatomanya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai

kekebalan

terhadap

varicella

(misalnya

seseorang

yang

sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).


B. Tanda dan Gejala
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan
parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari
menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise,
dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul
1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.
Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu
ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh
empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula
pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering
menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang
berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul
keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada
penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom
torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).
Gejala utama lainnya adalah nyeri, yang seringkali cukup parah. Gejala
lain dari Herpes Zoster dapat berupa demam, sakit kepala, nyeri otot,
menggigil dan sakit perut. Walaupun jarang, infeksi Herpes Zoster dapat
menyebabkan pneumonia, masalah pendengaran, kebutaan, radang otal atau
kematian.
Herpes Zoster sangat umum menyerang pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
juga sering terjadi pada orang dengan kondisi kekebalan tubuh melemah
karena penyakit seperti kanker atau pengguna obat-obatan seperti steroid atau
kemoterapi.

C. Pencegahan
Pencegahan Pasif dengan Antibodi
Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) adalah antibodi IgG terhadap
VZV dengan dosis pemberian satu vial untuk 10 kg berat badan secara
intramuskular (IM). VZIG profilaksis diindikasikan untuk individu beresiko
tinggi, termasuk anak-anak imunodefisiensi, wanita hamil yang pernah
mempunyai kontak langsung dengan penderita varicella, neonatal yang
terekspose oleh ibu yang terinfeksi varicella, setidaknya diberikan dalam
waktu tidak lebih dari 96 jam. Antibodi yang diberikan setelah timbulnya
gejala tidak dapat mengurangi keparahan yang terjadi.
D. Resiko dan Penebaran
Seseorang yang pernah terkena cacar air dapat terkena Herpes Zoster.
Risiko akan meningkat ketika anda semakin tua. Hal ini terutama jika anda
berusia lebih dari 50 tahun. 1 dari 3 orang di populasi umum akan mengalami
Herpes Zoster pada semasa hidupnya. Untuk orang yang mencapai umur 85
tahun, salah satu dari dua orang pasti akan mengalami Herpes Zoster.
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
E. Transmisi
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak
langsung. Namun, herpeszoster, yang terjadi
(cacar

air), dapat mentransfer melalui

pada penyakit
bersin,

batuk,

seperti cacar
pakaian

yang tercemar dan sentuhanpanggilan / lepuh yang pecah. Penyakit genital,


penularan melalui perilaku seksual. Jadi kadang-kadang Genetalis herpes
mulut bagian penyakit yang diderita sebagai akibat dari oral seks. Gejala
timbul dalam masa 7-21 hari setelah orang terkontak dengan virus varicellazoster. Virus ini tidak benar-benar kehilangan 100% dari tubuh, melainkan
bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensori penderita.
Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, virus akan kembali dalam bentuk
serangan

herpes

zoster

yang

menyebabkan

gejala

yang

mirip

dengan cacar(cacar air). Bagi seseorang yang belum pernah menderita cacar
air, ketika virus varicella-zoster langsung mengalami penyakit herpes zoster
akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
F. Penanganan
Salah satu gejala herpes zoster berupa rasa nyeri dan ruam. Karena itu,
diagnosis oleh dokter biasanya dilakukan dengan memeriksa lokasi dan
bentuk ruam, serta rasa nyeri dan gejala-gejala lain yang dirasakan. Dokter
mungkin akan mengambil sampel kulit ruam atau cairan dari ruam yang
kemudian akan diperiksa di laboratorium jika dibutuhkan.
Sama seperti cacar air, tidak ada langkah khusus untuk menangani herpes
zoster. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala sampai
penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Masa penyembuhan herpes zoster
rata-rata membutuhkan waktu 14-28 hari.
Langkah pengobatan medis yang dapat dilakukan untuk mempercepat
kesembuhan sekaligus mengurangi risiko komplikasi adalah dengan
pemberian

obat

antivirus.

Contohnya, acyclovir dan famciclovir. Obat

antivirus paling efektif jika diminum dalam tiga hari setelah ruam muncul dan
biasanya diberikan oleh dokter untuk digunakan pengidap selama maksimal
10 hari.
Kelompok orang yang khususnya memerlukan obat antivirus meliputi
manula dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun seperti
pengidap kanker, HIV serta diabetes. Selain itu, antivirus juga diberikan pada

pengidap dengan ruam atau nyeri yang parah dan jika herpes zoster
berdampak pada mata.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melaluI
berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Airborne disease
adalah penyakit menular yang tersebar ketika tetesan patogen dikeluarkan ke
udara, misalnya karena batuk, bersin atau berbicara. Wheezing, Roseola
Infantum, dan Herpes Zoster termasuk airborne disease. Ketiga penyakit
tersebut bisa ditransmisikan melalui udara. Wheezing pada umumnya
disebabkan oleh infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti
bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir
semua wheezing disebabkan
pneumonia

disertai

oleh

dengan

asma.

Kadang-kadang

wheezing.

anak

dengan

Herpeszoster, yang terjadi

pada penyakit seperti cacar(cacar air), dapat mentransfer melalui bersin, batuk,

pakaian yang tercemar dan sentuhanpanggilan / lepuh yang pecah. Penularan


penyakit ini biasanya akibat terkena percikan ludah penderita. Misalnya,
tertular dari bayi lainnya ketika Anda membawa bayi periksa kesehatan rutin
atau imunisasi di dokter. Bayi yang mungkin menularkan penyakit ini belum
tentu menunjukkan gejala. Sebaliknya, bayi yang tertular akan menunjukkan
gejala-gejala seperti demam maupun ruam.

B. SARAN
1. Perlu diperhatikan lagi tentang penanganan penyakit menular agar tidak
berefek fatal, dan prevalensi di Indonesia tidak semakin meningkat.
2. Masyarakat harus lebih dibekali dengan materi pencegahan penyakitpenyakit menular tersebut, sehingga mereka pun bisa melindungi dirinya
sendiri dari risiko dan paparan penyakit menular.
DAFTAR PUSTAKA

Asano Y. Yoshikawa T, Suga S, et al. 1994. Clinical features of infants with


primary human herpes virus 6 infection (exantern subitum, roseola
infantum). Pediatrics 93: 104.
C, Mary T. Roseola Infantum. Merck Manual Home Health Handbook. 2007.
Leaflet Zostavax. Vaksin Herpes Zoster Cegah Herpes Zoster di Hari Tua. MSD
Kurniawan, Martin., Norberta Desy dan Matheus Tatang. Varicella Zoster Pada
Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.
Hernawati, Isna. 2008. Herpes Zoster. Makalah Patologi. Akademi Keperawatan
PEMDA KAB. Cianjur

Anda mungkin juga menyukai