Anda di halaman 1dari 158

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2018

Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Pencegahan Keputihan (Fluor
Albus) pada Remaja Madya di SMA Al
Ulum Medan Tahun 2017

Putri, Pratiwi Syah


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6476
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN
KEPUTIHAN(FLUOR ALBUS) PADA REMAJA MADYA
DI SMA AL ULUM MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Oleh

PRATIWI SYAH PUTRI


157032006

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN
KEPUTIHAN(FLUOR ALBUS) PADA REMAJA MADYA
DI SMA AL ULUM MEDAN TAHUN 2017

THESIS

By

PRATIWI SYAH PUTRI


157032006/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF
NORTH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN
KEPUTIHAN(FLUOR ALBUS) PADA REMAJA MADYA
DI SMA AL ULUM MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Reproduksi
pada Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara

Oleh

PRATIWI SYAH PUTRI


157032006

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pencegahan Keputihan (Fluor Albus) pada
Remaja Madya di SMA Al Ulum Medan Tahun
2017

Nama Mahasiswa : Pratiwi Syah Putri


Nomor Induk Mahasiswa : 157032006
Program Studi : S2 IlmuKesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D.) (dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D.)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus :01 Februari 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji
Pada Tanggal : 01 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D


Anggota : 1. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D
2. Prof. Delfi Lutan, MSc, Sp.OG (K)
3. Dr. Aspriyati, S.K.M, M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN


KEPUTIHAN(FLUOR ALBUS) PADA REMAJA MADYA
DI SMA AL ULUM MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 01 Februari 2018

Pratiwi Syah Putri


157032006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Keputihan (fluor albus) sering dialami oleh wanita jika keputihan tersebut
bersifat fisiologis, tetapi akan menjadi berisiko jika yang dialami adalah patologis
ditandai dengan cairan berwarna kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka
sehingga perlu dilakukan pencegahan. Pencegahan keputihan merupakan bentuk
perilaku kesehatan, dan penelitian ini menganalisisnya menggunakan teori Lawrence
Green berdasarkan faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),faktor-faktor
pendukung (Enabling factors),faktor-faktor pendorong (reinforcing factors). Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan
keputihan pada remaja madya.
Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross
sectionalPenelitian dilakukan di SMA Swasta Al-Ulum Medan.Populasi penelitian
sebanyak 262 orang dan sampel diperoleh sebanyak 100 orang. Penarikan sampel
dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat,
analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi
logistikberganda, pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan
pencegahan keputihan (fluor albus) di SMA Swasta Ulum Medan yaitu pengetahuan
(p=<0,001), keterpaparan informasi (p=0,002), dukungan keluarga (ibu) (p=0,002).
Variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling besar berhubungan dengan
nilai Exp(B)/OR = 7,926(95%CI= 2,706-23,218) artinya remaja yang berpengetahuan
baik berpeluang melakukan pencegahan keputihan dengan baik 7,9 kali lebih tinggi
dibandingkan remaja berpengetahuan kurang.Remaja putri yang berpengetahuan
baik, terpapar informasi tentang keputihan dan pencegahannya, mendapatkan
dukungan dari keluarga (ibu) akan mampu melakukan pencegahan keputihan (fluor
albus) sebesar 94,16%.
Disarankan kepada kepala sekolah Swasta Al Ulum untuk meningkatkan
pengetahuan siswi bekerjasama denganLSM yang bergerak di bidang kesehatan
reproduksi remaja, dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Kota Matsum Medan
dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang keputihan dan pencegahannya.

Kata Kunci: Pencegahan, Keputihan, Remaja Madya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Fluor albus is commonly experienced by women if leucorrhoea is


physiological, but it is risky if the pathologist is characterized by a yellowish-
greenish liquid, excessive, thick, odorless, itchy or hot and inflicting injuries do
prevention. Prevention of whiteness is a form of health behavior, and this study
analyzes it using Lawrence Green theory based on predisposing factors, enabling
factors, reinforcing factors. The purpose of this study was to analyze factors related
to the prevention of vaginal discharge in middle adolescents.
This research is an analytical survey with cross sectional approach. The
research was conducted at SMA Swasta Al-Ulum Medan. The research population is
262 people and the sample is 100 people. Sampling by purposive sampling technique.
The data were analyzed using univariate analysis, bivariate analysis with chi-square
test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test, at 95%
confidence level (α = 0,05).
The results showed that factors related to the prevention of fluor albus in
private high school Ulum Medan that is knowledge (p =<0,001), exposure
information (p = 0.002), family support (mother) (p = 0,002). Knowledge variable is
the biggest variables associated with Exp (B) / OR = 7,926 (95% CI = 2,706-23,218)
means that teenagers with good knowledge have a good chance of doing fluor albus
prevention well 7.9 times higher than the teenager is less knowledgeable. Well-
informed female teenagers, exposed to information about whiteness and prevention,
obtaining support from the family (mother) will be able to perform fluor albus of
94.16%.
It is suggested to the principal of Private School Al Ulum to increase the
knowledge of female students in cooperation with NGOs working in the field of
adolescent reproductive health, and health workers from Pulo Brayan Health Center
Medan by giving health education about leucorrhoea and prevention.

Keywords: Prevention, Fluor Albus, Teenager.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini yang berjudul: “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Keputihan

(Flour Albus) pada Remaja Madya di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing yaitu:

Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr.

Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D.), selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian,

kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga

selesainya penulisan Tesis ini, kemudian penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K) dan Dr. Asfriyati,S.K.M, M.Kes, selaku

Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna

penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Sofyan Siregar, S.Ag, selaku Kepala SMA Al-Ulum Medan dan jajaran yang

telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin

penelitian.

8. Teristimewa buat suami tercinta Hasanuddin Tomy Hidayat Siregar, ST dan

ketiga putraku yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta

cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril

agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya minat studi Kesehatan Reproduksi yang telah

menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik

dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap

semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, 01 Februari 2018


Penulis

Pratiwi Syah Putri


157032006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pratiwi Syah Putri berumur 31 tahun dilahirkan di Medan

pada tanggal 21 Juli 1986. Penulis beragama Islam, anak ketiga dari empat

bersaudara pasangan H. Nasruddin dan Hj. Rosmala Dewi. Penulis menikah pada

tahun 2008 dengan Hasanuddin Tomy Hidayat Siregar, ST, dan dikaruniai 3 orang

putra yaitu Muhammad Andreyanzah Siregar, Muhammad Azmiyanzah Siregar, dan

Muhammad Aulianzah Siregar.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Al Ulum

Medan tahun 1992-1998, Sekolah Menengah Pertama di SMP Al Ulum Medan tahun

1998-2001, Sekolah Menengah Atas Al Ulum tahun 2001-2004. Selanjutnya penulis

meneruskan ke Akademi Kebidanan Flora Medan tahun 2004-2007. Pada tahun 2008-

2009 penulis menyelesaikan pendidikan di Program Studi D-IV Universitas Sumatera

Utara. Pada tahun 2015-2017 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulis bekerja sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Flora Medan dari tahun 2007 sampai dengan sekarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Permasalahan .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja ................................................... 11


2.2 Kepatuhan (Flour Albus) ............................................................ 16
2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Keputihan
(Flour Albus) ............................................................................... 37
2.4 Perilaku Kesehatan ...................................................................... 43
2.5 Landasan Teori ............................................................................ 46
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 49
2.7 Hipotesis...................................................................................... 49

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 50

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 50


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 50
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 52
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 54
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 56
3.6 Aspek Pengukuran ...................................................................... 58
3.7 Metode Analisis Data .................................................................. 61

BAB 4. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 63

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Analisis Univariat ...................................................................... 66
4.3 Analisis Bivariat ......................................................................... 68
4.4 Analisis Multivariat .................................................................... 82

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................. 90

5.1 Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Keputihan ......... .... 90


5.2 Pengaruh Keterpaparan Informasidengan Pencegahan
Keputihan ............................................................................... .... 92
5.3 Pengaruh Dukungan Keluarga (Ibu)dengan Pencegahan
Keputihan ............................................................................... .... 96

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 100

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 100


6.2 Saran ......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


3.1 Besar Sampel di Setiap Kelas ........................................................... 54
3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian .......................... 55
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ..................................... 56
3.4 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ............................................ 62
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SMA Al-
Ulum Medan Tahun 2017 ................................................................ 66
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Al-
Ulum Medan Tahun 2017 ................................................................ 67
4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan di
SMA Al Ulum Medan Tahun 2017 .................................................. 67
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di SMA
Al-Ulum Medan Tahun 2017 ............................................................ 68
4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Sikap di SMA Al
Ulum Medan Tahun 2017 ................................................................. 69
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di SMA Al-
Ulum Medan Tahun 2017 ................................................................. 70
4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Kepaparan
Informasi di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017 .............................. 71
4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepaparan Informasi
di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 .............................................. 72
4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Keluarga
(Ibu) di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017 ..................................... 73
4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
(Ibu) di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ..................................... 74
4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga
Kesehatan di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017 ............................. 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.12 Distribusi Frekuensi Menurut Responden Berdasarkan Dukungan
Tenaga Kesehatan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017................ 76
4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pencegahan
Keputihan di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017 ............................. 76
4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan
Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ............................ 78
4.15 Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan
Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ............................ 78
4.16 Tabel Silang Hubungan Sikap dengan Pencegahan Keputihan di
SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 .................................................. 79
4.17 Tabel Silang Hubungan Keterpaparan Informasi dengan
Pencegahan Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ........ 80
4.18 Tabel Silang Hubungan Dukungan Keluarga (Ibu) dengan
Pencegahan Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ........ 80
4.19 Tabel Silang Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan
Pencegahan Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017 ........ 81
4.20 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda ..................................................... 83
4.21 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda yang Tidak Signifikan ........... 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 49

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman
No. Judul Halaman

1. Kuesioner ................................................................................................ 109

2. Master Data ............................................................................................. 117

3. Output SPSS Data Penelitian .................................................................. 120

4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 142

6. Surat-surat Izin Penelitian ....................................................................... 153

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu

terjadinya keputihan (fluor albus).Keputihan merupakan gejala yang sangat sering

dialami oleh sebagian besar wanita.Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah

gangguan haid.Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para

wanita.Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit.Hampir semua

perempuan pernah mengalami keputihan.Pada umumnya, orang menganggap

keputihan pada wanita sebagai hal yang normal.Pendapat ini tidak sepenuhnya benar,

karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan.Keputihan yang

normal (fisiologis) memang merupakan hal yang wajar.Namun, keputihan yang tidak

normal (patologis) dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati

(Djuanda, 2015).

Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan berdasarkan

data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di

dunia pasti menderita keputihan. Sebanyak 5% remaja di dunia terjangkit Penyakit

Menular Seksual (PMS) dengan gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika

Serikat 1 dari 8 remaja mengalami gejala keputihan. Angka ini berbeda tajam dengan

eropa yang hanya 25% dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Bahari, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan masalah kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan

(Paryono, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rabiu (2010) di Nigeria dilaporkan bahwa

perilaku tidak sehat dalam menjaga kebersihan genitalia merupakan penyebab paling

dominan terjadinya keputihan yaitu sebesar 44,6% dibandingkan akibat infeksi

menular seksual sebesar 44,1%. Berdasarkan hasil penelitian dari Panda S. et.Al.

(2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia Selatan terutama India

yang terdeteksi Trikomoniosis Vaginalis sebanyak 3 kasus (6%) dan Candida

Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis Vaginalis dan Candidia

Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab keputihan adalah bakteri

Candidia Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia subur.

Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh

jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis) karena

cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur candida albicans

yang merupakan salah satu penyebab keputihan (Bahari, 2012). Berdasarkan data

statistik Indonesia tahun 2012 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun di

Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia

15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual, yang merupakan salah satu

penyebab terjadinya keputihan (Fauziah, 2012).Penelitian Tambak tahun 2014 di

SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan bahwa angka keputihan sangat tinggi yaitu 96%

responden pernah mengalami keputihan dan 89,5% diantaranya mengalami keputihan

patologis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di Sumatera Utara tahun 2014 bahwa

jumlah penduduk usia>15 tahun sebanyak 9.351.041 jiwa yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 4.611.630 jiwa dan perempuan 4.739.411 jiwa. Dari jumlah perempuan

tersebut diperkirakan sebanyak 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan

pada 2013 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% pernah mengalami keputihan

(Simanjuntak, 2015).

Rasa gatal dan rasa panas atau nyeri pada saat keputihan di daerah vagina

salah satu faktornya disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang terjadi karena

mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian

pembilas yang berlebihan, selain karena infeksi, keputihan dapat juga disebabkan

oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular

seksual. Rasa gatal yang dialami oleh remaja pada umumnya adalah salah satu gejala

dari keputihan (Kusmiran, 2013).

Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor infeksi dan

non infeksi.Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan non infeksi

adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, mencuci vagina

tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab dan kondisi tubuh, perawatan saat

menstruasi kurang benar (Ababa, 2013).Penyebab keputihan terkait dengan cara kita

merawat organ reproduksi. Misalnya, vulva hygiene kurang tepat, menggunakan

celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak

mengganti pembalut saat menstruasi.Faktor perilaku juga turut berperan dalam

meningkatkan terjadinya keputihan yaitu pengetahuan yang kurang baik, sikap yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


negatif, dan tindakan yang tidak tepat dalam perawatan organ reproduksi(Mariyatul,

2014).

Pencegahan keputihan merupakan bentuk perilaku kesehatan.Lawrence Green

mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang

atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu

sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi

(predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (Enabling

factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, keterpaparan

informasi, dan sebagainya. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, teman

sebaya, kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Penelitian Kursani (2015) di SMA PGRI Pekanbaru bahwa dari uji statistik

diperoleh p-value semua variabel <ɑ (0,05), berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan, sikap, personal hygiene dan douching dengan

pencegahan flour albus. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR yang paling

tinggi diantara variabel yang lain adalah variabel pengetahuan dengan nilai OR (95%

CI) = 9,900 (1,696-57,778), artinya responden yang memiliki tingkat pengetahuan

rendah berpeluang 9,900 kali melakukan pencegahan flour albus dibandingkan

responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian Rahmi (2014) yang dilakukan SMANegeri 1 Rumbio Jaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pekanbaru menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan terhadap pencegahan

keputihan (p-value = 0,041). Penelitian Yanti (2016) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan fluor albus diperoleh nilai (p=

0,01fluor albus) dan ada hubungan antara perilaku menjaga kebersihan genetalia

dengan pencegahan fluor albus nilai (p= 0,00).Penelitian Rembang (2013) pada

remaja putri di SMA 9 Manado mendapatkan hasil bahwa variabel sikap memiliki

hubungan bermakna dengan tindakan pencegahan keputihan (p=0,000).

Penelitian Badaryati (2012) di SMA Negeri 2 dan di SMK Negeri 3 Kota

Banjarbaru menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan,

sikap, persepsi, pelayanan kesehatan dan keterpaparan informasi dengan perilaku

pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada siswi di SMA Negeri 2 dan di

SMK Negeri 3.

Penelitian Daiyah (2004) di SMU Negeri 2 Medan dari 58 responden hanya

25,86% yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan baik berarti

74,14% responden tidak melakukan pencegahan keputihan dengan baik. Kurangnya

pengetahuan dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi

kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya perhatian kesehatan organ

reproduksinya.

Wanita yang tinggal di pedesaan lebih banyak mengalami gejala keputihan

daripada wanita yang tinggal di perkotaan karena belum benarnya perilaku sehat

dalam mencegah keputihan, dan wanita muda yang berpendidikan rendah dan tinggal

di pedesaan sedikit mengetahui gejala keputihan. Selain itu wanita yang tinggal di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


daerah pedesaan atau pedalaman memiliki akses yang kurang dalam memperoleh

informasi baik dari pelayanan kesehatan maupun dari media massa jika dibandingkan

di perkotaan (SKRRI, 2012).

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja dalam

berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua remaja memperoleh

informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan

pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke arah perilaku berisiko

(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Program kesehatan reproduksi remaja membantu remaja agar memahami dan

menyadari ilmu kesehatan reproduksi, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat

dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah reproduksi.Upaya

memiliki kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab, berarti pula suatu

upaya meningkatkan kualitas keluarga karena remaja adalah bagian dari suatu

keluarga (Widyastuti, 2013).

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesehatan

reproduksi di kalangan remaja di antaranya melalui program Pusat Informasi dan

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) (Undang-undang Kesehatan,

2009), tetapi masalah kesehatan reproduksi khususnya keputihan masih terus terjadi

pada remaja.

Penelitian ini memilih lokus di salah satu SMA yang ada di kota Medan yaitu

SMA Al-Ulum Medan yang merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta

yang berciri khas ajaran Islam yang berdiri sejak tahun 1991. Kelas yang ada di SMA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Al-Ulum Medan terdiri dari kelas unggulan dan kelas reguler. Kelas unggulan

sebanyak 6 kelas untuk kelas X, kelas XI terdiri dari jurusan IPA sebanyak 3 kelas

dan kelas reguler jurusan IPS sebanyak 3 kelas, sedangkan kelas XII terdiri dari

jurusan IPA sebanyak 3 kelas dan jurusan IPS sebanyak 3 kelas. Jumlah siswa

seluruhnya sebanyak 620 yang terdiri dari kelas X sebanyak 226 siswa, kelas XI

sebanyak 196 siswa dan kelas XII sebanyak 198 siswa.

Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di 2 sekolah menengah atas yaitu

SMA Al-Ulum Medan dan SMA Muhammadiyah Medan dengan mewawancarai 15

orang siswa putri SMA Al-Ulum Medan dan 15 remaja putri di SMA

Muhammadiyah Medan tentang kejadian keputihan dan upaya yang mereka lakukan

untuk pencegahan keputihan. Hasil jawaban di SMA Al-Ulum Medan diperoleh

bahwa sebanyak 3 orang (20%) tidak pernah mengalami keputihan sedangkan 12

orang (80%) pernah mengalami keputihan: 7 orang (58,3%) mengalami keputihan

fisiologis dan 5 orang (41,7%) mengalami keputihan patologis. Hasil jawaban di

SMA Muhammadiyah Medan diperoleh bahwa sebanyak 4 orang (26,7%) tidak

pernah mengalami keputihan sedangkan 11 orang (73,3%) pernah mengalami

keputihan: 7 orang (63,6%) mengalami keputihan fisiologis dan 4 orang (36,4%)

mengalami keputihan patologis.

Jawaban dari 30 orang remaja putri tersebut mereka tentang upaya-upaya

yang dilakukan untuk mencegah terjadinya keputihan (fluor albus) yaitu mereka

kurang tahu cara melakukan pencegahan keputihan yang benar, paling hanya mencuci

dengan air setelah buang air kecil, sering menggunakan obat antibiotik dan memberi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bedak jika terjadi gatal-gatal pada daerah kewanitaan, padahal tindakan tersebut

kurang tepat untuk mencegah terjadinya keputihan. Dampak kesehatan reproduksi

pada remaja yang mengalami keputihan yaitu infeksi saluran reproduksi, dan pada

akhirnya akan mengakibatkan infertilitas.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menduga ada hubungan antara

pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan kejadian keputihan (fluor albus). Hal

tersebut menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan Keputihan (Fluor Albus) pada

Remaja Madya di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan,

sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga (ibu), dukungan tenaga kesehatan

denganpencegahan keputihan (fluor albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum

Medan tahun 2017.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan,

sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga (ibu), dukungan tenaga kesehatan

dengan pencegahan keputihan (fluor albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum

Medan tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pencegahan keputihan (fluor

albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan pencegahan keputihan (fluor albus)

pada remaja madya di SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

3. Untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi dengan pencegahan

keputihan (fluor albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

4. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga (ibu) dengan pencegahan

keputihan (fluor albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

5. Untuk mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pencegahan

keputihan (fluor albus) pada remaja madya di SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dan Kepala Sekolah SMA Al-Ulum Medan

dalam memberikan pendidikan kesehatan pada siswa tentang pencegahan

keputihan (fluor albus).

2. Sebagai bahan masukan untuk Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas

Pendidikan Kota Medan dalam upaya membuat kebijakan penanganan masalah

kesehatan reproduksi melalui program TRIAD KRR.

3. Sebagai bahan masukan bagi siswa remaja putri untuk mencegah terjadinya

keputihan (fluor albus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi dan perbandingan dalam

bidang penelitian kesehatan reproduksi remaja khususnya pencegahan

keputihan (fluor albus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja

2.1.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau

menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia

dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup(Widyastuti, 2013). WHO

mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah keadaan yang memungkinkan proses

reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial bukan hanya

tidak adanya penyakit atau kelainan (Kusmiran, 2012).

IPCD (Internasional Conference On Population and Development) Kairo

1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat yang menyeluruh,

meliputi aspek fisik, mental dan sosial, bukan sekedar tidak hanya penyakit atau

gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya, proses

reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat

menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan dan mereka memiliki

kemampuan untuk berproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan

dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi (Hidayana, 2014).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara

utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal

yang berkaitandengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.Tujuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan

menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja

bertanggungjawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi. Upaya yang

dilakukan melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja

yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan pada kegiatan remaja

yang bersifat positif (Widyastuti, 2013).

2.1.2. Remajadan Ciri-cirinya

Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa.Muagman dalam

Sarwono (2013) mendefinisikan remaja berdasarkan3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi.

1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kaliia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapaikematangan

seksual.

2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembanganpsikologis

dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2013).

Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)

adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24

tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services

Administrations Guideline Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja

madya/menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini

kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang

mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2013).

Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan

bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartono (2013) dibagi tiga yaitu:

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan

perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia

luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi

namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.Selain itu pada masa

ini 14 remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa

kecewa.

2. Remaja Madya/Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa

remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan

badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan

perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh

keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri

sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya

untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil.Remaja sudah mengenal dirinya

dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian.Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan

hidupnya.Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola

yang jelas yang baru ditemukannya (Kartono, 2013).

Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi, atau

lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa

anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun atau 12-21 tahun (Dariyo, 2014).

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun

sampai 20-21 tahun.

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi

fisiologi, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami

perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara

masa anak-anak menuju masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa (Dewi, 2012).

Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang

bebas tanpa beban menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran,

2013).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju

masa dewasa.Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik

maupun psikis.Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh

berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula

orang dewasa.Pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukkan gejala

primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan-perubahan fisik

tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Ciri-ciri seks primer

Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan

fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya

terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila

sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya

cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam

rahim yang banyak mengandung darah.

2. Ciri-ciri seks sekunder

Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan

pria dan wanita.Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang

(badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara,

tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting,

haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan

pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan

berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh

rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, tumbuh

jakun di leher (tenggorokan), rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap,

tumbuh bulu di dada (Imron, 2012).

2.1.3 Perkembangan Seksual Remaja

Remaja dikenal sebagai periode yang berada pada tahap perkembangan fisik

dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan.Perubahan fisik yang terjadi

itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sedangkan

perubahan psikologis muncul antara lain akibat dan perubahan-perubahan fisik itu.

Diantara perubahan fisik itu yang besar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja

adalah pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yang ditandai

menarche (menstruasi pertama kali) pada wanita dan mimpi basah pada pria

(Rochmah, 2015).

2.2. Keputihan (Fluor Albus)

2.2.1. Pengertian

Keputihan pada remaja putri berkaitan dengan menstruasi karena biasanya

keputihan terjadi menjelang menstruasi.Menstruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan

dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cendomentrium.Menstruasi umumnya mulai pada usia 8-13 tahun. Siklus haid pada

setiap wanita tidak sama biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari. Siklus

menstruasi dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu, seperti stres, pengobatan dan

latihan olah raga.Pada remaja pria salah satu tanda yang menunjukkan bahwa organ

reproduksi sudah mulai berfungsi adalah mimpi basah.Mimpi basah adalah

pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah. Mimpi basah

pertama kali terjadi pada remaja sekitar usia 9-17 tahun (Wahyudi, 2010).

Keputihan (fluor albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan

yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah. Keputihan yang

berbahaya adalah keputihan yang tidak normal.Ini terjadi akibat infeksi yang

disebabkan bakteri, bakteri, jamur atau infeksi campuran.Keputihan dapat juga

disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh alat-alat kontrasepsi sehingga

menimbulkan cairan yang berlebihan.Pada tipe keputihan ini, cairan yang keluar

berwarna kuning kehijauan dan biasanya diiringi rasa gatal dan bau yang tak

sedap (Iswati, 2013).

Dalam alat genetalia wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa

bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada

vagina berkisar antara 3,8-4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri

laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit).

Biasanya ketika ekosistem di dalam keadaan seimbang, bakteri pathogen tidak akan

mengganggu. Masalah akan timbul ketika kondisi asam ini turun. Bakteri-bakteri

laktobasilus gagalmenandingi bakteri pathogen, sehingga jamur akan berjaya dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terjadilah keputihan (Pribadi, 2012).

Keputihan dibagi atas dua macam, yaitu keputihan fisiologis (normal) dan

keputihan patologis (abnormal). Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai

hormon yang dihasilkan berbagai organ yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan

adrenal. Ekstrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi

stroma dan kelenjar sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi.

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar

fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan

dan sedang mengonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, keputihan ini tidak

berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal (Iswati, 2013).

Keputihan abnormal merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung

banyak leukosit.Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka).Jejas

ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing maupun iritasi akibat

pembalut (bahan kimia).Bakteri penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur

Kandida Albikan, parasit Tricomonas, Treponema Palladium, Kondiloma aquiminata

dan Herpes serta luka di daerah vagina. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat

mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan

sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau

panas dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina (Iswati, 2013).

2.2.2. Patogenesis

Leukorea atau keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan

dapat menjadi leukorea yang patologis karena terinfeksi bakteri penyakit. Bila vagina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terinfeksi bakteri penyakit seperti jamur, bakteri, dan virus maka keseimbangan

ekosistem vagina akan terganggu, yang terjadi bakteri lactobasillus memakan

glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya

dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina

basa. Keadaan pH vagina basa membuat bakteri penyakit berkembang dan hidup

subur di dalam vagina (Iswati, 2013).

Lactobasillus merupakan bakteri yang mampu memproduksi sejumlah asam

laktat, dengan demikian menciptakan suasana asam yang mampu mematikan bakteri.

Jika karena sesuatu hal laktobasillus tertekan pertumbuhannya, misalnya karena

pemberian obat-obat antimikroba, maka sel ragi atau berbagai jenis bakteri lain akan

meningkat jumlahnya dan menimbulkan gangguan seperti peradangan dan keputihan

(Manuaba, 2013).

2.2.3. Etiologi

Menurut Kusmiran (2013), keputihan patologis terjadi oleh karena:

1. Iritasi akibat rangsangan

a. Chemist (obat-obatan antiseptik atau penggunaan bahan-bahan kimia

berbahaya seperti pembalut)

b. Mekanis, terjadinya benturan pada vagina, penggunaan pakaian dalam yang

ketat dan bahan pakaian yang tidak menyerap keringat dan benda asing di

dalam vagina seperti: spiral, tertinggalnya kondom serta tampon).

2. Infeksi akibat Mikroorganisme seperti : Jamur, bakteri, parasit dan virus (Ababa,

2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) Iritasi akibat rangsangan

a. Chemist (obat-obat antiseptik atau penggunaan bahan-bahan kimia yang

berbahaya seperti pembalut)

Banyak penelitian melaporkan melakukan bilas vagina dengan

sering menggunakan sabun antiseptik dapat mengakibatkan pH dalam

vagina menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan pH ini akan

menyebabkan bakteri-bakteri baik dalam vagina akan mati sehingga

vagina mudah terserang bakteri dari luar. Tidak hanya itu, tindakan bilas

vagina juga dapat mendorong mikroorganisme di vagina dan leher rahim

masuk ke dalam rongga rahim (kavum uteri), saluran telur (tuba falopi)

dan indung telur (Ovarium).Cairan pencuci vagina merupakan salah satu

premodifikasi pH vagina walau dalam pemakaian terbatas. Bahan bilas

vagina mengandung berbagai macam zat kimia yang mempunyai efek

dalam pemakaiannya, seperti yodium povidum dapat ditemukan pada

cairan pencuci vagina dalam bentuk vagina doucher. Para peneliti

menemukan pengaruh senyawa tersebut terhadap penurunan jumlah besar

bakterilaktobasilus dan bakteri pathogen dalam vagina.

Menurut Yuliatin (2014), keputihan dapat terjadi akibat

pembalut yang tak berkualitas. Pemakaian pembalut yang berasal dari

daur ulang dan mengandung zat-zat kimia.Pembalut wanita, termasuk

klasifikasi produk sekali pakai.Karena itulah para produsen pembalut

biasa kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar untuk menghemat biaya

produksi.Kertas daur ulang yang telah diproses dengan bahan kimia inilah

yang kemudian dibungkus rapi dan siap dipasarkan sebagai pembalut

biasa yang ditemukan di pasaran. Dalam proses daur ulang sampah kertas

bekas ini banyak bahan kimia yang digunakan untuk proses sterilisasi

bakteri-bakteri pada kertas bekas serta pemutih(bleaching), sehingga

pembalut yang dihasilkan banyak mengandung zatdioxin.

Zat dioxin dan serat sintetis yang terkandung dalam kesehatan

wanita, termasuk risiko terhadap keputihan, kanker serviks, endometritis,

radang pelviks dan lain-lain. Jika menggunakan pembalut biasa meskipun

2 jam pemakaian, terdapat sekitar 107 bakteri per millimeter persegi.

Kondisi ini yang menyebabkan wanita mudah terjangkit infeksi jamur,

bakteri dan virus selama menstruasi.

Masuknya zat dioxin ke dalam alat reproduksi wanita

melaluidarah menstruasi yang jatuh ke permukaan pembalut (darah yang

kotor, bakteri, bakteri) mengenai permukaan vagina, zat-zat tersebut

dihisap ke dalam rahim melalui saluran serviks lalu masuk ke dalam

rahim (uterus), selanjutnya bersama-sama aliran darah menuju ke organ-

organ tubuh lainnya.

b. Mekanis (pemakaian kontrasepsi Pil KB, terjadinya benturan pada

vagina, penggunaan pakaian dalam yang ketat dan bahan pakaian yang

tidak menyerap keringat dan benda asing di dalam vagina seperti : spiral,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tertinggalnya kondom serta tampon).

Menurut Pribakti (2012), keputihan abnormal dapat terjadi

karena infeksi adanya benda asing yang dapat terjadi pada anak yang

memasukkan ke dalam liang senggama seperti kotoran tanah atau biji-

bijian. Tertinggalnya kondom atau benda lain yang dipakai waktu

senggama. Keputihan abnormal dapat juga terjadi akibat penggunaan

pakaian dalam yang ketat dan bahan yang tidak menyerap keringat

sehingga menyebabkan kondisi di sekitar vagina menjadi panas dan

semakin lembab dan mempermudah jamur dan bakteri lain berkembang

di vagina dan menimbulkan keputihan.

Keputihan dapat terjadi akibat benturan pada organ genetalia yang

menimbulkan infeksi, seperti sewaktu melakukan hubungan seksual,

terkadang terjadi kontraksi yang terlalu keras pada vagina atau vagina

tidak cukup mengeluarkan lender yang berfungsi sebagai pelumas dapat

menyebabkan vagina menjadi lecet yang mempermudah masuknya

mikroorganisme penyebab infeksi yang menimbulkan tanda keputihan

(Sibagariang, 2015).

Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat

menyebabkan infeksi karena adanya gesekan antara benang dengan

serviks uteri yang terus menerus, diduga menyebabkan iritasi kronis

berupa peradangan (Manuaba, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Infeksi

a. Jamur

Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah Kandida Albikan,

Parasit ini disebut juga Kandidiasis genetalia. Jamur ini merupakan

saprofil yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala,

tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang

ringan hingga berat.Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan timbul pada

wanita yang belum menikah. Ada beberapa faktor predisposisi untuk

timbulnya kandidiasis genitalis, antara lain : (Iswati, 2013)

(1) Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama

(2) Kehamilan

(3) Kontrasepsi hormonal

(4) Kelainan endokrin seperti diabetes mellitus

(5) Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis

(6) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang

tidak menyerap keringat.

Keluhan penyakit ini adalah gatal atau panas pada alat kelamin,

keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran

tepung.Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi dan

kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada

pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah dan sembab, kadang-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan yang berwarna putih,

kental,

bergumpal seperti butiran tepung melengket di dinding vagina.

b. Bakteri

(1) Gonokokus

Penyakit ini disebut dengan Gonorrhea dan penyebab penyakit

ini adalah bakteri Neisseria Gonorrhea atau gonokokus.Pada

umumnya penularannya melalui hubungan kelamin.Tetapi, disamping

itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat pakaian.Handuk,

thermometer dan sebagainya.Oleh karena itu disebut gonorea genital

dan gonorea eksterna genital (Djuanda, 2015).

Penyebab gonorea adalah gonokok/gonokokus yang ditemukan oleh

Neisser pada tahun 1879 dan baru ditemukan pada tahun 1882.

Gonokok berbentuk biji kopi berukuran 0,8µ dan panjang 1,6µ bersifat

tahan asam, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam

keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39°C. Gonokokus yang

purulen mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra

dan mukosa vagina.Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah

dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum

berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

Menurut Sibagariang (2015), pada hari ketiga, bakteri tersebut

akan mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan menimbulkan reaksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


radang. Gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna

kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat

senggama.

1) Klamidia Trakomatis

Bakteri ini sering menjadi penyakit mata trakoma dan menjadi

penyakit menular seksual.Klamidia adalah organism intra seluler

obligat, pada manusia bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal

di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks.Klamidia sering

menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelviks, kehamilan di

luar kandungan dan infertilitas.Gejala utama yang ditemukan adalah

servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.

2) Grandnerella

Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi

penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue cell.

Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa

amino, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang

ditimbulkan adalah keputihan yang berlebihan dan berbau disertai

rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.

3) Treponema Pallidum

Triponema pallidum berbentuk spiral teratur, panjangnya antara 6-

15µm, lebar 0,15µm, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakan berupa

rotasi panjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membiak secara pembelahan melintang.Pembiakan pada umumnya

tidak dapat dilakukan di luar badan, di luar badan bakteri tersebut

cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup 72

jam.Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang

mengandung triponema.Triponema dapat masuk melalui selaput

lendir yang utuh atau kulit dengan lesi.Kemudian masuk ke

peredaran darah dan ke seluruh tubuh.Penyebab penyakit kelamin

sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina (Djuanda,

2015).

4) Streptobacillus ducrey

Basil H. ducrey berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung

membulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora,

menyebabkan penyakit ulkus mole. Basil sering berkelompok,

berderet berbentuk rantai sehingga disebut streptobacillus.Masa

inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7

hari.Lesi kebanyakan multiple di daerah genital.Mula-mula kelainan

kulit berupa papul kemudian menjadi vesiko-pustul dan cepat pecah

menjadi ulkus.Pada perabaan terasa nyeri.Terdapat lesi di labia,

klitoris, vestibule, anus dan serviks.

(2) Parasit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas

vaginalis.Trikomonas vaginalis pertama kali ditemukan oleh Donne pada

tahun 1836.Merupakan flagelaat berbentuk fiformis, berukuran 15-18

mikron, mempunyai 4 flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini

berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam

suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa menit,

tetapi pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari (Djuanda, 2015).

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga

melalui pakaian, handuk atau karena berenang. T.Vaginalis mampu

menimbulkan peradangan pada saluran urogenital dengan cara invasi

sampai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3

minggu. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sup epitel yang menjalar

sampai ke permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup

dalam sisa-sisa sel, bakteri-bakteri dan benda lain yang terdapat dalam

sekret. Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen berwarna

kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak dan berbusa.Dinding

vagina tampak kemerahan dan sembab.Kadang-kadang berbentuk abses

kecil pada dinding vagina dan serviks, bila sekret banyak keluar dapat

timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genetalia eksterna.Selain

vaginisitis dapat juga terjadi uretritis.Bartholitis, skenitis, dan sistitis yang

umumnya tanpa keluhan lebih ringan dan secret biasanya tidak berbusa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3) Virus

Virus sering disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV) dan

Herpes simpleks. Menurut Iswati (2013), Penyakit herpes

genetalis(herpes kelamin) disebabkan hubungan seks yang menimbulkan

luka atau lecet pada kelamin dan mengenai langsung mengenai langsung

bagian luka/bintil/kutil. Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes

simpleks tipe I dan herpes simpleks tipe II.Herpes simpleks tipe I,

umumnya menginfeksi di dalam dan sekitar mulut sedangkan herpes

simpleks tipe II, biasanya menginfeksi pada genital (alat kelamin)

sehingga disebut juga herpes genitalis.

Virus herpes tipe I dan II merupakan virus herpes harmonis yang

merupakan virus DNA.Infeksi virus herpes simpleks berlangsung dalam 3

tingkat yakni 1) Infeksi primer; Infeksi primer pada tipe II mempunyai

tempat predileksi (lokasi klinis) di daerah pinggang ke bawah, terutama

di daerah genital.Daerah predileksi sering kacau karena adanya hubungan

seksual. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira

3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise

dan anoreksia dan ditemukan pembengkakan kelenjar heath bening

regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok

di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dapat

menjadi krusta, 2) Fase laten penderita tidak dijumpai gejala klinis, 3)

Infeksi rekurens, gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


primer dan berlangsung kira-kira 7-10 hari. Sering ditemukan gejala

promal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal dan nyeri

(Djuanda, 2015).

HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau,

tanpa rasa gatal.Penularan melalui epitel atau mukosa.Genital HPV sering

dijumpai pada wanita dewasa dan muda.Condyloma acuminate (benign

genital warts) disebabkan oleh HPV tipe 6 atau 11. Infeksi HPV tipe 16

dan 18 berkaitan dengan kanker leher rahim (Nugroho, 2013).

3) Menopause

Pada menopause sel-sel vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan

sel akibat tidak adanya hormone ekstrogen sehingga vagina kering karena

tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta (Iswati,

2013).

2.2.4. GejalaKeputihan (Fluor Albus)

Gejala yang ditimbulkan oleh bakteri penyakit berbeda-beda, yaitu :

1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa

gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada

kehamilan.

2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak

sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di

vagina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,

kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam

4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau

terjadi pada saat hubungan seksual, disebabkan oleh infeksi gonorrhea.

5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat bersenggama, kemungkinan disebabkan

oleh erosi pada mulut rahim.

6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati kemungkinan

adanya sel-sel kanker pada serviks (Iswati, 2013).

2.2.5. Pencegahan Keputihan

Menurut Pribakti (2010), untuk mencegah terjadinya keputihan berulang

maka harus selalu menjaga kebersihan genetalia eksterna. Upaya ini sangat penting

dalam upaya mencegah timbulnya keputihan dan juga mencegah penyakit menular

seksual (PMS).Seperti diketahui, kulit daerah alat kelamin dan di sekitarnya harus

diusahakan agar tetap bersih dan kering, karena kulit yang lembab/basah dapat

menimbulkan iritasi dan memudahkan timbulnya jamur dan bakteri penyakit. Adapun

cara menjaga kebersihan genetalia ialah :

1) Mengeringkan kulit dengan handuk atau tisu bila berkeringat atau setelah buang

air.

2) Agar tidak terjadi infeksi dari mikroorganisme yang berasal dari anus/dubur

dianjurkan untuk membersihkan vagina dari arah depan (vagina) ke arah ke

belakang (anus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Saat berada di toilet umum, sebaiknya tidak menggunakan air yang berada di

ember atau bak. Menurut penelitian, air yang tergenang di bak toilet umum

mengandung 70% jamur candida albicans, penyebab keputihan. Sedangkan air

yang mengalir dari keran toilet umum mengandung kurang lebih 10%-20%.

4) Untuk membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan

menggunakanshower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina dengan pelan dan

menggosoknya dengan tangan. Karena dengan menggosok diharapkan semua

kotoran akan terlepas dengan lebih baik.

5) Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan

mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya (Iswati, 2013).

6) Celana dalam ikut menentukan kesehatan organ intim. Bahan yang paling baik

ialah kain katun, karena dapat menyerap keringat dengan sempurna. Celana dari

bahan satin ataupun bahan sintetik lainnya, justru menyebabkan organ intim

menjadi panas dan lembab. Bahan pakaian luar pun perlu diperhatikan. Bahan

dari jins memiliki pori-pori yang sangat rapat, sehingga tidak memungkinkan

udara untuk masuk secara leluasa (Pribadi, 2012).

7) Rok atau celana berbahan kain lebih dianjurkan, terutama bagi wanita yang

sedang mengalami haid atau gemuk. Darah yang keluar saat haid menyebabkan

daerah sekitar vagina lebih lembab dari pada biasanya. Perlu diketahui darah haid

merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab

keputihan dan infeksi. Jika seharian terus menerus memakai pembalut yang sama

tanpa diganti akan menimbulkan keluhan gatal di sekitar daerah vagina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8) Banyak wanita menggaruk vagina saat vagina terasa gatal, hal ini dapat

menyebabkan luka lecet. Luka lecet yang mengalami kontak dengan darah haid

yang penuh dengan bakteri, akan memperparah keadaan luka tersebut. Untuk itu

biasakan membersihkan organ intim di saat haid dengan cermat. Disarankan agar

kaum wanita yang sedang haid memakai sabun pembersih dengan pH yang

rendah, sehingga terbebas dari rasa gatal sepanjang hari. Idealnya, pembalut saat

haid diganti setiap mandi dan selesai buang air kecil, dianjurkan untuk mengganti

pembalut 4-5 kali sehari di saat daerah haid sedang banyak-banyaknya. Bila pada

hari-hari terakhir, cukup mengganti pembalut 3 kali sehari yaitu pada pagi, sore

dan malam hari.

9) Untuk mengurangi kelembaban di sekitar daerah organ intim wanita, sebaiknya

menggunakan panty liner. Beberapa hari menjelang dan sesudah haid. Biasanya

wanita akan mengalami keputihan normal (bukan penyakit) sebagai akibat

pengaruh hormone. Pada saat seperti itu, pemakaian panty liner sangat

membantu mengurangi rasa lembab. Sama halnya dengan pembalut, panty liner

pun sebaiknya tidak dipakai terus menerus dari pagi hingga sore hari.

10) Sebaiknya panty liner juga diganti pagi, sore dan malam hari. Meskipun panty

liner tersebut sekilas terlihat kering dan bersih, karena bisa saja di permukaan

panty liner tersebut terdapat cairan keputihan atau sisa air kemih yang

menempel. Sebab bila tidak segera diobati, maka bakteri dan kotoran akan

kontak kembali dengan permukaan luar vagina, sehingga mengakibatkan infeksi

dan keputihan abnormal. Pemakaian panty liner terus menerus tiap hari juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sangat tidak dianjurkan saat keputihan, karena panty liner menutup aliran udara

di sekitarnya sehingga menyebabkan kondisi di sekitar vagina menjadi panas dan

semakin lembab.

11) Pemakaian tissue untuk membersihkan vagina usai buang air kecil tidak baik

untuk kesehatan organ intim karena tissue tidak mampu untuk mengangkat

semua kotoran yang masih melekat pada organ intim. Selain itu tissue juga

belum tentu steril (bebas bakteri). Ada tissue yang terbuat dari serbuk kayu yang

dapat tercemar jamur pada proses pembuatannya.

Membersihkan vagina dengan air akan lebih baik dibandingkan dengan tissue.

Penggunaan tissue sebaiknya digunakan setelah membilas permukaan luar dari

vagina dengan air dan tujuan penggunaan tissue hanya untuk

mengeringkan.Sebaiknya menggunakan tissue yang tidak mengandung parfum

dan berwarna putih karena tissue demikian tidak mengandung bahan kimia yang

dapat menyebabkan iritasi pada vagina.

12) Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa menaburkan bedak di

vagina dan daerah sekitarnya. Tujuannya agar organ intimnya menjadi harum

dan kering sepanjang hari. Cara ini tidak dianjurkan karena ada kemungkinan

bedak tersebut akan menggumpal di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau

tangan untuk dibersihkan. Bila dibiarkan, tumpukan bedak ini lama kelamaan

akan mengandung bakteri. Ini disebabkan karena struktur vagina yang memiliki

banyak lipatan (rugae), sehingga dianjurkan untuk membilas dan menggosok

bagian vagina dengan cermat terutama setelah buang air kecil untuk mencegah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tertinggalnya sisa air kemih ataupun kotoran lainnya. Bila celana dalam terkena

cipratan air kemih atau air bilasan, usahakan untuk segera diganti dengan celana

kering. Sediakan celana dalam ganti di dalam tas kemana pun juga untuk

berjaga-jaga (Iswati, 2013).

13) Tidak terlalu sering membilas vagina dengan cairan antiseptik. Sebaiknya jangan

terlalu sering melakukan douche (mencuci/membilas) vagina dengan larutan

antiseptik dan air sirih dapat merugikan, karena akan mengurangi cairan vagina

yang normal dan dapat mematikan bakteri alamiah di dalam vagina.

14) Hati-hati dalam memilih pembalut. Tidak semua pembalut dan panty liner aman

bagi kesehatan organ intim wanita. Pembalut dapat memicu munculnya infeksi,

iritasi atau vaginitis, pilihlah pembalut dan panty liner yang tidak mengandung

parfum karena wanita yang berkulit sensitive mudah terserang alergi akibat zat

kimia yang terkandung dalam parfum tersebut. Alergi bisa muncul dalam bentuk

rasa gatal dan memperparah keputihan. Pilihlah pembalut yang memiliki daya

serap yang tinggi serta lembut dan lentur. Penggunaan tampon (pembalut yang

berasal dari kain katun) dapat menjadi suatu pilihan karena jarang menimbulkan

alergi (tidak mengandung bahan kimia) dengan penggunaan yang benar dan hati-

hati, gantilah tampon dua atau tiga kali dalam sehari.

Pemakaian deodorant, bahan spermisida atau bahan lain yang dimasukkan ke

dalam vagina akan dapat mengakibatkan alergi atau iritasi pada vagina sehingga

dapat juga timbul keputihan. Untuk itu hanya mencuci alat kelamin bagian luar cukup

dengan air bersih dan sabun mandi biasa saja.Lakukan pola hidup sehat yaitu diet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta

hindari stress berkepanjangan dapat mencegah keputihan (Iswati, 2013).

Cara alami dalam mencegah keputihan akibat infeksi dan menjaga kesehatan

vagina yaitu ekstrak susu, susu ini mengandung zat aktif yang diekstrak menjadi

asam laktat dan laktoserum yang secara klinis terbukti mengurangi keluhan gatal, rasa

terbakar dan keputihan pada vagina. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa dari

77 kasus keputihan abnormal dengan keluhan rasa gatal dapat berkurang 86,1%, rasa

terbakar berkurang 87,5% dan keputihan berkurang sebesar 81,1% setelah pasien

dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama

dua minggu di RSCM. Dari hasil uji klinis yang dilakukan poliklinik Sitologi RSCM,

disimpulkan bahwa asam laktat dan laktoserum bermanfaat mengurangi keluhan

karena keputihan dan menghambat pertumbuhan jamur (kandida) dan bakteri.

Dengan Vaksinasi, Human Papiloma Virus (HPV) dapat menyebabkan

keputihan pada wanita. Ada banyak tipe HVP, yang berisiko rendah maupun

tinggi.Sampai saat ini telah terdefinisikan ada lebih dari 120 tipe HPV. HPV dengan

risiko rendah misalnya HVP tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil-kutil di sekitar

kemaluan termasuk anus sedangkan HPV berisiko tinggi misalnya HPV 16 Dan 18

menyebabkan kanker serviks dengan gejala keputihan abnormal.

Langkah terbaru mencegah HPV ialah vaksinasi dengan pemberian 3 kali

yakni 0,1 cc pada pertama pemberian, satu bulan berikutnya diberikan vaksin kedua.

Yang terakhir disuntikkan enam bulan kemudian. Menurut Rasjidi (2010), Vaksinasi

akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum individu terpapar virus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HPV. Infeksi yang menyerang organ genetalia biasanya ditularkan melalui hubungan

seksual dan imunisasi diberikan untuk melakukan perlindungan terhadap sejumlah

besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus tersebut. Target populasi imunisasi

ini adalah wanita sebelum pubertas dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia-

usia tersebut dimulainya aktivitas seksual seseorang. Oleh karena itu, bila vaksinasi

dimulai 12 tahun maka akan menjaring wanita yang belum aktif secara seksual dan

belum terpapar virus HPV, selain itu, apabila vaksin diberikan pada usia tersebut

maka respon kekebalan tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan bila

diberikan setelah pubertas. Sebaiknya vaksin diberikan pada wanita umur 11-12

tahun.Selain itu vaksin juga direkomendasikan untuk diberikan pada wanita umur 13-

26 tahun. Menurut Pribakti (2012), Vaksinasi HPV masih jarang diadakan di Rumah

Sakit dan praktek dokter swasta karena masih mahal, adapun harga vaksin berkisar 1-

1,5 juta sekali pemberian. Adapun cara kerja HPV ialah :

1) Human Papiloma Virus (HPV) adalah virus tak berselaput dengan DNA rantai

ganda memerlukan organism lain untuk berkembang biak.

2) Vaksin HPV dibuat dari HPV yang sudah tidak memiliki DNA dan hanya terdiri

atas selubung protein L1 yang bisa memancing tubuh membentuk sistem

kekebalan terhadap HPV.

3) Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh dan masuk ke dalam aliran darah

4) Dalam darah, vaksin bekerja membentuk antibodi dan sel memori (sel yang

nantinya akan membentuk antibodi terhadap HPV). Semakin muda semakin

tinggi antibodi yang dibentuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Antibodi akan menangkap HPV yang masuk ke dalam tubuh sehingga tidak

dapat masuk ke dalam sel serviks (leher rahim) (Pribadi, 2012).

2.2.6. Pengobatan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya

penatalaksanaan dilakukan sedinimungkin sekaligus untuk menyingkirkan adanya

penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan

berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam

serta berbau busuk.

Pengobatan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri

atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan

mengatasi proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan

dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk

mengatasi infeksi kandida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi

bakteri dan parasit, Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topical

seperti krim yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang

vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga

diberikan pada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual

selama masih dalam pengobatan.Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga

kebersihan daerah intim (Iswati, 2013).

2.3. Faktor yang Berhubungan dengan PencegahanKeputihan (Fluor Albus)

2.3.1. Pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan remaja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari

luar maupun dalam diri remaja tersebut. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari sumber

informasi yang diterima seseorang seperti media massa, orang tua dan petugas

kesehatan. Media massa merupakan alat/sumber informasi yang besar peranannya

dalam memberikan informasi bagi seseorang. Semakin banyak dan berkembangnya

jumlah media massa pada saat ini, seharusnya semakin meningkatkan informasi yang

diterima remaja khususnya mengenai kesehatan reproduksi salah satunya adalah

tentang keputihan (Notoatmodjo, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Sondakh (2014) di SMA Negeri 1 Pineleng

mendapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan tentang kebersihan

perinealdengan kejadian keputihan pada siswa putri di SMA Negeri 1 Pineleng yang

memiliki pengetahuan baik dan mengalami keputihan.

Penelitian Setyorini (2014) pada siswi SMK Negeri 3 Kabupaten Purworejo

menunjukkan bahwa responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup dengan

kejadian keputihan sebanyak 43,75%. Dan dari hasil uji statistic Chi Square

menunjukkan nilai p=0,001, karena p-value<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil ini dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja

tentang keputihan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 3 Kabupaten

Purworejo.

2.3.2. Sikap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap (perilaku) dalam menjaga kebersihan genitalia seperti mencucinya

dengan air kurang bersih, memakai sabun pembersih vagina secara berlebihan,

menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana

dalam, tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi dapat menjadi pencetus

timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan (Hasanah, 2010).

Reaksi negatif remaja terhadap flour albus (keputihan) pada saat mereka

dalam keadaan stress, kelelahan dan yang lebihparahnya mereka malu untuk pergi

berobat ke dokter. Mereka beranggapan keputihan merupakan suatu hal yang wajar

dan akan hilang seiring berjalannya waktu sehingga tidak perlu mendapatkan

pengobatan (Pribakti, 2012).

Remaja putri perlu mendapat pengetahuan yang memadai tentang kesehatan

reproduksi khususnya keputihan agar mereka tahu bagaimana seharusnya mereka

bersikap ketika menghadapi keputihan yang nantinya akan berpengaruh terhadap

keputihan yang dialaminya, apakah berperilaku sehat atau tidak sehat (Pribakti,

2012).

Penelitian Kursani (2015) di SMA PGRI Pekanbaru bahwa dari hasil uji

statistik diperoleh p-value = 0,047 < α (0,05), berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap responden dengan terjadinya flour albus. Dari hasil analisa

diperoleh nilai OR (95% CI) = 9,512 (1,075-84,153), artinya responden yang

memiliki sikap negatif berpeluang 9,512 kali terjadinya flour albus tidak normal

dibandingkan responden yang memiliki sikap positif. Jelas terlihat bahwa sikap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


responden mengenai flour albus akan mempengaruhi terjadinya flour albus baik yang

tidak normal.

Fitrianingsih (2012) yang melakukan penelitian pada Siswi kelas X di SMA

Negeri 1Wonosari Klaten menunjukkan bahwa remaja yangmemiliki sikap baik

tentang pemeliharaanorgan reproduksi dan tidak mengalamikeputihan sebanyak 52

orang (89,7%), halini cenderung lebih tinggi daripadaresponden dengan sikap baik

danmengalami keputihan sebanyak 6 orang(10,3%). Remaja yang memiliki

sikaptidak baik dan mengalami keputihansebanyak 30 orang (50,8%) dan

sebagianlagi tidak mengalami keputihan sebanyak29 orang (49,2%). Hasil analisis

diperolehnilai statistik p= 0,000 ≤ 0,05. Berarti Haditerima, artinya ada hubungan

antarasikap tentang pemeliharaan organreproduksi dengan kejadian keputihanpada

Siswi kelas X di SMA Negeri 1Wonosari Klaten.

2.3.3. Keterpaparan Informasi

Sumber informasi juga merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan tindakan pencegahan suatu

penyakit. Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal akan

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan maupun

peningkatan pemahaman orang tersebut. Kemajuan teknologi akan memberikan

berbagai media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai

inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi opini seseorang

(Notoatmodjo, 2015).

Perkembangan kesehatanmasyarakat saat ini sangat memperhatikan perihal

informasisebagai aspek yang sangat penting dalam perubahan perilaku

kesehatan,yaitu dengan adanya komunikasi kesehatan masyarakat (Notoatmodjo,

2013). Salah satu contoh adalah untuk upaya menumbuhkan kesadaranmasyarakat

remaja yang pada awalnya tidak pernah memanfaatkanpelayanan kesehatan (PKPR),

karena dengan adanya “akibat” dari proseskomunikasi berupa informasi bahwa

adanya fasilitas pelayanan kesehatankepada remaja sesuai dengan apa yang mereka

butuhkan maka diharapkanpara remaja mau memanfaatkan pelayanan kesehatan

tersebut, dan bahkanmenganggap sebagai suatu kebutuhan (Aryani, 2015).

Sumber informasi lain yang juga bisa sebagai hiburan dan ini palingbanyak

dimanfaatkan yaitu media massa. Berdasarkan jenisnya mediamassa dikelompokkan

menjadi dua yaitu, media elektronik (radio, TV,internet) dan media cetak seperti

majalah, surat kabar, buletin dansebagainya. Sumber informasi tersebut akan

berdampak positif apabilainformasi tersebut baik dan dapat dipertanggungjawabkan,

tetapisebaliknya informasi yang salah dan dari sumber yang tidak

bisadipertanggungjawabkan dapat menyesatkan dan mempengaruhi

perilakuseseorang menjadi tidak benar. Untuk mengimbanginya maka pemerintahdan

pihak-pihak yang terkait hendaknya menyediakan fasilitas sumberinformasi yang

benar dan tepat.(Kumalasari, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil Susenas tahun 2010 diperoleh data bahwa masyarakatyang

memanfaatkan informasi media elektronik dengan mendengarkanradio sebesar

43,23%, Persentase penduduk di perkotaan dan di pedesaankaum perempuan selalu

lebih rendah dari pada laki-laki. Dan mediaelektronik yang paling banyak peminatnya

adalah televisi ,ditemukan jugabahwa perempuan lebih sedikit daripada pria yaitu

sebesar 77,2%dibandingkan laki-laki (80,5%).

2.3.4. Dukungan Orangtua (Ibu)

Dukungan orang tua terutama ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak perempuan menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan

bagaimana kesehatan anak perempuan tersebut di masa yang akan datang. Ibu dapat

mengambil peran yang cukup besar pada perkembangan anak perempuan, karena

kesamaan gender dan pengalamannya di masa lalu.Ibu adalah seseorang yang

mempunyai banyak peran, peran sebagai istri, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan

sebagai seseorang yang melahirkan dan merawat anak-anaknya.Ibu juga bisa menjadi

benteng bagi keluarga yang dapat menguatkan setiap anggota keluarganya.(Santoso,

2013).

Sarwono (2013) mengatakan perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas

menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan fisik yang

dialami siswa akan menjadi fokus utamanya sehingga akan mempengaruhi kondisi

psikologisnya dan apalagi kalau kurang adanya dukungan dari keluarga terutama ibu

akan menyebabkan remaja sulit untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peruabahan tersebut.Menurut Zulkifli (2014), ibu yang memberikan informasi tentang

cara melakukan pencegahan keputihan pada anak perempuan akan menjadikan anak

perempuan mengerti dan memahami tentang cara melakukan pencegahan keputihan

dengan baik.

Peran ibu sangat penting dalamproses pertumbuhan danperkembangan anak,

terutama padamasa remaja. Remaja mulaimengenal berbagai proses seksualyang

sedang terjadi pada tubuh danjiwanya pertama kali melalui ibu(Sarwono, 2013).

Umumnya anakperempuan akan memberi tahuibunya saat putrinya

mendapatikeputihan atau flek (Santrock, 2014).

2.3.5. Dukungan Tenaga Kesehatan

Upaya-upaya kesehatanreproduksi remaja yang perlu dilakukan adalah

pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin

kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan seperti tentang

masalah pencegah keputihan. Pemberian informasi ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk

bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan

masyarakat (Puspitaningrum, 2012). Banyak remaja tidak mengetahui cara menjaga

kebersihan organ genitalia dengan baik. Minimnya pengetahuan dan informasi

kesehatan reproduksi sering menjadi persoalan bagi remaja seperti ketidaktahuan cara

menjaga organ genitalia sehingga remaja cenderung akan berperilaku yang buruk

dan dapat menyebabkan keputihan (BKKBN, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4. Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2015).

Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2013). Dari

definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan terkait dengan :

1. Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan.

3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2013) membuat

perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :

1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang

meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya

dalam tahap asimptomatik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa

sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan

pengobatan mandiri yang tepat.

3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan

kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit,

hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-

citanya kelak dikemudian hari, menentukan perilaku individu di masa kini yang

berbeda-beda pula (Purwanto, 2012).Perilaku manusia terbentuk karena adanya

kebutuhan. Menurut Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan

fisiologis/biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai,

kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Sunaryo, 2014).

Tingkat dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan

karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian walaupun pada hakikatnya kebutuhan

fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup

manusia.Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan

(Sunaryo, 2014).

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2013), terdapat tiga faktor utama

terbentuknya perilaku pencegahan terjadinya keputihan, yaitu: 1. Faktor predisposisi

(predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


persepsi, tradisi, demografi, dan struktur sosial. Misalnya, dengan pengetahuan yang

dimiliki remaja putri tentang keputihan maka dia akan dapat mengambil sikap

mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencegah keputihan. 2. Faktor pemungkin

(enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi

perilaku atau tindakan.

Faktor ini mencakup keterpaparan informasi tentang pencegahan keputihan,

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

sehat.Misalnya untuk mencegah terjadinya keputihan, maka diperlukan tenaga

kesehatan serta fasilitas untuk pemeriksaan seperti puskesmas. 3. Faktor penguat

(reinforcing factors) merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

suatu perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini seperti anjuran dan perilaku petugas,

serta pengaruh teman. Misalnya, remaja sudah mengetahui cara mencegah keputihan

namun tidak melakukannya dengan alasan bahwa ada teman yang mengalami

keputihan namun dibiarkan saja.

2.5. Landasan Teori

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.Masa

ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial.

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,

fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat

secara mental serta sosial kultural.Salah satu hal yang menjadi masalah pada masa

remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja dengan munculnya berbagai

gangguan seperti keputihan (fluor albus). Keputihan dapat terjadi normal (fisiologis)

dan keputihan yang tidak normal (patologis) yang dapat menjadi petunjuk adanya

penyakit.

Keputihan merupakan indikasi dari adanya infeksi di dalam rongga panggul

seperti infeksi pada saluran telur yang disertai sakit perut yang hebat. Keputihan

abnormal yang tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam waktu yang lama akan

berdampak pada terjadinya infeksi saluran reproduksi. Infeksi saluran reproduksi ini

mengakibatkan infertilitas.

Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor infeksi dan

non infeksi.Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan non infeksi

adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, mencuci daerah

kemaluan tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab dan kondisi tubuh, perawatan

saat menstruasi kurang benar.Penyebab keputihan terkait dengan cara kita merawat

organ reproduksi. Misalnya, vulva hygiene kurang tepat, menggunakan celana yang

ketat dan tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak

mengganti pembalut saat menstruasi.Faktor perilaku juga turut berperan dalam

meningkatkan terjadinya keputihan yaitu pengetahuan yang kurang baik, serta sikap

yang negatif tentang pencegahan keputihan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor

di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan

atau terbentuk dari 3 faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, keterpaparan informasi, dan sebagainya. Faktor-

faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, teman sebaya, kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Faktor
Predisposisi(Predisposi
ng Factors):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakinan Remaja Putri

Faktor
pendukung(Enabling Pencegahan Keputihan
Factors): (Fluor Albus)
1. Ketersediaan sarana
prasarana
2. Keterpaparan
Non Infeksi:
Infeksi: masuknya benda asing ke
Bakteri, jamur, vagina baik sengaja
UNIVERSITAS SUMATERA
maupun tidak, daerahUTARA
parasit, virus
sekitar kemaluan lembab,
Faktor
Penguat(Reinforcing
Factors):
1. Dukungan keluarga
2. Dukungan tenaga
kesehatan
3. Teman sebaya
4 Tokoh masyarakat

Gambar 2.2. Kerangka Teori


Sumber: Green (1980); dan Ababa (2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap

Pencegahan
Keputihan
Faktor Pendukung : (Fluor Albus)
pada Remaja
1. Keterpaparan Informasi Putri

Faktor Penguat :
1. Dukungan Keluarga (Ibu)
2. Dukungan tenaga kesehatan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ada hubungan

pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga (ibu), dukungan

tenaga kesehatan dengan pencegahan keputihan (fluor albus)pada remaja madya di

SMA Al Ulum Medan tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenisdan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif dalam

bentuk survei analitik dengan desain cross sectional (potong lintang) untuk

menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan

keluarga (ibu), dukungan tenaga kesehatan dengan pencegahankeputihan (fluor albus)

pada remaja madya.

2.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Al Ulum Medan yang beralamat di Jln.

Amaliun/Cemara No. 10 Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena dari survei

pendahuluan diketahui jumlah siswa remaja putri yang mengalami keputihan cukup

banyak (58,3%). Selain itu di lokasi penelitian ini juga belum pernah dilakukan

penelitian dengan judul yang sama dengan penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Desember 2017.

Pengambilan data akan dilakukan pada bulan September 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhsiswa remaja putri yang ada di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelas X dan kelas XI SMA Al Ulum Medan sebanyak 262 orang. Kelas XII tidak

dimasukkan dalam populasi karena sudah selesai ujian akhir nasional (UAN) dan

tidak masuk sekolah lagi.Jumlah populasi remaja putri di kelas X sebanyak

131orangdan kelas XI sebanyak 131 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel adalah siswa kelas X dan kelas XI yang terdaftar

aktif di SMA Al Ulum Medan yang besarnya diambil dengan menggunakan rumus

besar sampel untuk uji hipotesis satu proporsi dari Lemeshow (1997) sebagai

berikut:

n≥
{Z (
1−α / 2 ) Po(1 − Po) + Z (1− β ) Pa(1 − Pa )} 2

(Pa − Po )2
Dimana :
n = Besar sampel
Z (1−α/2) = Deviat baku alpa untuk α = 0,05  Zα = 1,96
Z (1−β) = Deviat baku beta untuk β = 0,10  Zβ = 1,282
Po = Proporsi pencegahan dan penanganan keputihan patologis berdasarkan
penelitian Badaryati di SMA Negeri 2 dan SMK Negeri 3 Kota
Banjarbaru tahun 2012 sebesar 75% (0,750).
Pa = Perkiraan proporsi remaja putri mengalami keputihan sebesar 60%
(0,600)
Pa-Po = Selisih proporsi sebesar 0,15 (ditetapkan peneliti)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh besar sampel sebagai

berikut :

n≥
{Z ( 1−α / 2 ) Po(1 − Po) + Z (1β ) Pa(1 − Pa ) }
2

(Pa − Po )2
n≥97 orang (minimal 97 orang)

Dari perhitungan di atas diperoleh besar sampel minimal yaitu 97 orang dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dibulatkan menjadi 100 siswa. Selanjutnya untuk menentukan besar sampel di setiap

kelas X dan kelas XI diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Tabel 3.1 Besar Sampel di Setiap Kelas

Jumlah Besar
No Kelas Perhitungan
Populasi Sampel
1 Kelas X-1 18 18 : 262 x 100 7
2 Kelas X-2 21 21 : 262 x 100 8
3 Kelas X-3 20 20 : 262 x 100 8
4 Kelas X-4 24 24 : 262 x 100 9
5 Kelas X-5 23 23 : 262 x 100 9
6 Kelas X-6 25 25 : 262 x 100 10
7 Kelas XI IPA1 19 19 : 262 x 100 7
8 Kelas XI IPA2 28 28 : 262 x 100 10
9 Kelas XI IPA3 30 30 : 262 x 100 11
10 Kelas XI IPS1 20 20 : 262 x 100 8
11 Kelas XI IPS2 18 18 : 262 x 100 7
12 Kelas XI IPS3 16 16 : 262 x 100 6
Total 262 262 : 262 x 100 100

Penentuan atau penarikan sampel di setiap kelas diambil secara sistematis

(systematic sampling) yang diperoleh dengan sistem kelipatan sesuai dari daftar hadir

siswa. Misalnya pada kelas X-1, jumlah siswa 18 sedangkan sampel sebanyak 7

orang maka sampel yang dipilih dengan cara membagi jumlah siswa satu kelas

dengan jumlah sampel yang diinginkan (18:7 = 2,5 digenapkan menjadi 3). Maka

yang menjadi sampel adalah siswa pada kelipatan 3 pada daftar hadir siswa yaitu

nomor 3,6,9,12,15,18,4 (7 orang).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Dataprimer dikumpulkan dengan melakukan penelitian langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menggunakankuesioner terhadap sampel yang ada di SMA Al Ulum Medan berkaitan

dengan variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi,

dukungan keluarga (ibu), dukungan tenaga kesehatan, dan pencegahan keputihan

(fluor albus).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil sekolah dan data laporan yang ada di

SMA Al Ulum Medan.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data primer,

dengan tujuan kuesioner yang sudah disiapkan layak digunakan dalam penelitian dan

untuk mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang

mewakili variabel dalam suatu penelitian (Hastono, 2016). Uji validitas dan

reliabilitas kuesioner penelitian ini dilakukan pada 30 orang siswi di SMA

Muhammadiyah 01 Medan karena memiliki karakteristik yang sama dengan lokus

penelitian.

Validitas berasal dari kata validityyang mempunyai arti sejauhmana ketepatan

suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Uji validitas dilakukan dengan cara

mengorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Hastono, 2016). Uji validitas

dilakukan dengan product moment dengan ketentuan nilai r hitung >r tabel dinyatakan

valid. Untuk 30 orang nilai r tabel adalah0,361.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal yang

diujivaliditas dinyatakan valid karena memiliki nilai r-hitung > 0,361 (r-

tabel).Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian

No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.


1. Pengetahuan-1 0,745 0,361 Valid
2. Pengetahuan -2 0,771 0,361 Valid
3. Pengetahuan -3 0,772 0,361 Valid
4. Pengetahuan -4 0,539 0,361 Valid
5. Pengetahuan -5 0,434 0,361 Valid
6. Pengetahuan -6 0,951 0,361 Valid
7. Pengetahuan -7 0,801 0,361 Valid
8. Pengetahuan -8 0,683 0,361 Valid
9. Pengetahuan -9 0,589 0,361 Valid
10. Pengetahuan -10 0,483 0,361 Valid
1. Sikap-1 0,767 0,361 Valid
2. Sikap-2 0,859 0,361 Valid
3. Sikap-3 0,643 0,361 Valid
4. Sikap-4 0,722 0,361 Valid
5. Sikap-5 0,631 0,361 Valid
6. Sikap-6 0,885 0,361 Valid
7. Sikap-7 0,576 0,361 Valid
8. Sikap-8 0,477 0,361 Valid
9. Sikap-9 0,554 0,361 Valid
10. Sikap-10 0,829 0,361 Valid
1. Keterpaparan informasi-1 0,720 0,361 Valid
2. Keterpaparan informasi -2 0,600 0,361 Valid
3. Keterpaparan informasi -3 0,727 0,361 Valid
4. Keterpaparan informasi -4 0,735 0,361 Valid
5. Keterpaparan informasi -5 0,682 0,361 Valid
6. Keterpaparan informasi -6 0,740 0,361 Valid
7. Keterpaparan informasi -7 0,437 0,361 Valid
8. Keterpaparan informasi -8 0,958 0,361 Valid
9. Keterpaparan informasi -9 0,615 0,361 Valid
10. Keterpaparan informasi -10 0,576 0,361 Valid
1. Dukungan keluarga (ibu)-1 0,722 0,361 Valid
2. Dukungan keluarga (ibu) -2 0,583 0,361 Valid
3. Dukungan keluarga (ibu) -3 0,732 0,361 Valid
4. Dukungan keluarga (ibu) -4 0,647 0,361 Valid
5. Dukungan keluarga (ibu)– 0,52 0,36 Vali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.2 (Lanjutan)

No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.


6. Dukungan keluarga (ibu) -6 0,652 0,361 Valid
7. Dukungan keluarga (ibu) -7 0,420 0,361 Valid
8. Dukungan keluarga (ibu) -8 0,958 0,361 Valid
9. Dukungan keluarga (ibu) -9 0,626 0,361 Valid
10. Dukungan keluarga (ibu) -10 0,375 0,361 Valid
1. Dukungan tenaga kesehatan-1 0,604 0,361 Valid
2. Dukungan tenaga kesehatan -2 0,485 0,361 Valid
3. Dukungan tenaga kesehatan -3 0,851 0,361 Valid
4. Dukungan tenaga kesehatan -4 0,569 0,361 Valid
5. Dukungan tenaga kesehatan -5 0,625 0,361 Valid
6. Dukungan tenaga kesehatan -6 0,702 0,361 Valid
7. Dukungan tenaga kesehatan -7 0,764 0,361 Valid
8. Dukungan tenaga kesehatan -8 0,731 0,361 Valid
9. Dukungan tenaga kesehatan -9 0,567 0,361 Valid
10. Dukungan tenaga kesehatan -10 0,805 0,361 Valid
1. Pencegahan keputihan-1 0,374 0,361 Valid
2. Pencegahan keputihan-2 0,506 0,361 Valid
3. Pencegahan keputihan-3 0,728 0,361 Valid
4. Pencegahan keputihan-4 0,530 0,361 Valid
5. Pencegahan keputihan-5 0,551 0,361 Valid
6. Pencegahan keputihan-6 0,364 0,361 Valid
7. Pencegahan keputihan-7 0,433 0,361 Valid
8. Pencegahan keputihan-8 0,635 0,361 Valid
9. Pencegahan keputihan-9 0,437 0,361 Valid
10. Pencegahan keputihan-10 0,589 0,361 Valid
11. Pencegahan keputihan-11 0,751 0,361 Valid
12. Pencegahan keputihan-12 0,523 0,361 Valid

Reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur

menghasilkan yang sama bila dilakukan secara berulang-ulang. Bila suatu alat

pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran

yang diperoleh konsisten maka pengukur tersebut reliable. Instrumen penelitian yang

reliabelnya diuji dengan cara mencobakan instrumen pada responden yang

instrumennya sama ditempat yang berbeda. Uji reliabilitas kuesioner yang digunakan

adalah koefisien alpha. Suatu variabel penelitian dikatakan reliable jika memberi nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cronbach Alpha> 0,600, maka alat ukuratau kuesioner tersebut reliable (Ghozali,

2015).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa keenam variabel yang

diteliti mempunyai nilai reliabilitas lebih besar dari batas Cronbach’s Alpha (0,600)

sehingga dinyatakan bahwa variabel yang diteliti reliabel dan layak digunakan

sebagai data penelitian. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Batas
Nilai
No. Variabel Cronbach’s Ket.
Reliabilitas
Alpha
1. Pengetahuan 0,871 0,600 Reliabel
2. Sikap 0,882 0,600 Reliabel
3. Keterpaparan Informasi 0,870 0,600 Reliabel
4. Dukungan Keluarga (Ibu) 0,843 0,600 Reliabel
5. Dukungan Tenaga Kesehatan 0,864 0,600 Reliabel
6. Pencegahan Keputihan 0,756 0,600 Reliabel

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Dependen) yaitu

kejadian keputihan(fluor albus) dan variabel bebas (Independen) yaitu kebersihan

vagina (vulva hygiene), perawatan masa menstruasi, penggunaan celana ketat,

pengetahuan, sikap, dan tindakan.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Variabel Independen

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu atau segala hal yang diketahui remaja putri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tentang keputihan dan cara pencegahannya.

b. Sikap adalah respon atau tanggapan remaja putri tentang keputihan dan cara

pencegahannya.

c. Keterpaparan informasi adalah sedikit banyaknya informasi yang diperoleh

remaja putri tentang keputihan dan pencegahannya.

d. Dukungan keluarga (ibu) adalah dukungan yang diberikan keluarga terutama

ibu dalam hal informasi, anjuran atau larangan untuk menghindari terjadinya

keputihan.

e. Dukungan tenaga kesehatan adalah dukungan yang diberikan tenaga

kesehatan berkaitan dengan pemberian informasi tentang keputihan dan

pencegahannya

2. Variabel Dependen

Pencegahan keputihan (fluor albus) adalah cara-cara yang dilakukan remaja putri

dalam mencegah terjadinya keputihan seperti mengeringkan kulit dengan handuk

atau tisu bila berkeringat atau setelah buang air, cara membersihkan vagina,

penggunaan air bersih untuk mencuci alat kelamin, penggunaan celana dalam dari

katun, menghindari penggunaan celana ketat, menghindari menggaruk vagina

agar tidak lecet, penggunaan pembalut (panty liner), penggantian pembalut,

penggunaan tisu, menghindari menaburkan bedak, membilas dengan antiseptik,

menghindari penggunaan pembalut mengandung parfum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Untuk mengukur variabel pengetahuan dengan menanyakan pada responden

sebanyak 10 item dengan pilihan jawaban menggunakan pilihan berganda

(multiple choice).Untuk jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang

salah diberi skor 0.Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan skor tertinggi adalah 10

(10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik : skor yang diperoleh 6-10

b. Kurang : skor yang diperoleh 0-5

Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

2. Sikap

Untuk mengukur variabel sikap dengan menanyakan pada responden sebanyak 10

item dengan pilihan jawaban menggunakan skala Likert. Untuk pernyataan positif

yaitu jawaban ‘sangat setuju’ diberi skor 4, jawaban ‘setuju’ diberi skor 3,

jawaban ‘tidak setuju’ diberi skor 2, dan jawaban ‘sangat tidak setuju’ diberi skor

1. Untuk pernyataan negatif yaitu jawaban ‘sangat setuju’ diberi skor 1, jawaban

‘setuju’ diberi skor 2, jawaban ‘tidak setuju’ diberi skor 3, dan jawaban ‘sangat

tidak setuju’ diberi skor 4. Skor terendah adalah 10 (10 x 1) dan skor tertinggi

adalah 40 (10 x 4). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Positif : skor yang diperoleh 26-40

b. Negatif : skor yang diperoleh 10-25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

3. Keterpaparan informasi

Untuk mengukur variabel keterpaparan informasi dengan menanyakan pada

responden sebanyak 10 item dengan pilihan jawaban menggunakan skala

Guttman yaitu ‘ya’ skor 1, ‘tidak‘ skor 0. Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan

skor tertinggi adalah 1 (10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai

berikut:

a. Baik : skor yang diperoleh 6-10

b. Kurang : skor yang diperoleh 0-5

Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

4. Dukungan keluarga (ibu)

Untuk mengukur variabel dukungan keluarga (ibu) dengan menanyakan pada

responden sebanyak 10 item dengan pilihan jawaban menggunakan skala

Guttman yaitu ‘ya’ skor 1, ‘tidak‘ skor 0. Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan

skor tertinggi adalah 1 (10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai

berikut:

a. Baik : skor yang diperoleh 6-10

b. Kurang : skor yang diperoleh 0-5

Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

5. Dukungan tenaga kesehatan

Untuk mengukur variabel dukungan tenaga kesehatan dengan menanyakan pada

respondensebanyak 10 item dengan pilihan jawaban menggunakan skala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Guttman yaitu ‘ya’ skor 1, ‘tidak‘ skor 0. Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan

skor tertinggi adalah 1 (10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai

berikut:

a. Baik : skor yang diperoleh 6-10

b. Kurang : skor yang diperoleh 0-5

Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.

6. Pencegahan Keputihan

Untuk mengukur variabel pencegahan keputihan dengan menanyakan pada

responden sebanyak 12 item dengan pilihan jawaban menggunakan skala

Guttman yaitu ‘ya’ skor 1, ‘tidak‘ skor 0. Skor terendah adalah 0 (12 x 0) dan

skor tertinggi adalah 12 (12 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai

berikut:

a. Baik, jika mendapatkan skor 7-12

b. Kurang, jika mendapatkan skor 0-6

Untuk mengetahui selengkapnya aspek pengukuran variabel penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4.Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Nama Bobot Skala


No Alat Ukur Jumlah Item Kategori
Variabel Nilai Ukur
A. Independen
1 Pengetahuan Kuesioner 10 butir 6-10 1=Baik Ordinal
Skor Tertinggi 10 0-5 0=Kurang
Skor Terendah 0
2 Sikap Kuesioner 10 butir 26-40 1=Positif Ordinal
Skor Tertinggi 40 10-25 0=Negatif
Skor Terendah 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.4. (Lanjutan)

Nama Bobot Skala


No Alat Ukur Jumlah Item Kategori
Variabel Nilai Ukur
3 Keterpaparan Kuesioner 10 butir 6-10 1=Baik Ordinal
Informasi Skor Tertinggi 10 0-5 0=Kurang
Skor Terendah 0
4 Dukungan Kuesioner 10 butir 6-10 1=Baik Ordinal
keluarga Skor Tertinggi 10 0-5 0=Kurang
(ibu) Skor Terendah 0
5 Dukungan Kuesioner 10 butir 6-10 1=Baik Ordinal
tenaga Skor Tertinggi 10 0-5 0=Kurang
kesehatan Skor Terendah 0
B. Dependen
1. Pencegahan Kuesioner 12 butir 7-12 1=Baik Ordinal
Keputihan Skor Tertinggi 12 0-6 0=Kurang
Skor Terendah 0

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang

masing-masing variabel independen maupun variabel dependen yang dimasukkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing–masing variabel

bebas yaitu pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga

(ibu), dukungan tenaga kesehatandengan variabel terikat yaitu pencegahan

keputihan (fluor albus) pada remaja madya. Untuk membuktikan adanya

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat

digunakan analisis Chi-square, pada batas kemaknaan perhitungan statistik p-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


value (0,05).

Apabila hasil perhitungan menunjukan nilai p < p-value(0,05) maka hipotesis

diterima yang artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang

signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara

variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling dominan

yang berhubungan dengan pencegahan keputihan (fluor albus). Penelitian ini

menggunakan analisis uji regresi logistik berganda dengan pemodelan pada

tingkat kemaknaan p < 0,05 dan CI (Confidence Interval) dan variabel yang

menjadi kandidat model yaitu memiliki nilai p < 0,25. Selanjutnya untuk

mengetahui variabel yang signifikan dengan menggunakan tingkat kepercayaan

(confidence interval) 95% (α=0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Awal berdirinya SMA Swasta Al-Ulum Medan dikarenakan para pendiri

terdahulu sepakat untuk mendirikan Perguruan Al-Ulum karena melihat banyaknya

para alumni-alumni SMP tidak tertampung di SMA Negeri.Maka dari itu para pendiri

terdahulu sepakat mendirikan SMA Swasta Al-Ulum Medan di daerah Kota

Maksum.Berdirinya sekolah ini tidak terlepas dari dorongan-dorongan para pendiri

terdahulu, mereka berkeinginan untuk mendirikan sekolah SMA Swasta Al-Ulum

Medan yang berciri khas ajaran Islam.Harapan dari para pendiri adalah untuk

membuka sebuah lembaga pendidikan Islam agar ikut membantu pemerintahan

Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dibentuklah sebuah

lembaga pendidikan yang berciri khas ajaran Islam.

Para orangtua yang ada di sekitar SMA Swasta Al-Ulum Medan berupaya

menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang berciri khasajaran Islam.Orangtua

berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah SMA Swasta Al-Ulum

Medan dan para orangtua tidak akan merasa putus harapan untuk menyekolahkan

anaknya ke SMA walau banyak sebagian harapan dari orangtua untuk memasukkan

anak-anaknya ke sekolah Negeri, namun bukan berarti keinginan serta motivasi dari

pihak manapun akan terus memberikan kepada para orangtua masukan tentang

keadaan sekolah pada saat itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hal tersebut, maka pendiri SMA Swasta Al-Ulum Medan

mengajukan SK ke Kakanwil Medan pihak sekolah mendapatkan SK dari Kakanwil

Medan pada tahun 1990, dan masuk tahun ajaran 1991 SMA Swasta Al-Ulum Medan

resmi di buka dan disahkan oleh pihak Kakanwil Medan. Dibukanya sekolah SMA

Swasta Al-Ulum Medan memberikan wadah atau hal yang membuka pemikiran para

orangtua untuk tetap bisa menyekolahkan anaknya di sekolah swasta, meski harapan

sebagian mereka berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah

Negeri dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Namun dengan berdirinya sekolah

SMA Swasta Al-Ulum Medan ini para orangtua tidak perlu khawatir dengan biaya

yang diberikan, biaya di sekolah ini tidak akan terlalu mahal. Para orangtua akan

merasa terbantu dengan bantuan dari pihak sekolah yang memberikan sumbangan

buku pelajaran yang berguna untuk membantu anak-anak mereka untuk belajar di

rumah.

SMA Swasta Al-Ulum Medan denganNPSN : 10210818 beralamat : Jl.

Amaliun/ Cemara No. 10 Medan.Jenjang Akreditasi SMA Swasta Al-Ulum Medan

adalah A (Amat Baik).Visi sekolah adalah “menjadikan SMA Swasta Al-Ulum

menjadi sekolah favorit yang mencetak peserta didik yang bertaqwa dan beriptek

serta bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara”.Adapun Misi Sekolah adalah;

1) Menanamkan pengalaman agama kepada peserta didik melalui:

a. Pelajaran agama, yaitu: disamping pembelajaran yang diterima di kelas dari

guru agama maka diusahakan menambah dari pengalaman atau mentadabbur

Alquran lewat materi pelajaran Alquran dan juga menanamkan pengalaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


agama lewat Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan ceramah-ceramah

Pesantren Ramadhan.

b. Membuat kegiatan Ekstra Kurikuler untuk mendalami pengalaman agama

seperti mewajibkan shalat dzuhur bersama dan juga mewajibkan sholat

Jum’at di sekolah.

c. Membudayakan mengucapkan salam sambil bersalaman kepada gurunya

yaitu siswa yang laki-laki menyalami guru laki-laki dan sebaliknya siswa

yang perempuan menyalami guru yang perempuan.

2) Menanamkan pelajaran umum seefektif mungkin dengan langkah:

a. Melanjutkan kerjasama dengan bimbingan belajar dari luar sekolah untuk

mencapai keunggulan siswa kita dari sekolah lain.

b. Memberikan modul belajar (LKS) gratis kepada siswa untuk menambah

cakrawala pembelajaran yang didapatkan dari guru.

c. Dengan membuat les Olimpiade Sains di sekolah untuk menciptakan siswa

yang bisa bersaing dalam moment-moment Olimpiade untuk mengharumkan

nama sekolah.

d. Mengaktifkan Ekstra Kurikuler dalam pembinaan mental Kenegaraan, antara

lain: “Pramuka dan Paskibra”.

e. Mengaktifkan pembinaan di bidang Olahraga, yaitu: “Club bola kaki, Futsal,

dan Karate. Dengan kegiatan penyaluran bakat Olahraga peserta didik

diharapkan akan maksimal perkembangan fisiknya dan Olahraga ini menjadi

daya tarik bagi siswa baru nantinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kurikulum yang ada di sekolah SMA Swasta Al-ulum Medan memakai

sistem kurikulum KTSP.KTSP ini terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan dengan struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan, dan silabus.Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah

tujuan Pendidikan Nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik,

kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.

4.2Univariat

4.2.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umurdi SMA Al-Ulum


MedanTahun 2017

No Umur Jumlah Persentase (%)


1 16 Tahun 52 52,0
2 17 Tahun 46 46,0
3 18 Tahun 2 2,0
Total 100 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 16

tahun sebanyak 52 orang (52,0%), sebagian kecil responden berumur 18 tahun

sebanyak 2 orang (2,0%).

4.2.2Kelas

Berdasarkan hasil penelitian, kelas responden dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Al-Ulum
MedanTahun 2017

No Kelas Jumlah Persentase (%)


1 Kelas X 50 50,0
2 Kelas XI 50 50,0
Total 100 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden kelas X sama banyaknya dengan

kelas XI masing-masing sebanyak 50 orang (50,0%).

4.2.3Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan

pengetahuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan di SMA
Al Ulum Medan Tahun 2017

Jawaban
Total
No Pernyataan Benar Salah
f % f % f %
1 Yang dimaksud dengan keputihan cairan 74 74,0 26 26,0 100 100,0
yang bukan darah tetapi merupakan
manifestasi klinik berbagai infeksi
2 Warna cairan keputihan yang normal 47 47,0 53 53,0 100 100,0
adalah bening seperti lendir
3 Penyebab keputihan tidak normal adalah 58 58,0 42 42,0 100 100,0
Infeksi jamur
4 Membasuh bagian vagina pada saat buang 47 47,0 53 53,0 100 100,0
air besar dan buang air kecil
5 Jenis keputihan yaitu keputihan normal 56 56,0 44 44,0 100 100,0
(fisiologis) dan keputihan abnormal
(patologis)
6 Yang dimaksud dengan kebersihan diri 71 71,0 29 29,0 100 100,0
(personal hygiene) saat menstruasi yaitu
tindakan untuk memelihara kesehatan dan
kebersihan pada daerah kewanitaan untuk
mencegah keputihan saat menstruasi
7 Yang baik digunakan pada saat membasuh 72 72,0 28 28,0 100 100,0
vagina yaitu air keran langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.3. (Lanjutan)

Jawaban
Total
No Pernyataan Benar Salah
f % f % f %
8 Dalam satu hari mengganti celana dalam 63 63,0 37 37,0 100 100,0
tiga kali sehari
9 Yang baik digunakan pada pemakaian 70 70,0 30 30,0 100 100,0
celana dalam adalah berbahan katun dan
dapat menyerap keringat
10 Cara yang baik untuk membasuh daerah 68 68,0 32 32,0 100 100,0
vagina agar terhindar keputihan adalah dari
arah depan (vagina) ke belakang (anus)

Pernyataan yang paling banyak dijawab “benar” adalah pernyataan nomor 1

yaitu yang dimaksud dengan keputihan cairan yang bukan darah tetapi merupakan

manifestasi klinik berbagai infeksi sebanyak 74 orang (74,0%). Pernyataan yang

paling banyak dijawab “salah” adalah pernyataan nomor 2 yaitu warna cairan

keputihan yang normal adalah bening seperti lendir dan pernyataan nomor 4 yaitu

membasuh bagian vagina pada saat buang air besar dan buang air kecil masing-

masing sebanyak 53 orang (53,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di SMA


Al-Ulum Medan Tahun 2017

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


1 Baik 60 60,0
2 Kurang 40 40,0
Total 100 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baik sebanyak 60 orang (60,0%), sebagian kecil responden berpengetahuankurang

sebanyak 40 orang (40,0%).

4.2.4 Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan sikap

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Sikap di SMA Al Ulum
Medan Tahun 2017
Jawaban
Total
No Pernyataan SS S TS STS
f % f % f % f % f %
1 Kebersihan vagina adalah hal 44 44,0 11 11,0 32 32,0 13 13,0 100 100,0
yang penting untuk mencegah
keputihan
2 Mengganti celana dalam 2-3 43 43,0 25 25,0 27 27,0 5 5,0 100 100,0
kali sehari adalah contoh
menjaga kebersihan vagina
3 Menggunakan celana dalam 26 26,0 52 52,0 12 12,0 10 10,0 100 100,0
yang berbahan katun dan
dapat menyerap keringat
4 Untuk menghindari kelem- 34 34,0 24 24,0 31 31,0 11 11,0 100 100,0
baban pada vagina,
seharusnya vagina
dikeringkan dengan tissue
setelah BAK dan BAB
5 Saat menstruasi seharusnya 1 1,0 29 29,0 42 42,0 28 28,0 100 100,0
mengganti pembalut hanya
setiap 4 jam sekali.
6 Air yang baik digunakan 2 2,0 38 38,0 40 40,0 20 20,0 100 100,0
untuk membasuh alat kelamin
yaitu air sabun
7 Cairan antiseptik pada vagina 20 20,0 19 19,0 46 46,0 15 15,0 100 100,0
boleh dipakai setiap hari

8 Pembalut wanita 6 6,0 26 26,0 50 50,0 18 18,0 100 100,0


(Pantyliners) yang baik
adalah yang mengandung
parfum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.5. (Lanjutan)

Jawaban
Total
No Pernyataan SS S TS STS
f % f % f % f % f %
9 Cara yang baik untuk 30 30,0 43 43,0 25 25,0 2 2,0 100 100,0
membasuh daerah genitalia
yaitu dari arah depan
(vagina) ke arah belakang
(anus)
10 Pembalut yang baik 51 51,0 36 36,0 11 11,0 2 2,0 100 100,0
berbahan lembut dan
menyerap dengan baik

Pernyataan yang paling banyak dijawab “sangat setuju” adalah pernyataan

nomor 10 yaitu pembalut yang baik berbahan lembut dan menyerap dengan baik

sebanyak 51 orang (51,0%). Pernyataan yang paling banyak dijawab “setuju” adalah

pernyataan nomor 3 yaitu menggunakan celana dalam yang berbahan katun dan dapat

menyerap keringat sebanyak 52 orang (52,0%). Pernyataan yang paling banyak jawab

“tidak setuju” adalah pernyataan nomor 7 yaitu cairan antiseptik pada vagina boleh

dipakai setiap hari sebanyak 46 orang (46,0%). Pernyataan yang paling banyak jawab

“sangat tidak setuju” adalah pernyataan nomor 5 yaitu saat menstruasi seharusnya

mengganti pembalut hanya setiap 4 jam sekali. sebanyak 28 orang (28,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di SMA Al-Ulum


Medan Tahun 2017

No Sikap Jumlah Persentase (%)


1 Positif 59 59,0
2 Negatif 41 41,0
Total 100 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap

positifsebanyak 59 orang (59,0%). Sebagian kecil responden bersikap negatif

sebanyak 41 orang (41,0%).

4.2.5 Kepaparan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan

kepaparan informasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7.Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Kepaparan Informasi


di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017

Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % f %
1 Anda pernah membaca informasi 64 64,0 36 36,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari buku.
2 Anda pernah membaca informasi 64 64,0 36 36,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari majalah.
3 Anda pernah membaca informasi 60 60,0 40 40,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari koran.
4 Anda pernah membaca informasi 59 59,0 41 41,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari leaflet.
5 Anda pernah membaca dan 55 55,0 45 45,0 100 100,0
mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahan-nya dari
internet atau handphone (HP).
6 Anda pernah mendapatkan informasi 61 61,0 39 39,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari televisi.
7 Anda pernah mendapatkan informasi 56 56,0 44 44,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari radio.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.7. (Lanjutan)

Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % f %
8 Anda pernah mendapatkan informasi 59 59,0 41 41,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari buletin.
9 Anda pernah mendapatkan informasi 54 54,0 46 46,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari guru.
10 Anda pernah mendapatkan informasi 59 59,0 41 41,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari teman sebaya.

Pernyataan yang paling banyak dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 1 yaitu

anda pernah membaca informasi tentang keputihan dan pencegahannya dari buku

dan pernyataan nomor 2 yaitu anda pernah membaca informasi tentang keputihan

dan pencegahannya dari majalah masing-masing sebanyak 64 orang (64,0%).

Pernyataan yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pernyataan nomor 9 yaitu

anda pernah mendapatkan informasi tentang keputihan dan pencegahannya dari

guru sebanyak 46 orang (46,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, kepaparan informasi responden dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepaparan Informasi di


SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

No Kepaparan Informasi Jumlah Persentase (%)


1 Baik 47 47,0
2 Kurang 53 53,0
Total 100 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang terpapar

informasi tentang keputihan dan pencegahannya sebanyak 53orang (53,0%).

Sebagian kecil responden terpapar informasi tentang keputihan dan pencegahannya

dengan baik sebanyak 47 orang (47,0%).

4.2.6 DukunganKeluarga (Ibu)

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan

dukungan keluarga (ibu) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Keluarga
(Ibu) di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017
Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % f %
1 Ibu pernah memberikan informasi pada 63 63,0 37 37,0 100 100,0
anda tentang keputihan.
2 Ibu pernah memberikan informasi pada 66 66,0 34 34,0 100 100,0
anda cara mencegah keputihan.
3 Ibu menganjurkan untuk mengeringkan 64 64,0 36 36,0 100 100,0
kulit dan area kemaluan dengan handuk
atau tisu atau setelah BAB.
4 Ibu pernah mengajarkan cara mencuci 57 57,0 43 43,0 100 100,0
kemaluan dari depan ke belakang.
5 Ibu menganjurkan Anda untuk mencuci 56 56,0 44 44,0 100 100,0
kemaluan dengan air bersih.
6 Ibu menganjurkan Anda untuk sering 66 66,0 34 34,0 100 100,0
mengganti celana dalam.
7 Ibu menganjurkan Anda untuk 65 65,0 35 35,0 100 100,0
menggunakan celana yang berbahan
katun.
8 Ibu melarang anda menggunakan celana 64 64,0 36 36,0 100 100,0
yang ketat.
9 Ibu menganjurkan Anda untuk sering 66 66,0 34 34,0 100 100,0
mengganti panty liner pada saat haid
(menstruasi).
10 Ibu menganjurkan Anda untuk tidak 65 65,0 35 35,0 100 100,0
menaburkan bedak pada daerah kemaluan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pernyataan yang paling banyak dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 2 yaitu

ibu pernah memberikan informasi pada anda cara mencegah keputihan, pernyataan

nomor 6 yaitu ibu menganjurkan anda untuk sering mengganti celana dalam dan

pernyataan nomor 9 yaitu ibu menganjurkan Anda untuk sering mengganti panty

liner pada saat haid (menstruasi) masing-masing sebanyak 66 orang (66,0%).

Pernyataan yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pernyataan nomor 5 yaitu ibu

menganjurkan Anda untuk mencuci kemaluan dengan air bersih sebanyak 44 orang

(44,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga (ibu) responden dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga


(Ibu) di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

No Dukungan Keluarga (Ibu) Jumlah Persentase (%)


1 Baik 54 54,0
2 Kurang 46 46,0
Total 100 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mendapat

dukungankeluarga (ibu)baik sebanyak 54 orang (54,0%). Sebagian kecil responden

yang mendapat dukungan keluarga (ibu) kurang sebanyak 46 orang (46,0%).

4.2.7 Dukungan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan tenaga

kesehatan adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Dukungan Tenaga
Kesehatan di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017

Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % f %
1 Anda pernah mendapatkan informasi 54 54,0 46 46,0 100 100,0
tentang keputihan dan pencegahannya
dari tenaga kesehatan.
2 Tenaga kesehatan pernah membagikan 71 71,0 29 29,0 100 100,0
leaflet tentang keputihan dan
pencegahannya.
3 Tenaga kesehatan pernah memberikan 45 45,0 55 55,0 100 100,0
informasi tentang perawatan saat
menstruasi untuk mencegah keputihan.
4 Tenaga kesehatan pernah memberikan 74 74,0 26 26,0 100 100,0
informasi tentang penggunaan pembalut
yang tepat saat menstruasi.
5 Tenaga kesehatan pernah memberikan 70 70,0 30 30,0 100 100,0
informasi tentang cara membersihkan
area kemaluan.
6 Tenaga kesehatan pernah menganjurkan 66 66,0 34 34,0 100 100,0
Anda agar tidak menggunakan bedak
tabur pada area kemaluan.
7 Tenaga kesehatan pernah menganjurkan 72 72,0 28 28,0 100 100,0
Anda untuk tetap menjaga kebersihan
area kewanitaan.
8 Tenaga kesehatan pernah menganjurkan 53 53,0 47 47,0 100 100,0
menggunakan celana yang longgar (tidak
ketat).
9 Tenaga kesehatan pernah menganjurkan 55 55,0 45 45,0 100 100,0
untuk sering mengganti celana dalam.
10 Tenaga kesehatan pernah menganjurkan 62 62,0 38 38,0 100 100,0
Anda untuk segera memeriksakan diri
jika mengalami gejala keputihan seperti
keluar cairan yang banyak dan berbau.

Pernyataan yang paling banyak dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 4 yaitu

tenaga kesehatan pernah memberikan informasi tentang penggunaan pembalut yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tepat saat menstruasi sebanyak 74 orang (74,0%). Pernyataan yang paling banyak

dijawab “tidak” adalah pernyataan nomor 3 yaitu tenaga kesehatan pernah

memberikan informasi tentang perawatan saat menstruasi untuk mencegah

keputihan sebanyak 55 orang (55,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan tenaga kesehatan menurutresponden

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.12Distribusi Frekuensi Menurut Responden Berdasarkan Dukungan


Tenaga Kesehatan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

No Dukungan Tenaga Jumlah Persentase (%)


Kesehatan
1 Baik 56 56,0
2 Kurang 44 44,0
Total 100 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menyatakan

dukungan tenaga kesehatan baik sebanyak 56 orang (56,0%). Sebagian kecil

responden yang menyatakan dukungan tenaga kesehatan kurang sebanyak 44 orang

(44,0%).

4.2.8 Pencegahan Keputihan

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada butir pernyataan

pencegahan keputihan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pencegahan Keputihan


di SMA Al Ulum Medan Tahun 2017
Jawaban
Total
Pernyataan Ya Tidak
No
f % f % f %
1 Anda mengeringkan kulit dengan handuk 51 51,0 49 49,0 100 100,0
atau tisu bila berkeringat atau setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.13 (Lanjutan)
Jawaban
Total
Pernyataan Ya Tidak
No
f % f % f %
buang air.
2 Anda membersihkan vagina dari arah 66 66,0 34 34,0 100 100,0
depan (vagina) ke arah belakang (dubur)
3 Anda menggunakan air yang bersih untuk 61 61,0 39 39,0 100 100,0
mencuci alat kelamin setelah BAK dan
BAB.
4 Anda menggunakan celana dalam yang 60 60,0 40 40,0 100 100,0
terbuat dari katun.
5 Anda menghindari menggunakan celana 62 62,0 38 38,0 100 100,0
yang ketat.
6 Anda menghindari menggaruk vagina saat 55 55,0 45 45,0 100 100,0
gatal karena dapat menyebabkan lecet.
7 Saat haid anda menggunakan pembalut 60 60,0 40 40,0 100 100,0
(panty liner) untuk mengurangi
kelembaban.
8 Anda rutin mengganti pembalut >2 kali 61 61,0 39 39,0 100 100,0
dalam sehari.
9 Anda menghindari menggunakan tissu 61 61,0 39 39,0 100 100,0
untuk membersihkan vagina setelah BAK.
10 Anda menghindari menaburkan bedak 58 58,0 42 42,0 100 100,0
pada daerah kewanitaan.
11 Anda menghindari membilas vagina 58 58,0 42 42,0 100 100,0
dengan menggunakan cairan antiseptik.
12 Anda menghindari menggunakan 66 66,0 34 34,0 100 100,0
pembalut yang mengandung parfum.
Pernyataan yang paling banyak dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 2 yaitu

anda membersihkan vagina dari arah depan (vagina) ke arah belakang (dubur) dan

pernyataan nomor 12 yaitu anda menghindari menggunakan pembalut yang

mengandung parfummasing-masing sebanyak 66 orang (66,0%). Pernyataan yang

paling banyak dijawab “tidak” adalah pernyataan nomor 1 yaitu Anda mengeringkan

kulit dengan handuk atau tisu bila berkeringat atau setelah buang air sebanyak 49

orang (49,0%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil penelitian, pencegahan keputihanresponden dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan


Keputihandi SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

No Pencegahan Keputihan Jumlah Persentase (%)


1 Baik 57 57,0
2 Kurang 43 43,0
Total 100 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan

pencegahan keputihandengan baik sebanyak 57 orang (57,0%), sedangkan yang

melakukan pencegahan keputihan kurang baik sebanyak 43 orang (43,0%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Keputihan

Hubungan pengetahuan dengan pencegahan keputihandapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.15Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan


Keputihandi SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

Pencegahan Keputihan
Jumlah
No Pengetahuan Kurang Baik p-value
f % f % f %
1 Kurang 26 65,0 14 35,0 40 100,0
< 0,001
2 Baik 17 28,3 43 71,7 60 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden yang berpengetahuan

kurang mayoritas melakukan pencegahan keputihan kurang baik sebanyak 26 orang

(65,0%). Dari 60responden yang berpengetahuan baikmayoritasmelakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pencegahan keputihan dengan baik sebanyak 43 orang (71,7%).

Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar

<0,001< 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

pencegahan keputihan di SMA Al-Ulum Medan tahun 2017.

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Keputihan

Hubungan sikap dengan pencegahan keputihandapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16Tabel Silang Hubungan Sikap dengan Pencegahan Keputihan di SMA


Al-Ulum Medan Tahun 2017

Pencegahan Keputihan
Jumlah p-
No Sikap Kurang Baik value
f % f % f %
1 Negatif 23 56,1 18 43,9 41 100,0
0,040
2 Positif 20 33,9 39 66,1 59 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 41 responden yang bersikapnegatif

mayoritas melakukan pencegahan keputihan kurang baik sebanyak 23 orang (56,1%).

Dari 59 responden yang bersikap positif mayoritas melakukan pencegahan keputihan

dengan baik sebanyak 39 orang (66,0%).

Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,040<

0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan pencegahan

keputihan di SMA Al-Ulum Medan tahun 2017.

4.3.3 Keterpaparan Informasi dengan Pencegahan Keputihan

Hubungan keterpaparan informasidengan pencegahan keputihan dapat dilihat

pada tabel berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.17Tabel Silang Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pencegahan
Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

Pencegahan Keputihan
Keterpaparan Jumlah p-
No Kurang Baik
Informasi value
f % f % f %
1 Kurang 31 58,5 22 41,5 53 100,0
0,001
2 Baik 12 25,5 35 74,5 47 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 responden yang kurang terpapar

informasi tentang keputihan dan pencegahannya mayoritas pencegahan keputihannya

kurang baik sebanyak 32 orang (58,5%). Dari 47 responden yang terpapar informasi

tentang keputihan dan pencegahannya dengan baikmayoritas melakukan pencegahan

keputihan dengan baik sebanyak 35 orang (74,5%).

Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,001<

0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi dengan

pencegahan keputihan di SMA Al-Ulum Medan tahun 2017.

4.3.4 Dukungan Keluarga (Ibu) dengan Pencegahan Keputihan

Hubungan dukungan keluarga (ibu) dengan pencegahan keputihan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18 Tabel Silang Hubungan Dukungan Keluarga(Ibu) dengan


Pencegahan Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

Pencegahan Keputihan
Dukungan Jumlah p-
No Kurang Baik
Keluarga(Ibu) value
f % f % f %
1 Kurang 27 58,7 19 41,3 46 100,0
0,005
2 Baik 16 29,6 38 70,4 54 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 46respondenyang kurang mendapat

dukungan dari keluarga (ibu) mayoritas melakukan pencegahan keputihan kurang

baik sebanyak 27 orang (58,7%). Dari 54 responden yang mendapat dukungan dari

keluarga(ibu) dengan baik mayoritas melakukan pencegahan keputihan dengan baik

sebanyak 38 orang (70,4%).

Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,005<

0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (ibu)

dengan pencegahan keputihan di SMA Al-Ulum Medan tahun 2017.

4.3.5 Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pencegahan Keputihan

Hubungan dukungan tenaga kesehatandengan pencegahan keputihan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19Tabel Silang Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan


Pencegahan Keputihan di SMA Al-Ulum Medan Tahun 2017

Pencegahan Keputihan
Dukungan Tenaga Jumlah p-
No Kurang Baik
Kesehatan value
f % f % f %
1 Kurang 24 54,5 20 45,5 44 100,0
0,044
2 Baik 19 33,9 37 66,1 56 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 44 responden yang menyatakan kurang

mendapat dukungan dari tenaga kesehatan mayoritas melakukan pencegahan

keputihan kurang baik sebanyak 24 orang (54,5%). Dari 56 responden yang

menyatakan mendapat dukungan dari tenaga kesehatan mayoritas melakukan

pencegahan keputihan dengan baik sebanyak 37 orang (66,1%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,044<

0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan

denganpencegahan keputihan di SMA Al-Ulum Medan tahun 2017.

4.4 Analisis Multivariat

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan

keputihan secara bersamaan dilakukan analisis data multivariat menggunakan uji

regresi logistik ganda (multiple logistic regression) melalui beberapa langkah:

1) Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan sebagai kandidat

model. Variabel yang dipilih sebagai kandidat adalah variabel yang memiliki nilai

signifikan.

2) Dalam pemodelan ini variabel kandidat yang memiliki nilai p-value<0,25 pada uji

bivariat (uji chi-square) dimasukkan secara bersama-sama dalam uji multivariat.

3) Penggunaan kemaknaan statistik 0,25sebagai persyaratan dalam uji regresi

logistik berganda untuk memungkinkan variabel-variabel yang secara terselubung

sesungguhnya secara substansi sangat penting dimasukkan ke dalam model

multivariat.

4) Dari hasil uji bivariat, variabel yang dijadikan kandidat model pada uji regresi

logistik berganda pada penelitian ini karena memiliki nilai signifikan <0,25yaitu

sebanyak 5 variabel terdiri dari pengetahuan(p=< 0,001), sikap (p=0,040),

Kepaparan informasi (p=0,001),dukungan keluarga (ibu)(p=0,005) dan dukungan

tenaga kesehatan (p=0,044).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Selanjutnya dilakukan pengujian dengan regresi logistik berganda secara

bersamaan dengan metode forward conditional untuk mengidentifikasi faktor

paling berhubungan dengan pencegahankeputihan.Metode forward conditional

yaitu memasukkan satu per satu variabel dari hasil pengkorelasian variabel dan

memenuhi kriteria kemaknaan statistik untuk masuk ke dalam model, sampai

semua variabel yang memenuhi kriteria tersebut masuk ke dalam model.Variabel

yang masuk pertama kali adalah variabel yang mempunyai korelasi parsial

terbesar dengan variabel dependen dan yang memenuhi kriteria tertentu untuk

dapat masuk model. Korelasi parsial adalah korelasi antara variabel independen

dengan dependen, kriteria variabel yang dapat masuk adalah 0,05 artinya variabel

yang dapat masuk model bila variabel tersebut mempunyai nilai p lebih kecil atau

sama dengan 0,05.

6) Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa sebanyak 3 variabel yang

berhubungan dengan pencegahan keputihan yaitupengetahuan, kepaparan

informasi, dan dukungan keluarga selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda

Variabel B Sig. Exp(B) 95%CI for Exp(B)


Pengetahuan 2,070 < 0,001 7,926 2,706-23,218
Keterpaparan Informasi 1,601 0,002 4,960 1,821-13,506
Dukungan Keluarga (Ibu) 1,605 0,002 4,979 1,778-13,944
Konstanta -2,495 < 0,001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda tersebut nilai signifikan model

secara bersama-sama diperoleh sebesar < 0,001< 0,05 yang berarti bahwa ketiga

variabel yang dijadikan model dalam penelitian ini memiliki hubungan yang

signifikan dengan pencegahan keputihan.

Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini adalah variabel

pengetahuan, keterpaparan informasi dan dukungan keluarga (ibu).Variabel

pengetahuan mempunyai nilai Exp(B)/OR = 7,926(95%CI = 2,706-23,218)artinya

remaja yang berpengetahuanbaikberpeluang melakukan pencegahan keputihan

dengan baik7,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang berpengetahuan kurang.

Variabel dukungan keluarga (ibu)mempunyai nilai Exp(B)/OR =

4,979(95%CI = 1,821-13,506)artinya remaja yang mendapat dukungan keluarga (ibu)

dengan baikberpeluang melakukan pencegahan keputihan dengan baik4,9 kali lebih

tinggi dibandingkan remaja yang kurang mendapat dukungan keluarga (ibu).

Variabel keterpaparan informasimempunyai nilai Exp(B)/OR = 4,960(95%CI

= 1,778-13,944) artinya remaja yang terpapar informasi tentang keputihan dan

pencegahannya dengan baik berpeluang melakukan pencegahan keputihan dengan

baik4,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang kurang terpapar informasi tentang

keputihan dan pencegahannya.

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda tersebut juga menunjukkan

variabel yang tidak berhubungan dengan pencegahan keputihan karena memiliki nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


signifikan > 0,05 adalah variabel sikap (p=0,218) dan variabel dukungan tenaga

kesehatan (p=0,177). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda yang Tidak Signifikan

No. Variabel Sig. (p-value)


1. Sikap 0,218
2. Dukungan Tenaga Kesehatan 0,177
Model persamaan regresi logistik berganda dari model yang diteliti adalah

sebagai berikut:
1
p= −(−2,495 +2,070 (𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 ) +1,601 (𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ) +1,605 (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 .𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 /𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ) )
1+𝑒𝑒

p = 94,16%

Berdasarkan model persamaan tersebut menunjukkan bahwa remaja putri

yang berpengetahuan baik, terpapar informasi tentang keputihan dan pencegahannya,

mendapatkan dukungan dari keluarga (ibu) akan mampu melakukan pencegahan

keputihan (fluor albus) sebesar 94,16%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1HubunganPengetahuan dengan Pencegahan Keputihan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuandengan pencegahan keputihan di SMA Al-Ulum Medan

tahun 2017, p = < 0,001<0,05.Variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp(B)/OR =

7,926 artinya remaja yang berpengetahuanbaik berpeluang melakukan pencegahan

keputihan dengan baik7,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang berpengetahuan

kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maidartati (2016) di SMPN 30

Bandung menunjukkan bahwa dari 80 responden setengahnya 50% remaja putri

memiliki pengetahuan cukup serta dari 80 responden sebagian besar memiliki 85%

perilaku vulva hygiene yang baik. Setelah data diolah dari hasil penelitian didapatkan

bahwa terdapat hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku, berdasarkan hasil

uji Spearman diperoleh nila p value sebesar < 0,001 karena p <0,05 artinya ada

hubungan bermakna menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013) di Daerah Pondok Cabe Ilir

Jakarta mendapatkan hasil bahwa

terdapathubunganyangbermaknaantarapengetahuanterhadappencegahan

keputihanpatologispadaremajaputrididaerahPondokCabeIlir (p=0,008).Demikian juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian yang dilakukan oleh Susanti di Gampong Paloh Naleueng Kecamatan Titeu

Kabupaten Pidie dari hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,001 < α = 0,05,

Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

remaja putri tentang flour albus dengan pencegahan flour albus (keputihan).

Penelitian oleh Donatila (2011)di SMA Negeri di Semarang, menunjukkan

bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan pencegahan keputihan dengan

nilai p= 0.027. Keputihan dapat terjadi pada remaja yangmemiliki pengetahuan buruk

dalam menjaga vaginal hygiene dan mencegah terjadinya keputihan.Pengetahuan

yang buruk dapat dipengaruhi kurangnya informasiyang didapat untuk membuat

suatu pemahaman bahwa menjagavaginal hygienedapat mencegah terjadinya

keputihan.

Berbeda dengan penelitian Rahmi (2014) di SMA Negeri 1 Rumbio Jaya dari

hasil penelitiannya dengan uji Pearson Chi-Square, dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pencegahan

keputihan patologis di SMA Negeri 1 Rumbio Jaya.

Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, konsep dan pemahaman

manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya,

pengetahuan segala sesuatu juga mencakup praktek atau kemampuan teknik dalam

memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dilakukan secara sistematis dan

metodis (Notoatmodjo, 2013).

Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh

pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui,

dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan

pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku. Untuk membentuk perilaku

yang baik pada remaja putri harus menambah pengetahuannya dengan cara remaja

putri menerima input dan untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam

pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik. Seorang remaja yang telah

memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan reproduksi yang dalam penelitian

ini adalah mengenai keputihan diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya dalam

berperilaku sehingga dapat hidup lebih sehat yang nantinya dapat mengahasilkan

generasi-generasi penerus bangsa (Sariyati, 2014).

Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan

bagi kaum wanita.Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena akibat dari

keputihan yang berlanjut bisamengakibatkan kemandulan dan hamil di luar

kandungan.Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang

bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapat penanganan. Untuk itu

pengetahuan tentang keputihan dan cara pencegahannya harus dimiliki oleh semua

remaja putri (Imron, 2012).

Menurut peneliti, pengetahuan responden di SMA Swasta Ulum yang kurang

baik tentang keputihan dan perawatan daerah kewanitaan menyebabkan remaja

tersebut tidak dapat melakukan pencegahan keputihan dengan baik dan akan

berdampak mengalami kejadian keputihan patologis. Hal tersebut disebabkan remaja

tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan daerah kewanitaan sehingga tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melakukan perawatan dengan semestinya dan hal tersebut menyebabkan mereka

kurang menyadari bahwa hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya keputihan

patologis.

Berbeda dengan remaja putri yang telah memiliki pengetahuan baik tentang

perawatan daerah kewanitaan maka ia akan berupaya menghindari hal-hal yang dapat

menyebabkan terjadinya keputihan seperti melakukan perawatan dengan baik,

mencuci daerah kewanitaan dengan air bersih setiap melakukan buang air kecil dan

buang air besar, mengganti celana dalam≥ 3 kali sehari, menghindari penggunaan

bedak tabur, menghindari penggunaan sabun antiseptik untuk membersihkan area

kewanitaan, tidak menggunakan celana ketat dengan bahan nilon, menggunakan

celana dalam yang menyerap keringat karena bakteri jahat yang tumbuh pada daerah

kewanitaan dapat menyebabkan keputihan patologis.

Upaya pencegahan keputihan sangat penting dimiliki oleh seluruh remaja

putri, untuk itu peran sekolah SMA Al-Ulum dapat meningkatkan pengetahuan siswa

putrinya dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai

keputihan dan pencegahannya dengan bekerjasama dengan produsen produk

pembalut yang banyak digunakan remaja, bekerjasama dengan lembaga swadaya

masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi remaja, maupun

bekerjasama dengan tenaga kesehatan di Puskesmas Pulo Brayan Medan sehingga

semua remaja putri diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang keputihan

dan pencegahannya, yang pada akhirnya dapat menghindari terjadinya keputihan, dan

bila mengalami keputihan dapat melakukan penanganan dengan baik pula.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pencegahan Keputihan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara keterpaparan informasi dengan pencegahan keputihan di di SMA

Al-Ulum Medan tahun 2017, p = 0,002< 0,05.Variabel keterpaparan informasi

mempunyai nilai Exp(B) = 4,960 artinya remaja yang terpapar informasi tentang

keputihan dan pencegahannya dengan baik berpeluang melakukan pencegahan

keputihan dengan baik4,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang kurang terpapar

informasi tentang keputihan dan pencegahannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Badaryati (2012) pada Siswi

SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru yang meneliti antara variabel keterpaparan

informasi terhadap pencegahan dan penanganan keputihan patologis diperoleh nilai

p = < 0,001 artinya ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi

dengan pencegahan dan penanganan keputihan patologis.Penelitian lainnya oleh

Imania(2011) di SMU Plus 17 Palembang bahwa ada hubungan yang bermakna

antarafaktor pencetus (publikasi media) dengan upaya pencegahan dan

penanganankeputihan patologis dengan nilai p = 0,009 < 0,05.

Keterpaparan informasi remaja dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti

dari penyuluhan tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang

keputihan dan pencegahannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Palinglin (2015) di Madrasah Aliyah Negeri 2 Yogyakarta mendapatkan hasil

bahwa perilaku menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi MAN 2Yogyakarta

sebelum dilakukan penyuluhan sebanyak 43,3% berperilaku baik, sebanyak 51,7%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berperilaku cukup dan sebanyak 5% berperilaku kurang. Setelahdilakukan

penyuluhan, seluruh responden (100%) berperilaku baik. Hasil analisadidapatkan

nilai p <0,05 sehingga ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahanperilaku siswi

kelas XI MAN 2 Yogyakarta.

Berdasarkan teori Snehandu B. Karr dalam Notoatmodjo (2015)

mengidentifikasikan accessibility of information sangat mempengaruhi tindakan yang

akan diambil oleh seseorang. Keterpaparan informasi di sini mencakup dua hal yaitu

keterpaparan materitentang keputihan yang didapat serta sumber informasi apa yang

paling banyakmereka gunakan untuk memperoleh informasi tentang keputihan. Sudah

semestinya siswi-siswi pada umumnya memperoleh informasi / pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi salah satunya tentang keputihan secara benar.Juga dari sumber-

sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan seperti guru, tenaga kesehatan,

orang tua dan semua instansi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap

pelayanan kesehatan remaja (Badaryati, 2012).

Menurut peneliti, informasi tentang keputihan dan pencegahannya sangat

penting dimiliki oleh setiap remaja putri.Terlihat dari hasil penelitian ini bahwa masih

banyak remaja putri di SMA Swasta Al-Ulum yang belum terpapar informasi dengan

baik tentang keputihan dan pencegahannya.Remaja yang mampu melakukan

pencegahan dengan baik cenderung lebih banyak terpapar informasi baik dari buku,

majalah, koran, leaflet, internet atau handphone (HP), televisi, radio, buletin, guru,

maupun dari teman sebaya. Semakin banyak remaja tersebut terpapar informasi

tentang keputihandan pencegahannya maka semakin baik pula tindakan remaja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersebut dalam melakukan pencegahan keputihan (fluor albus).

Keterpaparan informasi pada remaja putri dapat bersifat aktif maupun pasif.

Bersifat aktif yaitu remaja harus mencari tahu tentang keputihan dan pencegahannya

baik dari media massa seperti media cetak, media elektronik, maupun dari guru di

sekolah, dan lain-lain. Bersifat pasif yaitu dengan memberikan informasi kepada

remaja putri di SMA Al-Ulum Medan melalui penyuluhan-penyuluhan atau

pendidikan kesehatan secara periodik tentang bagaimana cara kebersihan organ

reproduksi yang baik dan benar. Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa masih

banyak remaja putri yang mendapatkan informasi tentang keputihan dari teman

sebayanya sehingga kadang informasi yang diberikan tersebut kurang tepat

sehingga putri melakukan pencegahan juga kurang tepat, misalnya dalam

penggunaan pembalut (panty liner) banyak remaja putri yang menganjurkan

temannya untuk menggunakan pembalut yang mengandung parfum padahal itu

malah akan menyebabkan terjadinya keputihan (fluor albus). Ada juga remaja putri

yang menyatakan bahwa menggunakan celana ketat tidak berpotensi terjadinya

keputihan apalagi saat ini menggunakan celana ketat pada sebagian remaja putri

sudah menjadi tren.

5.3 Hubungan Dukungan Keluarga (Ibu) dengan Pencegahan Keputihan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga (ibu)dengan pencegahan keputihan di SMA Al-

Ulum Medan tahun 2017, p = 0,002< 0,05.Variabel dukungan keluarga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(ibu)mempunyai nilai Exp(B)/OR = 4,979 artinya remaja yang mendapat dukungan

keluarga (ibu) dengan baik berpeluang melakukan pencegahan keputihan dengan

baik4,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang kurang mendapat dukungan

keluarga (ibu).

Penelitian Umairoh (2014) di SMP Negeri 45 Surabaya mendapatkan hasil

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga (ibu) terhadap

perilaku perineal hygiene siswi SMP Negeri 45 Surabaya, p=0,012.Penelitian

Handayani (2017) pada siswi di SMK Negeri 11 Semarang mendapatkan hasil

bahwa dukungan ibu respondenpenanganan dan pencegahankeputihan pada siswi

SMK Negeri 11Semarang sebagian besar tergolongkurang mendukung

sebanyak91,4%.Hasil pengujian hipotesis denganmenggunakan Chi Square

Testdidapatkan p-value =0,516 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antaradukungan ibu responden dengan perilaku penanganan dan

pencegahan keputihan pada siswi SMK Negeri 11 Semarang.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri,

atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga dengan anak usia remaja memiliki tugas untuk mempersiapkan perubahan

peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

anggota keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,

serta memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab. Menurut

Mubarok (2012) peran keluarga dalam kesehatan adalah mampu mengenal masalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan, mampu melakukan perawatan dan mampu memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada.

Caplan (1964) dalam Friedman (2014) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan, salahsatunya adalah dukungan informasional

yang berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi

tentang dunia, yang menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari dukungan ini adalah

dapat menekan munculnya suatu stresor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.Sebagai akibatnya, hal ini

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Teori Green menjelaskan bahwa

keluarga termasuk dalam faktor penguat atau pendorong akan memotivasi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melakukan perilaku kesehatan.

Besarnya dukungan dari keluargaterutama ibu yang diterima oleh remaja

putri memiliki pengaruh dalam mencegah terjadinya keputihan (fluor albus), hal ini

disebabkan ibu merupakan salahsatu faktor penguat bagi remaja putri dalam

perilaku kesehatan.Ketika seorang anak perempuan beranjak ke masa remaja, ia

akan mengalami masa pubertas, akan terjadi perubahan-perubahan baik fisik,

perilaku, kognitif, emosi sampai psikososialnya, dalam menjalani proses ini remaja

putri sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang terdekat, baik dukungan

emosional, penghargaan, instrumental maupun dukungan informatif dari

keluarganya. Dukungan yang paling besar diperoleh remaja putri dari keluarga

terutama dari ibu terutama berkaitan dengan masalah-masalah reproduksi wanita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Friedman, 2014). Sesuai dengan pernyataan USAID (2003) bahwa pembekalan dan

pengetahuan reproduksi tentang perubahan remaja yang terjadi baik fisik, kejiwaan,

dan kematangan sistem reproduksi yang diperoleh dari orang-orang terdekat

terutama ibuakan membuat mudah remaja awal untuk memahami serta mengatasi

keadaannya.

Menurut peneliti, dukungan keluarga terutama ibu berhubungan signifikan

dengan tindakan remaja putri dalam melakukan pencegahan keputihan (fluor albus)

disebabkan banyak remaja putri yang menyatakan bahwa ia mampu melakukan

pencegahan keputihan (fluor albus) karena mendapatkan dukungan dari orang tua

terutama ibu dalam memberikan informasi dan pemahaman pada remaja putri

tentang cara-cara melakukan pencegahan keputihan (fluor albus). Ibu yang

memiliki hubungan dekat dengan remaja putrinya tentu akan memberikan informasi

bagaimana caranya melakukan pencegahan keputihan (fluor albus) seperti tidak

menggunakan celana ketat, sering mengganti pembalut terutama saat menstruasi,

mencuci kemaluan dengan air bersih dan lain-lain. Setiap orang tua pasti

menginginkan remaja putrinya dapat tumbuh sehat tanpa mengalami gangguan

terutama kesehatan reproduksinya karena itu orang tua sering memberikan anjuran

agar menjaga kebersihan dan kesehatan organ rerproduksinya terutama area

kemaluan yang dapat menjadi sumber berbagai penyakit jika tidak dilakukan upaya-

upaya pencegahan dengan menjaga area kewanitaan tetap bersih dan sehat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pembahasan

pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan keputihan pada remaja

madya di SMA Al-Ulum Medan yaitu pengetahuan, keterpaparan informasi,

dukungan keluarga (ibu). Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu sikap, dan

dukungan tenaga kesehatan.

2) Variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini adalah variabel

pengetahuan, keterpaparan informasi dan dukungan keluarga (ibu). Remaja yang

berpengetahuan baik berpeluang melakukan pencegahan keputihan dengan baik

7,9 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang berpengetahuan kurang.

3) Remaja putri yang berpengetahuan baik, terpapar informasi tentang keputihan

dan pencegahannya, mendapatkan dukungan dari keluarga (ibu) akan mampu

melakukan pencegahan keputihan (fluor albus) sebesar 94,16%.

6.2 Saran

1. Bagi keluarga (ibu)

Disarankan kepada ibu untuk berbagi informasi kepada anak remaja putrinya

tentang keputihan dan pencegahannya agar anak memiliki pengetahuan yang

memadai dan mampu melakukan pencegahan dan mengatasi jika terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keputihan.

2. Bagi Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMA Al-Ulum Medan

a. Disarankan kepada Kepala Sekolah dan Guru di SMA Al-Ulum Medan untuk

memberikan pendidikan kesehatan pada siswa terutama tentang pencegahan

keputihan(fluor albus).

b. Disarankan kepada pihak sekolah untuk bekerjasama dengan LSM yang

bergerak di bidang kesehatan reproduksi remaja mengadakan konseling dan

penyuluhan kesehatan berkaitan dengan keputihan (fluor albus).

c. Disarankan kepada pihak sekolah untuk bekerjasama dengan Puskesmas

mengadakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara rutin.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Pendidikan Kota Medan

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Pendidikan Kota

Medan untuk meningkatkan upaya membuat kebijakan penanganan masalah

kesehatan reproduksi melalui TRIAD KRR.

4. Puskesmas Kota Matsum Medan

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan atau

pendidikan kesehatan kepada siswa putri tentang keputihan yang dilakukan secara

rutin, misalnya 6 bulan sekali untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri

tentang keputihan dan pencegahannya.

5. Bagi Siswa

a. Disarankan kepada siswa putri untuk lebih peduli dalam pencegahan

keputihan dengan mencari informasi tentang bagaimana cara pencegahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keputihan yang tepat baik itu dari buku, majalah, televisi maupun internet atau

handphone (HP).

b. Remaja juga disarankan untuk bertanya kepada orang tua tentang keputihan,

dan cara-cara untuk mencegahnya.

6. Bagi peneliti selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan keputihan (Fluor

Albus) dengan menggunakan variabel penelitian yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Ababa, M. 2013. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Cetakan Pertama.


Jakarta: Ercon.

Ahmadi, Abu. 2014. Psikologi Umum. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Andira, D. 2013. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A-Pluss


Books.

Aryani. 2015. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Cetakan Kedua. Jakarta:
Selemba Medika.

Badaryati, E. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Dan


Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota
Banjarbaru Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (FKM UI).

Bahari, H. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:


Bukubiru.

BKKBN. 2014. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional.

Budiman, dan Riyanto Agus. 2013. Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Daiyah, 2004. Perawatan Organ Reproduksi Bagian Luar di SMUN 2 Medan:


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

Dariyo, A. 2014. Psikologi Perkembangan Remaja. Cetakan Pertama. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Diana. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku


Higienis Remaja Putri Pada Saat Menstruasi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Djuanda, A., Hamzah, M & Aisah, S. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Elmart. 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene Pada
Saat Menstruasi Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta. Surakarta: STIKES

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Muhammadiyah Surakarta.

Fauziyah, Y. 2012. Infertilitas dan Gangguan Alat Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Fitrianingsih, H.R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku


Pemeliharaan Organ Reproduksi Dengan Risiko Kejadian Keputihan Pada
Siswi Kelas X Sma Negeri 1 Wonosari Kabupaten Klaten. Surakarta :
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Friedman, Marilyn M. 2014. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan.
Praktek. Jakarta : EGC

Ghozali, I. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handayani, S. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Personal


HygieneRemaja Putri Dalam Penanganan Dan Pencegahan Keputihan Pada
Siswi SMK Negeri 11 Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 5,
Nomor 3, Juli 2017.

Hasanah, U. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku


Perawatan Organ Genitalia Eksterna Pada Siswi SMA Futuhiyah Mranggen
Demak. Program Studi DIV Kebidanan. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Hastono, S.P. 2016. Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Edisi I. Cetakan I. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Hidayat, I.M. 2014. Seksualitas Teori dan Realitas. Program Gender dan Seksualitas.
Jakarta: FISIP UI bekerjasama dengan Forth Foundation.

Imania, Sabrina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Siswi


SMU Plus Negeri 17 Palembang dalam Upaya Pencegahan Keputihan
Patologis.

Imron, A. 2012. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Djogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Iswati, E. 2013. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Jogjakarta: DIVA Press.

Kartono, K. 2013. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo


Perkasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kumalasari dan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kursani, E. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Flour Albus


(Keputihan) Pada Remaja Putri di SMA PGRI Pekanbaru Tahun 2013.
Pekanbaru: STIKes Hang Tuah. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No
1 : 30-36.

Kusmiran. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Cetakan Kedua.


Jakarta: Salemba Medika.

Maidartati. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Vulva Hygiene Pada Saat
Menstruasi Remaja Putri. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April
2016.

Manuaba, I.A.C. 2013. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Cetakan Kedua,


Jakarta: ECG.

Mariyatul. 2014. Gambaran Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kejadian


Keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban.Tuban: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nadlatul Ulama(NU).

Nadesul, H. 2013. Cara Sehat Menjadi Perempuan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Notoatmodjo, S. 2013. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2015. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nugroho, T. 2013. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Nurhayati, A. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Vaginal Hygiene


Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Remaja Putri Usia 13-17 Tahun
Di Daerah Pondok Cabe Ilir. Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Palinglin, A.N. 2015. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku Menjaga Kebersihan


Organ Genitalia Pada Siswi Kelas Xi Madrasah Aliyah Negeri 2
Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Panda Supriya, 2013. Incidence of Candidiasis and Trichomoniasis in Leuchorrhoea
Patients Vol. 5 Issue 3. International Journal of Current Research and Review
(IJCRR). India: Radiance Research Academy.

Paryono. 2016. Perilaku Penggunaan Tisu Toilet Terhadap Kejadian Keputihan Pada
Remaja. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional. Volume 1, No. 1,
Maret 2016.

Pribakti, B. 2012. Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Cetakan Pertama. Jakarta:
Sagung Seto.

Purwanto, H. 2012. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta |:


Penerbit Buku kedokteran EGC.

Puspitanigrum, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Organ


Genitalia Eksterna pada Anak Usia 10-11 Tahun yang Mengalami Menarche
Dini di Sekolah Dasar Kota Semarang. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Putri, I.A.Y. 2013. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Wonosari Gunungkidul. Yogyakarta :
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.

Rahmi, E.Y. 2014. Faktor Perilaku Yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan Pada
Remaja Putri. Pekanbaru : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Rembang, M. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan


Pencegahan Keputihan Pada Pelajar Putri SMA Negeri 9 Manado. Manado:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

Rochmah, E.Y. 2015. Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Pers.

Rohmah, E. 2013. Hubungan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi (Vagina) dengan


Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII IPA SMAN 1 SOOKO
Ponorogo.
Santoso, T. 2013. Peran Wanita Dalam Menciptakan Ketahanan Keluarga. Cetakan
Pertama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santrock, J.W. 2014. Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sariyati, S. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Putri tentang


Flour Albus di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten. Journal Ners And
Midwifery Indonesia: 117-121.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sarwono. S.W. 2013. Psikologi Remaja. Cetakan Kedua. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Setiani, T.I. 2014. Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian Keputihan Patologi
pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir Yogyakarta. JNKI, Vol. 3,
No. 1, Tahun 2015, 39-42.

Setyorini, A. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja TentangKeputihan


Dengan Kejadian Keputihan Di SMK Negeri 3Kabupaten Purworejo.
Semarang: STIKes Ngudi Waluyo.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita Pencegahan, Deteksi Dini dan Pengobatannya.


Jakarta : Keen Book.

Sibagaring, E.E. 2015. Kesehatan Reproduksi Wanita. Cetakan Pertama. Jakarta:


Trans Info Media.

Simanjuntak, V. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Personal Hygiene Remaja


Putri Dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan
Tahun 2015. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Siswono. 2011. Merawat Organ Reproduksi Wanita. Cetakan Pertama. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

SKRRI. 2013. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2012. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sondakh, E.A. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Kebersihan Perineal Dengan


Kejadian Keputihan Pada Siswa Putri Di SMA Negeri 1 Pineleng. Manado:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi.

Sopiana, L. 2015. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputihan Patologis


Pada Siswi SMA N I Bergas. Semarang: STIKes Ngudi Waluyo.

Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Susanti, D. 2013. Hubungan Pengetahuan, Dan Personal Hygiene Remaja Putri


Dengan Kejadian Flour Albus (Keputihan) di Gampong Paloh Naleueng
Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie. Banda Aceh: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan U’budiyah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tambak, H.S.P. 2014. Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan
Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan
Tahun 2014. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Umairoh, C. 2014. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi PerilakuPerineal


Hygiene Pada Remaja PutriBerbasis Precede Proceed Model Di SMPN 45
Surabaya. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Widyastuti, Y. 2013. Kesehatan Reproduksi. Cetakan Kedua. Edisi I. Yogyakarta:


Fitramaya.

Wijayanti, Daru. 2013. Fakta Penting Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Book
Marks.

Yanti, D.A.M. 2016. Upaya Meningkatkan Kebersihan Genetalia Remaja Putri Untuk
Mencegah Kejadian Flour Albus Di SMA Dalam Muhammadiyah Kalirejo
Lampung Tengah. GASTER Vol. XIV No. 2 Agustus 2016.

Yuliatin, I.S. 2014. Cegah dan Tangkal Kanker Serviks. Cetakan Pertama. Surabaya:
Tibun Media.

Zulkifli, 2014. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN


KEPUTIHAN(FLUOR ALBUS) PADA REMAJA MADYA
DI SMA AL ULUM MEDAN TAHUN 2017

No. Responden : ........................


(diisi oleh peneliti)
Identitas Responden

Nama/inisial : ...................................................

Umur : ...................................................

Kelas : ...................................................

PENGETAHUAN

1. Apakah yang dimaksud dengan keputihan ?


a. Cairan dari alat genitalia
b. Penyakit pada kelamin
c. Cairan yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai
infeksi

2. Warna cairan keputihan yang normal adalah ?


a. Bening seperti lendir
b. Putih susu
c. Berwarna kuning dan bergumpal

3. Penyebab keputihan tidak normal adalah ?


a. Infeksi jamur
b. Infeksi parasit
c. Infeksi bakteri

4. Pada saat kapankah membasuh bagian vagina?


a. Pada saat buang air besar
b. Pada saat buang air besar dan buang air kecil
c. Pada saat buang air kecil

5. Apakah saja jenis keputihan ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Keputihan abnormal (patologis)
b. Keputihan normal (fisiologis) dan Keputihan abnormal (patologis)
c. Keputihan normal (fisiologis)

6. Apakah yang dimaksud dengan kebersihan diri (personal hygiene) saat


menstruasi?
a. Kesehatan pada daerah kewanitaan
b. Membersihkan vagina dengan air.
c. Tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah
kewanitaan untuk mencegah keputihan saat menstruasi

7. Air apakah yang baik digunakan pada saat membasuh vagina?


a. Air sabun
b. Air keran langsung
c. Air tergenang di ember

8. Berapa kalikah dalam satu hari mengganti celana dalam ?


a. Satu kali sehari
b. Dua kali sehari
c. Tiga kali sehari

9. Bahan yang baik digunakan pada pemakaian celana dalam adalah ?


a. Berbahan katun dan dapat menyerap keringat
b. Berbahan nilon yang dapat memberikan kelembutan pada daerah kewanitaan
c. Berbahan kapas yang dapat membuat nyaman daerah kewanitaan

10. Cara yang baik untuk membasuh daerah vagina agar terhindar keputihan
adalah..........
a. Dari arah depan (vagina) ke belakang (anus)
b. Dari arah belakang (anus) Ke depan (vagina)
c. Hanya membasuh dengan air, tidak menggunakan tangan

SIKAP

Petunjuk :
Jawablah Pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban
yang anda anggap paling sesuai dengan diri Anda.
SS = Sangat Setuju, S=Setuju, TS = Tidak Setuju, STS= Sangat Tidak Setuju.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
SS S TS STS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
SS S TS STS
1 Kebersihan vagina adalah hal yang
penting untuk mencegah keputihan
2 Mengganti celana dalam 2-3 kali sehari
adalah contoh menjaga kebersihan
vagina
3 Menggunakan celana dalam yang
berbahan katun dan dapat menyerap
keringat
4 Untuk menghindari kelembaban pada
vagina, seharusnya vagina dikeringkan
dengan tissue setelah BAK dan BAB
5 Saat menstruasi seharusnya mengganti
pembalut hanya setiap 4 jam sekali.
6 Air yang baik digunakan untuk
membasuh alat kelamin yaitu air sabun
7 Cairan antiseptik pada vagina boleh
dipakai setiap hari
8 Pembalut wanita (Pantyliners) yang baik
adalah yang mengandung parfum
9 Cara yang baik untuk membasuh daerah
genitalia yaitu dari arah depan (vagina)
ke arah belakang (anus)
10 Pembalut yang baik berbahan lembut
dan menyerap dengan baik

KETERPAPARAN INFORMASI

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi
tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
1. Anda pernah membaca informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari buku.
2. Anda pernah membaca informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari majalah.
3. Anda pernah membaca informasi tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
keputihan dan pencegahannya dari koran.
4. Anda pernah membaca informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari leaflet.
5. Anda pernah membaca dan mendapatkan
informasi tentang keputihan dan pencegahan-
nya dari internet atau handphone (HP).
6. Anda pernah mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari televisi.
7. Anda pernah mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari radio.
8. Anda pernah mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari buletin.
9. Anda pernah mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari guru.
10. Anda pernah mendapatkan informasi tentang
keputihan dan pencegahannya dari teman
sebaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DUKUNGAN ORANG TUA (IBU)

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi
tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
1. Ibu pernah memberikan informasi pada
anda tentang keputihan.
2. Ibu pernah memberikan informasi pada
anda cara mencegah keputihan.
3. Ibu menganjurkan untuk mengeringkan
kulit dan area kemaluan dengan handuk
atau tisu atau setelah BAB.
4. Ibu pernah mengajarkan cara mencuci
kemaluan dari depan ke belakang.
5. Ibu menganjurkan Anda untuk mencuci
kemaluan dengan air bersih.
6. Ibu menganjurkan Anda untuk sering
mengganti celana dalam.
7. Ibu menganjurkan Anda untuk
menggunakan celana yang berbahan katun.
8. Ibu melarang anda menggunakan celana
yang ketat.
9. Ibu menganjurkan Anda untuk sering
mengganti panty liner pada saat haid
(menstruasi).
10. Ibu menganjurkan Anda untuk tidak
menaburkan bedak pada daerah kemaluan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi
tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
1. Anda pernah mendapatkan informasi
tentang keputihan dan pencegahannya dari
tenaga kesehatan.
2. Tenaga kesehatan pernah membagikan
leaflet tentang keputihan dan
pencegahannya.
3. Tenaga kesehatan pernah memberikan
informasi tentang perawatan saat
menstruasi untuk mencegah keputihan.
4. Tenaga kesehatan pernah memberikan
informasi tentang penggunaan pembalut
yang tepat saat menstruasi.
5. Tenaga kesehatan pernah memberikan
informasi tentang cara membersihkan area
kemaluan.
6. Tenaga kesehatan pernah menganjurkan
Anda agar tidak menggunakan bedak tabur
pada area kemaluan.
7. Tenaga kesehatan pernah menganjurkan
Anda untuk tetap menjaga kebersihan area
kewanitaan.
8. Tenaga kesehatan pernah menganjurkan
menggunakan celana yang longgar (tidak
ketat).
9. Tenaga kesehatan pernah menganjurkan
untuk sering mengganti celana dalam.
10. Tenaga kesehatan pernah menganjurkan
Anda untuk segera memeriksakan diri jika
mengalami gejala keputihan seperti keluar
cairan yang banyak dan berbau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENCEGAHAN KEPUTIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi
tanda checklist () pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
1. Anda mengeringkan kulit dengan handuk
atau tisu bila berkeringat atau setelah
buang air.
2. Anda membersihkan vagina dari arah
depan (vagina) ke arah belakang (dubur)
3. Anda menggunakan air yang bersih untuk
mencuci alat kelamin setelah BAK dan
BAB.
4. Anda menggunakan celana dalam yang
terbuat dari katun.
5. Anda menghindari menggunakan celana
yang ketat.
6. Anda menghindari menggaruk vagina saat
gatal karena dapat menyebabkan lecet.
7. Saat haid anda menggunakan pembalut
(panty liner) untuk mengurangi
kelembaban.
8. Anda rutin mengganti pembalut >2 kali
dalam sehari.
9. Anda menghindari menggunakan tissu
untuk membersihkan vagina setelah BAK.
10. Anda menghindari menaburkan bedak
pada daerah kewanitaan.
11. Anda menghindari membilas vagina
dengan menggunakan cairan antiseptik.
12. Anda menghindari menggunakan pembalut
yang mengandung parfum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MASTER DATA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA REMAJA MADYA

DI SMA AL ULUM MEDAN

TAHUN 2017

Karakteristik J J
No Pengetahuan K Sikap K Keterpaparan Informasi K Dukungan Keluarga (Ibu) K Dukungan Tenaga Kesehatan Jlh
Responden Jl l l
a Jlh. a a a
Ke 1 h. 1 1 h 1 h 1
Resp Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9
las 0 0 0 . 0 . 0

1 16 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 0 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 36 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

2 16 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6 1 2 3 3 2 2 3 1 2 2 3 23 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1

3 16 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 1 4 4 1 4 3 4 4 4 4 1 33 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 6 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

4 16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1 2 3 2 2 2 3 1 2 2 3 22 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0

5 17 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

6 16 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1 1 2 4 3 2 2 2 3 2 4 25 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0

7 17 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 2 4 3 1 4 2 1 3 2 4 26 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0

8 16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 1 2 2 1 3 3 2 4 2 4 3 26 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0

9 16 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 5 0 1 2 1 2 3 3 3 2 4 2 23 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1

10 16 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 1 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 34 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 4 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

11 16 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4 0 2 3 1 3 2 2 4 3 4 2 26 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1

12 16 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 1 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 34 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

13 17 2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0

14 17 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 2 1 2 4 3 2 3 1 3 3 24 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

15 16 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 0 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 36 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 6 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 5 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

16 16 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5 0 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 31 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0

17 16 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 1 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 32 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 5 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1

18 16 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 2 3 1 3 2 2 3 3 4 2 25 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19 17 2 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6 1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 37 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 4 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0

20 17 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 1 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 32 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 5 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1

21 17 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 0 2 1 2 2 4 2 2 4 2 4 25 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 5 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0

22 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 1 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 34 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 5 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1

23 16 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 2 2 2 2 3 2 3 3 4 24 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1

24 16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 3 2 4 2 3 1 2 2 4 3 26 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 5 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1

25 17 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 0 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 32 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0

26 16 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 1 1 2 3 2 2 2 3 3 3 4 25 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1

27 17 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 1 2 4 1 1 4 2 4 2 2 3 25 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 5 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0

28 17 2 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 0 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

29 17 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 2 3 1 3 2 2 3 3 4 2 25 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

30 17 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 2 2 3 1 3 2 1 3 2 4 23 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 4 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1

31 16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1 4 4 3 4 4 2 1 3 4 4 33 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1

32 16 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 1 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 31 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 6 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0

33 17 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 1 2 2 3 1 3 2 1 3 2 3 22 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 4 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

34 17 2 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 5 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1

35 17 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 32 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 5 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

36 16 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 2 3 2 2 2 3 3 3 4 25 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1

37 18 3 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 26 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0

1
38 17 2 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7 1 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 30 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
0

39 17 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 0 1 2 4 2 2 4 1 2 3 4 25 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1

40 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 2 2 3 2 2 4 1 2 3 4 25 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

41 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 1 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 36 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

42 17 2 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 1 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 24 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 5 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0

43 16 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 1 2 2 4 1 3 2 2 2 3 3 24 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

44 17 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 1 2 2 3 2 3 2 1 3 2 4 24 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45 16 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 0 3 2 4 1 3 2 2 2 3 3 25 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 5 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 5 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1

46 17 2 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 1 2 3 2 2 4 2 2 1 3 3 24 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0

47 16 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 5 0 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 35 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0

48 17 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7 1 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 36 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 3 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 5 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1

49 16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 29 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

50 17 2 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 0 2 3 2 2 4 2 2 1 3 3 24 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0

51 17 2 2 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 35 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

52 17 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 1 2 3 1 3 2 2 3 3 4 2 25 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1

53 16 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 4 3 4 3 1 1 3 4 4 31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

54 16 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 2 3 1 3 2 1 3 2 4 23 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

55 16 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 35 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 5 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1

56 16 1 2 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 5 0 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

57 17 2 2 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 2 3 3 2 2 3 3 4 2 25 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

58 16 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 5 0 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 30 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

59 18 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 1 4 4 3 3 2 4 3 4 1 4 32 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1

60 17 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 0 2 3 2 2 4 2 2 1 3 3 24 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0

61 17 2 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 1 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 35 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1

62 16 1 2 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 0 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 32 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0

1
63 16 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 33 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
0

64 16 1 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1

65 17 2 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4 0 4 4 3 4 4 2 3 2 3 4 33 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 7 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1

66 17 2 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4 0 1 2 4 2 2 4 1 2 3 4 25 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 5 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0

67 17 2 2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 35 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

68 16 1 2 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 0 3 1 3 1 3 2 2 3 3 2 23 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0

69 16 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 1 2 1 3 1 3 2 2 3 3 2 22 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0

70 17 2 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 1 2 3 3 2 4 2 2 2 3 4 27 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 5 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71 17 2 2 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 0 2 2 3 2 2 3 1 2 3 4 24 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1

72 16 1 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 35 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1

73 16 1 2 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 4 4 3 4 4 2 3 2 3 4 33 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1

74 16 1 2 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4 0 2 3 3 2 2 3 1 2 2 3 23 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1

75 17 2 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 4 0 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 25 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

76 16 1 2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 1 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 34 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 5 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0

77 17 2 2 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 4 0 1 2 1 2 3 3 3 2 4 2 23 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1

78 16 1 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 3 3 2 2 3 2 4 1 3 3 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0

79 16 1 2 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 5 0 1 2 4 2 2 4 1 2 3 4 25 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 5 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0

80 17 2 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 1 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 33 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

81 17 2 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 6 1 1 2 3 2 2 4 1 2 3 4 24 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1

82 17 2 2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 33 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1

83 17 2 2 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 5 0 3 4 3 4 1 4 4 4 4 4 35 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1

84 17 2 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 34 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

85 17 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 0 2 2 1 2 3 3 3 2 4 2 24 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0

86 16 1 2 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 6 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0

87 17 2 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 34 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 6 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

88 16 1 2 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 0 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 36 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

89 16 1 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 1 2 4 3 2 2 4 3 2 4 27 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 4 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

90 17 2 2 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 5 0 2 2 3 1 3 2 1 3 2 4 23 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

91 16 1 2 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 5 0 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1

92 17 2 2 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 1 2 2 3 2 2 4 1 2 3 4 25 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0

93 16 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 2 1 3 1 3 2 2 3 3 2 22 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0

94 16 1 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4 0 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 34 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1

95 16 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 0 2 3 2 2 2 3 1 2 2 3 22 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1

96 16 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 0 1 2 3 2 2 2 3 3 3 4 25 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97 16 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 1 4 4 3 3 3 2 2 2 4 3 30 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

98 16 1 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 0 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 36 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0

99 16 1 2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 1 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 37 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1

100 17 2 2 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 0 2 3 3 2 4 3 1 4 2 3 27 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan
:
Ke
las
Umur : : Pengetahuan: Sikap : Keterpaparan Informasi : Dukungan Keluarga (Ibu): Dukungan Tenaga Kesehatan : Kejadian Keputihan :
1 = 16
tahun 1 = kelas X Jawaban : Jawaban : Jawaban : Jawaban : Jawaban : Jawaban :
2 = 17
tahun 2 = Kelas XI 0 = salah Pernyataan Positif : Pernyataan Negatif : 0 = tidak 0 = tidak 0 = tidak 0 = tidak
3 = 18
tahun 1 = benar 4 = Sangat Setuju 1 = Sangat Setuju 1 = ya 1 = ya 1 = ya 1 = ya
3 = Setuju 2 = Setuju
2 = Tidak Setuju 3 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak
Setuju 4 = Sangat Tidak Setuju

Kategori: Kategori: Kategori: Kategori: Kategori: Kategori:


1 = Baik (6-10) 1 = Positif (26-40) 1 = Baik (6-10) 1 = Baik (6-10) 1 = Baik (6-10) 1 = Baik (7-12)
0 = Kurang (0-5) 0 = Negatif (10-25) 0 = Kurang (0-5) 0 = Kurang (0-5) 0 = Kurang (0-5) 0 = Kurang (0-6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OUTPUT SPSS

Tabel Frekuensi

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 16 tahun 52 52.0 52.0 52.0
17 tahun 46 46.0 46.0 98.0
18 tahun 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kelas X 50 50.0 50.0 50.0
Kelas XI 50 50.0 50.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 60 60.0 60.0 60.0
Kurang 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Positif 59 59.0 59.0 59.0
Negatif 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 47 47.0 47.0 47.0

Kurang 53 53.0 53.0 100.0


Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Keluarga (Ibu)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 54 54.0 54.0 54.0
Kurang 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 56 56.0 56.0 56.0
Kurang 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 57 57.0 57.0 57.0
Kurang 43 43.0 43.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OUTPUT SPSS

Tabel Frekuensi Perbutir

Pengetahuan-1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 74 74.0 74.0 74.0
Salah 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 47 47.0 47.0 47.0
Salah 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 58 58.0 58.0 58.0
Salah 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 47 47.0 47.0 47.0
Salah 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 56 56.0 56.0 56.0
Salah 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan-6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 71 71.0 71.0 71.0
Salah 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 72 72.0 72.0 72.0
Salah 28 28.0 28.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 63 63.0 63.0 63.0
Salah 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 70 70.0 70.0 70.0
Salah 30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan-10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Benar 68 68.0 68.0 68.0
Salah 32 32.0 32.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap-1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 44 44.0 44.0 44.0
Setuju 11 11.0 11.0 55.0
Tidak Setuju 32 32.0 32.0 87.0
Sangat Tidak Setuju 13 13.0 13.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 43 43.0 43.0 43.0
Setuju 25 25.0 25.0 68.0
Tidak Setuju 27 27.0 27.0 95.0
Sangat Tidak Setuju 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 26 26.0 26.0 26.0
Setuju 52 52.0 52.0 78.0
Tidak Setuju 12 12.0 12.0 90.0
Sangat Tidak Setuju 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 34 34.0 34.0 34.0
Setuju 24 24.0 24.0 58.0
Tidak Setuju 31 31.0 31.0 89.0
Sangat Tidak Setuju 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap-5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 28 28.0 28.0 28.0
Tidak Setuju 42 42.0 42.0 70.0
Setuju 29 29.0 29.0 99.0
Sangat Setuju 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 20 20.0 20.0 20.0
Tidak Setuju 40 40.0 40.0 60.0
Setuju 38 38.0 38.0 98.0
Sangat Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 15 15.0 15.0 15.0
Tidak Setuju 46 46.0 46.0 61.0
Setuju 19 19.0 19.0 80.0
Sangat Setuju 20 20.0 20.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 18 18.0 18.0 18.0
Tidak Setuju 50 50.0 50.0 68.0
Setuju 26 26.0 26.0 94.0
Sangat Setuju 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap-9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 30 30.0 30.0 30.0
Setuju 43 43.0 43.0 73.0
Tidak Setuju 25 25.0 25.0 98.0
Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap-10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Setuju 51 51.0 51.0 51.0
Setuju 36 36.0 36.0 87.0
Tidak Setuju 11 11.0 11.0 98.0
Sangat Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 64 64.0 64.0 64.0
Tidak 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 64 64.0 64.0 64.0
Tidak 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 60 60.0 60.0 60.0
Tidak 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepaparan Informasi-4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 59 59.0 59.0 59.0
Tidak 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 55 55.0 55.0 55.0
Tidak 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 61 61.0 61.0 61.0
Tidak 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 56 56.0 56.0 56.0
Tidak 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 59 59.0 59.0 59.0
Tidak 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kepaparan Informasi-9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 54 54.0 54.0 54.0
Tidak 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepaparan Informasi-10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 59 59.0 59.0 59.0
Tidak 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 63 63.0 63.0 63.0
Tidak 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 64 64.0 64.0 64.0
Tidak 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 57 57.0 57.0 57.0
Tidak 43 43.0 43.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 56 56.0 56.0 56.0
Tidak 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Orangtua (Ibu)-6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 65 65.0 65.0 65.0
Tidak 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 64 64.0 64.0 64.0
Tidak 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Orangtua (Ibu)-10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 65 65.0 65.0 65.0
Tidak 35 35.0 35.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 54 54.0 54.0 54.0
Tidak 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Tenaga Kesehatan-2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 71 71.0 71.0 71.0
Tidak 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 45 45.0 45.0 45.0
Tidak 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 74 74.0 74.0 74.0
Tidak 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 70 70.0 70.0 70.0
Tidak 30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 72 72.0 72.0 72.0
Tidak 28 28.0 28.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Tenaga Kesehatan-8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 53 53.0 53.0 53.0
Tidak 47 47.0 47.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 55 55.0 55.0 55.0
Tidak 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Tenaga Kesehatan-10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 62 62.0 62.0 62.0
Tidak 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 51 51.0 51.0 51.0
Tidak 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pencegahan Keputihan-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 61 61.0 61.0 61.0
Tidak 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 60 60.0 60.0 60.0
Tidak 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 62 62.0 62.0 62.0
Tidak 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 55 55.0 55.0 55.0
Tidak 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 60 60.0 60.0 60.0
Tidak 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 61 61.0 61.0 61.0
Tidak 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pencegahan Keputihan-9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 61 61.0 61.0 61.0
Tidak 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 58 58.0 58.0 58.0
Tidak 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 58 58.0 58.0 58.0
Tidak 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pencegahan Keputihan-12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 66 66.0 66.0 66.0
Tidak 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Silang

Pengetahuan * Pencegahan Keputihan

Crosstab

Pencegahan Keputihan

Kurang Baik Total


Pengetahuan Kurang Count 26 14 40
Expected Count 17.2 22.8 40.0
% within Pengetahuan 65.0% 35.0% 100.0%
% of Total 26.0% 14.0% 40.0%
Baik Count 17 43 60
Expected Count 25.8 34.2 60.0
% within Pengetahuan 28.3% 71.7% 100.0%
% of Total 17.0% 43.0% 60.0%
Total Count 43 57 100
Expected Count 43.0 57.0 100.0
% within Pengetahuan 43.0% 57.0% 100.0%
% of Total 43.0% 57.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.165a 1 .000
b
Continuity Correction 11.711 1 .001
Likelihood Ratio 13.338 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.033 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pengetahuan (Kurang / Baik) 4.697 1.990 11.087
For cohort Pencegahan Keputihan = Kurang 2.294 1.445 3.642
For cohort Pencegahan Keputihan = Baik .488 .311 .767
N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap * Pencegahan Keputihan

Crosstab

Pencegahan Keputihan

Kurang Baik Total


Sikap Negatif Count 23 18 41
Expected Count 17.6 23.4 41.0
% within Sikap 56.1% 43.9% 100.0%
% of Total 23.0% 18.0% 41.0%
Positif Count 20 39 59
Expected Count 25.4 33.6 59.0
% within Sikap 33.9% 66.1% 100.0%
% of Total 20.0% 39.0% 59.0%
Total Count 43 57 100
Expected Count 43.0 57.0 100.0
% within Sikap 43.0% 57.0% 100.0%
% of Total 43.0% 57.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.864a 1 .027
b
Continuity Correction 4.000 1 .045
Likelihood Ratio 4.874 1 .027
Fisher's Exact Test .040 .023
Linear-by-Linear Association 4.815 1 .028
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.63.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Sikap (Negatif / Positif) 2.492 1.098 5.653
For cohort Pencegahan Keputihan = Kurang 1.655 1.058 2.589
For cohort Pencegahan Keputihan = Baik .664 .449 .982
N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepaparan Informasi * Pencegahan Keputihan

Crosstab

Pencegahan Keputihan

Kurang Baik Total


Kepaparan Kurang Count 31 22 53
Informasi
Expected Count 22.8 30.2 53.0
% within Kepaparan Informasi 58.5% 41.5% 100.0%
% of Total 31.0% 22.0% 53.0%
Baik Count 12 35 47
Expected Count 20.2 26.8 47.0
% within Kepaparan Informasi 25.5% 74.5% 100.0%
% of Total 12.0% 35.0% 47.0%
Total Count 43 57 100
Expected Count 43.0 57.0 100.0
% within Kepaparan Informasi 43.0% 57.0% 100.0%
% of Total 43.0% 57.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.040a 1 .001
b
Continuity Correction 9.736 1 .002
Likelihood Ratio 11.323 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 10.930 1 .001
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.21.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kepaparan Informasi (Kurang / Baik) 4.110 1.751 9.649
For cohort Pencegahan Keputihan = Kurang 2.291 1.337 3.925
For cohort Pencegahan Keputihan = Baik .557 .389 .800
N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Keluarga (Ibu) * Pencegahan Keputihan

Crosstab

Pencegahan Keputihan

Kurang Baik Total


Dukungan Keluarga Kurang Count 27 19 46
(Ibu)
Expected Count 19.8 26.2 46.0
% within Dukungan 58.7% 41.3% 100.0%
Keluarga (Ibu)
% of Total 27.0% 19.0% 46.0%
Baik Count 16 38 54
Expected Count 23.2 30.8 54.0
% within Dukungan 29.6% 70.4% 100.0%
Keluarga (Ibu)
% of Total 16.0% 38.0% 54.0%
Total Count 43 57 100
Expected Count 43.0 57.0 100.0
% within Dukungan 43.0% 57.0% 100.0%
Keluarga (Ibu)
% of Total 43.0% 57.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.562a 1 .003
b
Continuity Correction 7.417 1 .006
Likelihood Ratio 8.661 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear Association 8.476 1 .004
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.78.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Dukungan Keluarga (Ibu) (Kurang / Baik) 3.375 1.475 7.725
For cohort Pencegahan Keputihan = Kurang 1.981 1.229 3.192
For cohort Pencegahan Keputihan = Baik .587 .399 .863
N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dukungan Tenaga Kesehatan * Pencegahan Keputihan

Crosstab

Pencegahan Keputihan

Kurang Baik Total


Dukungan Tenaga Kurang Count 24 20 44
Kesehatan
Expected Count 18.9 25.1 44.0
% within Dukungan Tenaga 54.5% 45.5% 100.0%
Kesehatan
% of Total 24.0% 20.0% 44.0%
Baik Count 19 37 56
Expected Count 24.1 31.9 56.0
% within Dukungan Tenaga 33.9% 66.1% 100.0%
Kesehatan
% of Total 19.0% 37.0% 56.0%
Total Count 43 57 100
Expected Count 43.0 57.0 100.0
% within Dukungan Tenaga 43.0% 57.0% 100.0%
Kesehatan
% of Total 43.0% 57.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.273a 1 .039
b
Continuity Correction 3.473 1 .062
Likelihood Ratio 4.287 1 .038
Fisher's Exact Test .044 .031
Linear-by-Linear Association 4.230 1 .040
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.92.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Dukungan Tenaga Kesehatan (Kurang / Baik) 2.337 1.038 5.260
For cohort Pencegahan Keputihan = Kurang 1.608 1.021 2.532
For cohort Pencegahan Keputihan = Baik .688 .473 1.000
N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 100 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 100 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 100 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


Kurang 0
Baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Predicted

Pencegahan Keputihan

Observed Kurang Baik Percentage Correct


Step 0 Pencegahan Keputihan Kurang 0 43 .0
Baik 0 57 100.0
Overall Percentage 57.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .282 .202 1.947 1 .163 1.326

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables tahu 13.165 1 .000
sikap 4.864 1 .027
info 11.040 1 .001
dukung_ortu 8.562 1 .003
dukung_tenagasehat 4.273 1 .039
Overall Statistics 32.842 5 .000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 13.338 1 .000
Block 13.338 1 .000
Model 13.338 1 .000
Step 2 Step 12.247 1 .000
Block 25.585 2 .000
Model 25.585 2 .000
Step 3 Step 10.514 1 .001
Block 36.099 3 .000
Model 36.099 3 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 123.325 .125 .168
2 111.078b .226 .303
3 100.564c .303 .407
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than
.001.
b. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001.
c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
.001.

Classification Tablea

Predicted
Pencegahan Keputihan
Kurang Baik Percentage Correct
Step 1 Pencegahan Keputihan Kurang 26 17 60.5
Baik 14 43 75.4
Overall Percentage 69.0
Step 2 Pencegahan Keputihan Kurang 18 25 41.9
Baik 4 53 93.0
Overall Percentage 71.0
Step 3 Pencegahan Keputihan Kurang 30 13 69.8
Baik 12 45 78.9
Overall Percentage 75.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Classification Tablea

Predicted
Pencegahan Keputihan
Kurang Baik Percentage Correct
Step 1 Pencegahan Keputihan Kurang 26 17 60.5
Baik 14 43 75.4
Overall Percentage 69.0
Step 2 Pencegahan Keputihan Kurang 18 25 41.9
Baik 4 53 93.0
Overall Percentage 71.0
Step 3 Pencegahan Keputihan Kurang 30 13 69.8
Baik 12 45 78.9
Overall Percentage 75.0
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 tahu 1.547 .438 12.467 1 .000 4.697 1.990 11.087
Constant -.619 .331 3.487 1 .062 .538
Step 2b tahu 1.730 .485 12.709 1 .000 5.640 2.179 14.600
info 1.606 .486 10.903 1 .001 4.985 1.921 12.934
Constant -1.435 .450 10.154 1 .001 .238
c
Step 3 tahu 2.070 .548 14.253 1 .000 7.926 2.706 23.218
info 1.601 .511 9.817 1 .002 4.960 1.821 13.506
dukung_ortu 1.605 .525 9.335 1 .002 4.979 1.778 13.944
Constant -2.495 .633 15.526 1 .000 .083
a. Variable(s) entered on step 1: tahu.
b. Variable(s) entered on step 2: info.
c. Variable(s) entered on step 3: dukung_ortu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Model if Term Removeda
Model Log Change in -2 Log
Variable Likelihood Likelihood df Sig. of the Change
Step 1 tahu -68.334 13.344 1 .000
Step 2 tahu -62.863 14.648 1 .000
info -61.840 12.601 1 .000
Step 3 tahu -59.306 18.047 1 .000
info -55.891 11.218 1 .001
dukung_ortu -55.712 10.860 1 .001
a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 1 Variables sikap 3.826 1 .050
info 11.837 1 .001
dukung_ortu 11.356 1 .001
dukung_tenagasehat 2.854 1 .091
Overall Statistics 22.433 4 .000
Step 2 Variables sikap 1.724 1 .189
dukung_ortu 10.205 1 .001
dukung_tenagasehat 2.283 1 .131
Overall Statistics 13.021 3 .005
Step 3 Variables sikap 1.516 1 .218
dukung_tenagasehat 1.827 1 .177
Overall Statistics 3.100 2 .212

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai