Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR


BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH DUA GIANYAR
TAHUN 2022

Oleh :
DEWA GEDE ARI ANANTHA
NIM.P07133218010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SANITASI LINGKUNGAN
DENPASAR
2022
HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR
BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana Terapan
Program Studi Sanitasi Lingkungan

Oleh :
DEWA GEDE ARI ANANTHA
NIM.P07133218010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SANITASI LINGKUNGAN
DENPASAR
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR


BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

OLEH

DEWA GEDE ARI ANANTHA


P07133218010

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Drs. I Wayan Sudiadnyana, S.KM,M.PH Drs. I Made Bulda Mahayana, S.KM,M.SI


NIP. 196512301989031003 NIP. 196512311988031013

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

I Wayan Sali, S.KM,M.Si


NIP. 196404041986031008

ii
HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR
BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

OLEH

DEWA GEDE ARI ANANTHA


P07133218010

TELAH DISEMINARKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI SKRIPSI


PADA HARI: SELASA
TANGGAL : 10 Mei 2022

TIM PEMBIMBING SEMINAR

I Ketut Aryana,BE,SST,M.Si (Ketua)

Dr.Drs. I Wayan Sudiadnyana, S.KM,M.PH (Sekretaris)

Nengah Notes, S.KM,M.Si (Anggota)

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

I Wayan Sali, S.KM,M.Si


NIP. 196404041986031008

iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dewa Gede Ari Anantha

NIM : P07133218010

Program Studi : Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan

Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Tahun Akademik : 2021/2022

Alamat : JL. Mangku Giweng, Gang Nusa Indah No.1, Lingkungan

Sengguan Kangin Gianyar

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih
Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II
Gianyar Tahun 2022 adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya
orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini bukan karya saya sendiri atau
plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2020 dan ketentuan perundangan-
undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 8 Mei 2022


Yang membuat pernyataan

Dewa Gede Ari Anantha


NIM. P07133218010

iv
RELATIONSHIP OF RISK LEVEL OF FAMILY WC AND CLEAN
WATER WITH STUNTING EVENTS IN THE WORK AREA OF UPTD
PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
YEAR 2022

Abstract

Stunting is a stunting toddler's length or height less than age, i.e. <-3 SD to <-2
SD where if the toddler is at less than minus three standard deviations to less than
drinking two standard deviations, it can be said that the toddler is experiencing
stunting. The purpose of this study was to determine the relationship between the
level of risk of family latrines and clean water with the incidence of stunting in the
working area of the UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar. This research uses
case control method with quota sampling method technique. the risk level for family
latrines showed a risk level of 18 samples (30.0%) with a low risk level, 41 samples
(63.3%) with a moderate risk level and 1 sample (1.7%) with a high risk level. the
risk level of clean water shows a risk level of 38 samples (63.3%) with a low risk
level, 22 samples (36.7%) with a moderate risk level and 0 samples (0%) with a
high risk level. The results of the data with = 0.05 which stated that there was a
relationship between the level of risk of family latrines and clean water with the
incidence of stunting with a moderate level of relationship with a result of 0.408 for
family latrines and a low level of relationship with a result of 0.383 for clean water.
between the level of risk of family latrines and clean water with the incidence of
stunting in the UPTD area of the Blahbatuh II Health Center Gianyar.

Keywords: risk level, latrine, water, stunting.

v
HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR
BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

Abstrak
Stunting merupakan Panjang atau tinggi badan balita stunting kurang jika
dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd <-2 SD yang dimana jika balita berada
pada kurang dari minus tiga standar deviasi sampai dengan kurang dari minum dua
standar deviasi maka dapat dikatakan bahwa balita tersebut mengalami stunting.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan tingkat risiko jamban
keluarga dan air bersih dengan kejadian stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Blahbatuh II Gianyar. Penelitian ini menggunakan metode case control dengan
teknik metode quota sampling. tingkat risiko jamban keluarga menunjukkan tingkat
risiko sebanyak 18 sampel (30.0%) dengan tingkat risiko rendah, 41sampel (63,3%)
dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%) dengan tingkat risiko tinggi.
tingkat risiko air bersih menunjukkan tingkat risiko sebanyak 38 sampel ( 63.3%)
dengan tingkat risiko rendah, 22 sampel (36.7%) dengan tingkat risiko sedang dan
0 sampel (0%) dengan tingkat risiko tinggi. Hasil data dengan α=0,05 yang
dinyatakan adanya hubungan antara tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih
dengan kejadian stunting dengan tingkat hubungan sedang dengan hasil 0,408
untuk jamban keluarga dan tingkat hubungan rendah dengan hasil 0,383 untuk air
bersih simpulan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara tingkat risiko
jamban keluarga dan air bersih dengan kejadian stunting di wilayah UPTD
Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.
Kata kunci: tingkat risiko, jamban, air, stunting.

vi
RINGKASAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA DAN AIR


BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

OLEH : DEWA GEDE ARI ANANTHA (P07133218010)

Stunting merupakan masalah kesehatan global. Panjang atau tinggi badan

balita. stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd <-2 SD

yang dimana jika balita berada pada kurang dari minus tiga standar deviasi sampai

dengan kurang dari minum dua standar deviasi maka dapat dikatakan bahwa balita

tersebut mengalami stunting (Permenkes RI, 2020) Balita stunting mengalami

kegagalan pertumbuhan dan perkembangan dimana terjadi gangguan metabolisme

dan hambatan dalam perkembangan fisik dan fungsi kognitif dan berdampak pada

terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas dan diabetes melitus pada

periode kehidupan berikutnya. Stunting menyebabkan rendahnya produktivitas

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi

negara

Terjadinya stunting pada balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara

lain melalui faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian asupan makanan yang

kurang memadai, pemberian ASI (Air Susu Ibu), penyakit infeksi dan faktor

lingkungan dimana faktor lingkungan merupakan faktor penyebab tidak langsung

terjadinya stunting. Kondisi sanitasi dasar lingkungan (air minum, air bersih,

penggunaan jamban, saluran pembuangan air limbah, pengelolaan sampah) yang

tidak baik merupakan penyebab utama munculnya penyakit-penyakit infeksi,

vii
diantaranya diare dan kecacingan pada balita. Penyakit infeksi menyebabkan

terjadinya gangguan absorbsi zat-zat saat proses pencernaan. Akibatnya yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan bila kondisi

seperti ini berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang

mencukupi guna proses penyembuhan, maka akan berakibat terhadap terjadinya

balita stunting

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Hubungan Tingkat Risiko Jamban

Keluarga dan Air Bersih Dengan Kejadian Stunting di wilayah UPTD Puskesmas

Blahbatuh II Gianyar. Penelitian ini menggunakan metode case control dengan

teknik metode quota sampling.

Sampel penelitian ini adalah total populasi sebanyak 60 orang yang berumur

0-5 tahun (0-60 bulan), dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan

pembagian balita stuning sebanyak 30 orang dan balita sehat sebanyak 30 orang,

Terdaftar menjadi anggota di posyandu di Wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat risiko jamban keluarga dengan

kejadian stunting menunjukkan hasil distribusi bahwa tingkat risiko jamban

keluarga dengan risiko rendah sebanyak 18 sampel (16.6%) dengan jamban

keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban keluarga pada balita tidak

stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41 sampel (63.4%) dengan jamban

keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan jamban keluarga pada balita tidak

stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 1 sampel (1.7%) dengan jamban

keluarga pada balita stunting, 0% dengan jamban keluarga pada balita tidak

stunting.

viii
Berdasarkan hasil penelitian hubungan tingkat risiko air bersih dengan

kejadian stunting menunjukkan hasil distribusi bahwa tingkat risiko air bersih

dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel (34.2%) dengan air bersih pada balita

stunting, 65.7 % dengan air bersih pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko

sedang sebanyak 22 sampel (77.2%) dengan air bersih pada balita stunting, 22.7

dengan air bersih pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0

sampel (0%) dengan air bersih pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada

balita tidak stunting.

Untuk melihat kuat lemahnya hubungan dilihat dari nilai CC (Contingency

Coeffient) yaitu 0,383. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang rendah antara

variable tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting pada balita dan

0,383. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang rendah antara variable tingkat

risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

Adanya hubungan antara tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih

dengan kejadian stunting di wilayah UPTD Puskemas Blahbatuh II Gianyar

Sebaiknya dilakukan upaya peningkatan sanitasi masyarakat, agar semua

aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi syarat. Sanitasi dasar terdiri

atas tingkat risiko jamban keluarga dan tingkat risiko air bersih.

Daftar Bacaan : 22 (tahun 2013 - tahun 2022)

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan

karunia-Nya, Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan dengan

judul “Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih Dengan

Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar”

dapat disusun sesuai dengan harapan. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari

bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,M.PH selaku Direktur

Poltekkes Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak I Wayan Sali, SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Politeknik Kesehatan Denpasar.

3. Bapak Dr.Drs. I Wayan Sudiadnyana, S.KM,M.PH selaku pembimbing

utama dalam penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. I Made Bulda Mahayana, S.KM., M.Si selaku pembimbing

pendamping dalam penulisan skripsi.

5. Bapak/Ibu dosen serta staff pegawai Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Denpasar.

6. Keluarga dan teman – teman seperjuangan di lingkungan Jurusan

Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Denpasar yang membantu

memberikan motivasi serta masukan dalam pembuatan skripsi.

x
Karena keterbatasan yang penulis miliki maka penulis menyadari

sepenuhnya dalam usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon kritik

dan saran yang bersifat menunjang untuk perbaikan dalam penulisan skripsi ini dari

Bapak/Ibu dosen.

Om santhi, santhi, santhi Om

Denpasar, 8 Mei 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………....ii

LEMBAR PENGESAHAN..………………………………………...…………...iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...……………………………...….iv

ABSTRACT………………………………….……………………………………v

ABSTRAK…………………………………...…………………………………...vi

RINGKASAN PENELITIAN………………………………………………...….vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR...………………………………………………………….xiv

DAFTAR TABEL……...………………………………………………………...xv

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………..xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamban Keluarga ...............................................................................................5

B. Air Bersih ........................................................................................................11

C. Stunting ...........................................................................................................16

xii
BAB III. KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ............................................................................................22

B. Variabel Dan Definizi Operasional .................................................................23

C. Hipotesis .........................................................................................................25

BAB IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................................26

B. Alur Penelitian……………………………………………………………....26

C. Waktu Dan Tempat Penelitian………………………………………………28

D. Populasi Dan Sampel Penelitian…………………………………………….28

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………….30

F. Pengolahan dan Analisis Data……………………………………………….32

G. Etika Penelitian……………………………………………………………...34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………………………………………..……35

B. Analisis Bivariat….…………………………………………………………43

C. Pembahsan………………………………………………………………….46

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN…………………………………………………………..…53

B. SARAN……………………………………………………………………...54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................55

LAMPIRAN ...........................................................................................................57

xiii
Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. Mata Rantai Penularan Penyakit Dari Tinja……………………………10

2. Kerangka Konsep………………………………………………………22

3. Hubungan antar variabel……………………………………………….23

4. Alur Penelitian…………………………………………………………27

xiv
Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Definisi operasional…...………………………………………………...24

2. Umur Responden………………………………………………………....36

3. Pekerjaan responden……………………………………………………...37

4. Jenis kelamin sampel……………………………………………………..38

5. Umur balita……………………………………………………………….39

6. Mengidentifikasi Tingkat risiko jamban keluarga……………………….40

7. Mengidentifikasi Tingkat risiko air bersih…… ...................................…42

8. Hubungan Tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting….44

9. Hubungan Tingkat risiko air bersih dengan kejadian stunting …………..45

xv
DAFTAR SINGKATAN

IUGR : intrauterine growth retardation

UPTD : Unit Pelaksanaan Teknis Dinas

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

CC : Contingency Coeffient

WHO : World Health Organization

SD : Standar Deviasi

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Permenkes : Peraturan Mentri Kesehatan

RI : Republik Indonesia

Lokus : Lokasi Fokus

SDM : Sumber Daya Manusia

Asi : Air Susu Ibu

xvi
Daftar Lampiran

Lampiran

1. Surat Keterangan Rekomendasi Penelitian Politeknik Kesehatan Denpasar

2. Surat Keterangan Rekomendasi Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali

3. Surat Keterangan Rekomendasi Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar

4. Surat Ketersediaan Menjadi Responden

5. Identitas Responden dan sampel

6. Formulir Kuisioner

7. Hasil Rekapitulasi Identitas Responden Dan Identitas Sampel

8. Hail Rekapitulasi Tingkat Resiko Jamban Keluarga

9. Hasil Rekapitulasi Tingkat Risiko Air Bersih

10. Hasil Spss

11. Dokumentasi kegiatan

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan masalah kesehatan global. Panjang atau tinggi

badan balita. stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu <-3 SD sd

<-2 SD yang dimana jika balita berada pada kurang dari minus tiga standar

deviasi sampai dengan kurang dari minum dua standar deviasi maka dapat

dikatakan bahwa balita tersebut mengalami stunting (Permenkes RI, 2020)

Balita stunting mengalami kegagalan pertumbuhan dan perkembangan dimana

terjadi gangguan metabolisme dan hambatan dalam perkembangan fisik dan

fungsi kognitif dan berdampak pada terjadinya berbagai penyakit degeneratif

seperti obesitas dan diabetes melitus pada periode kehidupan berikutnya.

Stunting menyebabkan rendahnya produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi negara (Endah, 2019).

Terjadinya stunting pada balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain melalui faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian asupan

makanan yang kurang memadai, pemberian ASI (Air Susu Ibu), penyakit

infeksi dan faktor lingkungan dimana faktor lingkungan merupakan faktor

penyebab tidak langsung terjadinya stunting. Kondisi sanitasi dasar lingkungan

(air minum, air bersih, penggunaan jamban, saluran pembuangan air limbah,

pengelolaan sampah) yang tidak baik merupakan penyebab utama munculnya

penyakit-penyakit infeksi, diantaranya diare dan kecacingan pada balita.

Penyakit infeksi menyebabkan terjadinya gangguan absorbsi zat-zat saat proses

1
pencernaan. Akibatnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah

berat badan bayi menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung dalam

waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses

penyembuhan, maka akan berakibat terhadap terjadinya balita stunting

(Gernauli Purba et al., 2022).

Berdasarkan hasil data dari (Provil Kesehatan Provinsi Bali, 2020).

diketahui prevalensi balita stunting di Bali adalah sebesar 6,1%. hasil data

prevalensi stunting didapatkan hasil presentase stunting sebagai berikut

Jembrana 2,3%. Tabanan 8,0%. Badung 6,1%. Gianyar 4,8%. Klungkung

7,3%. Bangli 6,3%. Karangasem 10,8%. Buleleng 7,2%. Denpasar 1,5%.

Berdasarkan hasil data dari profil kesehatan Kabupaten Gianyar 2020

hasil prevalensi stunting didapatkan hasil presentase stunting sebagai berikut

Sukawati I 6,9% (203 orang). Sukawati II 4,2% (99orang). Payangan 8,3%

(171 orang), Ubud I 2,5% (54 orang). UBUD II 3,7% (58 orang). Tegallalang

I 5,6% (79 orang). Tegalalang II 6,7% (92 orang). Tampaksiring I 4,3 (60

orang). Tampaksiring II 3.0% (37 orang). Blahnatuh I 1,8% (29 orang).

Blahbatuh II 10,1% (232 orang). Gianyar I 2,7% (87 orang). Gianyar II 1,0%

(22 orang). (Provil Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2020)

Dampak dari stunting ini adalah tidak hanya fisik yang lebih pendek

tetapi juga pada fungsi kognitifnya. Besarnya dampak yang ditimbulkan dan

masih tingginya kasus balita stunting di Provinsi Bali khususnya di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar maka dilakukannya penelitian

ini tentang hubungan tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih dengan

kejadian stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

2
B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih

dengan kejadian stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih

dengan kejadian stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II

Gianyar

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat risiko jamban keluarga di wilayah UPTD

Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

b. Mengidentifikasi tingkat risiko air bersih di wilayah UPTD Puskesmas

Blahbatuh II Gianyar.

c. Menganalisis hubungan tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian

stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

d. Menganalisis hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian stunting di

wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

puskesmas dan juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat

risiko jamban keluarga dan air bersih dengan kejadian stunting.

3
2. Maanfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan juga dapat

memberikan informasi mengenai hubungan tingkat risiko jamban keluarga

dan air bersih dengan kejadian stunting dan dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketersediaan Jamban Keluarga

1. Pengertian jamban sehat

Jamban sehat merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk

digunakan sebagai tempat buang air besar, berbagai jenis jamban yang

digunakan dirumah tangga, sekolah, rumah ibadah dan lembaga-lembaga lain.

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontak antara

manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat di hinggapi serangga, serta

binatang lainnya, mencegah kontaminasi kebadan air, mencegah bau yang tidak

sedap, konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan

(Lamentira, 2020).

Pengertian lainya tentaang Jamban adalah suatu bangunan yang

digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran manusia, biasa

disebut kakus/wc. Sehingga kotoran tersebut akan tersimpan dalam suatu tempat

tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebaran penyakit dan mengotori

lingkungan pemukiman (Ratma, 2018)

Jadi, kesimpulannya jamban adalah suatu bangunan yang digunakan

untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran manusia sehingga tidak

menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu

estetika.

5
2. Jenis – jenis jamban

Menurut (Astuti et al., 2020) jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan

konstruksi dan cara menggunakannya yaitu :

a. Jamban cemplung

Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung

ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat

jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat

juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih

menimbulkan gangguan karena baunya.

b. Jamban plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang

dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi

tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan,

tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan

daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan

bagi pemakai lebih terjamin.

c. Jamban bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang

disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini

mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan

tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan

mengotori air tanah

6
d. Angsatrine (Water Seal Latrine)

Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu

alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi

mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak

tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian

yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan

kotoran.

e. Jamban septic tank

Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara

anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran

terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya

anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula

terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan

memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat

memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian

pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan

3. Persyaratan jamban sehat

Jamban yang sehat adalah salah satu akses sanitasi yang layak. Akses

sanitasi yang layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar

adalah milik sendiri atau milik bersama, kemudian kloset yang digunakan

adalah jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan

tangki septic tank/sarana pembuangan air limbah (SPAL). Adapun syarat

jamban sehat adalah sebagai berikut:

7
a. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan

kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur.

b. Tidak berbau serta memungkinkan serangga tidak dapat masuk ke lubang

jamban. Hal ini dilakukan misalnya dengan menutup lubang jamban

tersebut.

c. Air seni, air pembersih yang digunakan untuk menyiram tinja tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

d. Jamban mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk itu harus dibuat

dari bahan yang kuat dan tahan lama.

e. Jamban memiliki dinding dan atap pelindung.

f. Lantai kedap air

g. Ventilasi dan luas jamban yang cukup.

h. Tersedianya air, sabun dan alat pembersih. Tujuanya agar jamban tetap

bersih dan terhindar dari bau tinja. (Kuspini et al., 2021)

jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain :

a. Topografi tanah : topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi prmukaan

tanah dan kemiringan tanah

b. Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain

kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah, lapisan tanah yang

berbatu dan berpasir, pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih

jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang

lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.

8
c. Faktor meteriologi : di daerah yang curah hujannya tinggi jarak sumur

harus lebih jauh dari kakus.

d. Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroorganisme ini

antara lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada

tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab

dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat

bertahan selam 1 bulan.

4. Pemeliharaan jamban

Pemeliharaan jamban, menurut (Ratma, 2018) pemeliharaan jamban

yang baik dengan cara :

a. Lantai jamban hendaknya selalu kering dan bersih.

b. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih.

c. Tidak ada genangan air di lantai jamban.

d. Tempat duduk dalam keadaan bersih.

e. Tidak ada serangga dan hewan pada rumah jamban.

f. Tersedia air bersih pada rumah jamban.

g. Jika ada bagian jamban yang rusak segera diperbaiki.

h. Hindarkan pemasukan sampah padat yang sulit diuraikan (kain bekas,

pembalut, logam, gelas, dan sebagainya) serta bahan kimia beracun

bagi bakteri kedalam lubang jamban

5. Pengaruh tinja bagi kesehatan manusia

Tinja manusia merupakan buangan padat yang kotor dan bau juga

media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung

organisme pathogen yang dibawa air, makanan, serangga sehingga menjadi

9
penyakit misalnya: bakteri Salmonella, vibriokolera, amuba virus, cacing,

disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan lain-lain. Penyakit yang ditimbulkan

oleh kotoran manusia bisa digolongkan yaitu : (Bintari, 2017)

a. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

b. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis.

c. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis

Penyebaran penyakit yang bersumber dari feses dapat melalui berbagai

macam jalan atau cara. Hal ini dapt dilihat dari gambar berikut:
Mati
Air

Tangan
Penjamu
Makanan
Tinja (host)
Minuman
sayur dll
Lalat
Sakit
Tanah

Gambar 1
Mata Rantai Penularan Penyakit Dari Tinja

Dari skema tersebut dapat dilihat peranan tinja dalam penyebaran

penyakit sangat jelas. Disamping itu dapat langsung mengkontaminasi

makanan, minuman, sayuran, air, tanah, serangga dan sebagainya. Hubungan

antara pembuangan tinja dengan status kesehatan bisa langsung yaitu

mengurangi kejadian penyakit yang diakibatkan karena kontaminasi dengan

tinja (kolera, disentri, typus, dll), efek tak langsung biasanya berhubungan

dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene

lingkungan

10
B. Sarana Air Bersih

1. Pengertian air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air bersih adalah

air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Persyaratan tersebut adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologi sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping. Penyediaan air bersih memainkan peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau kesehatan

masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menrunkan angka penderita

penyakit khususnya berhubungan dengan air, dan berperan dalam

meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat (Aisharya, 2017)

2. Sumber air bersih

Sumber air bersih dibagi menjadi empat kelompok yaitu air

permukaan, air tanah, air hujan dan mata air.

a. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

atau bahan baku air minum antara lain.

1) Air waduk (berasal dari hujan)

2) Air sungai (bersal dari air hujan dan mata air)

3) Air danau (berasal dari air hujan, mata air dan sungai)

Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi.

Selama pengalirannya, air permukaan mendapat pengotoran dari lumpur,

batang batang kayu dan daun-daun.

11
b. Air tanah

Air tanah adalah air yang keberadaanya di bawah permukaan air

tanah, sumber air yang utama untuk sumber air minum, kebanyakan air

tanah ini menjadi masalah utama, air tanah adalah air yang keluar dengan

sendirinya kepermukaan. Mata air yang bersumber dari tanah dalam tidak

dipengaruhi dan kualitas dan kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam

tanah. Air tanah yang berada di dalam tanah harus digali atau di bor untuk

mendapatkannya agar air keluar ke permukaan tanah, pada umumnya air

tanah yang berasal dari air hujan yang melalui proses infiltrasi secara

langsung atau tidak langsung dari air sungai danau rawa dan genangan air

lainnya.

c. Air hujan

Teradinya air hujan dikarenakan proses penguapan, terutama air

permukaan laut yang naik ke atmosfer dan mengalami pendinginan

kemudian jatuh kepermukaan bumi, selama proses penguapan tersebut

berlangsung. Misalnya saat butiran hujan jatuh ke permukaan bumi sebagian

butiran hujan lainnya akan menguap sebelum sampai di permukaan bumi.

Sebagian lainnya akan tertahan pada tumbuhan dan matahari akan diuapkan

kembali ke atmosfer. Air hujan yang sampai di bumi akan mengisi cekungan

kubangan dipermukaan bumi dan sebagian akan mengalir di permukaan

bumi.

d. Mata air

Mata air adalah air tanah yang dapat mencapai permukaan tanah

melalui celah bebatuan karena adanya perbedaan tekanan. Mata air

12
bersumber dari deposit air tanah yang bebas dari bakteri patogen bila cara

pengambilannya baik, maka dapat langsung diminum tanpa pengolahan

khusus, dan banyak mengandung mineral , pada pengelolaan mata air yang

dikelola untuk keperluan kelompok rumah tangga yang di beri bangunan

pelindung (Lamentira, 2020).

3. Persyaratan kuantitas, kualitas dan kontuinitas air

a. Syarat kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau

dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang

akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada

tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat.

Penyediaan air bersih harus memenuhi kebutuhan masyarakat karena

penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan untuk timbulnya penyakit

di masyarakat. Kebutuhan air bervariasi untuk setiap individu dan bergantung

pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat

b. Syarat kualitatif

Menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.

Persyaratan ini meliputi syarat fisik, kimia, biologis.

1) Syarat fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak berasa(tawar). Warna dipersyaratkan dalam air bersih untuk masyarakat

karena pertimbangan estetika. Rasa asin, manis, pahit, asam dan sebagainya

tidak boleh terdapat dalam air bersih untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat

13
pada air adalah bau busuk, amis, dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya

terdapat bersama-sama dalam air.

2) Syarat kimia

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah

yang melampaui batas. Secara kimia, air bersih tidak boleh terdapat zat-zat

yang beracun, tidak boleh ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan, tidak mengandung zat - zat yang melebihi kadar tertentu sehingga

menimbulkan gangguan teknis, dan tidak boleh mengandung zat kimia tertentu

sehingga dapat menimbulkan gangguan ekonomis.

3) Syarat bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit

seperti kuman-kuman typus, kolera, dysentri dan gastroenteris. Karena apabila

bakteri patogen dijumpai pada air minum maka akan menganggu kesehatan atau

timbul penyakit.

c. Syarat kontuinitas

Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan

kualitas dan kuantitas saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung.

Dimana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun dimusim kemarau

selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi

air adalah agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terpenuhi

secara terus- menerus walaupun dimusim kemarau. Salah satu cara agar menjaga

kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air

(Reservoir) untuk menyimpan air sebagai persediaan air pada musim kemarau

(Lamentira, 2020).

14
4. Penyakit yang dapat di tularkan melalui air

Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat

dikelompokan menjadi 4 (empat) kategori yaitu : (Lamentira, 2020)

a. Water borne disease

Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana

kuman pathogen terdapat di dalam air minum. Di antara penyakitpenyakit

tersebut adalah penyakit kolera, penyakit typoid, penyakit hepatitis,

infektiosa,penyakit disentri, dan penyakit gastroenteritis.

b. Water washed disease

Adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan air untuk

pemeliharaan hygiene perorangan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara

penularan dan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Penyakit infeksi saluran pencernaan, misalnya diare. Penyakit dalam

kelompok ini serupa dengan yang terdapat dalam water borne disease yaitu

kolera, typoid, hepatitis. Terjangkitnya penyakit ini erat dengan

tersedianya air untuk makan, minum, dan memasak, serta untuk

kebersihan alatalat makan.

2) Penyakit kulit dan selaput lendir. Penyakit yang termasuk golongan ini

antara kain penyakit infeksi fungsi pada kulit. Berjangkitnya penyakit ini

sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene

perorangan.

c. Water base disease

Penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus

hidupnya berada di air seperti Schistosomiasis. Larva Schistosomiasis hidup di

15
dalam air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Curcuma

dan dapat menembus kaki 37 manusia yang berada di dalam air tersebut. Air

ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia seperti mandi,

mencuci, menangkap ikan dan sebagainya.

d. Water related insecta vectors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya

tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow

fever, dan lain sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang

biak dengan mudah, bila di lingkunganya banyak genangan-genangan air

seperti gentongan air, pot, kaleng-kaleng bekas dan sebagainya sebagai tempat

perindukannya.

C. Stunting

1. Pengertian stunting

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi di ukur

dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi

median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk

masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial

ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi

pada bayi. Balita stunting di masa yang akan dating akan mengalami kesulitan

dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. (Kemenkes

RI, 2018)

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur

rendah atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan

16
anak-anak lain seusianya. Stanting ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan

anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang

normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan masalah gizi kronis

atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indicator

jangka panjang untuk untuk gizi kurang pada anak. (Novitasari, 2020)

Jadi, kesimpulannya stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada

anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama

kehidupan. Anak stunting cenderung memiliki Panjang atau tinggi badan balita

stunting kurang jika dibandingkan dengan umur, yaitu kurang dari minus dua

standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO

2. Penyebab stunting pada anak

Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang

terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.

Pada masa ini merupakan proses terjadinya stanting pada anak dan peluang

peningkatan stanting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (Novitasari,

2020)

WHO mengkategorikan penyebab langsung stunting pada anak

meliputi berbagai faktor yaitu (Nikmah, 2020)

a. Faktor keluarga dan rumah tangga

Terdapat enam faktor dari ibu, yaitu gizi buruk selama masa

prekonsepsi, kehamilan, perawakan ibu pendek, kehamilan dimasa remaja,

kesehatan mental, kelahiran premature, jarak kelahiran pendek, dan

hipertensi pada ibu Tinggi badan ibu menjadi penentu pertumbuhan janin di

intrauterin dan kegagalan pertumbuhan anak dikemudian hari.

17
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab

tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin

mengalami pertumbuhan janin terlambat (IUGR), sehingga bayi akan lahir

dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan.

Tinggi badan ibu menjadi penentu pertumbuhan janin di intrauterin

dan kegagalan pertumbuhan anak di kemudian hari. Stunting pada anak

ditransmisikan secara lintas generasi melalui ibu karena ukuran badan ibu

memiliki pengaruh kuat terhadap berat lahir.

Masa kehamilan sangatlah berpengaruh terhadap kejadian stunting

pada bayi. Yang dimana Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah dari

seorang ibu akan meningkatkan kejadian stunting sekitar 20%. Hal ini terjadi

karena bayi dengan berat lahir rendah mempunyai cadangan nutrisi yang

rendah terkait dengan pertumbuhan seperti vitamin A, seng, dan zat besi.

Sehingga bayi dengan berat lahir rendah bergantung pada ASI untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, akan tetapi jumlah nutrisi yang terkandung

dalam ASI bergantung pula terhadap nutrisi dari ibu

b. Pemberian asupan makanan yang kurang memadai

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan

disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi

yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi

nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan

18
ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang

akhirnya berpeluang terjadinya stanting.

c. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Pemberian ASI pada bayi akan lebih sehat dan mencapai

pertumbuhan optimal dibandingkan dengan anak yang diberi susu formula.

Anak-anak yang tidak disusui memiliki risiko sering terkena penyakit dan

bahkan menyebabkan kematian dan kecacatan.

d. Faktor lingkungan

faktor lingkungan merupakan faktor penyebab tidak langsung

terjadinya stunting. Kondisi sanitasi dasar lingkungan (air bersih, jamban

keluarga, saluran pembuangan air limbah, pengelolaan sampah) yang tidak

baik merupakan penyebab utama munculnya penyakit-penyakit infeksi,

diantaranya diare dan kecacingan pada balita. Penyakit infeksi menyebabkan

terjadinya gangguan absorbsi zat-zat saat proses pencernaan. Akibatnya yang

dapat ditimbulkan oleh penyakit infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan

bila kondisi seperti ini berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada

pemasukan yang mencukupi guna proses penyembuhan, maka akan berakibat

terhadap terjadinya balita stunting

3. Ciri – ciri stunting

Tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda

tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ

maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur

19
dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang,

dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh)

(Artika, 2017)

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses

diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Pertumbuhan mempunyai ciriciri khusus, yaitu (Artika, 2017). :

a. Anak yang stanting, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan

(lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan

dengan anak non-stanting jika ditempatkan dalam situasi penuh

tekanan.

b. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting)

menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori

belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak.

c. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah

5cm/tahun decimal

d. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis,

rambut ketiak, panjangnya testis dan volume testis

e. Wajah tampak lebih muda dari umurnya

f. Pertumbuhan gigi yang terlambat

4. Pencegahan stunting

Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara (Sutarto

et al., 2018):

20
a. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus

mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat

besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil

untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus

minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.

b. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi

makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.

c. Memantau pertumbuhan balita di posyandu. Merupakan upaya yang

sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

d. Memberikan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap

menjadikan anak tetap sehat untuk dirinya sendirinya dan lingkungannya.

1) Hepatitis B

2) Poliomyelitis (Polio dan IPV)

3) Tubercolosis (BCG)

4) Difteri (DPT)

5) Pertusis (DPT)

6) Tetanus (DPT)

7) Pneumonia dan Meningitis (Hib)

8) Campak

e. Meningkatkan akses terhadap tingkat risiko jamban keluarga dan air

bersih, serta menjaga kebersihan lingkungan.

21
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Keluarga Dan Rumah


Tangga

Pemberian asupan
makanan yang kurang
memadai

Pemberian ASI Stunting

Penyakit Infeksi Diare

Air Bersih

Jamban Keluarga

Keterangan :
= Tidak Diteliti

= Diteliti

Gambar 2

Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa

Stunting dapat disebabkan oleh beberapa indikator diantaranya yaitu melalui

jamban keluarga dan air bersih didalam kehidupan sehari hari. kurangnya

22
penyediaan jamban dan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat secara tidak

langsung berhubungan dengan kejadian stunting pada balita

B. Variabel dan Difinisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel Independen : Tingkat Risiko Jamban Keluarga dan Air

Bersih

b. Variable Dependen : Stunting

c. Variabel Pengganggu : Keluarga dan Rumah Tangga,

Pemberian Asupan Makanan Yang Kurang Memadai,

Pemberian ASI dan Penyakit Infeksi

Hubungan antar variabel

Variabel Independen: Variable dependen

Tingkat Risiko Jamban


Kejadian Stunting
Keluarga dan Air Bersih

Variabel Penganggu
1. Keluarga dan Rumah Tangga
2. Pemberian Asupan Makanan Yang Kurang
Memadai
3. Pemberian ASI
4. Penyakit Infeksi

Gambar 3.

Hubungan antar variable

23
2. Definisi operasional

Tabel 1
Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Pengukuran

1 Tingkat Besaran Wawancara Tingkat risiko Ordinal


risiko kualitas dengan tinggi= Bila jumlah
Jamban pemenuhan menggunakan jawaban Tidak : 5-7
keluarga persyaratan kuisioner Tingkat risiko
jamban yang sedang= Bila jumlah
dimiliki oleh jawaban Tidak : 1-4
keluarga Tingkat risiko
rendah= Bila jumlah
jawaban Tidak : 0

2 Tingkat Besaran Wawancara Tingkat risiko Ordinal


Risiko Air kualitas dengan tinggi= Bila jumlah
Bersih pemenuhan menggunakan jawaban Tidak : 5-7
persyaratan kuisioner Tingkat risiko
air bersih sedang= Bila jumlah
yang dimiliki jawaban Tidak : 1-4
oleh keluarga Tingkat risiko
rendah= Bila jumlah
jawaban Tidak : 0
3 Stunting Diagnosa Studi Sangat pendek <-3 Ordinal
balita Dokumen SD
stunting yang Pendek -3SD s/d +
dilihat pada <-2 SD
buku Normal -2 SD s/d +
KMS/KIA 3SD
Tinggi >+3SD

24
C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian Stunting di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

2. Ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian Stunting di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasi. Dan

menggunakan desain kasus kontrol (Case Control). Sebagai kelompok kasus

dalam penelitian ini adalah balita dibawah umur 5 tahun yang terkena stunting

yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar, Bali.

sebagai kontrol adalah balita dibawah umur 5 tahun yang dalam keadaan sehat

yang berada di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar. (Dr

Saryono, 2013).

B. Alur penelitian

Penelitian ini memili alur penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan orientasi lapangan dengan melihat kondisi lokasi penelitian.

2. Melakukan identifikasi masalah dengan mencakup studi kepustakaan.

3. Menetapkan tujuan penelitian yang akan diteliti.

4. Mengurus surat ijin yang diperlukan saat pengambilan data yang diserahkan

kepada pihak UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

5. Melakukan wawancara dengan menggunkan instrument berupa lembar

kuisioner serta melakukan observasi dalam proses pengumpulan data.

6. Setelah pengumpulan data lalu penulis memberikan sedikit Edukasi

mengenai pentingnya pemeliharaan jamban keluarga dan sarana air bersih

kepada responden.

7. Melakukan evaluasi terkait kegiatan yang telah dilakukan.

26
8. Penyusunan hasil laporan skripsi penelitian yang telah dilaksanakan.

Orientasi Lapangan

Identifikasi Masalah
Studi Kepustakaan

Tujuan Penelitian

Ijin Penelitian

Kuisioner
Pengumpulan Data
Observasi

Edukasi mengenai pentingnya pemeliharaan jamban


keluarga dan sarana air bersih kepada responden.

Evaluasi Tindakan

Penyusunan laporan hasil Skripsi

Gambar 4.
Alur Penelitian

27
C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan yaitu dari Maret s/d

April 2022.

2. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Blahbatuh II Kabupaten Gianyar, Bali. Penelitian memilih lokasi penelitian ini

atas beberapa pertimbangan, yaitu.

a. UPTD Puskesmas Blahbatuh II merupakan salah satu wilayah yang

terkena lokus (Lokasi Fokus) stunting tertinggi di Kabupaten Gianyar.

b. UPTD Puskesmas Blahbatuh II memiliki balita yang mengalami kejadian

stunting dan balita sehat.

D. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memberi informasi

dari balita yang berumur 0-59 bulan yang berada di Wilayah UPTD Puskesmas

Blahbatuh II Gianyar dengan jumlah populasi sebanyak 60 balita yang dilihat

pada kelompok kasus dalam penelitian ini sebanyak 30 balita yang di diagnose

stunting yang dilihat pada buku KMS/KIA dan pada kelompok control

sebanyak 30 balita yang dalam keadaan sehat dengan kriteria sebagai berikut :

a. Bersedia menjadi sampel penelitian dan mengisi formulir kesediaan

menjadi responden.

b. Berumur 0-59 bulan.

c. Balita laki-laki dan perempuan

28
d. Terdaftar menjadi anggota di posyandu di Wilayah UPTD Puskesmas

Blahbatuh II. Gianyar

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Jenis teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu sampel tidak acak atau non probability sampling.

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik pengambilan sampel

adalah non probability Sampling yaitu quota sampling adalah penelitian

mengumpulkan subyek yang memenuhi persyaratan (subyek yang mudah

ditemui) hingga terpenuhinya jumlah (Quatum) yang telah di tetapkan.

Pelaksanaan pengambilan sampel dengan jatah sangat tergantung kepada

peneliti, tetapi dengan kriteria dan jumlah yang telah di tentukan

sebelumnya (Dr Saryono, 2013) Sampel sudah di tentukan sebanyak 60

orang itu balita stunting sebanyak 30 orang dan balita normal 30 orang.

29
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari sampel

penelitian. Data primer dalam penelitian ini antara lain:

1) Data identitas responden yaitu nama, umur, pekerjaan orang tua, alamat,

nomor handphone.

2) Data mengenai tingkat risiko jamban yang dimiliki oleh responden dan

memenuhi syarat kesehatan (jenis kloset yang dipergunakan, jarak antara

lubang resapan septic tank dengan sumur atau sumber air, lantai kedap

air dan landau miring, bangunan jamban permanen, terdapat ventilasi

udara pada jamban, tersedia air, sabun, alat pembersih pada jamban,

jamban dibersihkan secara teraturdan tidak terdapat binatang

pengganggu.).dengan menggunakan metode Wawancara dengan

menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung

3) Data mengenai tingkat risiko air bersih yang dimiliki oleh responden

(sumber air yang dipergunakan apakah tercukupi atau tidak serta

memenuhi persyarat kualitas fisik air, pengolahan air minum dan

penyimpanan air minum, jarak antara sumber air dengan septik tank.)

dengan menggunakan metode wawancara dengan menggunakan

kuisioner dan pengamatan langsung.

30
4) Data mengenai keadaan balita menderita stunting yang di lihat pada buku

KMS/KIA dilakukan dengan metode studi dokumen yaitu hanya melihat

pada buku KMS/KIA.

b. Data sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum tentang wilayah kerja

UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data

Berdasarkan data yang dikumpulkan sebagai berikut :

1) Data identitas responden yaitu nama, umur, pekerjaan orang tua, alamat,

nomer hanhphone. Data ini diperoleh dengan cara pengisian formulir

identitas responden oleh peneliti dengan wawancara kepada ibu anak

balita.

2) Data identifikasi mengenai keadaan jamban rumah tangga. Data ini

diperoleh dengan cara pengisian quisioner oleh peneliti dengan

wawancara kepada ibu anak balita mengenai keadaan jamban rumah

tangga

3) Data identifikasi mengenai sarana air bersih keluarga. Data ini diperoleh

dengan cara pengisian quisioner oleh peneliti dengan wawancara kepada

ibu anak balita

4) Data mengenai Keadaan balita apakah menderita stanting yang dilihat

pada buku KMS/KIA Data ini diperoleh dengan

31
3. Instrument pengumpulan data

Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah alat

tulis dan kuisioner

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Editing.

1) Data Identitas diolah secara deskriptif dengan tambel distribusi frekuensi

2) Data mengenai keadaan jamban rumah tangga diolah secara deskriptif

dengan tambel distribusi frekuensi

3) Data mengenai sarana air bersih keluarga diolah secara deskriptif

dengan tambel distribusi frekuensi

4) Data mengenai Keadaan balita apakah menderita stunting diolah secara

deskriptif dengan tambel distribusi frekuensi

b. Entry data

Entry data yang telah diperoleh dimasukkan dengan menggunakan

program SPSS dari komputer.

c. Cleaning

Cleaning dilakukan untuk menghilangkan data-data dari proses

entry data yang tidak diperlukan dan merapikan semua proses pengolahan

data.

d. Coding

Coding adalah memberikan kode data variabel – variabel penelitian

32
e. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

2. Analisis data

Untuk menganalisis hubungan antara tingkat ressiko jamban keluarga

dan air bersih terhadap kejadian stunting, dilakukan dengan analisis statistic

untuk mengetahui hubungan variable yang akan diuji. Adapun variabel yang

akan diuji adalah tingkat risiko jamban keluarga dan air bersih terhadap

kejadian stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar

dengan menggunakan bantuan program computer untuk analisis data dan

untuk menentukan ada tidaknya suatu hubungan dengan melakukan uji Chi-

Squere yang disajikan dalam bentuk table silang dengan rumus sebagai

bderikut :

(𝑓0−𝑓𝑒)2
X2 = ∑ 𝐹𝑒

Keterangan

X2 : nilai Chi-kuadrat

Fo : nilai atau frekuensi yang diharapkan

Fe : Nilai atau frekuensi yang diharapkan dari masing masing sampel

33
G. Etika Penelitian

Penelitian ini menghormati hak-hak subyek, untuk itu prinsip etika

diterapkan pada penelitian ini yaitu :

1. Respect for persons

Peneliti menghormati harkat dan martabat manusia, otonomi, perbedaan nilai

budaya dan menjamin kerahasiaan sebagai subyek peneliti. Untuk itu peneliti

melakukan persetujuan setelah penjelasan (PSP).

2. Benificence

Benificence yaitu tidak berbuat merugikan subyek. Peneliti telah

mempertimbangkan bahwa penelitian ini lebih banyak manfaat daripada

kerugian dari penelitian ini. Peneliti juga memaksimalkan manfaat dan

meminimalkan risiko dengan penelaahan hasil penelitian terdahulu.

3. Justice Berlaku adil.

Peneliti berlaku adil tanpa membedakan antar subyek penelitian. Semua

subyek akan mendapatkan perlakukan yang sama.

34
BAB V

HASIL DAN PEMBHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar

UPTD Puskesmas Blahbatuh II berdiri pada tahun 1980, mempunyai

Luas wilayah 20,05 km2 berada pada ketinggian ± 300 m dari permukaan laut

dan terdiri dari 4 desa serta 38 dusun dengan jumlah posyandu sebanyak 39

unit posyandu

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II terdiri dari 4 Desa yaitu

desa Saba, desa Bedulu, desa Blahbatuh, dan desa Buruan. Dengan Jumlah

penduduk selama tahun 2020 sebesar 38.048 jiwa, Sebagian besar

penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri,

pegawai swasta, dan petani. Wilayah kerjanya merupakan daerah transisi

perkotaan dan mobilitas penduduk cukup tinggi didukung oleh sarana

transportasi yang cukup lancar, serta keadaan penduduk yang sangat

heterogen, sehingga akan rentan terjadinya penyebaran penyakit.

Menurut Frofil UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar, Dari jumlah

keluarga sebanyak 38.292 KK untuk kepemilikan Jamban keluarga sebanayak

38.292 (100%) dan kepemilikan saranan air bersih sebanyak 38.292 (100%)

KK telah memiliki akses air bersih.

35
2. Identitas responden

a. Umur responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 2

menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan umur responden dapat

dilihat pada table 2 bahwa dari 60 responden sebanyak 38.3% responden

berumur 20 – 30 tahun, 55.0% berumur 31 – 40 tahun, 3.3% berumur 41 – 50

tahun, 1.7% berumur 51 – 60 tahun, 1.7% berumur 61 – 70 tahun. Distribusi

responden berdasarkan umur dapat dilihat pada table 2 sebagai berikut:

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden Jumlah %


(Tahun)

20 – 30 23 38.3
31 – 40 33 55.0
41 – 50 2 3.3
51 – 60 1 1.7
61 – 70 1 1.7

Total 60 100%

36
b. Pekerjaan responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil distribusi responden

berdasarkan jenis pekerjaan resonden dapat dilihat pada table 3 bahwa dari 60

responden sebanyak 76.6% responden bekerja sebagai wiraswasta, 6.7%

pedagang, 3.3% buruh, 1.7% honorer, 10.0% ibu rumah tangga, 1.7% petani.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada table 3 sebagai

berikut:

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden Jumlah %

Wiraswasta 46 76.6
Pedagang 4 6.7
Buruh 2 3.3
Honorer 1 1.7
Ibu rumah tangga 6 10.0
Petani 1 1.7

Total 60 100%

37
3. Identitas Sampel

a. Jenis Kelamin Sampel

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil distribusi sampel

berdasarkan jenis kelamin sampel dapat dilihat pada table 4 bahwa dari 60

sampel sebanyak 43,3 % sampel dengan jenis kelamin laki-laki dan 56.7%

sampel yang dengan jenis kelamin perempuan. Distribusi sampel dengan jenis

kelamin dapat dilihat pada table 4 sebagai berikut:

Tabel 4
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Sampel

Jenis Kelamin Sampel Jumlah %

Laki – Laki 26 43.3


Perempuan 34 56.7

Total 60 100%

38
b. Umur Balita

Berdasarkan hasil penelitian mmenunjukkan hasil distribusi balita

berdasarkan umur balita dapat dilihat pada table 5 bahwa dari 60 Balita

sebanyak 10.0% sampel berumur 1 – 12 bulan, 18.3% sampel berumur 13 – 24

bulan, 41.7% sampel berumur 25 – 36 bulan, 10.0% sampel berumur 37 - 48

bulan, dan 20,0% sampel berumur 49 – 69 bulan. Distribusi sampel dengan

umur sampel dapat dilihat pada table 5 sebagai berikut:

Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Balita

Umur Balita (Bulan) Jumlah %

1 – 12 6 10.0
13 – 24 11 18.3
25 – 36 25 41.7
37 – 48 6 10.0
49 – 60 12 20.0

Total 60 100%

39
4. Tingkat Risiko Jamban Keluarga

Tingkat Risiko Jamban Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil distribusi jamban

keluarga berdasarkan tingkat risiko jamban keluarga dapat dilihat pada table 6

bahwa dari 60 sampel sebanyak 18 sampel (35.0%) dengan tingkat risiko

rendah, 41sampel (63,3%) dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%)

dengan tingkat risiko tinggi. Distribusi jamban keluarga berdasarkan tingkat

risiko tingkat risiko jamban keluarga dapat dilihat pada table 6 sebagai berikut:

Tabel 6
Distribusi Jamban Keluarga Berdasarkan Tingkat Risiko Jamban Keluarga

Tingkat Risiko Jamban Keluarga Jumlah %

Tingkat Risiko Rendah 18 35.0

Tingkat Risiko Sedang 41 63.3

Tingkat Risiko Tinggi 1 1.7

Total 60 100%

40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

sebanyak 18 sampel (30.0%) dengan tingkat risiko rendah, 41sampel (63,3%)

dengan tingkat risiko sedang dan 1 sampel (1,7%) dengan tingkat risiko tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa jamban keluarga di wilayah UPTD Puskesmas

Blahbatuh II Gianyar masih rendah yang menerapkan dari pada persyaratan

jamban sehat. Dari hasil observasi ditemukan beberapa jamban keluarga tidak

memenuhi syarat daripada jamban sehat yaitu dengan bangunan jamban jarang

dibersihkan sehingga dinding kotor dan berlumut, kloset jarang di bersihkan,

ada lubang pada dinding jamban sehingga dapat dikatakan jamban tersebut

tidak memenuhi persyaratan jamban sehat.

41
5. Air Bersih

a. Tingkat Risiko Air Bersih

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil distribusi air

bersih berdasarkan tingkat risiko air bersih dapat dilihat pada table 7 bahwa dari

60 sampel sebanyak 38 sampel ( 63.3%) dengan tingkat risiko rendah, 22

sampel (36.7%) dengan tingkat risiko sedang dan 0 sampel (0%) dengan tingkat

risiko tinggi. Distribusi sarana air bersih berdasarkan tingkat risiko sarana air

bersih dapat dilihat pada table 7 sebagai berikut:

Tabel 7
Distribusi Air Bersih Berdasarkan Tingkat Risiko Air Bersih

Tingkat Risiko Air Bersih Jumlah %

Tingkat Risiko Rendah 38 63.3


Tingkat Risiko Sedang 22 36.7
Tingkat Risiko Tinggi 0 0

Total 60 100%

42
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

sebanyak 38 sampel ( 63.3%) dengan tingkat risiko rendah, 22 sampel (36.7%)

dengan tingkat risiko sedang dan 0 sampel (0%) dengan tingkat risiko tinggi.

Hal ini menunjukkan masih rendahnya penerapkan dari pada persyaratan air

bersih. Dari hasil observasi ditemukan beberapa sarana air bersih tidak

memenuhi daripada persyaratan air bersih yaitu dengan air yang digunakan

tidak memenuhi persyaratan kualitas fisik air yaitu tidak berwarna sehingga

dapat dikatakan sarana air bersih tersebut tidak memenuhi persyaratan air

bersih.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dengan Kejadian

Stunting

Berdasarkan hasil penelitian tingkat risiko jamban keluarga dengan

kejadian stunting dapat dilihat pada table 8 menunjukkan hasil distribusi bahwa

tingkat risiko jamban keluarga dengan risiko rendah sebanyak 18 sampel

(16.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban

keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41

sampel (63.5%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan

jamban keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak

1 sampel (1.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 0% dengan

jamban keluarga pada balita tidak stunting.

43
Table 8
Distribusi Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dengan Kejadian Stunting

Tingkat Diagnosa Stunting Jumlah P CC


risiko
Jamban Stunting Tidak Stunting
Keluarga
F % F % F %

Tingkat
Risiko
Rendah 3 16.7 15 83.3 18 100

Tingkat
Risiko
Sedang 26 63.5 15 36.5 41 100 0.003 0,408

Tingkat
Risiko
Tinggi 1 100 0 0 1 100

Total 30 50 30 50 60 100

p<0,05

Untuk menjawab hipotesis apakah ada hubungan antara tingkat risiko jamban

keluarga dengan kejadian stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II

Gianyar, untuk mendapat hasil dari kedua variable tersebut digunakan uji Chi-

Square. Uji ini digunakan karena kedua variable ini adalah skala ordinal.

Dengan menggunakan program komputer kemudian diuji menggunakan uji

statistic dengan α=0,05. Setelah dilakukan uji didapatkan hasil p<0,05. Ini

menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat risiko jamban keluarga dengan

kejadian stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar. Hasil

tersebut diperkuat dengan nilai CC (Contingency Coeffient) yang

menunjukkan tingkat hubungan sedang dengan hasil 0,408

44
2. Hubungan Tingkat Risiko Air Bersih Dengan Kejadian Stunting

Berdasarkan hasil penelitian hubungan tingkat risiko air bersih dengan

kejadian stunting dapat dilihat pada table 9 menunjukkan hasil distribusi

bahwa tingkat risiko air bersih dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel

(34.3%) dengan air bersih pada balita stunting, 65.7 % dengan air bersih pada

balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 22 sampel (77.3%)

dengan air bersih pada balita stunting, 22.7 dengan air bersih pada balita tidak

stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0 sampel (0%) dengan air bersih

pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada balita tidak stunting.

Table 9
Distribusi Tingkat Risiko Air Bersih Dengan Kejadian Stunting

Tingkat Diagnosa Stunting Jumlah P CC


risiko
air Stunting Tidak
bersih stunting

F % F % F %

Tingkat
Risiko
Rendah 13 34.3 25 65.7 38 100

Tingkat
risiko
sedang 17 77.3 5 22.7 22 100 0.001 0,383

Tingkat
Risiko
Tinggi 0 0 0 0 0 0

Total 30 50 30 50 60 100

p<0,05

45
Untuk menjawab hipotesis apakah ada hubungan tingkat risiko sarana air

bersih dengan kejadian stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II

Gianyar, untuk mendapat hasil dari kedua variable tersebut digunakan uji Chi-

Square. Uji ini digunakan karena kedua variable ini adalah skala ordinal.

Dengan menggunakan program komputer kemudian diuji menggunakan uji

statistic dengan dengan α=0,05. Setelah dilakukan uji didapatkan hasil p<0,05.

Ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian

stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar. Hasil tersebut

diperkuat dengan nilai CC (Contingency Coeffient) yang menunjukkan tingkat

hubungan rendah dengan hasil 0,383

C. Pembahasan

a. Tingkat Risiko Jamban Keluarga

Berdasarkan pada tabel 8 menunjukkan hasil distribusi bahwa

tingkat risiko jamban keluarga dengan risiko rendah sebanyak 18 sampel

(16.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 83.3% dengan jamban

keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 41

sampel (63.5%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 36.5% dengan

jamban keluarga pada balita tidak stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak

1 sampel (1.7%) dengan jamban keluarga pada balita stunting, 0% dengan

jamban keluarga pada balita tidak stunting.

Dari hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai

asymp.sig (2-sided) sebesar 0,003.karena nilai asymp.sig (2-sided)0,003

<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti

ada hubungan tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting di

46
wilayah kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar tahun 2022. Untuk

melihat kuat lemahnya hubungan dilihat dari nilai Contingency Coeffient (CC)

yaitu 0,408. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang sedang antara variable

tingkat risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat

membuang dan mengumpulkan kotoran manusia (kakus/wc) dan dilengkapi

dengan sarana penampungan kotoran/tinja sehingga tidak menjadi penyebab

atau penyebaran penyakit dan mengotori lingkungan permukiman. Sedangkan

jamban sehat merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat

membuang dan mengumpulkan kotoran manusia (kakus/jamban) berbentuk

leher angsa dan dilengkapi dengan sarana penampungan tinja/septic tank

sehingga tidak menjadi penyebab atau penularan penyakit. (Lamentira, 2020).

Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan adalah

tidak mengotori permukaan tanah disekitarnya, tidak mengotori air dalam

tanah disekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai

tempat vektor bertelur dan berkembangbiak. Jamban yang tidak saniter

menjadi sumber penyebaran Escherichia coli, bakteri penyebab diare. Tempat

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan

risiko terjadinya diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan

dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang

memenuhi syarat sanitasi (Lamentira, 2020).

Jamban yang tidak sehat akan menunjukan kondisi yang kurang baik

bagi keluarga dimana hal tersebut dapat menjadi media pemindahan kuman

dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai media

47
perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, serta sayuran.

Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan

memutuskan rantai 71 penularan penyakit dan merupakan penghalang sanitasi

(sanitation barrier) kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang

potensial (Rezki,A.I.C 2021).

Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi pada jamban

keluarga yang tidak memenuhi persyaratan daripada jamban sehat. jamban

yang tidak memenuhi persyaratan daripada jamban sehat merupakan penyebab

utama munculnya penyakit- penyakit infeksi, diantaranya diare dan kecacingan

pada balita. Penyakit infeksi menyebabkan terjadinya gangguan absorbsi zat-

zat saat proses pencernaan. Akibatnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit

infeksi ialah berat badan bayi menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung

dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses

penyembuhan, maka akan berakibat terhadap terjadinya stunting pada balita.

Menurut (Faisya, F. dkk 2021) mengungkapkan bahwa tingkat risiko

jamban keluarga yang tidak memenuhi persyaratan daripada jamban sehat

dapat berhubungan dengan kejadian stunting pada anak balita di India. Perilaku

tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan akibat penyebaran kuman

pathogen dari fecal. Apabila kuman tersebut tersentuh oleh anak yang dalam

proses pertumbuhan yang memiliki perilaku memasukkan jari kedalam mulut

menyebabkan anak akan menelan sejumlah bakteri fecal yang dapat

menginfeksi usus. Kondisi infeksi usus berupa diare dapat mempengaruhi

status gizi anak dengan mengurangi nafsu makan, mengganggu penyerapan

48
gizi yang menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi dan gangguan

pertumbuhan.

Penggunaan fasilitas jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan,

praktek open defecation dan pembuangan feces balita tidak pada jamban

menyebabkan anak-anak terkontaminasi dengan pencemaran lingkungan,

sehingga memudahkan penularan patogen yang berasal dari tinja dan

meningkatkan kejadian stunting pada balita. Studi yang dilakukan di Peru

membuktikan bahwa pembuangan tinja balita yang tidak aman, penggunaan

jamban oleh anak-anak yang rendah akibat resiko tinggi jatuh pada anak,

meningkatkan prevalensi diare, penyakit cacingan dan kejadian stunting pada

balita. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dari keluarga dalam

pembuangan tinja balita harus pada toilet yang sesuai (Faisya, F. dkk 2021).

Untuk memenuhi persyaratan daripada jamban keluarga diharapkan

pada pihak puskesmas Sebaiknya melakukan upaya peningkatan sanitasi

masyarakat, agar semua aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi

persyarat. Dan masyarakat juga diharapkan dapat menerapkan PHBS dalam

kehidupan sehari hari di rumah tangga. Perlunya peningkatan sanitasi dasar

yang memenuhi syarat di rumah tangga agar terciptanya penerapan PHBS.

Untuk memenuhi terjaganya jamban yang baik maka perlu

menyediakan fasilitas peengelolaan yang mencukupi, karena tanpa adanya

fasilitas maka usaha pengelolaan jamban keluarga tidak dapat terlaksana.

Untuk itu perlu disediakan alat pengelolaan jamban seperti alat pembersih,

saluran pembuangan dan fasilitas lainnya.

49
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Faisya, F. dkk 2021).

yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat risiko jamban

keluarga dengan kejadian stunting pada balita yaitu dengan tingkat risiko

rendah sebanyak 33,3%. dengan tingkat risiko sedang sebesar 50,0% dan

dengan tingkat risiko tinggi sebesar 16,7%.

b. Tingkat Risiko Air Bersih

Berdasarkan hasil penelitian hubungan sarana air bersih dengan

diagnosa stunting dapat dilihat pada table 9 menunjukkan hasil distribusi

bahwa tingkat risiko air bersih dengan risiko rendah sebanyak 38 sampel

(34.3%) dengan air bersih pada balita stunting, 65.7 % dengan air bersih pada

balita tidak stunting. Dari tingkat risiko sedang sebanyak 22 sampel (77.3%)

dengan air bersih pada balita stunting, 22.7 dengan air bersih pada balita tidak

stunting. Dari tingkat risiko tinggi sebanyak 0 sampel (0%) dengan air bersih

pada balita stunting, 0% dengan air bersih pada balita tidak stunting.

Dari hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai

asymp.sig (2-sided) sebesar 0,001.karena nilai asymp.sig (2-sided)0,001

<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti

ada hubungan tingkat risiko air bersih dengan kejadian stunting di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar tahun 2022. Untuk melihat kuat

lemahnya hubungan dilihat dari nilai Contingency Coeffient (CC) yaitu 0,383.

Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang rendah antara variable tingkat

risiko jamban keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

50
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air bersih adalah

air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Persyaratan tersebut adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologi sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping. Penyediaan air bersih memainkan peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau kesehatan

masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita

penyakit khususnya berhubungan dengan air, dan berperan dalam

meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat (Aisharya, 2017)

Menurut (Aisharya, 2017) Air bersih yang tercemar dapat

menimbulkan risiko terjadinya penyakit seperti waterborne disease yaitu

penyakit yang ditularkan oleh air pada manusia secara langsung melalui

persediaan air dan water washed disesase yaitu penyakit yang disebabkan

oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan. Kuman

pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit ditularkan kepada

manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Beberapa penyakit bawaan

air yang sering ditemukan yaitu, diare, kolera, tifus dan hepatitis A

Air yang tidak layak tersebut dapat meningkatkan risiko kejadian

stunting salah satunya melalui mekanisme kejadian diare pada balita. lnfeksi

dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit

ini juga mengahabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai

(Aisharya, 2017)

51
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi pada sarana air

bersih yang tidak memenuhi persyaratan daripada air bersih. air yang tidak

memenuhi persyaratan daripada air bersih merupakan penyebab utama

munculnya penyakit- penyakit infeksi, diantaranya diare dan kecacingan pada

balita. Penyakit infeksi menyebabkan terjadinya gangguan absorbsi zat-zat saat

proses pencernaan. Akibatnya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit infeksi

ialah berat badan balita menurun, dan bila kondisi seperti ini berlangsung

dalam waktu yang lama tanpa ada pemasukan yang mencukupi guna proses

penyembuhan, maka akan berakibat terhadap terjadinya balita stunting.

Untuk memenuhi persyaratan daripada air bersih diharapkan pada

pihak puskesmas Sebaiknya melakukan upaya peningkatan sanitasi

masyarakat, agar semua aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi

persyarat. Dan masyarakat juga diharapkan dapat menerapkan PHBS dalam

kehidupan sehari hari di rumah tangga. Perlunya peningkatan sanitasi dasar

yang memenuhi syarat di rumah tangga agar terciptanya penerapan PHBS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Faisya, F. dkk 2021).

yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat risiko jamban

keluarga dengan kejadian stunting pada balita yaitu dengan tingkat risiko

rendah sebanyak 45,7%. dengan tingkat risiko sedang sebesar 50,0% dan

dengan tingkat risiko tinggi sebesar 4,3%.

52
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh

simpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Hubungan Tingkat

Risiko Jamban Keluarga dan Air Bersih Dengan Kejadian Stunting di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar sebagai berikut:

1. Tingkat risiko jamban keluarga di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh

II Gianyar menunjukan dengan tingkat risiko rendanh sebanyak 30.0%,

sesedang sebanyak 63,3%, dan tinggi sebanyak 1,7%.

2. Tingkat risiko air bersih di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II

Gianyar menunjukkan dengan tingkat risiko rendanh sebanyak 63.3%

dan sedang sebanyak 36.7%.

3. Adanya hubungan antara tingkat risiko jamban keluarga dengan

kejadian stunting di wilayah UPTD Puskemas Blahbatuh II Gianyar

4. Adanya hubungan antara tingkat risiko air bersih dengan kejadian

stunting di wilayah UPTD Puskemas Blahbatuh II Gianyar

53
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal saran yang dapat

disampaikan antara lain :

1. Kepada UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar

Sebaiknya dilakukan upaya peningkatan sanitasi masyarakat, agar

semua aspek sanitasi dasar rumah tangga menjadi memenuhi syarat.

Sanitasi dasar rumah tangga terdiri atas tingkat risiko jamban keluarga

dan tingkat risiko air bersih.

2. Kepada Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat menerapkan PHBS dalam kehidupan

sehari hari di rumah tangga. Perlunya peningkatan sanitasi dasar yang

memenuhi syarat di rumah tangga agar terciptanya penerapan PHBS.

54
Daftar Pustaka

Aisharya, I. (2017). Arahan Penyediaan Air Bersih Dengan Konsep Corporate


Social Responsibility Di Kabupaten Lamongan.
Al Ihsan, Muchsin Riviwanto, D. (2019). PENGARUH SUMBER AIR BERSIH,
JAMBAN, DAN POLA ASUH TERHADAP STUNTING PADA BALITA
DENGAN DIARE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Al. 39(1), 1–5.
Artika, M. F. (2017). PENGARUH STUNTING PADA TUMBUH KEMBANG
ANAK. 1–14.
Astuti, W., Wibawati, F. H., & Devayanti, R. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Phbs Dengan Penggunaan Jamban Sehat: Phbs Dengan
Penggunaan Jamban Sehat. Jurnal Ilmiah Wijaya Volume, 12(1), 47–55.
Bintari, defina putri arief. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (Stbm) Pilar Satu Dengan Perilaku Pemanfaatan Jamban
Di Desa Putukrejo Wilayah Kerja Puskesmas Kalipare Oleh: Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Dr Saryono, M. D. A. (2013). Metodologi Penlitian, Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam Bidang Kesehatan.
Endah, T. A. (2019). Proposal Hibah Penelitian Program Kependudukan , KB dan
Pembangunan Keluarga Tahun 2019 Efektivitas Model Intervensi Ezipro (
Edukasi Gizi Dan Kesehatan Reproduksi ) Bagi Ibu Hamil Melalui
Pencegahan Balita Stunting (Issue 0311078702).
Faisya, F. (2021) ANALISIS DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA (USIA 24-
59 BULAN)

Gernauli Purba, I., Januar sitorus, R., Noya Liya Lubis, F., Studi Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, P., Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, P., & Diterima, N.
(2022). Metode Komposter Sampah Skala Rumah Tangga Sebagai Upaya
Intervensi Sensitif dalam Pencegahan Stunting pada Balita di Desa Muara
Penimbung Ulu Kecamatan Indralaya Household Scale Waste Composter
Method as a Sensitive Intervention Effort in Preventing Stun. 6(1), 30–41.
Hartati, S., & Zulminiati, Z. (2020). Fakta-Fakta Penerapan Penilaian Otentik di
Taman Kanak-Kanak Negeri 2 Padang. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(2), 1035–1044. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.521
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–
1178.
Kesehatan, D., & Gianyar, K. (n.d.). P r o f i l k e s e h a t a n k a b u p a t e n g i a
n y a r t a h u n 2 0 2 0.
Kuspini, Y., Sarjana, P., Masyarakat, K., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Husada, B.

55
(2021). SEHAT DI DESA LEBUAY BANDUNG KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2021 KABUPATEN LAHAT.
Lamentira, A. L. (2020). HUBUNGAN SUMBER AIR BERSIH DAN JAMBAN
SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA : SYSTEMATIC
REVIEW.
Nikmah, F. K. (2020). Pengaruh Tinggi Badan Ibu terhadap Kejadian Stunting
Balita Usia 24-59 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi, Pakem,
dan Cangkringan, Kabupaten …. Skripsi, 1–47.
Novitasari. (2020). PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI UPAYA 1000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN DENGAN METODE PENDEKATAN PENDIDIKAN
KESEHATAN INTERPROFESI DI DESA JEHEM KECAMATAN TEMBUKU
KABUPATEN BANGLI.
Provinsi Bali, D. K. (2020). PROFIl KESEHATAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI BALI 2020. Kesehatan Provinsi Bali 2020, 3, 103–111.
Ratma, J. N. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA BLIMBING KECAMATAN DOLOPO
KABUPATEN MADIUNNo Title.
Ri, P. (2020). peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 2 tahun 2020
tentang standar antropometri anak.
Rezki, A. I. C (2021) Hubungan Faktor Kesehatan Lingkungan Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita di Wilayah Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar Tahun
2021
Sutarto, Mayasari, D., & Reni Indriyani. (2018). Stunting, Faktor Risiko dan
Pencegahannya. 5.

56
Lampiran – lampiran

57
Lampiran 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Alamat : Jalan Sanitasi No 1 Sidakarya, Denpasar


Telp : (0361) 210447, Faksimile : (0361) 710448
Laman (website) : www.poltekkes-denpasar.ac.id

Nomor : PP.08.02/033/0366/2022 23 Februari 2022


Hal : Mohon Ijin Penelitian an. Dewa Gede Ari Anantha

Yth. Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali


di Denpasar

Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Sanitasi Lingkungan
Program Sarjana Terapan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Denpasar Tahun
2022, kami mohon ijin untuk melakukan penelitian yang digunakan dalam menyusun Tugas Akhir,
mahasiswa kami atas nama :

Nama : Dewa Gede Ari Anantha


NIM
: P07133218010
Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga dan Air
Judul Penelitian : Bersih Dengan Kejadian Stunting di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Blahbatuh II Gianyar Tahun 2022
No HP : 085739298472
Email : dewagedearianantha@gmail.com
Tempat Penelitian : UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar Tahun 2022
Waktu Penelitian : Bulan Maret s/d April

Demikian permohonan ini kami sampaikan atas kebijakan dan kerjasamanya kami
ucapkanterimaksih.

a.n. Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Denpasar
Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Denpasar,

I Wayan Sali, SKM, M.Si

Tembusan :
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar ( sebagai58laporan )
2. Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Gianyar
3. Kepala UPTD Puskesmas Blahbatuh Gianyar, Kabupaten Gianyar
Lampiran 2

59
Lampiran 3

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Jalan Ngurah Rai No. 5-7 Telp (0361) 942230

Website : https://dpmptsp.gianyarkab.go.id email : dpmptsp@gianyarkab.go.id


instagram @dpmptsp_gianyar
GIANYAR

SURAT KETERANGAN PENELITIAN/REKOMENDASI

NOMOR : 070/0122/IP/DPM PTSP/2022

I. Dasar
1. Kepetusan Bupati Gianyar Nomor 608/E-13/HK/2020 Tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Non Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Gianyar.
2. Surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Bali, Nomor :
B.30.070/730.E/IZIN-C/DPMPTSP, Tanggal 9 Maret 2022, Perihal : Surat Keterangan Penelitian / Rekomendasi
Penelitian,
3. Surat permohonan yang bersangkutan nomor : 0238/DPMPTSP/IP/2022 tanggal 11 Maret 2022.

II. Setelah Mempelajari dan meneliti rencana kegiatan yang diajukan, maka dipandang perlu memberikan
Rekomendasi Kepada :
Nama : Dewa Gede Ari Anantha
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Lingkungan Sengguan Kangin, Jalan Mangku Giweng Gang Nusa Indah No.1,
Gianyar, Gianyar
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga Dan Air Bersih Dengan Kejadian Stunting Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar Tahun 2022
Lokasi Penelitian : UPTD Puskesmas Blahbatuh II
Jumlah Peserta : 1 Orang
Lama Penelitian : 10 Maret 2022 s/d 9 April 2022

III. Dalam melakukan kegiatan agar yang bersangkutan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan kegiatan agar melaporkan kedatangannya kepada Camat setempat atau pejabat yang
berwenang
2. Dilarang melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan judul kegiatan. Apabila melanggar ketentuan,
maka Surat Keterangan/Rekomendasi akan dicabut dihentikan segala kegiatannya.
3. Mentaati segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta mengindahkan norma adat istiadat dan
budaya setempat.
4. Apabila masa berlaku Surat Keterangan/Rekomendasi ini telah berakhir, sedangkan pelaksanaan kegiatan
belum selesai, maka perpanjangan Surat Keterangan/Rekomendasi agar ditujukan kepada instansi pemohon.
5. Menyerahkan hasil kegiatan kepada Bupati Gianyar, melalui Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Gianyar

Di Keluarkan di Gianyar
Pada Tanggal 18 Maret 2022
Kepala Dinas Penanaman Modal danPelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar

I Dewa Gede Alit Mudiarta, SE.,MM


Pembina Utama Muda
NIP. 19650810 198503 1 005

60
Tembusan kepada Yth. :
1. Kepala UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar
2. Kepala DPM-PTSP Prov. Bali
3. Kepala Badan Kesbangpol Prov. Bali
4. Kepala Badan Kesbangpol Kab. Gianyar
5. Instansi Terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar sesuai keperluan penelitian
6. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penerbitan Surat
Keterangan/Rekomendasi ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Dokumen ini telah disahkan dengan tanda tangan elektronik yang tersertifikasi

61
Lampiran 4

SURAT KETTERANGAN KESEDIAN MENJADI

RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat : :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian dan

akan memberi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang berjudul

“Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga dan Air Bersih Dengan

Stunting di wilayah UPTD Puskesmas Blahbatuh II Gianyar”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun dan saya memahami keikutsertaan saya dapat memberi

manfaat dan terjaga kerahasian informasi yang saya berikan

Gianyar, ……………………..2022

Yang membuat pernyataan

(………………………..)

62
Lampiran 5

Identitas Responden Dan Sampel

Kode Sampel :

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Identitas Renponden

a. Nama :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Alamat :

e. No Telp :

2. Identitas Sampel

a. Nama :

b. Jenis Kelamin :

c. Umur :

d. BB : Kg TB:

CM

63
Lampiran 6

Formulir Kuisioner

B. TINGKAT RISIKO JAMBAN SEHAT

JENIS JAMBAN YANG DIMILIKI

4. Tidak ada

5. Cemplung tanpa tutup

6. Cemplung dengan tutup

7. Plengsengan

8. Leher angsa tanpa septiktank

9. Leher angsa dengan septiktank

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Lubang resapan septic tank

berjarak minimal 10 meter dari sumur atau

sumber air minum ?

2. Apakah Lantai kedap air dan

landai/miring kea rah lubang pembuangan

sehingga tidak ada air kotor yang

menggenang ?

3. Apakah keadaan bangunan jamban dalam

keadaan prmanen

64
4. Apakah terdapat ventilasi udara pada

jamban?

5. Apakah tersedia air, sabun, alat pembersih

pada jamban

6. Apakah jamban dibersihkan secara teratur

7. Tidak terdapat binatang pengganggu

didalam jamban seperti lalat, tikus, dan

kecoa

C. TINGKAT RISIKO AIR BERSIH

SUMBER AIR

1. Air kemasan

2. Air ledeng Dari PDAM

3. Air dari hidran umum

4. Air kran umum

5. Air dari sumur bor dgn pompa tangan/ listrik/ mesin

6. Air dari sumur gali

7. Air dari mata air

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah sumber air bersih sudah terpenuhi

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

65
2. Apakah air yang digunakan sudah

memenuhi kualitas fisik tidak berbau

3. Apakah air yang digunakan sudah

memenuhi kualitas fisik tidak berasa

4. Apakah air yang digunakan sudah

memenuhi kualitas fisik tidak berwarna

5. Untuk keperluan minum apakah saudara

memasak air sampai mendidih

6. Apakah saudara menampung air yang telah

dimasak pada wadah yang tertutup

7. Jarak antara sumber air bersih dari tempat

pembuangan tinja 10-15 meter

D. BALITA

1. Apakah balita pernah di diagnose stunting oleh tenaga medis yang

dilihat pada buku KMS/KIA

a. Ya

b. Tidak

2. Umur balita (…..)

3. Tinggi balita (…..)

66
Lampiran 7

HASIL REKAPITULASI MENGENAI IDENTITAS RESPONDEN DAN INDENTITAS SAMPEL


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKEMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022
IDENTITAS RESPONDEN IDENTITAS SAMPEL
NO Nama Umur Pekerjaan Alamat Nama Jenis Umur BB TB
(Tahun) Kelamin (Bulan) (KG) (CM)
1 KM Diatmika 33 1 Br.Liman Pt Ayudia Pratiwi 2 19 11 82.5
2 Sukarman 28 1 Br.Liman Devina Sri Lasmi 2 35 13.9 95
3 Wayan Wisaputra 30 1 Br.Liman Wy Lanang Chandra 1 36 15.3 98
Kusuma
4 Kd Andika 29 1 Br.Liman Widya Lestari 2 36 14 97
5 Wartoyo 32 1 Br.Liman Wy Balik Agus Putra 1 34 14.5 96
Sedana
6 Kt Swarja 29 1 Br.Sema Km Devayana 1 24 10.5 88
7 Pande Kt Dewi Parati 33 2 Br. Sema I Kadek Yuda Diara Putra 1 53 17.1 103
8 Nyoman Sumiarsa 32 1 Br. Sema Ni Kd Intan Nilona Putri 2 29 11.8 88
9 I Wayan Kina 28 1 Br. Buruan Ni Putu Ari Yuna 2 10 8.4 70
Nareswari
10 I Gd Sudarma 31 2 Br. Sema I Made Adi Budiarta 1 12 8.5 76
11 Sukadana 30 1 Br. Liman Pt Gd Bastian Dana Jaya 1 29 13.5 92
12 Md Gd Wijaya 33 1 Br. Liman kan Gd Aditya 1 30 14 93
13 Partwan 30 1 Br. Liman Ken Tri Kahayana 1 33 14.8 95
14 Wy Sana 37 1 Br. liman Putu AyuSuartini 2 29 13.2 91
15 Kd Agus Sutomo 35 1 Br. Liman Kd Lina Lasita Dewi 2 29 13 90

67
16 Ni Made Sarini 54 1 Br. sema I kadek Devin Arianta 1 60 16.7 108
17 Wayan Supardika 31 1 Br. Sema Ni Kd Eline Putri 2 6 8.5 64
18 Ni Kadek Suartini 33 1 Br.Sema Ni Putu Galuh Sanjiwani 2 17 10.1 81
19 Gst Ngr Wiratnata 31 1 Br. Sema Gst Ayu Arianya 2 52 15.2 101
20 Kt Yasa 35 1 Br. Buruan Kd Fitri Ayu Madani 2 24 10.1 88
21 Wayan Pjalik Suardan 49 1 Br. Sema Km Shilla Kumara Anjani 2 40 12.6 98
22 Gst Ngr Agung Putra 45 1 Br.Sema Gst Ngr Agung Bagus 1 35 13 94
Kencana Wisnu W.
23 Wayan Saputra 29 1 Br.Sema Ni MdDaniaCahya 2 24 10.5 83
Dwiputri
24 Km Gd Radiya 39 1 Br.Sema I Km Wisti Karunia 2 48 15.2 99
Tantri
25 I Made Lara 33 1 Br.Sema I Kadek Radika Putra 1 8 8 69
26 Wyn Rusman 35 1 Br. Liman Kd VanyaNaresvari 2 27 13 90
27 I Made Kardika Putra 40 1 Br.Sema Putu Nendra Pratama 1 60 20 115
28 Km Adiwijaya 30 1 Br.Liman Putu Divya Kirana 2 36 13 93
29 I Wayan Dirmantara 33 1 Br.Sema Ni Kadek Kesya Adelia 2 36 13.1 95
Putri
30 I Wayan EdiAntara 27 1 Br. Sema Ni Kadek Manik Andriani 2 24 11.3 86
31 Kd Supartini 34 5 Br. Tusan Kd Elina Gauri 2 44 12.9 92
32 Ardani 34 1 Br. Bunjung Md Juniarta Jelantik 1 18 78 72
33 Wyn Tanggar 38 1 Br. Terika Kdk Adiari 2 24 9 74.5
34 Nym Agus Juniadi 30 1 Br. Bunjung Kd Peri Anindya 2 60 11.5 95
Maheswari
35 A. A Rai Wirayuda 30 1 Br. Satria A.A Arka Parma Yunda 1 34 10.17 79
36 Gst Agung ayu Yuda 28 1 Br. Pokas Gst Ngurah Dipendra 1 53 17 94
Putri

68
37 L. Ani 30 2 Br. Pokas Ni Pt piola Mahaswari 2 53 11 94
38 Md Budiasa 30 1 Br. Tengah Kd Jaya Nopia 1 33 19.5 87
39 Md Andora 70 6 Br. Sema Kd Riski Aditya Pratama 1 12 7.7 69
40 Kt Artawan 33 1 Br. Kebon Kd Jana Wirajuna 1 56 13.2 100
41 I Wayan Balik Juliarta 37 4 Br.Sema I Putu Candara Aditya 1 24 9.2 79
Putra
42 Wyn Jana Negara 28 1 Br. Batu Kd Arka Guridna 1 28 9.1 83
Lanta
43 Gst Ngr Parta 30 1 Br. Lebah Gst ayu Tiara dewi 2 33 10.7 84
44 Gst Nyoman Parbi 36 5 Br. Lebah Gst Ngurah Atala Saputra 1 48 12.6 94
45 Wyn Juliantari 34 5 Br. Kulri Pt JunySri Daneswari 2 52 12 96
46 kt Suardika 29 1 Br. Tubuh Ni Md AyuPramesti 2 30 9.18 83
47 Pariana 38 1 Br. Tusan Km Deran Wiguna 1 33 10.3 86.5
48 Kertayasa 29 1 Br. Kd Bela CahyaPutri 2 41 11.6 90
Bangulima
49 Dewi Armini 29 2 Br. Babakan Made Wirajana Artawan 1 56 12.5 100
50 Md Krisnawan 30 1 Br. Bujung Gst Pt Ayu Aistia 2 56 11.5 96
51 Kd Ariani 36 5 Br. Wanayu Wyn Fina Oktariani 2 50 11.6 94
52 Pt Sugiantara 29 1 Br.Kebon Pt Nadine Apsari 2 16 9.2 69
53 Km Swanjana 30 1 Br. Taman Pt Riska Jayantri 2 36 9.7 84.2
54 Kt Sujana 35 1 Br. Wanayu Kt Ratri Ayantika 2 27 10 80
55 Gst Md Jati 38 1 Br. Wanayu Gst Ayu Cantika Laura 2 42 11.9 90
56 Md Suartawan 35 3 Br. Tegal Ni Km Alpina Anindira 2 33 10.13 86
Ling
57 A.A Sagung Putri 34 5 Br. Md Pradnya Rahayu 2 26 8.8 7.3
Bangulima
58 A.A Gede Rai 33 3 Br. Satria A.A Gd Dipa Putra 1 8 9.5 64

69
Agusdiana
59 Kt Sunarti 38 5 Br. Antugan Kt Miki Septiasa 1 27 9.8 79.8
60 Kd Astra 37 1 Br. Sema Kd khana Maswiguna 1 14 12.2 72

70
Lampiran 8

HASIL REKAPITULASI MENGENAI TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022
IDENTITAS Jarak Lantai Bangunan Terdapat Tersedia Jamban Tidak
SAMPEL Jenis Lubang Jamban Ventilasi Air, sabun dibersihkan Terdapat Jumlah
Kedap
NO Jamban Septik Tank Air Permanen Udara dan alat secara Binatang Ketersediaan KATAGORI
Nama Dengan pembersih teratur Pengganggu Jamban
Sumber air Sehat
1 Pt Ayudia Pratiwi 6 0 0 0 1 1 1 0 3 1
2 Devina Sri Lasmi 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
3 Wy Lanang Chandra 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Kusuma
4 Widya Lestari 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Wy Balik Agus P. S. 6 0 0 0 1 0 1 0 2 1
6 Km Devayana 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 I Kadek Yuda D. P. 6 0 0 0 1 0 1 0 2 1
8 Ni Kd Intan Nilona P. 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Ni Putu Ari Yuna N. 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 I Made Adi Budiarta 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
11 Pt Gd Bastian Dana J. 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
12 kan Gd Aditya 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
13 Ken Tri Kahayana 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
14 Putu AyuSuartini 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Kd Lina Lasita Dewi 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 I kadek Devin 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Arianta

71
17 Ni Kd Eline Putri 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ni Putu Galuh S. 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18
19 Gst Ayu Arianya 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kd Fitri Ayu Madani 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Km Shilla Kumara 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Anjani
22 Gst Ngr Agung 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Bagus Wisnu Wicak
23 Ni MdDaniaCahya 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Dwiputri
24 I Km Wisti Karunia 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
Tantri
25 I Kadek Radika Putra 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
26 Kd VanyaNaresvari 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
27 Putu Nendra Pratama 6 0 0 0 0 0 1 0 1 1
28 Putu Divya Kirana 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Ni Kadek Kesya 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Adelia Putri
30 Ni Kadek Manik 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Andriani
31 Kd Elina Gauri 6 0 1 0 1 0 0 0 2 1
32 Md Juniarta Jelantik 6 0 1 0 0 1 0 1 3 1
33 Kdk Adiari 6 1 1 0 0 0 1 1 4 1
34 Kd Peri Anindya 6 1 1 0 0 0 1 1 4 1
Maheswari
35 A.A Arka Parma 6 1 1 0 1 0 1 0 4 1
Yunda
36 Gst Ngurah Dipendra 6 1 1 0 1 0 1 0 4 1
37 Ni Pt piola 6 1 0 0 1 0 1 1 4 1
Mahaswari

72
38 Kd Jaya Nopia 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Kd Riski Aditya 6 0 1 0 1 1 1 1 5 2
Pratama
40 Kd Jana Wirajuna 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
41 I Putu Candara 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
Aditya Putra
42 Kd Arka Guridna 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
43 Gst ayu Tiara dewi 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
44 Gst Ngurah Atala 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Saputra
45 Pt JunySri Daneswari 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
46 Ni Md AyuPramesti 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
47 Km Deran Wiguna 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
48 Kd Bela CahyaPutri 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1
49 Made Wirajana 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
Artawan
50 Gst Pt Ayu Aistia 6 0 0 0 0 1 1 1 3 1
51 Wyn Fina Oktariani 6 0 0 0 1 0 1 1 3 1
52 Pt Nadine Apsari 6 0 0 0 1 1 1 1 4 1
53 Pt Riska Jayantri 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
54 Kt Ratri Ayantika 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
55 Gst Ayu Cantika 6 0 1 0 0 0 1 1 3 1
Laura
56 Ni Km Alpina 6 0 0 0 0 0 1 1 2 1
Anindira
57 Md Pradnya Rahayu 6 0 0 0 1 0 1 1 3 1
58 A.A Gd Dipa Putra 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 Kt Miki Septiasa 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60 Kd khana Maswiguna 6 1 0 0 1 0 1 0 3 1

73
Lampiran 9

HASIL REKAPITULASI MENGENAI TINGKAT RISIKO AIR BERSIH


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS BLAHBATUH II GIANYAR
TAHUN 2022

Air Jarak Sumber Jumlah


Air Bersih Sumber Kualitas Kualitas Kualitas Memasak disimpan Air Bersih Sarana
NO IDENTITAS SAMPEL Sudah air Fisik Fisik Fisik Air pada Dan Tempat Air KATAGORI
Terpenuhi Tidak Tidak Tidak Sampai wadah Pembuangan Bersih
Berbau Berasa Berwarna Mendidih Tertutup Tinja
Nama
1 Pt Ayudia Pratiwi 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Devina Sri Lasmi 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
3 Wy Lanang Chandra Kusuma 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Widya Lestari 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
5 Wy Balik Agus Putra Sedana 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
6 Km Devayana 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
7 I Kadek Yuda Diara Putra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Ni Kd Intan Nilona Putri 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
9 Ni Putu Ari Yuna Nareswari 0 5 0 0 0 0 0 1 1 1
10 I Made Adi Budiarta 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Pt Gd Bastian Dana Jaya 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
12 kan Gd Aditya 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Ken Tri Kahayana 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Putu AyuSuartini 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Kd Lina Lasita Dewi 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
16 I kadek Devin Arianta 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

74
17 Ni Kd Eline Putri 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Ni Putu Galuh Sanjiwani 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Gst Ayu Arianya 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kd Fitri Ayu Madani 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Km Shilla Kumara Anjani 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Gst Ngr Agung Bagus Wisnu 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Wicaksa
23 Ni MdDaniaCahya Dwiputri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
24 I Km Wisti Karunia Tantri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
25 I Kadek Radika Putra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Kd VanyaNaresvari 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Putu Nendra Pratama 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Putu Divya Kirana 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Ni Kadek Kesya Adelia Putri 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Ni Kadek Manik Andriani 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Kd Elina Gauri 0 2 0 0 1 0 1 0 2 1
32 Md Juniarta Jelantik 0 5 0 0 1 0 1 0 2 1
33 Kdk Adiari 0 5 0 0 1 0 0 1 2 1
34 Kd Peri Anindya Maheswari 0 5 0 0 1 0 0 1 2 1
35 A.A Arka Parma Yunda 0 2 0 0 1 0 0 1 2 1
36 Gst Ngurah Dipendra 0 5 0 0 1 0 1 1 3 1
37 Ni Pt piola Mahaswari 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
38 Kd Jaya Nopia 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
39 Kd Riski Aditya Pratama 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
40 Kd Jana Wirajuna 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
41 I Putu Candara Aditya Putra 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
42 Kd Arka Guridna 0 2 0 0 0 0 1 0 1 1
43 Gst ayu Tiara dewi 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
44 Gst Ngurah Atala Saputra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

75
45 Pt JunySri Daneswari 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
46 Ni Md AyuPramesti 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
47 Km Deran Wiguna 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
48 Kd Bela CahyaPutri 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
49 Made Wirajana Artawan 0 5 0 0 1 0 0 0 1 1
50 Gst Pt Ayu Aistia 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
51 Wyn Fina Oktariani 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
52 Pt Nadine Apsari 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1
53 Pt Riska Jayantri 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
54 Kt Ratri Ayantika 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
55 Gst Ayu Cantika Laura 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1
56 Ni Km Alpina Anindira 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
57 Md Pradnya Rahayu 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
58 A.A Gd Dipa Putra 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
59 Kt Miki Septiasa 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0
60 Kd khana Maswiguna 1 5 0 0 1 0 1 1 3 1

76
Lampiran 10

HASIL SPSS
1. Tingkat Risiko Ketersediaan Jamban Keluarga dan Sarana Air Bersih
TINGKAT.RISIKO.JAMBAN.KELUARGA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TINGKAT RISIKO RENDAH 18 30.0 30.0 30.0

TINGKAT RISIKO SEDANG 41 68.3 68.3 98.3

TINGKAT RISIKO TINGGI 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

TINGKAT.RISIKO.AIR.BERSIH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TINGKAT RISIKO RENDAH 38 63.3 63.3 63.3

TINGKAT RISIKO SEDANG 22 36.7 36.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

2. Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga dan Air Bersih Dengan


Kejadian Stunting

TINGKAT RISIKO JAMBAN KELUARGA


Case Processing Summary

Cases

Valid Total

N Percent N Percent

TINGKAT RISIKO
.JAMBAN.KELUARGA * 60 100.0% 60 100.0%
STUNTING

77
TINGKAT.RISIKO.JAMBAN.KELUARGA * STUNTING Crosstabulation

Count

STUNTING

TIDAK
STUNTING STUNTING Total

TINGKAT.RISIKO.JAMBAN. TINGKAT RISIKO RENDAH 3 15 18


KELUARGA
TINGKAT RISIKO SEDANG 26 15 41

TINGKAT RISIKO TINGGI 1 0 1

Total 30 30 60

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.951a 2 .003

Likelihood Ratio 13.107 2 .001

Linear-by-Linear Association 11.717 1 .001

N of Valid Cases 60

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .50.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .408 .003

N of Valid Cases 60

78
TINGKAT RISIKO AIR BERSIH
Case Processing Summary

Cases

Valid Total

N Percent N Percent

TINGKAT RISIKO
60 100.0% 60 100.0%
.AIR.BERSIH * STUNTING

TINGKAT.RISIKO.AIR.BERSIH * STUNTING Crosstabulation

Count

STUNTING

TIDAK
STUNTING STUNTING Total

TINGKAT.RISIKO TINGKAT RISIKO RENDAH 13 25 38


.AIR.BERSIH
TINGKAT RISIKO SEDANG 17 5 22

Total 30 30 60

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.335a 1 .001

Continuity Correctionb 8.684 1 .003

Likelihood Ratio 10.771 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear Association 10.163 1 .001

N of Valid Casesb 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.

b. Computed only for a 2x2 table

79
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .383 .001

N of Valid Cases 60

80
Lampiran 11

Dokumentasi Kegiatan

Pengumpulan Data Hubungan Tingkat Risiko Jamban Keluarga


Dan Air Bersih Dengan Kejadian Stuting Di Wilayah UPTD
Puskesmas Blahbatuh II Gianyar

Gambar Penjelasan

Pengisian kuisioner
oleh responden dan
melakukan
pengukuran tinggi
badan balita.

Melakukan Observasi
mengenai jamban dan
sarana air bersih

81
Pemberian masker,
hand sanitaizer dan
PMT pada balita

82

Anda mungkin juga menyukai