Oleh :
DEWA GEDE ARI ANANTHA
NIM.P07133218010
Oleh :
DEWA GEDE ARI ANANTHA
NIM.P07133218010
i
LEMBAR PERSETUJUAN
OLEH
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
ii
HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR
BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022
OLEH
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P07133218010
1. Skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih
Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II
Gianyar Tahun 2022 adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya
orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini bukan karya saya sendiri atau
plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2020 dan ketentuan perundangan-
undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
iv
RELATIONSHIP OF RISK LEVEL OF FAMILY WC AND CLEAN
WATER WITH STUNTING EVENTS IN THE WORK AREA OF UPTD
PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
YEAR 2022
Abstract
Stunting is a stunting toddler's length or height less than age, i.e. <-3 SD to <-2
SD where if the toddler is at less than minus three standard deviations to less than
drinking two standard deviations, it can be said that the toddler is experiencing
stunting. The purpose of this study was to determine the relationship between the
level of risk of family latrines and clean water with the incidence of stunting in the
working area of the UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar. This research uses
case control method with quota sampling method technique. the risk level for family
latrines showed a risk level of 18 samples (30.0%) with a low risk level, 41 samples
(63.3%) with a moderate risk level and 1 sample (1.7%) with a high risk level. the
risk level of clean water shows a risk level of 38 samples (63.3%) with a low risk
level, 22 samples (36.7%) with a moderate risk level and 0 samples (0%) with a
high risk level. The results of the data with = 0.05 which stated that there was a
relationship between the level of risk of family latrines and clean water with the
incidence of stunting with a moderate level of relationship with a result of 0.408 for
family latrines and a low level of relationship with a result of 0.383 for clean water.
between the level of risk of family latrines and clean water with the incidence of
stunting in the UPTD area of the Blahbatuh II Health Center Gianyar.
v
HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR
BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022
Abstrak
Stunting merupakan Panjang atau tinggi badan balita stunting kurang jika
dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd <-2 SD yang dimana jika balita berada
pada kurang dari minus tiga standar deviasi sampai dengan kurang dari minum dua
standar deviasi maka dapat dikatakan bahwa balita tersebut mengalami stunting.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan tingkat risiko jamban
keluarga dan air bersih dengan kejadian stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Blahbatuh II Gianyar. Penelitian ini menggunakan metode case control dengan
teknik metode quota sampling. tingkat risiko jamban keluarga menunjukkan tingkat
risiko sebanyak 18 sampel (30.0%) dengan tingkat risiko rendah, 41sampel (63,3%)
dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%) dengan tingkat risiko tinggi.
tingkat risiko air bersih menunjukkan tingkat risiko sebanyak 38 sampel ( 63.3%)
dengan tingkat risiko rendah, 22 sampel (36.7%) dengan tingkat risiko sedang dan
0 sampel (0%) dengan tingkat risiko tinggi. Hasil data dengan α=0,05 yang
dinyatakan adanya hubungan antara tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih
dengan kejadian stunting dengan tingkat hubungan sedang dengan hasil 0,408
untuk jamban keluarga dan tingkat hubungan rendah dengan hasil 0,383 untuk air
bersih simpulan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara tingkat risiko
jamban keluarga dan air bersih dengan kejadian stunting di wilayah UPTD
Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.
Kata kunci: tingkat risiko, jamban, air, stunting.
vi
RINGKASAN PENELITIAN
balita. stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd <-2 SD
yang dimana jika balita berada pada kurang dari minus tiga standar deviasi sampai
dengan kurang dari minum dua standar deviasi maka dapat dikatakan bahwa balita
dan hambatan dalam perkembangan fisik dan fungsi kognitif dan berdampak pada
terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas dan diabetes melitus pada
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi
negara
Terjadinya stunting pada balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain melalui faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian asupan makanan yang
kurang memadai, pemberian ASI (Air Susu Ibu), penyakit infeksi dan faktor
terjadinya stunting. Kondisi sanitasi dasar lingkungan (air minum, air bersih,
vii
diantaranya diare dan kecacingan pada balita. Penyakit infeksi menyebabkan
terjadinya gangguan absorbsi zat-zat saat proses pencernaan. Akibatnya yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan bila kondisi
seperti ini berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang
balita stunting
Keluarga dan Air Bersih Dengan Kejadian Stunting di wilayah UPTD Puskesmas
Sampel penelitian ini adalah total populasi sebanyak 60 orang yang berumur
0-5 tahun (0-60 bulan), dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan
pembagian balita stuning sebanyak 30 orang dan balita sehat sebanyak 30 orang,
keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban keluarga pada balita tidak
stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41 sampel (63.4%) dengan jamban
keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan jamban keluarga pada balita tidak
stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 1 sampel (1.7%) dengan jamban
keluarga pada balita stunting, 0% dengan jamban keluarga pada balita tidak
stunting.
viii
Berdasarkan hasil penelitian hubungan tingkat risiko air bersih dengan
kejadian stunting menunjukkan hasil distribusi bahwa tingkat risiko air bersih
dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel (34.2%) dengan air bersih pada balita
stunting, 65.7 % dengan air bersih pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko
sedang sebanyak 22 sampel (77.2%) dengan air bersih pada balita stunting, 22.7
dengan air bersih pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0
sampel (0%) dengan air bersih pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada
Coeffient) yaitu 0,383. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang rendah antara
variable tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting pada balita dan
0,383. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang rendah antara variable tingkat
Adanya hubungan antara tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih
aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi syarat. Sanitasi dasar terdiri
atas tingkat risiko jamban keluarga dan tingkat risiko air bersih.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan
judul “Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih Dengan
dapat disusun sesuai dengan harapan. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
x
Karena keterbatasan yang penulis miliki maka penulis menyadari
sepenuhnya dalam usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon kritik
dan saran yang bersifat menunjang untuk perbaikan dalam penulisan skripsi ini dari
Bapak/Ibu dosen.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………....ii
LEMBAR PENGESAHAN..………………………………………...…………...iii
ABSTRACT………………………………….……………………………………v
ABSTRAK…………………………………...…………………………………...vi
RINGKASAN PENELITIAN………………………………………………...….vii
DAFTAR GAMBAR...………………………………………………………….xiv
DAFTAR TABEL……...………………………………………………………...xv
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………..xvi
BAB I. PENDAHULUAN
C. Stunting ...........................................................................................................16
xii
BAB III. KERANGKA KONSEP
C. Hipotesis .........................................................................................................25
A. Jenis Penelitian................................................................................................26
B. Alur Penelitian……………………………………………………………....26
G. Etika Penelitian……………………………………………………………...34
A. Hasil Penelitian………………………………………………………..……35
B. Analisis Bivariat….…………………………………………………………43
C. Pembahsan………………………………………………………………….46
A. KESIMPULAN…………………………………………………………..…53
B. SARAN……………………………………………………………………...54
LAMPIRAN ...........................................................................................................57
xiii
Daftar Gambar
Gambar Halaman
2. Kerangka Konsep………………………………………………………22
4. Alur Penelitian…………………………………………………………27
xiv
Daftar Tabel
Tabel Halaman
1. Definisi operasional…...………………………………………………...24
2. Umur Responden………………………………………………………....36
3. Pekerjaan responden……………………………………………………...37
5. Umur balita……………………………………………………………….39
xv
DAFTAR SINGKATAN
CC : Contingency Coeffient
SD : Standar Deviasi
RI : Republik Indonesia
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran
6. Formulir Kuisioner
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
badan balita. stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd
<-2 SD yang dimana jika balita berada pada kurang dari minus tiga standar
deviasi sampai dengan kurang dari minum dua standar deviasi maka dapat
antara lain melalui faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian asupan
makanan yang kurang memadai, pemberian ASI (Air Susu Ibu), penyakit
(air minum, air bersih, penggunaan jamban, saluran pembuangan air limbah,
1
pencernaan. Akibatnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah
berat badan bayi menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung dalam
waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses
diketahui prevalensi balita stunting di Bali adalah sebesar 6,1%. hasil data
(171 orang), Ubud I 2,5% (54 orang). UBUD II 3,7% (58 orang). Tegallalang
I 5,6% (79 orang). Tegalalang II 6,7% (92 orang). Tampaksiring I 4,3 (60
Blahbatuh II 10,1% (232 orang). Gianyar I 2,7% (87 orang). Gianyar II 1,0%
Dampak dari stunting ini adalah tidak hanya fisik yang lebih pendek
tetapi juga pada fungsi kognitifnya. Besarnya dampak yang ditimbulkan dan
ini tentang hubungan tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih dengan
2
B. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Gianyar
2. Tujuan khusus
Blahbatuh II Gianyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
3
2. Maanfaat teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan juga dapat
dan air bersih dengan kejadian stunting dan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan sebagai tempat buang air besar, berbagai jenis jamban yang
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontak antara
manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat di hinggapi serangga, serta
binatang lainnya, mencegah kontaminasi kebadan air, mencegah bau yang tidak
sedap, konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan
(Lamentira, 2020).
disebut kakus/wc. Sehingga kotoran tersebut akan tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebaran penyakit dan mengotori
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu
estetika.
5
2. Jenis – jenis jamban
a. Jamban cemplung
ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat
jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat
juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih
b. Jamban plengsengan
tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan,
tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan
c. Jamban bor
dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang
disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini
tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan
6
d. Angsatrine (Water Seal Latrine)
alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian
kotoran.
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula
terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan
memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian
Jamban yang sehat adalah salah satu akses sanitasi yang layak. Akses
sanitasi yang layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar
adalah milik sendiri atau milik bersama, kemudian kloset yang digunakan
adalah jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan
7
a. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan
tersebut.
c. Air seni, air pembersih yang digunakan untuk menyiram tinja tidak
d. Jamban mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk itu harus dibuat
h. Tersedianya air, sabun dan alat pembersih. Tujuanya agar jamban tetap
jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh
kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah, lapisan tanah yang
berbatu dan berpasir, pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih
8
c. Faktor meteriologi : di daerah yang curah hujannya tinggi jarak sumur
antara lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada
tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab
dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat
4. Pemeliharaan jamban
Tinja manusia merupakan buangan padat yang kotor dan bau juga
9
penyakit misalnya: bakteri Salmonella, vibriokolera, amuba virus, cacing,
macam jalan atau cara. Hal ini dapt dilihat dari gambar berikut:
Mati
Air
Tangan
Penjamu
Makanan
Tinja (host)
Minuman
sayur dll
Lalat
Sakit
Tanah
Gambar 1
Mata Rantai Penularan Penyakit Dari Tinja
tinja (kolera, disentri, typus, dll), efek tak langsung biasanya berhubungan
lingkungan
10
B. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air bersih adalah
Persyaratan tersebut adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologi sehingga apabila dikonsumsi tidak
a. Air permukaan
3) Air danau (berasal dari air hujan, mata air dan sungai)
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi.
11
b. Air tanah
tanah, sumber air yang utama untuk sumber air minum, kebanyakan air
tanah ini menjadi masalah utama, air tanah adalah air yang keluar dengan
sendirinya kepermukaan. Mata air yang bersumber dari tanah dalam tidak
dipengaruhi dan kualitas dan kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam
tanah. Air tanah yang berada di dalam tanah harus digali atau di bor untuk
tanah yang berasal dari air hujan yang melalui proses infiltrasi secara
langsung atau tidak langsung dari air sungai danau rawa dan genangan air
lainnya.
c. Air hujan
Sebagian lainnya akan tertahan pada tumbuhan dan matahari akan diuapkan
kembali ke atmosfer. Air hujan yang sampai di bumi akan mengisi cekungan
bumi.
d. Mata air
Mata air adalah air tanah yang dapat mencapai permukaan tanah
12
bersumber dari deposit air tanah yang bebas dari bakteri patogen bila cara
khusus, dan banyak mengandung mineral , pada pengelolaan mata air yang
a. Syarat kuantitatif
dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat
akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada
b. Syarat kualitatif
1) Syarat fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
karena pertimbangan estetika. Rasa asin, manis, pahit, asam dan sebagainya
tidak boleh terdapat dalam air bersih untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat
13
pada air adalah bau busuk, amis, dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya
2) Syarat kimia
yang melampaui batas. Secara kimia, air bersih tidak boleh terdapat zat-zat
yang beracun, tidak boleh ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, tidak mengandung zat - zat yang melebihi kadar tertentu sehingga
menimbulkan gangguan teknis, dan tidak boleh mengandung zat kimia tertentu
3) Syarat bakteriologis
bakteri patogen dijumpai pada air minum maka akan menganggu kesehatan atau
timbul penyakit.
c. Syarat kontuinitas
kualitas dan kuantitas saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung.
Dimana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun dimusim kemarau
selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi
air adalah agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terpenuhi
secara terus- menerus walaupun dimusim kemarau. Salah satu cara agar menjaga
kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air
(Reservoir) untuk menyimpan air sebagai persediaan air pada musim kemarau
(Lamentira, 2020).
14
4. Penyakit yang dapat di tularkan melalui air
kelompok ini serupa dengan yang terdapat dalam water borne disease yaitu
2) Penyakit kulit dan selaput lendir. Penyakit yang termasuk golongan ini
antara kain penyakit infeksi fungsi pada kulit. Berjangkitnya penyakit ini
perorangan.
15
dalam air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Curcuma
dan dapat menembus kaki 37 manusia yang berada di dalam air tersebut. Air
fever, dan lain sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang
seperti gentongan air, pot, kaleng-kaleng bekas dan sebagainya sebagai tempat
perindukannya.
C. Stunting
1. Pengertian stunting
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi di ukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
pada bayi. Balita stunting di masa yang akan dating akan mengalami kesulitan
RI, 2018)
rendah atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan
16
anak-anak lain seusianya. Stanting ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan masalah gizi kronis
jangka panjang untuk untuk gizi kurang pada anak. (Novitasari, 2020)
anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama
kehidupan. Anak stunting cenderung memiliki Panjang atau tinggi badan balita
stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu kurang dari minus dua
Pada masa ini merupakan proses terjadinya stanting pada anak dan peluang
2020)
Terdapat enam faktor dari ibu, yaitu gizi buruk selama masa
hipertensi pada ibu Tinggi badan ibu menjadi penentu pertumbuhan janin di
17
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
perkembangan.
ditransmisikan secara lintas generasi melalui ibu karena ukuran badan ibu
pada bayi. Yang dimana Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah dari
seorang ibu akan meningkatkan kejadian stunting sekitar 20%. Hal ini terjadi
karena bayi dengan berat lahir rendah mempunyai cadangan nutrisi yang
rendah terkait dengan pertumbuhan seperti vitamin A, seng, dan zat besi.
Sehingga bayi dengan berat lahir rendah bergantung pada ASI untuk
18
ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang
Anak-anak yang tidak disusui memiliki risiko sering terkena penyakit dan
d. Faktor lingkungan
dapat ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan
bila kondisi seperti ini berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada
tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ
19
dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang,
(Artika, 2017)
tekanan.
5cm/tahun decimal
4. Pencegahan stunting
et al., 2018):
20
a. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus
mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat
besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil
untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus
b. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi
1) Hepatitis B
3) Tubercolosis (BCG)
4) Difteri (DPT)
5) Pertusis (DPT)
6) Tetanus (DPT)
8) Campak
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Pemberian asupan
makanan yang kurang
memadai
Air Bersih
Jamban Keluarga
Keterangan :
= Tidak Diteliti
= Diteliti
Gambar 2
Kerangka Konsep
jamban keluarga dan air bersih didalam kehidupan sehari hari. kurangnya
22
penyediaan jamban dan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat secara tidak
1. Variabel penelitian
Bersih
Variabel Penganggu
1. Keluarga dan Rumah Tangga
2. Pemberian Asupan Makanan Yang Kurang
Memadai
3. Pemberian ASI
4. Penyakit Infeksi
Gambar 3.
23
2. Definisi operasional
Tabel 1
Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Pengukuran
24
C. Hipotesis Penelitian
2. Ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian Stunting di wilayah
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dalam penelitian ini adalah balita dibawah umur 5 tahun yang terkena stunting
sebagai kontrol adalah balita dibawah umur 5 tahun yang dalam keadaan sehat
Saryono, 2013).
B. Alur penelitian
4. Mengurus surat ijin yang diperlukan saat pengambilan data yang diserahkan
kepada responden.
26
8. Penyusunan hasil laporan skripsi penelitian yang telah dilaksanakan.
Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Kepustakaan
Tujuan Penelitian
Ijin Penelitian
Kuisioner
Pengumpulan Data
Observasi
Evaluasi Tindakan
Gambar 4.
Alur Penelitian
27
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan yaitu dari Maret s/d
April 2022.
2. Tempat penelitian
1. Populasi penelitian
dari balita yang berumur 0-59 bulan yang berada di Wilayah UPTD Puskesmas
pada kelompok kasus dalam penelitian ini sebanyak 30 balita yang di diagnose
stunting yang dilihat pada buku KMS/KIA dan pada kelompok control
sebanyak 30 balita yang dalam keadaan sehat dengan kriteria sebagai berikut :
menjadi responden.
28
d. Terdaftar menjadi anggota di posyandu di Wilayah UPTD Puskesmas
2. Sampel penelitian
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Jenis teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu sampel tidak acak atau non probability sampling.
orang itu balita stunting sebanyak 30 orang dan balita normal 30 orang.
29
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer
a. Data primer
1) Data identitas responden yaitu nama, umur, pekerjaan orang tua, alamat,
nomor handphone.
2) Data mengenai tingkat risiko jamban yang dimiliki oleh responden dan
lubang resapan septic tank dengan sumur atau sumber air, lantai kedap
udara pada jamban, tersedia air, sabun, alat pembersih pada jamban,
3) Data mengenai tingkat risiko air bersih yang dimiliki oleh responden
penyimpanan air minum, jarak antara sumber air dengan septik tank.)
30
4) Data mengenai keadaan balita menderita stunting yang di lihat pada buku
b. Data sekunder
1) Data identitas responden yaitu nama, umur, pekerjaan orang tua, alamat,
balita.
tangga
3) Data identifikasi mengenai sarana air bersih keluarga. Data ini diperoleh
31
3. Instrument pengumpulan data
1. Pengolahan data
a. Editing.
b. Entry data
c. Cleaning
entry data yang tidak diperlukan dan merapikan semua proses pengolahan
data.
d. Coding
32
e. Tabulating
dalam tabel.
2. Analisis data
dan air bersih terhadap kejadian stunting, dilakukan dengan analisis statistic
untuk mengetahui hubungan variable yang akan diuji. Adapun variabel yang
akan diuji adalah tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih terhadap
untuk menentukan ada tidaknya suatu hubungan dengan melakukan uji Chi-
Squere yang disajikan dalam bentuk table silang dengan rumus sebagai
bderikut :
(𝑓0−𝑓𝑒)2
X2 = ∑ 𝐹𝑒
Keterangan
X2 : nilai Chi-kuadrat
33
G. Etika Penelitian
budaya dan menjamin kerahasiaan sebagai subyek peneliti. Untuk itu peneliti
2. Benificence
34
BAB V
A. Hasil Penelitian
Luas wilayah 20,05 km2 berada pada ketinggian ± 300 m dari permukaan laut
dan terdiri dari 4 desa serta 38 dusun dengan jumlah posyandu sebanyak 39
unit posyandu
desa Saba, desa Bedulu, desa Blahbatuh, dan desa Buruan. Dengan Jumlah
38.292 (100%) dan kepemilikan saranan air bersih sebanyak 38.292 (100%)
35
2. Identitas responden
a. Umur responden
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
20 – 30 23 38.3
31 – 40 33 55.0
41 – 50 2 3.3
51 – 60 1 1.7
61 – 70 1 1.7
Total 60 100%
36
b. Pekerjaan responden
berdasarkan jenis pekerjaan resonden dapat dilihat pada table 3 bahwa dari 60
pedagang, 3.3% buruh, 1.7% honorer, 10.0% ibu rumah tangga, 1.7% petani.
berikut:
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Wiraswasta 46 76.6
Pedagang 4 6.7
Buruh 2 3.3
Honorer 1 1.7
Ibu rumah tangga 6 10.0
Petani 1 1.7
Total 60 100%
37
3. Identitas Sampel
berdasarkan jenis kelamin sampel dapat dilihat pada table 4 bahwa dari 60
sampel sebanyak 43,3 % sampel dengan jenis kelamin laki-laki dan 56.7%
sampel yang dengan jenis kelamin perempuan. Distribusi sampel dengan jenis
Tabel 4
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Sampel
Total 60 100%
38
b. Umur Balita
berdasarkan umur balita dapat dilihat pada table 5 bahwa dari 60 Balita
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Balita
1 – 12 6 10.0
13 – 24 11 18.3
25 – 36 25 41.7
37 – 48 6 10.0
49 – 60 12 20.0
Total 60 100%
39
4. Tingkat Risiko Jamban Keluarga
keluarga berdasarkan tingkat risiko jamban keluarga dapat dilihat pada table 6
rendah, 41sampel (63,3%) dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%)
risiko tingkat risiko jamban keluarga dapat dilihat pada table 6 sebagai berikut:
Tabel 6
Distribusi Jamban Keluarga Berdasarkan Tingkat Risiko Jamban Keluarga
Total 60 100%
40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%) dengan tingkat risiko tinggi.
jamban sehat. Dari hasil observasi ditemukan beberapa jamban keluarga tidak
memenuhi syarat daripada jamban sehat yaitu dengan bangunan jamban jarang
ada lubang pada dinding jamban sehingga dapat dikatakan jamban tersebut
41
5. Air Bersih
bersih berdasarkan tingkat risiko air bersih dapat dilihat pada table 7 bahwa dari
sampel (36.7%) dengan tingkat risiko sedang dan 0 sampel (0%) dengan tingkat
risiko tinggi. Distribusi sarana air bersih berdasarkan tingkat risiko sarana air
Tabel 7
Distribusi Air Bersih Berdasarkan Tingkat Risiko Air Bersih
Total 60 100%
42
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
dengan tingkat risiko sedang dan 0 sampel (0%) dengan tingkat risiko tinggi.
Hal ini menunjukkan masih rendahnya penerapkan dari pada persyaratan air
bersih. Dari hasil observasi ditemukan beberapa sarana air bersih tidak
memenuhi daripada persyaratan air bersih yaitu dengan air yang digunakan
tidak memenuhi persyaratan kualitas fisik air yaitu tidak berwarna sehingga
dapat dikatakan sarana air bersih tersebut tidak memenuhi persyaratan air
bersih.
B. Analisis Bivariat
Stunting
kejadian stunting dapat dilihat pada table 8 menunjukkan hasil distribusi bahwa
(16.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban
keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41
sampel (63.5%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan
jamban keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak
43
Table 8
Distribusi Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dengan Kejadian Stunting
Tingkat
Risiko
Rendah 3 16.7 15 83.3 18 100
Tingkat
Risiko
Sedang 26 63.5 15 36.5 41 100 0.003 0,408
Tingkat
Risiko
Tinggi 1 100 0 0 1 100
Total 30 50 30 50 60 100
p<0,05
Untuk menjawab hipotesis apakah ada hubungan antara tingkat risiko jamban
Gianyar, untuk mendapat hasil dari kedua variable tersebut digunakan uji Chi-
Square. Uji ini digunakan karena kedua variable ini adalah skala ordinal.
statistic dengan α=0,05. Setelah dilakukan uji didapatkan hasil p<0,05. Ini
44
2. Hubungan Tingkat Risiko Air Bersih Dengan Kejadian Stunting
bahwa tingkat risiko air bersih dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel
(34.3%) dengan air bersih pada balita stunting, 65.7 % dengan air bersih pada
balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 22 sampel (77.3%)
dengan air bersih pada balita stunting, 22.7 dengan air bersih pada balita tidak
stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0 sampel (0%) dengan air bersih
pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada balita tidak stunting.
Table 9
Distribusi Tingkat Risiko Air Bersih Dengan Kejadian Stunting
F % F % F %
Tingkat
Risiko
Rendah 13 34.3 25 65.7 38 100
Tingkat
risiko
sedang 17 77.3 5 22.7 22 100 0.001 0,383
Tingkat
Risiko
Tinggi 0 0 0 0 0 0
Total 30 50 30 50 60 100
p<0,05
45
Untuk menjawab hipotesis apakah ada hubungan tingkat risiko sarana air
Gianyar, untuk mendapat hasil dari kedua variable tersebut digunakan uji Chi-
Square. Uji ini digunakan karena kedua variable ini adalah skala ordinal.
statistic dengan dengan α=0,05. Setelah dilakukan uji didapatkan hasil p<0,05.
Ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian
C. Pembahasan
(16.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban
keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41
sampel (63.5%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan
jamban keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak
Dari hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai
<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti
46
wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar tahun 2022. Untuk
melihat kuat lemahnya hubungan dilihat dari nilai Contingency Coeffient (CC)
yaitu 0,408. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang sedang antara variable
tanah disekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai
risiko terjadinya diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan
Jamban yang tidak sehat akan menunjukan kondisi yang kurang baik
bagi keluarga dimana hal tersebut dapat menjadi media pemindahan kuman
dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai media
47
perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, serta sayuran.
Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan
(sanitation barrier) kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang
zat saat proses pencernaan. Akibatnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit
infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung
dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses
dapat berhubungan dengan kejadian stunting pada anak balita di India. Perilaku
pathogen dari fecal. Apabila kuman tersebut tersentuh oleh anak yang dalam
48
gizi yang menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi dan gangguan
pertumbuhan.
praktek open defecation dan pembuangan feces balita tidak pada jamban
jamban oleh anak-anak yang rendah akibat resiko tinggi jatuh pada anak,
balita. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dari keluarga dalam
pembuangan tinja balita harus pada toilet yang sesuai (Faisya, F. dkk 2021).
masyarakat, agar semua aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi
Untuk itu perlu disediakan alat pengelolaan jamban seperti alat pembersih,
49
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Faisya, F. dkk 2021).
keluarga dengan kejadian stunting pada balita yaitu dengan tingkat risiko
rendah sebanyak 33,3%. dengan tingkat risiko sedang sebesar 50,0% dan
bahwa tingkat risiko air bersih dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel
(34.3%) dengan air bersih pada balita stunting, 65.7 % dengan air bersih pada
balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 22 sampel (77.3%)
dengan air bersih pada balita stunting, 22.7 dengan air bersih pada balita tidak
stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0 sampel (0%) dengan air bersih
pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada balita tidak stunting.
Dari hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai
<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti
ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian stunting di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar tahun 2022. Untuk melihat kuat
lemahnya hubungan dilihat dari nilai Contingency Coeffient (CC) yaitu 0,383.
50
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air bersih adalah
Persyaratan tersebut adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologi sehingga apabila dikonsumsi tidak
penyakit yang ditularkan oleh air pada manusia secara langsung melalui
persediaan air dan water washed disesase yaitu penyakit yang disebabkan
air yang sering ditemukan yaitu, diare, kolera, tifus dan hepatitis A
stunting salah satunya melalui mekanisme kejadian diare pada balita. lnfeksi
dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit
ini juga mengahabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai
(Aisharya, 2017)
51
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi pada sarana air
bersih yang tidak memenuhi persyaratan daripada air bersih. air yang tidak
ialah berat badan balita menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung
dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses
masyarakat, agar semua aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi
keluarga dengan kejadian stunting pada balita yaitu dengan tingkat risiko
rendah sebanyak 45,7%. dengan tingkat risiko sedang sebesar 50,0% dan
52
BAB VI
A. Simpulan
53
B. Saran
Sanitasi dasar rumah tangga terdiri atas tingkat risiko jamban keluarga
2. Kepada Masyarakat
54
Daftar Pustaka
Gernauli Purba, I., Januar sitorus, R., Noya Liya Lubis, F., Studi Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, P., Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, P., & Diterima, N.
(2022). Metode Komposter Sampah Skala Rumah Tangga Sebagai Upaya
Intervensi Sensitif dalam Pencegahan Stunting pada Balita di Desa Muara
Penimbung Ulu Kecamatan Indralaya Household Scale Waste Composter
Method as a Sensitive Intervention Effort in Preventing Stun. 6(1), 30–41.
Hartati, S., & Zulminiati, Z. (2020). Fakta-Fakta Penerapan Penilaian Otentik di
Taman Kanak-Kanak Negeri 2 Padang. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(2), 1035–1044. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.521
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–
1178.
Kesehatan, D., & Gianyar, K. (n.d.). P r o f i l k e s e h a t a n k a b u p a t e n g i a
n y a r t a h u n 2 0 2 0.
Kuspini, Y., Sarjana, P., Masyarakat, K., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Husada, B.
55
(2021). SEHAT DI DESA LEBUAY BANDUNG KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2021 KABUPATEN LAHAT.
Lamentira, A. L. (2020). HUBUNGAN SUMBER AIR BERSIH DAN JAMBAN
SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA : SYSTEMATIC
REVIEW.
Nikmah, F. K. (2020). Pengaruh Tinggi Badan Ibu terhadap Kejadian Stunting
Balita Usia 24-59 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi, Pakem,
dan Cangkringan, Kabupaten …. Skripsi, 1–47.
Novitasari. (2020). PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI UPAYA 1000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN DENGAN METODE PENDEKATAN PENDIDIKAN
KESEHATAN INTERPROFESI DI DESA JEHEM KECAMATAN TEMBUKU
KABUPATEN BANGLI.
Provinsi Bali, D. K. (2020). PROFIl KESEHATAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI BALI 2020. Kesehatan Provinsi Bali 2020, 3, 103–111.
Ratma, J. N. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA BLIMBING KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUNNo Title.
Ri, P. (2020). peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 2 tahun 2020
tentang standar antropometri anak.
Rezki, A. I. C (2021) Hubungan Faktor Kesehatan Lingkungan Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita di Wilayah Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar Tahun
2021
Sutarto, Mayasari, D., & Reni Indriyani. (2018). Stunting, Faktor Risiko dan
Pencegahannya. 5.
56
Lampiran – lampiran
57
Lampiran 1
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Sanitasi Lingkungan
Program Sarjana Terapan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Denpasar Tahun
2022, kami mohon ijin untuk melakukan penelitian yang digunakan dalam menyusun Tugas Akhir,
mahasiswa kami atas nama :
Demikian permohonan ini kami sampaikan atas kebijakan dan kerjasamanya kami
ucapkanterimaksih.
Tembusan :
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar ( sebagai58laporan )
2. Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Gianyar
3. Kepala UPTD Puskesmas Blahbatuh Gianyar, Kabupaten Gianyar
Lampiran 2
59
Lampiran 3
I. Dasar
1. Kepetusan Bupati Gianyar Nomor 608/E-13/HK/2020 Tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Non Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Gianyar.
2. Surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Bali, Nomor :
B.30.070/730.E/IZIN-C/DPMPTSP, Tanggal 9 Maret 2022, Perihal : Surat Keterangan Penelitian / Rekomendasi
Penelitian,
3. Surat permohonan yang bersangkutan nomor : 0238/DPMPTSP/IP/2022 tanggal 11 Maret 2022.
II. Setelah Mempelajari dan meneliti rencana kegiatan yang diajukan, maka dipandang perlu memberikan
Rekomendasi Kepada :
Nama : Dewa Gede Ari Anantha
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Lingkungan Sengguan Kangin, Jalan Mangku Giweng Gang Nusa Indah No.1,
Gianyar, Gianyar
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih Dengan Kejadian Stunting Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar Tahun 2022
Lokasi Penelitian : UPTD Puskesmas Blahbatuh II
Jumlah Peserta : 1 Orang
Lama Penelitian : 10 Maret 2022 s/d 9 April 2022
III. Dalam melakukan kegiatan agar yang bersangkutan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan kegiatan agar melaporkan kedatangannya kepada Camat setempat atau pejabat yang
berwenang
2. Dilarang melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan judul kegiatan. Apabila melanggar ketentuan,
maka Surat Keterangan/Rekomendasi akan dicabut dihentikan segala kegiatannya.
3. Mentaati segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta mengindahkan norma adat istiadat dan
budaya setempat.
4. Apabila masa berlaku Surat Keterangan/Rekomendasi ini telah berakhir, sedangkan pelaksanaan kegiatan
belum selesai, maka perpanjangan Surat Keterangan/Rekomendasi agar ditujukan kepada instansi pemohon.
5. Menyerahkan hasil kegiatan kepada Bupati Gianyar, melalui Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Gianyar
Di Keluarkan di Gianyar
Pada Tanggal 18 Maret 2022
Kepala Dinas Penanaman Modal danPelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar
60
Tembusan kepada Yth. :
1. Kepala UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar
2. Kepala DPM-PTSP Prov. Bali
3. Kepala Badan Kesbangpol Prov. Bali
4. Kepala Badan Kesbangpol Kab. Gianyar
5. Instansi Terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar sesuai keperluan penelitian
6. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penerbitan Surat
Keterangan/Rekomendasi ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Dokumen ini telah disahkan dengan tanda tangan elektronik yang tersertifikasi
61
Lampiran 4
RESPONDEN PENELITIAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat : :
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian dan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun dan saya memahami keikutsertaan saya dapat memberi
Gianyar, ……………………..2022
(………………………..)
62
Lampiran 5
Kode Sampel :
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Identitas Renponden
a. Nama :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Alamat :
e. No Telp :
2. Identitas Sampel
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Umur :
d. BB : Kg TB:
CM
63
Lampiran 6
Formulir Kuisioner
4. Tidak ada
7. Plengsengan
No Pertanyaan Ya Tidak
menggenang ?
keadaan prmanen
64
4. Apakah terdapat ventilasi udara pada
jamban?
pada jamban
kecoa
SUMBER AIR
1. Air kemasan
No Pertanyaan Ya Tidak
65
2. Apakah air yang digunakan sudah
D. BALITA
a. Ya
b. Tidak
66
Lampiran 7
67
16 Ni Made Sarini 54 1 Br. sema I kadek Devin Arianta 1 60 16.7 108
17 Wayan Supardika 31 1 Br. Sema Ni Kd Eline Putri 2 6 8.5 64
18 Ni Kadek Suartini 33 1 Br.Sema Ni Putu Galuh Sanjiwani 2 17 10.1 81
19 Gst Ngr Wiratnata 31 1 Br. Sema Gst Ayu Arianya 2 52 15.2 101
20 Kt Yasa 35 1 Br. Buruan Kd Fitri Ayu Madani 2 24 10.1 88
21 Wayan Pjalik Suardan 49 1 Br. Sema Km Shilla Kumara Anjani 2 40 12.6 98
22 Gst Ngr Agung Putra 45 1 Br.Sema Gst Ngr Agung Bagus 1 35 13 94
Kencana Wisnu W.
23 Wayan Saputra 29 1 Br.Sema Ni MdDaniaCahya 2 24 10.5 83
Dwiputri
24 Km Gd Radiya 39 1 Br.Sema I Km Wisti Karunia 2 48 15.2 99
Tantri
25 I Made Lara 33 1 Br.Sema I Kadek Radika Putra 1 8 8 69
26 Wyn Rusman 35 1 Br. Liman Kd VanyaNaresvari 2 27 13 90
27 I Made Kardika Putra 40 1 Br.Sema Putu Nendra Pratama 1 60 20 115
28 Km Adiwijaya 30 1 Br.Liman Putu Divya Kirana 2 36 13 93
29 I Wayan Dirmantara 33 1 Br.Sema Ni Kadek Kesya Adelia 2 36 13.1 95
Putri
30 I Wayan EdiAntara 27 1 Br. Sema Ni Kadek Manik Andriani 2 24 11.3 86
31 Kd Supartini 34 5 Br. Tusan Kd Elina Gauri 2 44 12.9 92
32 Ardani 34 1 Br. Bunjung Md Juniarta Jelantik 1 18 78 72
33 Wyn Tanggar 38 1 Br. Terika Kdk Adiari 2 24 9 74.5
34 Nym Agus Juniadi 30 1 Br. Bunjung Kd Peri Anindya 2 60 11.5 95
Maheswari
35 A. A Rai Wirayuda 30 1 Br. Satria A.A Arka Parma Yunda 1 34 10.17 79
36 Gst Agung ayu Yuda 28 1 Br. Pokas Gst Ngurah Dipendra 1 53 17 94
Putri
68
37 L. Ani 30 2 Br. Pokas Ni Pt piola Mahaswari 2 53 11 94
38 Md Budiasa 30 1 Br. Tengah Kd Jaya Nopia 1 33 19.5 87
39 Md Andora 70 6 Br. Sema Kd Riski Aditya Pratama 1 12 7.7 69
40 Kt Artawan 33 1 Br. Kebon Kd Jana Wirajuna 1 56 13.2 100
41 I Wayan Balik Juliarta 37 4 Br.Sema I Putu Candara Aditya 1 24 9.2 79
Putra
42 Wyn Jana Negara 28 1 Br. Batu Kd Arka Guridna 1 28 9.1 83
Lanta
43 Gst Ngr Parta 30 1 Br. Lebah Gst ayu Tiara dewi 2 33 10.7 84
44 Gst Nyoman Parbi 36 5 Br. Lebah Gst Ngurah Atala Saputra 1 48 12.6 94
45 Wyn Juliantari 34 5 Br. Kulri Pt JunySri Daneswari 2 52 12 96
46 kt Suardika 29 1 Br. Tubuh Ni Md AyuPramesti 2 30 9.18 83
47 Pariana 38 1 Br. Tusan Km Deran Wiguna 1 33 10.3 86.5
48 Kertayasa 29 1 Br. Kd Bela CahyaPutri 2 41 11.6 90
Bangulima
49 Dewi Armini 29 2 Br. Babakan Made Wirajana Artawan 1 56 12.5 100
50 Md Krisnawan 30 1 Br. Bujung Gst Pt Ayu Aistia 2 56 11.5 96
51 Kd Ariani 36 5 Br. Wanayu Wyn Fina Oktariani 2 50 11.6 94
52 Pt Sugiantara 29 1 Br.Kebon Pt Nadine Apsari 2 16 9.2 69
53 Km Swanjana 30 1 Br. Taman Pt Riska Jayantri 2 36 9.7 84.2
54 Kt Sujana 35 1 Br. Wanayu Kt Ratri Ayantika 2 27 10 80
55 Gst Md Jati 38 1 Br. Wanayu Gst Ayu Cantika Laura 2 42 11.9 90
56 Md Suartawan 35 3 Br. Tegal Ni Km Alpina Anindira 2 33 10.13 86
Ling
57 A.A Sagung Putri 34 5 Br. Md Pradnya Rahayu 2 26 8.8 7.3
Bangulima
58 A.A Gede Rai 33 3 Br. Satria A.A Gd Dipa Putra 1 8 9.5 64
69
Agusdiana
59 Kt Sunarti 38 5 Br. Antugan Kt Miki Septiasa 1 27 9.8 79.8
60 Kd Astra 37 1 Br. Sema Kd khana Maswiguna 1 14 12.2 72
70
Lampiran 8
71
17 Ni Kd Eline Putri 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ni Putu Galuh S. 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18
19 Gst Ayu Arianya 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kd Fitri Ayu Madani 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Km Shilla Kumara 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Anjani
22 Gst Ngr Agung 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Bagus Wisnu Wicak
23 Ni MdDaniaCahya 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Dwiputri
24 I Km Wisti Karunia 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Tantri
25 I Kadek Radika Putra 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
26 Kd VanyaNaresvari 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
27 Putu Nendra Pratama 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
28 Putu Divya Kirana 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Ni Kadek Kesya 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Adelia Putri
30 Ni Kadek Manik 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Andriani
31 Kd Elina Gauri 6 0 1 0 1 0 0 0 2 1
32 Md Juniarta Jelantik 6 0 1 0 0 1 0 1 3 1
33 Kdk Adiari 6 1 1 0 0 0 1 1 4 1
34 Kd Peri Anindya 6 1 1 0 0 0 1 1 4 1
Maheswari
35 A.A Arka Parma 6 1 1 0 1 0 1 0 4 1
Yunda
36 Gst Ngurah Dipendra 6 1 1 0 1 0 1 0 4 1
37 Ni Pt piola 6 1 0 0 1 0 1 1 4 1
Mahaswari
72
38 Kd Jaya Nopia 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Kd Riski Aditya 6 0 1 0 1 1 1 1 5 2
Pratama
40 Kd Jana Wirajuna 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
41 I Putu Candara 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
Aditya Putra
42 Kd Arka Guridna 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
43 Gst ayu Tiara dewi 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
44 Gst Ngurah Atala 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Saputra
45 Pt JunySri Daneswari 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
46 Ni Md AyuPramesti 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
47 Km Deran Wiguna 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
48 Kd Bela CahyaPutri 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
49 Made Wirajana 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
Artawan
50 Gst Pt Ayu Aistia 6 0 0 0 0 1 1 1 3 1
51 Wyn Fina Oktariani 6 0 0 0 1 0 1 1 3 1
52 Pt Nadine Apsari 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
53 Pt Riska Jayantri 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
54 Kt Ratri Ayantika 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
55 Gst Ayu Cantika 6 0 1 0 0 0 1 1 3 1
Laura
56 Ni Km Alpina 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
Anindira
57 Md Pradnya Rahayu 6 0 0 0 1 0 1 1 3 1
58 A.A Gd Dipa Putra 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 Kt Miki Septiasa 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 Kd khana Maswiguna 6 1 0 0 1 0 1 0 3 1
73
Lampiran 9
74
17 Ni Kd Eline Putri 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ni Putu Galuh Sanjiwani 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Gst Ayu Arianya 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kd Fitri Ayu Madani 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Km Shilla Kumara Anjani 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Gst Ngr Agung Bagus Wisnu 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Wicaksa
23 Ni MdDaniaCahya Dwiputri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
24 I Km Wisti Karunia Tantri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
25 I Kadek Radika Putra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Kd VanyaNaresvari 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Putu Nendra Pratama 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Putu Divya Kirana 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Ni Kadek Kesya Adelia Putri 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Ni Kadek Manik Andriani 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Kd Elina Gauri 0 2 0 0 1 0 1 0 2 1
32 Md Juniarta Jelantik 0 5 0 0 1 0 1 0 2 1
33 Kdk Adiari 0 5 0 0 1 0 0 1 2 1
34 Kd Peri Anindya Maheswari 0 5 0 0 1 0 0 1 2 1
35 A.A Arka Parma Yunda 0 2 0 0 1 0 0 1 2 1
36 Gst Ngurah Dipendra 0 5 0 0 1 0 1 1 3 1
37 Ni Pt piola Mahaswari 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
38 Kd Jaya Nopia 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Kd Riski Aditya Pratama 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
40 Kd Jana Wirajuna 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
41 I Putu Candara Aditya Putra 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
42 Kd Arka Guridna 0 2 0 0 0 0 1 0 1 1
43 Gst ayu Tiara dewi 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
44 Gst Ngurah Atala Saputra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
75
45 Pt JunySri Daneswari 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
46 Ni Md AyuPramesti 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
47 Km Deran Wiguna 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
48 Kd Bela CahyaPutri 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
49 Made Wirajana Artawan 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
50 Gst Pt Ayu Aistia 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
51 Wyn Fina Oktariani 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
52 Pt Nadine Apsari 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
53 Pt Riska Jayantri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
54 Kt Ratri Ayantika 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
55 Gst Ayu Cantika Laura 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
56 Ni Km Alpina Anindira 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
57 Md Pradnya Rahayu 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
58 A.A Gd Dipa Putra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
59 Kt Miki Septiasa 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
60 Kd khana Maswiguna 1 5 0 0 1 0 1 1 3 1
76
Lampiran 10
HASIL SPSS
1. Tingkat Risiko Ketersediaan Jamban Keluarga dan Sarana Air Bersih
TINGKAT.RISIKO.JAMBAN.KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TINGKAT.RISIKO.AIR.BERSIH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Valid Total
N Percent N Percent
TINGKAT RISIKO
.JAMBAN.KELUARGA * 60 100.0% 60 100.0%
STUNTING
77
TINGKAT.RISIKO.JAMBAN.KELUARGA * STUNTING Crosstabulation
Count
STUNTING
TIDAK
STUNTING STUNTING Total
Total 30 30 60
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 60
Symmetric Measures
N of Valid Cases 60
78
TINGKAT RISIKO AIR BERSIH
Case Processing Summary
Cases
Valid Total
N Percent N Percent
TINGKAT RISIKO
60 100.0% 60 100.0%
.AIR.BERSIH * STUNTING
Count
STUNTING
TIDAK
STUNTING STUNTING Total
Total 30 30 60
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
79
Symmetric Measures
N of Valid Cases 60
80
Lampiran 11
Dokumentasi Kegiatan
Gambar Penjelasan
Pengisian kuisioner
oleh responden dan
melakukan
pengukuran tinggi
badan balita.
Melakukan Observasi
mengenai jamban dan
sarana air bersih
81
Pemberian masker,
hand sanitaizer dan
PMT pada balita
82