Anda di halaman 1dari 33

3 JENIS PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

 Penelitian Crosectional
Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan
dan penyakit dalam waktu serentak pada individu-individu dari populasi
tunggal, pada satu saat atau tahun yg sama.
Ciri-ciri Crosectional :
1. Mendeskripsikan penelitian
2. Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat
4. Penelitian ini menghasilkan hipotesis
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
Kelebihan Crosectional :
1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
2. Lebih murah di banding dengan penelitian lainnya
3. Berguna untuk informasi perencanaan
4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yg ada.
Kekurangan Crosectional :
1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan
berjalannya waktu.
2. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah
kesehatan yg dicari tdk diperoleh

Langkah-langkah Crosectional :
1. Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus
mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana
hasil penelitian akan mempunyai daya guna.
2. Kemudian ditentukan penduduk yg memungkinkan untuk diteliti sesuai dengan
tujuan penelitian.
3. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yg akan dikumpulkan, termasuk
penentuan variabel sebagai faktor resiko, maupun faktor lainnya.
Tabel Analisis Crosectional

 Penelitian Case Control


Case control adalah rancangan studi epidemiologi yg mempelajari
hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kontrol status paparannya.
Ciri2 penelitian case control
1. Penelitian yg bersifat observasional
2. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
3. Terdapat kelompok kontrol
4. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yg sm
dengan kelompok kasus.
5. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara
kelompok kasus dan kontrol.
6. Tidak mengukur insidensi
Kelebihan Case Control :
1. Sangat sesuai dengan penelitian penyakit yg jarang terjadi atau penyakit yg
kronik
2. Relatif cepat dan tdk mahal
3. Relatif efisien, memerlukan waktu yg kecil
4. Sedikit masalah pengurangan periode investigasi.
Kelemahan Case Control
1. Tidak dapat incidence Rate
2. Sangat sulit memperoleh informasi biar periode terlalu lama.
3. Alur metodologi inferensi kausal yang
bertentangan dengan logika normal.
4. Rawan terhadap bias
5. Tidak cocok untuk paparan langka
6. Tidak dapat menghitung laju insidensi
7. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
8. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah
Langkah-langkahnya :
1. Kriteria Pemilihan Kasus :
o Kriteria Diagnosis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas.
o Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau populasi/masyarakat .
2. Kriteria Pemilihan Kontrol :
o Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok
kasus
o Tidak menderita penyakit yang diteliti
o Bersedia ikut dalam penelitian

Tabel Analisis Case Control :


Perhitungan ODD Ratio :
case control
a b exposure+
c d a+b
exposure- c+d
a+c b+d

 Penelitian Kohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan
status penyakit.
Ciri-ciri Penelitian Kohort :
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Kelebihan Penelitian Kohort :
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

Kekurangan Penelitian Kohort :


1. Lebih mahal dan butuh waktu lama
2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal

Langkah-langkahnya :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian.
2. Penetapan populasi kohort.
3. Penetapan Besarnya sampel.
4. Pencarian sumber keterpaparan.
5. Pengidentifikasian subyek.
6. Memilih kelompok control.
7. Pengamatan hasil luaran.
8. Perhitungan hasil penelitian.
Tabel Analisis Kohort :
Perhitungan Relative Risk
Outcome+ outcome-
a b
c d Exposure+

Exposure-
a+c b+d

Teori Kriteria Bradford Hill dan Ukuran Epidemiologi | Main | Peranan Stakeholder »
Uncategorized
Desain Penelitian Epidemiologi
Design penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat

dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis

penelitian, populasi, sample, sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan
data, perlu tidak mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan.

Cross Sectional
Desain penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah sample dari populasi dalam suatu waktu.

Setelah itu, memeriksa status paparan dan status penyakit pada titik waktu yang sama dari masing-masing

individu dalam sample tersebut. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

Kelebihan

Jenis observasi studi ini bisa digunakan untuk penelitian analitik dalm bidang kesehatan. Contohnya adalah:

1. Penyakit atau masalah kesehatan, atau efek.

2. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut, yakni faktor penyebab terjadinya penyakit atau

masalah kesehatan.
3. Agen penyakit.

Studi ini representatif dalam mendeskripsikan karakteristik populasi daripada studi case control atau

cohort. Selain itu, studi jenis ini juga lebih efisien untuk merumuskan hipotesis baru.
Kekurangan

studi jenis ini adalah penelitian ini paling mudah untuk dilakukan dan sangat sederhana. Pengujian

hipotesis kausal juga tidak seakurat cohort dan case control, karena ketidakpastian sekuensi temporal
antara paparan dan penyakit.

1. Diperlukan subjek penelitian yang besar.


2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
3. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.

4. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua
rancangan penelitian cross sectional yang lain.

Contoh :

Penelitian tentang hubungan bentuk tubuh dengan hipertensi. Maka peneliti memilih suatu populasi untuk

dijadikan penelitian, memilih sampel penelitian secara random , kemudian dari masing-masing sampel

tersebut diambil data dengan wawancara menderita hipertensi atau tidak (efek), dan pada saat yang sama

juga diambil data paparan yaitu bentuk tubuh (gemuk atau kurus) dengan metode observasi. Kemudian

dihitung proporsi penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus, serta yang bukan penderita hipertensi
yang gemuk dan yang kurus. Maka dapat disimpulkan hubungan antara bentuk tubuh dan hipertensi.

Case Control
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko

dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan

efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian

diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok

kontrol tidak. Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar

berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor

risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah :

Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak

berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara

variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi
penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti.

Kelebihan

1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang

jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat dilakukan

karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.

2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.

3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.

4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian (bila

faktor risiko tidak diketahui).


5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.

Kekurangan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan

medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau

responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada

responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang

sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas

pengukuran variabel yang kurang).

2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.

3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya faktor

eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.

4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili

proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.

5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan

satu penyakit atau efek.


6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.

Contoh

hubungan antara malnutrisi (kekuranagn gizi) pada anak balita dengan perilaku pemberian makanan oleh

ibu. Dilakukan denagn cara mengidentifikasi variabel depende (efek) seperti malnutrisi dan variabel

independen ( faktor risiko) seperti perilaku ibu, pendidikan pendapatan keluarga, jumlah anak, dll.

Kemudian menetapkan objek penelitian yaitu pasangan ibu dan balita, yang dilanjutkan mengidentifikasi

kasus seperti anak balita yang menderita malnutrisi ( berat per umurnya kurang dari 75%). Selanjutnya

melakukan pengukuran secara retrosektif yaitu anak balita yang malnutrisi diukur dan ditanyakan kepada

ibunya dengan menggunakan metode “recall” mengenai perilaku memberikan makanan kepada anaknya,
melakukan analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang

baik dalam al pemberian makanan kepada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi ibu yang sama

pada kelompok kontrol yang telah ditentukan. Maka akan diperoleh bukti atau tidak adanya hubungan
antara perilaku pemberian makanan dengan malnitrisi pada anak balita.

Cohort
Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan

cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan

status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya, dan

kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami
penyakit atau tidak.

Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang diteliti. Studi

cohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman, 1986), sebab cohort diikuti dalam
suatu periode untuk diamati perkembang penyakit yang dialaminya.

Kelebihan

1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi

kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti dengan akibat. Karena

pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua subjek tidak berpenyakit.

2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada

studi case control, sehingga perhitungan rasio laju insidensi harus didekati dengan rasio odds.

3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan yang efisien

adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan diperolehnya ukuran

sample yang cukup untuk menguji hipotesis.

4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak.

5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak
mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.

Kelemahan

1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

studi case control.

2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran

sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi.

3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau meninggal dan

sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian. Jika subjek yang hilang

cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu berkaitan dengan paparan dan penyakit

yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-

up.

4. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka studi

cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk
penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung.

Contoh

Di dalam suatu populasi ingin diteliti apakah orang obesitas menyebabkan hipertensi. Jika dalam 1 populasi

terdapat 1000 penduduk. Kemudian dari populasi tersebut ditentukan kelompok yang obesitas dan

kelompok yang tidak obesitas. Dari masing-masing kelompok diikuti selama 1 tahun ke depan.

Kemungkinannya, pada kelompok obesitas bisa ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi, pada kelompok
tidak obesitas juga dapat ditemukan hipertensi dan tidak hipertensi.
Desain studi epidemiologi (studi observasional)

1. Studi Kohort
Studi kohort merupakan penelitian epidemiologic analitik non-eksperimental
yang mengkaji hubungan antara factor risiko merupakan suatu penelitian survei
( non ksperimen ) yang paling baik dalam menghubungkan antara faktor resiko
dengan efek ( Penyakit ). Penelitian cohort digunakan untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui
pendekatanlongitudinal ke depan atau prospektif. Artinya faktor resiko yang
akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif
timbulnya efek, yaitu : penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit ( efek


positif ) antara kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif dengan
kelompok subjek dengan faktor resiko negatif ( kelompok kontrol ).

Penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok


penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok
penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori
tertentu yakni yang terpapar dan atau yang tidak terpapar terhadap faktor
yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian ini (cohort) adalah kebalikan
dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui terus diamati secar
terus menerus akibat yang akan ditimbulkannya.

Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort:

a.Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek

b.Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )

c.Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif

d.Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol

e.Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,


selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
f.Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan efek
positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko
positif maupun kelompok kontrol.

2. Studi Case Control

Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana factor resiko


dipelcjari dengan menggunakan pandekatan retrospective. Dengan kata lain,
efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian
factor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.

Didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga memungkinkan


untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yangg
menderita penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan
kelompok yang tidak menderita atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian
case control ini adalah diketahui penyakitnya kemudian ditelusuri
penyebabnya.
Tahap-tahap penelitian Case control:

a.Identifikasi variable-variabel penelitian ( factor resiko dan efek )

b.Menetapkan objek penelitian ( populasi dan sampel )

c.Identifikasi kasus

d.Pemilihan subjek sebagai kontrol

e.Melakukan pengukuran retrospektif ( melihat ke belakang ) untuk melihat


faktor resiko

f.Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel


objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol.

3. Studi Cross Sectional

Cross sectional study merupakan penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus


dengan prevalensi penyebab atau faktor resiko. Tujuan penelitian ini untuk
mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat yg terjadi berupa
penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan,
ditanya masalahnya (akibat) sekaligus penyebabnya (faktor resikonya).
Pengukuran terhadap variabel pengaruh dan terpengaruh dilakukan pada titik
waktu yang sama.

Mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan


carapendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (
poin time approach ).Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek
pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati
pada waktu yang sama.

Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :

a.Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor resiko


dan factor efek

b.Menetapkan subjek penelitian.

c.Melakukan observasi atau pengukuranvariabel-variabel yang merupakan factor


resiko dan factor efek sekaligus berdasrkan status keadaan varibel pada saat itu
(pengumpulan data).

d.Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar


kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

Di bawah ini adalah contoh sebuah kasus penelitian yang dapat dianalisis melalui
ketiga desain studi epidemiologi di atas. Check this out!

Kasus :

Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa factor yang mempengaruhi


terjadinya penyakit thypoid pada anak-anak. Beberapa factor yang diduga
sebagai factor risiko terjadinya penyakit thypoid adalah kebiasaan jajan di
sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebalum makan. Jelaskan bagaimana
penelitian tersebut akan dilakukan dengan desain yang berbeda !

1. Kohort

Skema dasar penelitian


Dari skema di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

Penelitian di mulai dengan mengidentifikasi subyek yang dalam hal ini anak
sekolah tanpa efek dan tanpa factor risiko. Artinya pada awal penelitian, subyek
yang diambil adalah subyek yang sehat tanpa thypoid dan belum terpajan factor
risiko. Kemudian mereka diikuti, sebagian akan terpajan factor risiko atau factor
risiko (+) yang da;am hal ini yang dianggap factor risiko (+) adalah kebiasaan
jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan
sebagian yang lain tidak terpajan factor risiko (factor risiko (-), kebiasaan tidak
jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan). Pengamatan
diteruskan sampai waktu tertentu, kemudian dibandingkan insiden efek pada
kelompok dengan factor risiko dengan insiden efek pada kelompok tanpa factor
risiko

2. Case control

Skema dasar penelitian


Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek (anak sekolah) dengan efek
atau kelompok kasus (thypoid (+)) dan mencari subyek yang tidak mengalami
efek atau kelompok kontrol (thypoid(-)). Kemudian ditelusuri factor risikonya
sacara retrospektif yaitu menelusuri dengan melihat riwayatnya di masa lalu dari
tiap subyek, apakah subyek dengan kasus (thypoid +) memiliki riwayat terpapar
factor risiko (factor risiko (+),kebiasaan jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum makan) atau tidak (factor risiko (-),kebiasaan tidak
jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan). Begitu juga
dengan subyek kontrol (thypoid (-)), ditelusuri secara retrodpektif atau melihat
riwayat di masa lalu, apakah terpapar factor risiko (factor risiko (+),kebiasaan
jajan di sekolah, dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan) atau
tidak (factor risiko (-),kebiasaan tidak jajan di sekolah, dan kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan)

3. Cross sectional

Skema dasar penelitian

Pada studi cross sectional, pengukuran pada variabel bebas (factor risiko) dan
variabel tergantung (efek à thypoid) dilakukan pada saat yang sama, dan hanya
satu kali. Tidak ada follow-up pada studi cross sectional. Dengan studi ini akan
diperoleh prevalens penyakit thypoid atau efek pada anak sekolah. Untuk
mencari prevalens dapat diketahui menggunakan tabel di bawah ini :

Dari tabel di atas menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional

A = subyek dengan factor risiko (+) (memiliki kebiasaan jajan di sekolah dan
tidak mencuci tangan sebelum makan) yang mengalami thypoid (thypoid (+))

B = subyek dengan factor risiko (+) (memiliki kebiasaan jajan di sekolah dan
tidak mencuci tangan sebelum makan) yang tidak mengalami thypoid (thypoid
(-))

C = subyek dengan factor risiko (-) (memiliki kebiasaan tidak jajan di sekolah
dan mencuci tangan sebelum makan) yang mengalami thypoid (thypoid (+))

D = subyek dengan factor risiko (-) (memiliki kebiasaan tidak jajan di sekolah
dan mencuci tangan sebelum makan) yang tidak mengalami thypoid (thypoid (-
))

Rasio prevalensi dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok
dengan factor risiko(factor risiko (+)) dengan prefalens efek pada kelompok
tanpa factor risiko (factor risiko (-)). RP = A/(A+B):C/(C+D)

Metode penelitian analitik observasional

A.Inter vensional (eksperimental)


1.Uji Klinis
2.Intervensi : Pendidikan perilaku kesehatan masyarakat
B.Observasional
1.Studi Cross-Sectional
Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variable pada saat tertentu. Subyek yang diamati hanya di osevasi
satu kali saja dan pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut
terhadap pengukuran yang dilakukan.
Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk penelitian
deskriptif, namun juga dapat untuk penelitian analitik sehingga sering digunakan
untuk studi klinis maupun lapangan.
Kelebihan :
a.Keuntungan yang utama dari desain cross-sectional adalah memungkinkan
penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang
mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.
b.Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
c.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
d.Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
e.Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.
f.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif.
Contoh : Ingin diketahui peran kadar kolesterol, trigliserida, hemoglobin,
jumlah konsumsi rokok, dan usia terhadap tekanan darah diastolok guru lelaki di
Jakarta. Hubungan antara pelbagai variabel independen (factor risiko) dengan
variabel dependen (tekanan darah) dinyatakan dalam persamaan regresi
multiple.
Kekurangan :
a.Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan
efek pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya
sering tidak mungkin ditentukan mana penyebab dan mana akibat 9dilema telur
dan ayam, horse and cart).
b.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit
yang panjang dari pada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena
individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang
lebih kecil untuk terjaring dalam studi. Bila karakteristik pasien yang cepat
sembuh atau meninggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa
sakit panjang, terdapat salah interpretasi hasil penelitian.
c.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak , terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.
d.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
e.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang.
f.Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek factor suatu
risiko selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek suatu
penyakit.

2.Studi Kasus-Kontrol (Case Control)


Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek,
sedangkan variabel bebasnya di cari secara retrospektif, karena itu studi kasus-
kontrol disebut studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya di observasi pada
satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan. Pada studi ini dilakukan
identifikasi subyek (kasus) yang telah terkena penyakiy (efek), kemudian
ditelusuri secara retrospektif ada atau tidak adanya factor risiko yang didug
aberperan. Pemilihan subyek sebagai control ini dapat dilakukan dengan cara
serasi (matching) atau tanpa matching.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formla pada masa neonates(formula
dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah usia 1 tahun (asma
dini)
Pada studi kasus control yaitu dengan mencari bayi dengan dan tanpa asma.
Kelebihan :
a.Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara
untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang
b.Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c.Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit
d.Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
e.Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai factor risiko sekaligus dalam
satu penelitian
Kelebihan :
1.Data mengenai pajanan factor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya
ingat atau catatan medik sehingga dapat menyebabkan recall bias. Data
sekunder catatan medic rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga
tidak begitu akurat.
2.Validasi mengenai informasi kadang – kadang sukar diperoleh
3.Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneloti maka sukar untuk
meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai factor
eksternal dan sumber bias lainnya
4.Tidak dapat memberikan incidence rates
5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

3.Studi Kohort
Berlawanan dengan studi kasus-kontrol yang dimulai dengan identifikasi efek.
Pada penelitian kohort yang diidentifikasi dulu adalah kasusnya, kemudian
subyek diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk mencari ada
tidaknya efek. Pada penelitian kohort murni (internal), yang diamati adalah
subyek yang belum mengalami pajanan factor risiko serta belum mengalami
faktor efek. Subyek yang terpajan menjadi kelompok yang diteliti, sedang
subyek yang tidak terpajan menjadi kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian
diikuti selama periode waktu tertentu, dan ditentukan apakah telah terjadi efek
atau penyakit yang diteliti sedangkan pada studi kohort eksternal apabila subyek
yang dipilih sudah terkena factor risiko namun belum mengalami efek dan
kelompok pembanding dipilih dari subyek lain yang tanpa pajanan factor risiko
dan tanpa efek.
Modifikasi Rancangan Studi Kohort
a.Studi Kohort Retrospektif
Pada desain ini, peneliti mengidentifikasi factor risiko dan efek pada kohort yang
telah terjadi di masa lalu namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari
saat pajanan risiko. Jenis analisis yang digunakan sama dengan pada studi
kohort prospektif. Kesahihan hasil studi ini sangat bergantung pada kualitas data
pada rekam medik atau catatan yang dipergunakan sebagai sumber data.
b.Studi kohort berganda
Pada studi kohort berganda dengan kelompok pembanding eksternal, penelitian
dimulai dengan kedua kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yakni satu
kelompok dengan factor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini
lebih sering digunakan ketimbang studi kohort dengan kelompok pembanding
internal. Pendekatan metodologis pada rancangan penelitian kohort berganda ini
dapat dilaksanakan dengan cara prospektif maupun retrospektif.
c.Nested case-control study
Jenis studi ini secara harfiah berarti terdapatnya bentuk studi kasus-kontrol
yang bersarang (nested) di dalam rancangan penelitian kohort. Data yang
digunakan adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Setelah penelitian
kohort selesai maka diperoleh sejumlah subyek dengan efek yang positif yang
berasal dari kelompok yang terpajan dan kelompok control.
Keunggulan studi in, yaitu penghematan biaya karena pemeriksaan laboratorik
pada factor risiko hanya dilakukan pada kelompok kasus dan kantrol bukan pada
semua subyek penelitian studi kohort, selain itu studi ini lebih unggul disbanding
studi kasus-kontrol biasa karena sampel kontrolnya ditarik dari populasi yang
sama dengan populasi kasus.
Contoh : Hubungan antara pemberian susu formula pada masa
neonates(formula dini) berkaitan dengan peningkatan kejadian asma dibawah
usia 1 tahun (asma dini)
Jika pada studi kohort, yaitu dengan mengamati bayi baru lahir, mencatat yang
diberi formula dini dan yang tidak.
Kelebihan :
1.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
2.Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika antara
hubungan factor risiko dengan efek secara temporal
3.Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan
progresif
4.Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
factor risiko tertentu
5.Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort
memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang
makin meningkat.
Kekurangan :
1.Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
2.Sarana dan biaya biasanya mahal
3.Studi kohort seringkali rumit
4.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang
5.Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor
risiko dapat mengganggu analisis lain
6.Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti
membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat
merugikan subyek.

RANCANGAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI


(OBSERVASIONAL ANALITIK)

Studi Case control (kasus kontrol)

 Mempelajari seberapa jauh Frisiko mempengaruhi terjadinya efek


 Hub sebab akibat :

cross sectional < case control < cohort

 F risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, f risk
diidentifikasi masa lalu

gambar 1. skema rancangan penelitian case control (kasus kontrol)

Tahapan case control (kasus kontrol):


1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Menetapkan variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Analisis hasil
Menentukan kasus:
 Insidens ( baru) atau prevalens ( baru + lama)

 Tempat pengumpulan kasus


 Waktu diagnosis

Menentukan kelompok kontrol:

 Populasi yang sama dgn kasus

 “matching”

 Kontrol lebih dari 1 kelompok

Kelebihan:

1. Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan


2. Hasil cepat, ekonomis
3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan
dengan penyakit
5. Kesimpulan korelasi > baik, karena ada pembatasan dan pengendalian f risk
6. Tidak mengalami kendala etik

Kelemahan:

1. Bias
2. Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik
matching
3. Pemilihan kontrol dengan mathcing akan sulit bila faktor risiko yang di
“matching”kan banyak
4. Kelompok kasus dan kontrol tidak random  apakah faktor luar seimbang?

Hal-hal yang harus diperhatikan:

 Pengambilan sampel dimulai dengan identifikasi


 Untuk memperoleh n kasus, perlu memeriksa n’ orang, yang jumlahnya tergantung
prevalensi kasus di populasi
 Definisi kasus sangat penting
 Secara ideal kontrol harus berasal dari populasi yang sama
 Tidak dapat digunakan untuk menghitung prevalensi

Ukuran analisis:

outcome

Ya Tidak Jumlah

Faktor resiko
Ya A B A+B

Tidak C D C+D

jumlah A+C B+D A+B+C+D

Interpretasi hasil:

 OR ( Odds Ratio )

insiden pada kelompok dengan faktor risiko dibanding insiden pada kelompok tanpa faktor risiko

A/A+B : C/C+D

OR = 1 faktor resiko bersifat netral

OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit

OR<1 ; Confident Interval (CI)<1= faktor resiko mencegah sakit

CONTOH SOAL

Dari hasil penelitian yang dilakukan Andolusi (1997), wanita umur kawin < 15 tahun mempunyai
risiko tinggi terjadinya kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita umur kawin > 15 tahun.
Seperti yang terlihat dibawah ini :

Pemeriksaan Faktor Resiko Umur


Histologik Total
< 15 tahun > 15 tahun

Kanker ( + ) 36 11 47

Kanker ( - ) 78 95 173

Total 114 106 220

Perhitungan :

outcome Ya Tidak Jumlah


Faktor resiko

Ya 36 78 114

Tidak 11 95 106

jumlah 47 173 220

OR = A/A+B : C/C+D

= 36/114 : 11/106 = 3,04

OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit

Studi Cross sectional

 = penelitian transversal = penelitian potong lintang


 Variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali
pada saat yang sama

gambar 2. skema rancangan penelitian cross sectional

Langkah:
 Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai

 Mengidentifikasi variabel penelitian

 Menetapkan subjek penelitian

 Melakukan observasi/ pengukuran

 Melakukan analisis

Kelebihan:

 Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat

 Dapat meneliti banyak variabel sekaligus

 Kemungkinan subjek “drop out” kecil

 Tidak banyak hambatan etik

 Dapat sebagai dasar penelitian selanjutnya

Kelemahan:

 Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat

 Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor risk relatif jarang ditemukan

 Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit pendek

 Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort

 Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit  faktor risiko, diagnosis, prognosis

Hal-hal yang harus diperhatikan:

- Keluaran dan pajanan diukur pada waktu yang sama, sehingga kurang dapat melihat
sebab-akibat
- Banyak digunakan pada survei
Modifikasi sampel: stratifikasi, klaster, gabungan
- Dapat digunakan untuk menghitung prevalensi

Ukuran analisis:
EFEK

Ya Tidak Jumlah

FAKTOR RISIKO

Ya A B A+B

Tidak C D C+D

jumlah A+C B+D A+B+C+D

Interpretasi hasil:

 Rasio Prevalens

Prevalensi pada kelompok dengan faktor risiko dibanding prevalensi pada kelompok tanpa faktor
risiko

 Rasio Prevalens :

RP = A/A+B : C/(C+D)

 Menghitung rasio prevalens

RP = 1 -> tidak berefek ( netral)

RP > 1 -> variabel merupakan faktor risiko

RP < 1 -> variabel merupakan faktor protektif

CONTOH SOAL

Dari hasil pemeriksaan pada 100 orang yang datang berobat ke bagian penyakit dalam di sebuah
rumah sakit A, didapatkan hasil pemeriksaan gula darah dan berat badan sebagai berikut :

Penyakit DM
Obesitas Total
Positif Negatif

Positif 20 30 50

Negatif 5 45 50

Total 25 75 100
Jawab :

EFEK

Ya Tidak Jumlah

FAKTOR RISIKO

Ya 20 30 50

Tidak 5 45 50

jumlah 25 75 100

RP = 20/50 : 5/50

=4

RP >1 -> variabel merupakan faktor risiko

Studi cohort

Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar berdasarkan status penyakit.
gambar 3. skema rancangan penelitian cohort

terpapar (E) --> sakit (D)

--> tidak sakit (D)

tidak terpapar (E) --> sakit (D)

--> tidak sakit (D)

Ciri-ciri:

Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan
apakah subyek mengalami outcome yang diamati atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau
prospektif.

Karakteristik:

1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Keuntungan:
1. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
2. Dapat menghitung laju insidensi
3. Untuk meneliti paparan langka
4. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan

Kelemahan:

1. Lebih mahal dan butuh waktu lama


2. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
4. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah
atau meninggal

Perhitungan Relative Risk (RR)

outcome+ outcome- jumlah

Exposure + a b a+b

Exposure – c d c+d

jumlah a+c b+d a+b+c+d

RISIKO RELATIF (RR)= a/(a+b) : c/(c+d)

1. RR = 1, faktor resiko bersifat netral

2. RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit

3. RR< 1; Confident interval (CI)< 1, faktor risiko mencegah sakit

Contoh soal:
Dalam penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan terjadinya hemorage stroke diambil 2916
orang yang tidak minum alkohol dan 4960 orang peminum alkohol yang diikuti selama 12 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 197 orang peminum alkohol dan 93 orang bukan peminum
alkohol mengalami stroke. Hitunglah besar resiko relatifnya!

outcome+ outcome- jumlah

Exposure + 197 4763 4960

Exposure – 93 2823 2916

jumlah 290 7586 7876

RISIKO RELATIF (RR) = a/(a+b) : c/(c+d)

= 197/4960 : 93/2916

= 1,25

RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH


Dr. Suparyanto, M.Kes

DESIGN RESEARCH / RANCANGAN PENELITIAN ILMIAH

APA ITU DESIGN RESEARCH

 Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang


cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk
mencapai tujuan penelitian
 Yang termasuk rancangan penelitian adalah: jenis penelitian, populasi,
sample, sampling, instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara
pengolahan data, perlu tidak mengunakan statistik, serta cara mengambil
kesimpulan

MACAM DESIGN RESEARCH


Berdasar tujuannya, rancangan penelitian dibedakan:

1. Eksploratif
2. Deskriptif
3. Analitik
4. Eksperimental

 Rancangan Penelitian Eksploratif: digunakan untuk menelusuri kemungkinan


adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel yang belum pernah
diketahui
 Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk menggambarkan besarnya
masalah (variabel Orang, Tempat, Waktu)
 Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan
dapat: perbedaan, hubungan atau pengaruh
 Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat antara dua variabel, dimana sebabnya merupakan intervensi
peneliti
 Pendekatan Cross sectional atau Transversal atau studi Prevalensi adalah
penelitian yang dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan
pengamatan obyek studi hanya dilakukan sekali
 Pendekatan Longitudinal / Time series à Penelitian yang dilakukan pada
periode waktu tertentu, untuk melihat perubahan yang terjadi mulai awal
sampai waktu yang ditentukan secara berurutan

BEDA RANCANGAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DAN


EKSPERIMENTAL

 Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan


observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti
 Penelitian ekperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan
intervensi pada variabel sebab yang akan diteliti

PENDEKATAN PENELITIAN OBSERVASIONAL


Pada penelitian observasional dibedakan tiga pendekakan:

1. Cross Sectional
2. Cohort / Prospektif
3. Retrospectif / Kasus Kontrol

PENDEKATAN CROSS SECTIONAL

 Penelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana


cara pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan
sekali waktu pada saat yang bersamaan
 Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel
bebas dan variabel tergantung maupun tidak
 Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia
Subur
 Jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya
adalah:
 Semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta
baik yang obesitas maupun tidak)
 Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel
sekaligus
 Setiap responden (WUS), dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu
data tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang
mengalami obesitas atau tidak

BAGAN DESIGN ANALITIC RESEARCH CROSS SECTIONAL


PENDEKATAN COHORT

 Penelitian Analitik dengan pendekatan Cohort adalah penelitian dimana


pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah
beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel
tergantung (akibat)
 Populasi pada penelitian ini adalah semua responden yang mempunyai
kriteria variabel sebab (sebagai kelompok studi)
 Pada penelitian Cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai
kriteria variabel sebab
 Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia
Subur
 Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah:
 Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok
studi)
 Sedangkan kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak
menggunakan Depo Propera
 Setelah diamati beberpa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan
pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab
maupun kelompok akibat
 Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK COHORT

PENDEKATAN RETROSPEKTIF
 Penelitian Analitik dengan pendekatan retrospektif adalah penelitian dimana
pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu,
kemudian baru diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu,
misalnya setahun yang lalu, dengan cara menanyakan pada responden
 Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia
Subur
 Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya
adalah:
 Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok studi)
 Sedang kelompok kontrolnya adalah: semua WUS yang tidak mengalami
obesitas

BAGAN DESAIN PENELITIAN ANALITIK RETROSPEKTIF

DESAIN EKSPERIMENTAL

 Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan


interventi terhadap varibel sebab yang akan diteliti
 Desain Esperimental dibagai tiga:
1. Pra Eksperimental
2. Quasy Experiment
3. True Experiment

DESAIN PRA EKSPERIMENT


 Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya
menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta
pengambilan respondon tidak dilakukan randomisasi
 Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
 Populasi: semua ibu hamil
 Pre Test
 Intervensi: penyuluhan
 Post Test
 Hasil Pre Test dan Post Test dibandingkan dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN PRA EKSPERIMEN

DESIGN QUASY EXPERIMENT

 Design Quasy Experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada


penelitian ini sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun
pengambilan responden belum dilakukan secara randomisasi
 Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
 Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol
 Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok
kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
 Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan
kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN KUASI EKSPERIMEN


TRUE EXPERIMENT DESIGN

 True Experiment Design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi


dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi,
serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada
kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
 Contoh: Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Ibu Hamil
 Populasi: semua ibu hamil, dibagi dua kelompok, studi dan kontrol, dimana
pengambilan dilakukan secara randomisasi
 Pada kelompok studi dilakukan intervensi penyuluhan, sedang pada kelompok
kontrol tidak dilakukan intervensi penyuluhan
 Dilakukan pengambilan data pengetahuan, baik pada kelompok studi dan
kelompok kontrol, hasilnya dianalisa dengan uji statistik yang sesuai

BAGAN DESAIN EKSPERIMEN MURNI


REFERENSI

1. Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar,


Jakarta, EGC
2. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 1 (statistik Deskriptif), Jakarta,
Bumi Aksara
3. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 2 (statistik Infereansif), Jakarta,
Bumi Aksara
4. Nasution, 2004, Metode research (penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara
5. Silalahi, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citramedia
6. Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

REFERENSI

http://hasniadiv.blogspot.com/

http://murnikasmaranifkmundip.blogspot.com/2010/11/metode-penelitian-analitik.html

http://rimasajja.students-blog.undip.ac.id/2010/11/07/desain-studi-epidemiologi-studi-
observasional/

Anda mungkin juga menyukai