Anda di halaman 1dari 229

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS

(PROLANIS) PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS


KAMONJI KOTA PALU

SKRIPSI

Skipsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kesehatan masyarakat (S.KM)

KHORIANI ZAKINAH
N 201 16 015

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

i
EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS
(PROLANIS) PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
KAMONJI KOTA PALU

SKRIPSI

KHORIANI ZAKINAH
N 201 16 015

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI

iii
P

iv
ERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, Januari 2020

Penulis,

(Khoriani Zakinah)

NIM N20116015

v
ABSTRAK

Khoriani Zakinah. Evaluasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)


Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu (di bawah bimbingan
Muh. Ryman Napirah)

Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
Desember 2019

Kota Palu tahun 2017 menunjukkan penyakit hipertensi merupakan PTM


tertinggi pertama sebanyak 17.895 kasus dan DM tertinggi ketiga sebanyak 7446
kasus. Kota Palu Kasus DM dan hipertensi tertinggi berada di Puskesmas
Kamonji, DM sebanyak 1824 kasus dan hipertensi sebanyak 3000 kasus. salah
satu manfaat yang didapatkan oleh peserta Badan Pemeliharaan Jaminan
Kesehatan (BPJS) Kesehatan yaitu pelayanan kesehatan promotif dan preventif,
salah satunya ialah Prolanis dengan tujuan untuk mendorong peserta yang
menyandang penyakit kronis agar mencapai kualitas hidup optimal Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu. Jenis penelitian
adalah kualitiatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan informan
menggunakan purposive sampling. Informan penelitian sebanyak 7 informan.
Pengumpulan data melalui triangulasi teknik yakni wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan pedoman wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada komponen input ketersediaan SDM dan
anggaran belum memadai, belum tersedianya Standard Operational Procedure
(SOP) Prolanis. Pada process segi organizing terdapat petugas kesehatan yang
memiliki tugas ganda serta belum pernah dilakukan pelatihan segi actuacting
belum semua kegiatan Prolanis terlaksanakan, serta pada output termasuk dalam
zona aman. Diharapkan Puskesmas Kamonji melaksanakan seluruh kegiatan
Prolanis agar mencapai tujuan, meningkatkan koordinasi, serta meningkatkan
capaian keberhasilan Prolanis ke zona prestasi.

Kata Kunci : Evaluasi, Prolanis, BPJS Kesehatan

vi
ABSTRACT

Khoriani Zakinah. Evaluation of chronic disease management program


(Prolanis) health insurance maintenance body (BPJS) Health participants in
public health center Kamonji Palu city (under the supervisions of Muh. Ryman
Napirah)

Health administration and policy


Public health study program
Public health faculty
Tadulako university
December 2019

Palu City in 2017 showed that hypertension was the highest contributor of non-
communicable diseases, with 17,895 cases and Diabetes mellitus was the third
highest disease with 7446 cases. In Palu the highest number of cases of Diabetes
mellitus and hypertension were in the Kamonji Health Center. The number of
cases of diabetes mellitus as many as 1824 cases and the number of cases of
hypertension as many as 3000 cases. One of the benefits gained by the
participants of the Health Insurance Maintenance Agency (BPJS) is Health
promotion and preventive health care services, one of which is Prolanis with the
aim of encouraging participants with chronic diseases to achieve optimal quality
of life. This study aims to evaluate the Chronic Disease Management Program
(Prolanis) BPJS Health participants at the Kamonji Health Center in Palu City.
This type of research is qualitative with a case study approach. The technique of
taking informants uses purposive sampling. The research informants as 7
infomants. Collecting data through technical triangulation namely in-depth
interviews, observation, and documentation using interview guidelines. The
results showed that the input component of the availability of human resources
and the budget was inadequate, the unavailability of Prolanis Standard
Operational Procedure (SOP). In the organizing process there are health workers
who have a dual task and have not yet been trained in terms of actuacting, not all
Prolanis activities have been carried out, and the output is included in the safe
zone. Suggestion to the Kamonji Health Center implement all Prolanis activities
to achievements the goal, increase coordination, and increase Prolanis success
achievements to achievement zone.

Keywords : Evaluation, Prolanis, FKTP

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Sang Pemilik dunia dan

seisinya, tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nyalah kita patut memohon

dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah

SWT penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Evaluasi

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di

Puskesmas Kamonji Kota Palu” sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian

studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat

Strata Satu (S1) Universitas Tadulako. Teriring salam dan shalawat semoga

tercurahkan kepada teladan dan junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang–orang yang senantiasa istiqamah

mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai keterbatasan

pengetahuan dalam bidang Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam bidang ilmu

yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini. Namun, hal tersebut dapat diatasi

berkat bimbingan dari Dosen Pembimbing yang tidak pernah bosan dan penuh

kesabaran dalam memimbing penulis, memberikan kritikan, arahan dan dorongan

semangat dari awal hingga akhir. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Muh. Ryman Napirah S.KM.,

M.Kes selaku pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu selama bimbingan

viii
dan proses penyusunan skripsi. Terkhusus kepada kedua orang tua saya H Rahmat

Muthaher dan Hj Kasmawati S.Pd, serta kakak-kakak tercinta saya idham Khalid

Muthaher dan Khoriana Zukaenah terima kasih atas semua doa, pengorbanan,

dukungan semangat dan kasih sayang yang telah diberikan sampai saat ini dan

seterusnya.

Dengan terwujudnya tulisan ini, tidak lupa pula penulis hanturkan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P, selaku Rektor Universitas Tadulako

Palu.

2. Bapak Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes, Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat dan sebagai dosen wali.

3. Ibu Lusia Salmawati, S.KM., M.Sc, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat dan sebagai penguji I mengucapkan terima kasih

banyak atas kritik, saran dan waktu yang diberikan kepada peneliti..

4. Ibu Dr. Rosmala Nur, M.Si, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan

Fakultas Kesehatan Masyarakat.

5. Bapak Muh. Jusman Rau, S.KM., M.Kes, Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat

6. Ibu Rasyika Nurul Fadjriah S.KM., M.Kes, Koordinator Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

7. Bapak Vidyanto, S.KM., M.PH sebagai dosen penguji II, terima kasih atas

segala ilmu, motivasi, kritik maupun saran yang bermanfaat bagi perbaikan

penulisan skripsi ini.

ix
8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi dalam lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Terima kasih atas ilmu serta bimbingan dan arahan

yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

9. Kepala Puskesmas Kamonji Kota Palu Bapak Hamaruddin, S.KM dan

penanggung jawab Prolanis Ibu Fitriani beserta petugas kesehatan dan peserta

Prolanis yang bersedia mengizinkan saya melakukan penelitian dan

memberikan banyak informasi yang sangat dibutuhkan dalam penyelesaian

skripsi ini.

10. Kepada kanda Moh Ardiansyah Rosli S.KM, Firmansyah S.KM., M.Kes,

Maqbul Afandi S.KM, Sadli Syam S.KM, Bayu Pangestu S.KM, terima kasih

atas nasihat, bantuan, dan dukungan semangat yang diberikan sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

11. Kepada sahabat-sahabat yang terdiri dari Aini, Tira, Ditha, Nadiya, Lusi, Iza,

Shinta, Hema, Agnes, dan Riska terima kasih atas segala waktu, dukungan

tenaga, semangat dan doa yang telah di berikan kepada penulis dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini.

12. Kepada sahabat-sahabat SMP Anggun Aprilia Achsa, Syalsabillah, Elvina

Zerlinda, Febrianti Alfariza, dan Magfira Tunnisa terima kasih atas

dukungan, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.

13. Teman-teman kelas E dan D terutama Renata Gita Cahyani, Novemia

Melinda Hutabarat, Syarifah Ghina Atika, dan Rizki Rahmawati terima kasih

atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

x
14. Teman-teman G16S Divergen dan AKK 2016 yang sedang sama-sama

berjuang mengikuti proses ini sampai titik akhir perjuangan di FKM

UNTAD.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, doa, motivasi serta

berbagai dukungan yang tulus diberikan untuk penulis selama menjalani studi

di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Semoga Allah SWT memberikan balasan

yang lebih baik kelak, Aamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentu saja penulis menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan. Semua ini penulis sadari

sebagai salah satu keterbatasan kemampuan penulis, olehnya penulis

harapkan saran dan kritik yang konstruktif. Akhir kata semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis, pembaca dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh.

Palu, Desember 2019

Penulis

DAFTAR ISI

xi
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI......................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI.....................................................iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................................................iiv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI.........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN..............................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................5

1.3 Manfaat............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi...........................................................................................7

2.2 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).........................15

2.3 BPJS Kesehatan.............................................................................23

2.4 Puskesmas......................................................................................32

2.5 Tabel Sintesa.................................................................................36

xii
2.6 Kerangka Teori..............................................................................43

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti.........................................44

3.2 Pola Pikir.......................................................................................45

3.3 Definisi Konsep.............................................................................45

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian..............................................................................47

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................47

4.3 Informan........................................................................................47

4.4 Teknik Penentuan Informan..........................................................48

4.5 Instrumen Penelitian......................................................................48

4.6 Pengumpulan Data.........................................................................49

4.7 Pengolahan Data............................................................................49

4.8 Penyajian Data...............................................................................49

4.9 Keabsahan Data.............................................................................50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian..............................................................................51

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian.........................................55

5.2 Pembahasan...................................................................................81

5.3 Keterbatasan Penelitian...............................................................114

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan..................................................................................115

6.2 Saran...................................................................................116

xiii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5 Tabel Sintesa………………………………………………………… 36

xiv
Tabel 5.1 Distribusi Penduduk …………………………….……..………….… 52

Tabel 5.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamim……..……. 53

Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan ………………….……….….…………… 54

Tabel 5.4 Sepuluh Jenis Penyakit Tertinggi…………………………………… 54

Tabel 5.3 Karakteristik Informan…………………….………………………… 55

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6 Kerangka Teori………………………………………………….…. 43

xv
Gambar 3.2 Pola Pikir………………...………………………………………… 45

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Informan

Lampiran 4 : Persetujuan Pengambilan Gambar Informan

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara

Lampiran 6 : Lembar Observasi

Lampiran 7 : Surat Keterangan telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 8 : Matriks Penelitian

Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 10 : Riwayat Hidup

xvii
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/Singkatan


≥ Lebih dari atau sama dengan

% Satuan Persen

BPJS Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

BUMN Badan Usaha Milik Negara

BUMD Badan Usaha Milik Daerah

Dinkes Dinas Kesehatan

DM Diabetes Melitus

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Faskes Fasilitas Kesehatan

FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

INA-CBG Indonesia Case Base Groups

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KIS Kartu Indonesia Sehat

Kesling Kesehatan Lingkungan

UKM Upaya Kesehatan Masyarakat

UKP Upaya Kesehatan Perseorangan

UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah

PAD Pendapatan Asli Daerah

PBI Penerima Bantuan Iuran

PTM Penyakit Tidak Menular

PNS Pegawai Negeri Sipil

xviii
PRB Pasien Rujuk Balik

Prolanis Program Pengelolaan Penyakit Kronis

KBK Kapitasi Berbasis Komitmen

Kemenkes Kementerian Kesehatan

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RS Rumah Sakit

RJTL Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

RITL Rawat Inap Tingkat Lanjutan

SDM Sumber Daya Manusia

SPJ Surat Pertanggung Jawaban

SOP Standar Operasional Prosedur

WHO World Health Organization

WNA Warga Negara Asing

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di

seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara miskin.

Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat

penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke, dan Diabetes

Melitus (WHO, 2015).

Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi

epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin

jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat PTM dan kecelakaan akan

meningkat dan penyakit menular akan menurun (Kementerian Kesehatan RI,

2012).

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan

bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

dasar sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan yang

aman, bermutu, dan terjangkau. Sebagai upaya untuk dapat melaksanakan

amanat tersebut, di dalam naskah akademik UU SJSN tahun 2004 yang

dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia menyatakan bahwa program jaminan

kesehatan Indonesia adalah suatu program dan masyarakat dengan tujuan

memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat

Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera (Kementerian

Kesehatan, 2004).

1
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat serta

menyukseskan program sosial di bidang kesehatan, sesuai dengan Peraturan

Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 Ayat 1,

salah satu manfaat yang didapatkan oleh peserta Badan Pemeliharaan Jaminan

Kesehatan (BPJS) Kesehatan yaitu pelayanan kesehatan promotif dan

preventif, salah satunya ialah Prolanis (BPJS Kesehatan, 2014).

Prolanis merupakan salah satu strategi promotif dan preventif yang

dilakukan BPJS Kesehatan untuk menurunkan atau mencegah komplikasi

penyakit kronis yang diderita oleh peserta sekaligus sebagai kendali biaya

pelayanan kesehatan. Sasaran dari program ini adalah seluruh peserta BPJS

Kesehatan penyandang penyakit kronis (DM tipe 2 dan hipertensi) dengan

tujuan untuk mendorong peserta yang menyandang penyakit kronis agar

mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang

berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil

baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi.

Prolanis terdiri atas 5 aktivitas, yaitu konsultasi medis/edukasi, home visit,

reminder melalui SMS gateway, aktivitas klub dan pemantauan status

kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).

Pada pelaksanaan Prolanis, salah satu FKTP yang berperan dalam

menjalankan program ini adalah Puskesmas . Peran Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan berjenjang BPJS Kesehatan dalam menjalankan Prolanis

sangat vital (Utomo, 2019).

2
Evaluasi program adalah kegiatan yang merupakan realisasi atau

implementasi kebijakan yang berlangsung dalam proses berkesinambungan

dan terjadi dalam lingkup organisasi yang melibatkan sekelompok orang,

terdiri dari input, process, dan output (Darmawan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Latifah (2018) bahwa pelaksanaan

program Prolanis di Puskesmas Tegal Gundil Kota Bogor sudah cukup baik

meskipun masih ada hambatan seperti kurangnya sarana gedung dan alat

dalam pelaksanaan kegiatan aktivitas klub, kurangnya koordinasi antar tim

Prolanis serta indikator keberhasilan masih melihat rasio jumlah peserta

dengan kedatangan/keaktifan peserta Prolanis.

Menurut WHO (2015), penduduk Amerika usia di atas 20 tahun yang

menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa. Estimasi

kejadian DM di dunia pada tahun 2015 yaitu sebesar 412 juta jiwa. Amerika

Utara dan Karibia 44,3 juta jiwa, Amerika Selatan dan Tengah 29,6 juta jiwa,

Afrika 14,2 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa, Pasifik Barat 153,2 juta jiwa,

Timur Tengah dan Afrika Utara 35,4 juta jiwa. Prevalensi kejadian DM di

Asia Tenggara sebanyak 78,3 juta jiwa (IDF, 2015).

Prevalensi PTM di Indonesia yaitu hipertensi usia ≥ 18 tahun (8,4%)

dan DM usia ≥ 15 tahun (2%). Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan

tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Provinsi Sulawesi Tengah,

seperti hipertensi (34,1%), penyakit jantung (1,5%), stroke (10,9%), DM

(1,5%), asma (2,4%), ginjal kronis (3,8%), penyakit sendi (7,3%), dan

kanker/tumor (1,8%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

3
Hipertensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2018

adalah Kota Palu dengan jumlah penderita usia ≥ 15 tahun sebanyak 45213

jiwa (48%). Pada tahun 2018 jumlah penderita DM yang tertinggi yaitu di

Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 41060 jiwa (31%). Jumlah penderita DM

di Kota Palu sebanyak 8376 jiwa (6,3%) (Dinkes Sulteng, 2018).

Dinas Kesehatan Kota Palu tahun 2017 menunjukkan penyakit

hipertensi merupakan penyumbang PTM tertinggi pertama sebanyak 17.895

kasus dan DM menduduki penyakit urutan tertinggi ketiga sebanyak 7446

kasus (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2017).

Berdasarkan data laporan tahunan PTM Dinas Kesehatan Kota Palu

tahun 2018 menunjukkan dari 13 Puskesmas yang ada di Kota Palu jumlah

kasus DM dan hipertensi tertinggi berada di Puskesmas Kamonji. Jumlah

kasus DM sebanyak 1824 kasus dan jumlah kasus hipertensi sebanyak 3000

kasus.

Berdasarkan Peraturan BPJS Kesehatan No. 2 tahun 2015 Pasal 34

Ayat 1 tentang Pemenuhan Komitmen Pelayanan, dinilai berdasarkan

pencapaian indikator dalam komitmen pelayanan yang dilakukan oleh FKTP

yang dilihat dari rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP. Formulasi

pemenuhan komitmen pelayanan yang dimaksud (jumlah peserta Prolanis

rutin berkunjung/jumlah peserta yang terdaftar di FKTP dikali 100). Target

pemenuhan rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP sesuai dengan

kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi FKTP yaitu target pada

zona aman paling sedikit sebesar 50% setiap bulan dan target pada zona

4
prestasi paling sedikit sebesar 90% setiap bulan. Pada Puskesmas Kamonji

jumlah peserta Prolanis tahun 2019 yang rutin berkunjung 101 orang dan

jumlah peserta yang terdaftar di FKTP 149 orang. Pemanfaatan FKTP oleh

peserta Prolanis memiliki rasio peserta Prolanis yang berkunjung ke FKTP

sebesar 67%.

Berdasarkan studi pendahuluan, wawancara yang dilakukan pada

pengelola Prolanis di Puskesmas Kamonji ditinjau dari segi input terdapat

kendala berupa sumber daya manusia yang belum memadai yang terdiri dari 1

penanggung jawab program dan 3 dokter, dana yang belum memadai dengan

jumlah dana sebesar Rp. 870.300, belum terdapat ruangan khusus Prolanis,

belum terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibakukan, dari segi

process 5 kegiatan Prolanis belum semua dilaksanakan. Kegiatan yang

dilaksanakan oleh Puskesmas Kamonji yaitu konsultasi medis/edukasi,

aktivitas klub dan pemantauan status kesehatan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis) peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu.

1.2 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu.

5
1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mengevaluasi input dari segi man, money, material, dan method

dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) peserta

BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu.

b. Mengevaluasi process dari segi planning, organizing, actuacting,

dan controlling dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu.

c. Mengevaluasi output dari segi kualitas pelayanan Prolanis dalam

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) peserta BPJS

Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu.

1.3 Manfaat

1.1.3 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi terkait evaluasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) pada peserta BPJS Kesehatan.

1.1.4 Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan atau

sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan

perbaikan pada Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) pada

peserta BPJS Kesehatan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Definisi Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data dan menganalisis data, membandingkan dengan

kriteria, menyimpulkan hasil yang telah dicapai, menginterpretasikan

hasil menjadi rumusan kebijakan dan menyajikan informasi

(rekomendasi) untuk pembuatan keputusan. Evaluasi adalah kegiatan

untuk menilai suatu program atau kegiatan. Banyak batasan tentang

evaluasi, secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi suatu proses

menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan

tercapai. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah

dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut

kamus istilah manjemen evaluasi ialah suatu proses bersistem dan

objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi

atau pekerjaan (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Darmawan (2016), evaluasi adalah upaya untuk

mendokumentasikan dan juga melakukan penilaian tentang apa yang

terjadi. Evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang

telah dicapai melalui beberapa kegiatan yang direncanakan untuk

mendukung tercapainya suatu tujuan.

7
2.1.2 Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi

yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut

dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai,

efesiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk

program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah

dilanjutkan, diperbaiki atau dsssihentikan. Selain itu, juga

dipergunakan untuk kepentingan penyusunan kebijakan yang terkait

dengan program (Wirawan, 2015).

Menurut Arifin (2016), evaluasi memiliki beberapa tujuan

yang dapat dirinci sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka

dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Evaluasi juga dapat

diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c. Mengukur tingkat keluaran suatu kebijakan. Salah satu tujuan

evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran

dari suatu kebijakan.

d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut,

evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik

dampak positif maupun negatif.

e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga

bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan

8
yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan

dan sasaran dengan pencapaian target.

f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan

datang.

Menurut Darmawan (2016), bahwa urgensi dari pelaksanaan

evaluasi program yakni:

a. Untuk memperoleh informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan

suatu program. Sehubungan dengan hal ini, perlu dilakukan

kegiatan berupa pemeriksaan kembali kesesuaian program terkait

dengan perubahan-perubahan kecil yang terjadi secara terus-

menerus, pengukuran kemajuan target yang direncanakan,

pengkajian penyebab atau faktor-faktor baik internal maupun

eksternal yang memengaruhi pelaksanaan suatu program.

b. Untuk memperbaiki kebijakan perencanaan dan pelaksanaan

program. Hasil dari evaluasi akan memberikan informasi mengenai

hambatan dalam pelaksanaan program yang dapat digunakan untuk

memperbaiki kebijakan perencanaan program di masa yang akan

datang.

c. Untuk memperbaiki alokasi sumber daya manajemen. Secara

khusus, tujuan evaluasi program kesehatan ialah untuk

memperbaiki program-program kesehatan dan pelayanannya guna

mengantarkan dan juga mengarahkan alokasi tenaga dan dana

9
untuk program pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan

berjalan di masa mendatang.

2.1.3 Jenis Evaluasi

Menurut Notoatmodjo (2014), jenis evaluasi terdiri dari:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu

program yang hasilnya akan digunakan untuk pengembangan atau

perbaikan program. Biasanya formatif dilakukan pada proses

program (program masih berjalan).

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan

untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya sumatif

dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir program).

2.1.4 Indikator Evaluasi

Adapun indikator evaluasi menurut Darmawan (2016)

meliputi input, process, dan output yaitu sebagai berikut:

a. Indikator Input

Evaluasi ini dilakukan sebelum program dimulai.

Kegiatan ini bersifat pencegahan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah pemilihan setiap sumber daya program telah sesuai dengan

kebutuhan. Masukan (input) terdiri dari:

10
1. Tenaga

SDM merupakan aspek yang sangat penting bagi

tercapainya keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, serta peningkatan pelayanan

kepada masyarakat.

2. Dana

Dana bahwa apabila terjadi kekurangan pada

ketersediaan dana kurang, maka moral dan motivasi kerja staf

akan menurun dan pada akhirnya akan memengaruhi kinerja

yang dihasilkan sehingga target dan tujuan program pun tidak

akan tercapai.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana/alat merupakan bagian dari organisasi yang

dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelayanan dan mencapai

suatu tujuan. Apabila sarana atau alat tidak sesuai dengan

standar, maka suatu pelayanan yang bermutu akan sulit

dihasilkan.

4. Metode

Kebijakan merupakan cara untuk mencapai sasaran

tahunan. Kebijakan mencakup pedoman, peraturan, dan juga

prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha pencapaian

sasaran yang sudah dinyatakan.

11
b. Indikator Process

Process memberikan gambaran yang jelas fungsi

manajemen yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses

perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan

dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana dapat

disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses

perumusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana

pelaksanaannya.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses,

pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung

jawab dan wewenang yang sedemikian rupa sehingga tercipta

suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan

dalam rangka pencapain yang telah ditentukan. Setelah

perencanaan dilakukan, maka fungsi selanjutnya adalah

pengorganisasian.

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan.

Agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka

sangat ditekankan pada bagaimana cara atau strategi seorang

12
pemimpin dalam menggerakkan pegawainya. Hal ini sangat

penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan

tugasnya di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar

pilihan sadar dengan penuh tanggung jawab.

4. Pengawasan (controlling)

Fungsi pengawasan sangat penting tanpa adanya

pengawasan maka fungsi-fungsi yang lainnya tidak akan

berjalan efektif dan efisien. Pada dasarnya dalam fungsi

pengawasan juga terdapat proses pengevaluasian untuk

menjaga agar seluruh kegiatan tidak melenceng dari tujuan

yang ingin dicapai.

c. Indikator Output

Output adalah hasil langsung dari suatu proses.

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran yang dihasilkan

dari process. Output harus memiliki karakteristik ditujukan ke

bidang kinerja sesungguhnya, yaitu berupa output yang benar-

benar menunjukkan kinerja yang diharapkan, tepat sasaran, dalam

artian tidak hanya mencerminkan estimasi kasar, tepat waktu, serta

objektif, dalam artian tidak dapat dimanipulasi.

Jika pengukuran output tidak memiliki salah satu dari

empat karakteristik di atas, maka sistem pengendalian yang

berorientasi kepada output kemungkinan besar akan mengalami

kegagalan. Secara umum, pengukuran output dapat berbentuk

13
kuantitatif dan keuangan, atau kuantitatif dan nonkeuangan. Contoh

output yang kuantitatif keuangan adalah jumlah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang berhasil diperoleh oleh bagian pendapatan,

sedangkan contoh output kuantitatif nonkeuangan adalah jumlah

lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi pada periode

tertentu, dan sebagainya (Kariyato, 2017).

Kebijakan kesehatan mengarah pada area studi yang

berfokus pada output dan outcome yang dihasilkan oleh komunitas

yang terkait dengan kesehatan. Seperti proses pembuatan kebijakan

lainnya, kebijakan kesehatan tidak pernah habis dan tidak pernah

terselesaikan secara tuntas. Output maupun outcome dari kebijakan

kesehatan sebelumnya akan mempengaruhi sistem kebijakan

kesehatan lainnya (Siyoto, 2015).

2.1.5 Fungsi Evaluasi

Secara umum fungsi evaluasi adalah sebagai manajemen dan

alat motivasi. Manajemen berarti evaluasi memiliki fungsi untuk

memfokuskan pada capaian daru suatu kebijakan, program, atau

kegiatan, dan memberikan dorongan dalam pengembangan tujuan.

Evaluasi juga memiliki kegunaan yang sangat penting,

diantaranya adalah :

a. Untuk membantu membuat keputusan terhadap alokasi sumber

daya.

14
b. Untuk membantu memikirkan kembali penyebab masalah yang

terjadi.

c. Untuk mengidentifikasi masalah yang muncul.

d. Untuk mendukung pembuatan keputusan atau penentuan tindakan

alternatif.

e. Untuk mendukung sektor publik dalam inovasi.

f. Untuk membangun konsesus mengenai penyebab masalah dan

bagaimana menanggapinya (Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2014).

Evaluasi ini tentu ada fungsi dan tujuan, salah satunya

sebagai monitor dari kebijakan yang telah dilaksanakan agar

kedepannya dapat menjadi lebih baik. Ada empat fungsi penting dari

evaluasi kebijakan, yaitu:

a. Evaluasi mengemban fungsi evaluasi sebagai kemudi dan

manajemen.

b. Evaluasi sebagai fungsi kontrol dan inspeksi.

c. Evaluasi sebagai fungsi akuntabilitas.

d. Evaluasi sebagai fungsi kepenasehatan (Wirawan, 2015).

2.2 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

2.2.1 Pengertian Prolanis

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan BPJS

15
Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas

hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

2.2.2 Tujuan Prolanis

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai

kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang

berkunjung ke FKTP memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik

terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis

terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS

Kesehatan, 2014).

2.2.3 Sasaran Prolanis

Seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis

(Diabetes Melitus tipe 2 dan hipertensi) (BPJS Kesehatan, 2014).

2.2.4 Bentuk Pelaksanaan Prolanis

Aktivitas dalam Prolanis meliputi aktivitas konsultasi

medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktivitas klub dan pemantauan

status kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).

2.2.5 Penanggung Jawab Prolanis

Penanggungjawab adalah kantor cabang BPJS Kesehatan

bagian manajemen pelayanan primer kesehatan (BPJS Kesehatan,

2014).

16
2.2.6 Langkah Pelaksanaan Prolanis

Menurut BPJS Kesehatan (2014), persiapan pelaksanaan

Prolanis yaitu:

a. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:

a. Hasil skrining riwayat kesehatan.

b. Hasil diagnosa DM dan HT (FKTP maupun Rumah Sakit

(RS)).

b. Menentukan target sasaran.

c. Melakukan pemetaan Fasilitas Kesehatan (Faskes) dokter keluarga/

Puskesmas berdasarkan distribusi target sasaran peserta.

d. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola.

e. Melakukan pemetaan jejaring Faskes pengelola (apotek,

laboratorium).

f. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani

peserta Prolanis.

g. Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (instansi, pertemuan

kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain).

h. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang DM tipe 2 dan

hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis.

i. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan

formulir kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis.

j. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada

peserta terdaftar Prolanis.

17
k. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar.

l. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta Prolanis.

m. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes pengelola.

n. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan

status kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP,

tekanan darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah

dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan.

o. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal

peserta setiap Faskes pengelola (data merupakan iuran aplikasi P-

Care).

p. Melakukan monitoring aktivitas Prolanis pada masing-masing

Faskes pengelola:

1. Menerima laporan aktivitas Prolanis dari Faskes pengelola.

2. Menganalisa data.

q. Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis.

r. Membuat laporan kepada kantor divisi regional/ kantor pusat.

2.2.7 Aktivitas Prolanis

a. Konsultasi medis peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati

bersama antara peserta dengan Faskes pengelola.

b. Edukasi kelompok peserta Prolanis.

a. Definisi

Edukasi klub risti (klub Prolanis) adalah kegiatan

untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya

18
memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali

penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta

Prolanis.

b. Sasaran

Terbentuknya kelompok peserta (klub) Prolanis

minimal 1 Faskes pengelola 1 klub. Pengelompokan

diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan

kebutuhan edukasi.

c. Langkah - langkah

a) Mendorong Faskes pengelola melakukan identifikasi

peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM tipe 2

dan hipertensi yang disandang.

b) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes pengelola dengan

organisasi profesi/dokter spesialis diwilayahnya.

c) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam klub.

d) Memfasilitasi penyusunan kriteria duta Prolanis yang

berasal dari peserta.

e) Duta Prolanis bertindak sebagai motivator dalam kelompok

Prolanis (membantu Faskes pengelola melakukan proses

edukasi bagi anggota klub).

f) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktivitas

klub minimal 3 bulan pertama.

19
g) Melakukan monitoring aktivitas edukasi pada masing-

masing Faskes pengelola:

1) Menerima laporan aktivitas edukasi dari Faskes

pengelola.

2) Menganalisis data.

h) Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis.

i) Membuat laporan kepada kantor divisi regional/kantor

pusat dengan tembusan kepada organisasi profesi terkait

diwilayahnya.

c. Reminder melalui SMS Gateway

1. Definisi

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta

untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes pengelola

melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes pengelola

tersebut.

2. Sasaran

Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta

ke masing-masing Faskes pengelola.

3. Langkah – langkah:

a) Melakukan rekapitulasi nomor handphone peserta

Prolanis/keluarga peserta setiap masing-masing Faskes

pengelola.

20
b) Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS

gateway.

c) Melakukan rekapitulasi data kunjungan peserta setiap

Faskes pengelola.

d) Entri data jadwal kunjungan peserta setiap Faskes

pengelola.

e) Melakukan monitoring aktivitas reminder (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat reminder).

f) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat reminder dengan jumlah kunjungan.

g) Membuat laporan kepada kantor divisi regional/kantor

pusat.

d. Home Visit

1. Definisi

Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke

rumah peserta Prolanis untuk pemberian informasi/edukasi

kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan

keluarga.

2. Sasaran

Peserta Prolanis dengan kriteria :

a) Peserta baru terdaftar.

b) Peserta tidak hadir terapi di dokter praktek

perorangan/klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-turut.

21
c) Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan

berturut-turut (PPDM)

d) Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan

berturut-turut (PPHT).

e) Peserta pasca opname.

3. Langkah-langkah

a) Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu

dilakukan home visit .

b) Memfasilitasi Faskes pengelola untuk menetapkan waktu

kunjungan.

c) Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan

home visit.

d) Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes

pengelola dengan berkas sebagai berikut:

1) Formulir home visit yang mendapat tanda tangan

peserta/keluarga peserta yang dikunjungi.

2) Lembar tindak lanjut dari home visit/lembar anjuran

Faskes pengelola.

e) Melakukan monitoring aktivitas home visit (melakukan

rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat home

visit).

22
f) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat Home Visit dengan jumlah peningkatan angka

kunjungan dan status kesehatan peserta.

g) Membuat laporan kepada kantor divisi regional/kantor

pusat.

2.3 BPJS Kesehatan

2.3.1 Definisi BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial. BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional

berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat

2 huruf a menyelenggarakan program jaminan kesehatan (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011).

2.3.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan

a. Visi BPJS Kesehatan

Terwujudnya Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu

Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang berkualitas dan

berkesinambungan bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun

2019 berlandaskan gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS

Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya (BPJS Kesehatan,

2017).

23
b. Misi BPJS Kesehatan

Untuk mencapai visi tersebut BPJS Kesehatan kemudian

berupaya mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kapabilitas yang

dimiliki yang tercermin melalui pernyataan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada

peserta, pemberi pelayanan kesehatan, dan pemangku

kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan

efisien.

2. Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh

penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019 melalui

peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan

dan mendorong partisipasi masyarakat, serta meningkatkan

kepatuhan kepesertaan.

3. Menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan

mengoptimalkan kolektibilitas iuran, sistem pembayaran

fasilitas kesehatan, dan pengelolaan keuangan secara transparan

dan akuntabel.

4. Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS

melalui peningkatan kerja sama antar lembaga, kemitraan,

koordinasi, dan komunikasi dengan seluruh pemangku

kepentingan.

5. Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan

didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional,

24
penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis

dan manajemen risiko yang efektif dan efisien, serta

infrastruktur dan teknologi informasi yang handal (BPJS

Kesehatan, 2017).

2.3.3 Riwayat Singkat BPJS Kesehatan

Periode BPDPK tahun 1968-1984 Keputusan Presiden

Nomor 230 Tahun 1968 peserta terdiri dari Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan penerima pensiunan veteran beserta anggota keluarga,

dengan sistem reimbursement cikal bakal asuransi kesehatan nasional

(BPJS Kesehatan, 2017).

Periode Perum Husada Bhakti tahun 1984-1992 Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 1984 Peserta terdiri dari PNS dan penerima pensiunan veteran,

pensiunan TNI/POLRI dan pejabat negara, dengan sistem managed

care cost containment system (kapitasi, DPHO dan tarif paket) (BPJS

Kesehatan, 2017).

Periode PT ASKES (PERSERO) Tahun 1992-2013

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 1992 peserta terdiri dari PNS dan penerima pensiunan

veteran, pensiunan TNI/POLRI dan badan usaha lainnya, dengan

sistem Managed Care Health Insurance Specialist (BPJS Kesehatan,

2017).

25
Periode BPJS Kesehatan 2014 sampai dengan sekarang

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2011 peserta terdiri dari peserta askes, jamkesda,

TNI/POLRI, jamsostek dan seluruh masyarakat (BPJS Kesehatan,

2017).

2.3.4 Peserta BPJS Kesehatan

Sesuai dengan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2011) peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing

yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

membayar iuran. meliputi :

a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) adalah

fakir miskin dan orang tidak mampu dengan penetapan peserta

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan

kesehatan adalah pekerja penerima upah dan anggota keluarganya,

pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, serta bukan

pekerja dan anggota keluarganya.

1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.

a) PNS.

b) Anggota TNI.

c) Anggota Polri.

26
d) Pejabat Negara.

e) Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD).

f) Pegawai pemerintah non pegawai Negeri.

g) Pegawai swasta.

h) Pekerja yang tidak termasuk angka (a) s.d. g)) yang

menerima upah.

Termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja

di Indonesia paling singkat 6 bulan dan didaftarkan oleh

masing-masing pemberi kerja.

2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri.

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a. yang bukan penerima

upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling

singkat 6 bulan yang mendaftarkan dirinya dan anggota

keluarganya secara sendiri-sendiri atau kolektif sebagai

Peserta Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan dengan

membayar iuran.

3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.

a) Investor.

b) Pemberi kerja.

c) Penerima pensiun, terdiri dari PNS yang berhenti dengan

hak pensiun, anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti

27
dengan hak pensiun, pejabat Negara yang berhenti dengan

hak pensiun, janda, duda, atau anak yatim piatu dari

penerima pensiun sebagaimana dimaksud huruf a), b), c)

yang mendapat hak pensiun, penerima pensiun lain, janda,

duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain

sebagaimana dimaksud huruf e) yang mendapat hak

pensiun.

4. Veteran.

5. Perintis kemerdekaan.

6. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis

kemerdekaan.

7. Bukan pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 6

yang mampu membayar iuran.

2.3.5 Manfaat Program BPJS Kesehatan

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan

non spesialistik mencakup:

1. Administrasi pelayanan.

2. Pelayanan promotif dan preventif.

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis.

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non

operatif.

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis.

28
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat

pertama.

8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.

b.   Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan

kesehatan mencakup:

1. Administrasi pelayanan.

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis dasar.

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik.

4. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah

sesuai dengan indikasi medis.

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

indikasi medis.

7. Rehabilitasi medis.

8. Pelayanan darah.

9. Pelayanan kedokteran forensik klinik.

10. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas

kesehatan.

11. Pelayanan keluarga berencana.

12. Perawatan inap non intensif.

13. Perawatan inap di ruang intensif (BPJS Kesehatan, 2017).

29
2.3.6 Sistem Pembayaran BPJS Kesehatan

Mengacu pada landasan hukum pelaksanaan program,

sistem dan mekanisme pembayaran fasilitas kesehatan pada FKTP

terdiri dari:

a. Kapitasi.

b. Non kapitasi.

Dalam rangka upaya peningkatan mutu dan kualitas

pelayanan kesehatan oleh FKTP maka sesuai amanat regulasi,

BPJS Kesehatan mengembangkan penilaian indikator kinerja

FKTP melalui sistem pembayaran Kapitasi berbasis Pemenuhan

Komitmen Pelayanan (KBK). BPJS Kesehatan melakukan

pembayaran klaim berdasarkan tarif Indonesia Case Base Groups

(INA-CBG) dan tarif non INA-CBG kepada Fasilitas Kesehatan

Tingkat Lanjutan (FKTL).

1. Tarif INA-CBG meliputi:

a) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL).

b) Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL).

2. Tarif Non INA-CBG meliputi:

a) Obat untuk penyakit kronis dan obat kemoterapi.

b) Alat bantu kesehatan.

c) Pelayanan ambulans.

d) Continuous Ambulatory Peritonial Dialysis.

e) Pelayanan gawat darurat (BPJS Kesehatan, 2017).

30
2.3.7 Iuran BPJS Kesehatan

a. Bagi peserta PBI jaminan kesehatan dan penduduk yang

didaftarkan oleh Pemerintah daerah iuran dibayar oleh

Pemerintah sebesar Rp23.000 per orang per bulan.

b. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah penyelenggara

Negara terdiri dari PNS, anggota TNI, anggota polri, pejabat

Negara, pimpinan dan anggota DPRD, serta pegawai

Pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% dari gaji atau upah

setiap bulan dengan ketentuan 3% dibayar oleh pemberi kerja

dan 2% dibayar oleh peserta.

c. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja di

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dan badan usaha swasta sebesar 5% dari gaji

atau upah per bulan dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi

kerja dan 1% dibayar oleh peserta, dengan batas paling tinggi

gaji atau upah per bulan yang digunakan sebagai dasar

perhitungan besaran iuran sebesar Rp8.000.000.

d. Iuran untuk keluarga tambahan pekerja penerima upah yang

terdiri dari anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua,

besaran iuran sebesar sebesar 1% dari dari gaji atau upah per

orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.

e. Iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan bukan

pekerja adalah:

31
1. Sebesar Rp25.500 per orang per bulan dengan manfaat

pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

2. Sebesar Rp51.000 per orang per bulan dengan manfaat

pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

3. Sebesar Rp80.000 per orang per bulan dengan manfaat

pelayanan di ruang perawatan Kelas I (BPJS Kesehatan,

2017).

2.4 Puskesmas

2.4.1 Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ) adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah

kerjanya (Permenkes, 2014).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok

(Herlambang, 2016).

Puskesmas adalah FKTP yang bertanggung jawab atas

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian

32
wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa

Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)

tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD). Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada

kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana lima

tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kementerian Kesehatan

RI, 2016).

2.4.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas sesuai dengan fungsinya sebagai pusat

pembangunan berawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dalam rangka mencapai tujuan terwujudnya kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi masyarakat.

Fungsi Puskesmas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berawasan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya melalui, sebagai berikut:

33
1. Upaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang

berwawasan kesehatan.

2. Keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya.

3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

1. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran,kemauan, dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup

sehat serta menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau

pelaksanaan program kesehatan serta memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya.

2. Memberikan bantuan yang bersifat teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan

ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

c. Pusat pelayanan kesehatan pertama

Menyelenggarakan pelayanana kesehatan tingkat pertama

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, melalui

34
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan

masyarakat (Herlambang, 2016).

Menurut Triwibowo (2015), fungsi Puskesmas yaitu:

a. Pusat pergerakan pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

c. Pusat kesehatan strata pertama.

2.4.3 Ruang Lingkup Pelayanan Puskesmas

Menurut Herlambang (2016), pelayanan kesehatan yang

diberikan Puskesmas adalah pelayanan menyeluruh yang meliputi

pelayanan sebagai berikut:

b. Kuratif (pengobatan)

c. Preventif (pencegahan)

d. Promotif ( peningkatan kesehatan)

e. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

35
2.5 Tabel Sintesa

Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
1. Sitompul Analisis Pelaksanaan Dokter umum, Pedoman Penelitian ini Aspek Input pada MPKP
(2016) Program Pengelolaan petugas wawancara menggunakan BPJS Kesehatan di BPJS
Penyakit Kronis Manejemen metode kualitatif Kesehatan KC. Pekalongan
(Prolanis) BPJS Pelayanan dengan desain untuk kegiatan monitoring
Kesehatan pada Kesehatan cross sectional evaluasi belum cukup,
Dokter Keluarga di Primer (MPKP) study. jumlah pelaksana Prolanis di
Kabupaten BPJS Kesehatan dokter keluarga, yang sudah
Pekalongan Tahun KC memiliki klub sudah cukup,
2016. Pekalongan dan dan belum ada SOP kegiatan
kepala KLO Prolanis. Aspek output dari 7
Kabupaten dokter yang diteliti ada 4
Pekalongan, dokter yang sudah
peserta melaksanakan kegiatan
Prolanis aktivitas klub. Dari 7
kegiatan Prolanis hanya 4
kegiatan yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan
target capaian, yaitu
edukasi/konsultasi medis.
2. Latifah Analisis Pelaksanaan Kepala Pedoman Desain studi Pelaksanaan program
(2018) Program Pengelolaan Puskesmas , wawancara penelitian Prolanis di Puskesmas
Penyakit Kronis penanggung kualitatif dengan Tegal gundil Kota Bogor

36
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
(Prolanis) BPJS jawab Prolanis, metode sudah cukup baik meskipun
Kesehatan pada Pasien PIC Prolanis pengambilan masih ada hambatan seperti
Hipertensi di UPTD BPJS Kesehatan data survey kendala terbesar adalah
Puskesmas Tegal dan peserta kurangnya sarana gedung
Gundil Kota Bogor Prolanis dan alat dalam pelaksanaan
kegiatan aktivitas klub
peserta Prolanis, kurangnya
koordinasi antar tim Prolanis
serta indikator keberhasilan
masih melihat rasio jumlah
peserta dengan
kedatangan/keaktifan peserta
Prolanis.
3. Utomo Input Program Tenaga medis Peneliti Penelitian ini Hasil penelitian
(2019) Pengelolaan Penyakit dan paramedis menggunakan merupakan menunjukkan tenaga
Kronis di Puskesmas yang alat bantu penelitian pelaksana terlatih Prolanis
memberikan perekam kualitatif dengan masih kurang. Kegiatan
pelayanan suara, dengan sudah sesuai dengan
Prolanis di pedoman rancangan studi pedoman penggunaan dana,
Puskesmas wawancara, evaluasi. Teknik ketersediaan obat mengacu
Pandanaran dan dan pedoman pengambilan formularium nasional,
Puskesmas observasi sampel/informan ketersediaan peralatan
Karanganyar secara purposive kesehatan mengacu
berjumlah 8 sampling kompendium alat kesehatan,
orang, kepala ketersediaan buku pedoman

37
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
bagian PMP Prolanis, formulir kesediaan
BPJS Kesehatan bergabung Prolanis belum
KCU Semarang sesuai dan buku pemantauan
dan 2 peserta status kesehatan belum
Prolanis dari terdistribusi menyeluruh.
masing-masing
Puskesmas

4. Rosdiana Implementasi Petugas yang Alat perekam Jenis penelitian Implementasi Prolanis di
(2017) Program Pengelolaan memberikan suara dan ini adalah Puskesmas Halmahera
Penyakit Kronis pelayanan pedoman kualitatif yang belum mencapai indikator
(Prolanis) pada Prolanis di wawancara. penyajian 75%. Komunikasi belum
Penyakit Hipertensi ruang khusus datanya berjalan dengan baik, sumber
di Puskesmas Jetis Prolanis yang menggunakan daya yang masih kurang
Kota Yogyakarta terdiri dari tiga pola deskriptif berupa tempat dan dana,
orang perawat dengan teknik disposisi terhadap Prolanis
dan satu orang purposive cenderung positif, dan belum
dokter, kepala sampling. terdapat SOP yang
Puskesmas , dibukukan.
ketua atau
pengurus klub
Prolanis dari
Puskesmas ,
dan pihak BPJS

38
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
kesehatan.

5. Ramsar Implementasi Stakeholder Pedoman Penelitian Dari hasil penelitian


(2017) Program Pengelolaan yang berperan wawancara deskriptif dengan didapatkan dari pengaruh
Penyakit Kronis implementasi metode kualitatif eksternal dalam hal ini Dinas
(Prolanis) di Program menggunakan Kesehatan mendukung penuh
Puskesmas Poasia Pengelolaan rancangan studi kegiatan Prolanis. Pada
Kota Kendari Penyakit Kronis kasus tunggal. faktor karakter individu
(Prolanis) di masih kurangnya
Puskesmas pengetahuan dan pemahaman
Poasia Kota tenaga kesehatan yang
Kendari terdiri dilibatkan dalam pelaksanaan
dari 12 Prolanis.
informan.

6. Meiriana Implement 18 informan Pedoman Penelitian ini Cakupan kepatuhan program


(2019) asi yang dipilih wawancara. bersifat kualitatif Prolanis dilihat dari
dengan teknik dengan indikator angka kontak yang
Program
purposive. menggunakan belum tercapai oleh
Pengelolaa strategi studi Puskesmas Jetis dengan
n Penyakit kasus. rasio angka kontak 108
Kronis permil dan indikator rasio
(Prolanis) peserta Prolanis rutin
pada berkunjung hanya sampai
zona aman yang standar
Penyakit

39
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
Hipertensi yaitu 69 persen karena
Di kurangnya sosialisasi terkait
Prolanis. Puskesmas
Puskesmas
membatasi kepesertaan
Jetis Kota Prolanis karena keraguan
Yogyakarta dalam mengendalikan untuk
rutin datang setiap bulannya.
Puskesmas mengadakan
kegiatan Prolanis yang
tidak rutin dilaksanakan yaitu
senam dan home visit.
7. Nofriyenti Analisis Faktor- Kepala Dinas Focus group Penelitian ini Hasil penelitian ini
(2019) Faktor yang Kesehatan, discussion. menggunakan menunjukkan bahwa masih
Mempengaruhi ketua tim rancangan ada 3 Puskesmas yang
Pemenuhan Indikator kendali kutu metode kualitatif belum mampu memenuhi
Angka Kontak kendali biaya, jenis case study indikator angka kontak
Komunikasi dan kepala BPJS, (studi kasus) komunikasi ≥150 permil,
Rasio Peserta kepala dengan yaitu Puskesmas Sicincin,
Prolanis di Puskesmas pemilihan Puskesmas Ulakan dan
Puskesmas dan penanggung informan secara Puskesmas Limau Purut.
Kabupaten Padang jawab tekhnis Purposive. Dari tiga Puskesmas
Pariaman pelaksanaan tersebuat dua diantaranya
kapitasi yaitu Puskesmas Limau
Kabupaten. Purut dan Puskesmas
Ulakan, belum mampu

40
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain
memenuhi indikator ratio
peserta Prolanis rutin
berkunjung ≥ 50%.
8. Asfiani Level of Adherence 220 peserta Kuisioner Desain Cross Hasil penelitian
(2017) and Its Determinants Prolanis Sectional menunjukkan tingkat
of Prolanis dengan DM tipe kepatuhan peserta Prolanis
Attendance in Type 2 2 di lima FKTP dengan DM tipe 2 di lima
Diabetes Mellitus BPJS FKTP adalah 3,59 kali dari
Participants at Five total kepatuhan sebanyak 6
BPJS Primary Health kali.
Care in Bekasi 2016
9. Ahmad Prolanis Pasien DM tipe Kuisioner Penelitian ini Hasil penelitian
(2016) Implementation 2 sebanyk 66 menggunakan menunjukkan bahwa ada
Effective to Control (37 pasien di desain korelasi korelasi yang signifikan dan
Fasting Blood Puskesmas deskriptif dengan negatif antara penerapan
Sugar, Hba1c and antang dan 27 pendekatan Prolanis dan kadar gula
Total Cholesterol pasien di cross sectional. darah puasa pada pasien
Levels in Patients Puskesmas yang didiaognosis dengan
with Type 2 pampang diabetes tipe 2 di Puskesmas
Diabetes antang dan pampang
Makassar.

10. Ramal Factors that 27 peserta yang Data Metode kualitatif Hasil menunjukkan bahwa
(2012) Influence berpartisipasi dikumpulkan dikumpulkan bagi keluarga untuk menjadi
dalam diskusi melalui melalui 5 focus faktor peningkat, perawatan

41
Karakteristik
Peneliti
No Judul Temuan
(Tahun) Subjek Instrument Metode/Desain

Diabetes terfokus. interaksi group discusion kesehatan providers perlu


Self- Peserta dipilih kelompok (FGD). mendidik, memberdayakan
Management sendiri dari terarah dan dan memasukkan keluarga di
hispanik, yang target manajemen dan pencegahan
in Hispanics
pernah populasi dapat diabetes melitus.
Living in Low
mengikuti mengungkapk
Socioeconom
program an pendapat
ic
pendidikan mereka
Neighborhoo
diabetes mengenai
ds in San topik yang
Bernardino, diberikan.
California

42
2.6 Kerangka Teori

Input
1. Sumber daya manusia (man)
2. Dana (money)
3. Sarana (material)
4. Standar operasional prosedur
(method)

Process
Evaluasi Program
1. Perencanaan (planning)
Pengelolaan Penyakit
2. Pengorganisasian (organizing)
Kronis (prolanis)
3. Pelaksanaan (actuacting)
Peserta BPJS
4. Pengontrolan (controlling)
Kesehatan

Output
Kualitas pelayanan prolanis

Impact

Keterangan :

= Variabel yang Diteliti

= Variabel yang Tidak Diteliti

Azwar (2010), Notoatmodjo (2014) Dimodifikasi Penulis

43
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 dan hipertensi merupakan jenis

penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit

kronis khususnya DM tipe 2 dan hipertensi menjadi penyebab besar kematian.

Setiap tahun semakin banyak orang hidup dengan kondisi ini, yang berdampak

pada kelangsungan dan produktivitas manusia dengan munculnya berbagai

komplikasi masalah kesehatan serta mengakibatkan beban biaya kesehatan

yang sangat mahal serta jika hipertensi dan DM tipe 2 tidak dikelola dengan

baik maka akan menimbulkan masalah penyakit tidak menular lanjutan seperti

jantung, stroke, gagal ginjal, dan sebagainya. Untuk mengatasi terjadinya hal

tersebut maka BPJS membuat suatu program dengan pendekatan proaktif

yaitu Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang bekerja sama

dengan seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam pemeliharaan

kesehatan penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Variabel yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah input, process, dan output.

44
3.2 Pola Pikir

Input
Evaluasi Program
Pengelolaan
Penyakit Kronis
Process (Prolanis) Peserta
BPJS Kesehatan

Output

3.3 Definisi Konsep

3.3.1 Input

Input adalah semua semua hal yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan Prolanis terdiri dari man (sumber daya manusia),

money (dana untuk kegiatan program), material (sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Prolanis), method (prosedur

kerja).

3.3.2 Procces

Process adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling

berkaitan untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu, ditujukan

terhadap pelaksanaan Prolanis menyangkut planning (perencanaan

kegiatan untuk pelaksanaan Prolanis), organizing (pengorganisasian

terhadap pembagian tugas dan tanggung jawab Prolanis), actuacting

(pergerakan dan pelaksanaan Prolanis), controlling (pengawasan

pelaksanaan Prolanis).

45
3.3.3 Output

Output adalah hasil kegiatan langsung dari suatu process atau

penilaian sejauh mana pelaksanaan Prolanis tersebut berhasil, yaitu

sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai, yaitu

kualitas pelayanan Prolanis.

46
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) (Sugiyono, 2016).

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu strategi

penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu (Creswell,

2014).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kamonji Kecamatan

Palu Barat Kota Palu, dengan waktu penelitian yang akan dilaksanakan pada

bulan September-Oktober 2019.

4.3 Informan

Adapun informan dalam penelitian ini, yaitu:

4.3.1 Informan Kunci

Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci yaitu Kepala

Puskesmas Kamonji Kota Palu.

4.3.2 Informan Biasa

Informan biasa yaitu mereka yang terlibat secara langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti. Yang menjadi informan biasa yaitu

47
petugas kesehatan pelaksana program Prolanis di Puskesmas

Kamonji Kota Palu.

4.3.3 Informan Tambahan

Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan

informasi yaitu peserta yang terdaftar Prolanis di Puskesmas

Kamonji Kota Palu dan staf pelayanan primer BPJS Kesehatan.

4.4 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu purposive sampling pengambilan sampel didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti itu sendiri, berdasarkan ciri

atau sifat-sifat populasi yang diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

Adapun kriteria dalam menentukan informan dalam penelitian ini,

yaitu :

a. Informan yang menugetahui pelaksanaan Prolanis.

b. Peserta Prolanis yang tinggal di wilayah Puskesmas Kamonji Kota Palu.

c. Peserta yang terdaftar Prolanis.

4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Instrumen Utama

Penelitian kualitatif, peneliti sebagai human instrument yang

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data dan

membuat kesimpulan (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini penulis

sendirilah yang akan menjadi instrumen utama.

48
4.5.2 Instrumen Pelengkap

Instrumen pelengkap pada penelitian ini antara lain:

1. Pedoman wawancara.

2. Alat tulis menulis.

3. Alat perekam (tape recorder).

4. Kamera.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara mendalam

menggunakan pedoman wawancara dan melakukan observasi.

4.6.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data pendukung yang diperoleh

dari berbagai sumber seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas , buku,

jurnal, serta dokumen-dokumen yang berisi informasi tentang

penelitian.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi

(content analysys) disertai triangulasi dengan teknis matriks dimana informasi

diolah dalam tabel antara lain nomor, nama informan, emik, etik, dan

kesimpulan.

4.8 Penyajian Data

Data/informasi yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk narasi

atau cerita.

49
4.9 Keabsahan Data

a. Triangulasi sumber yang digunakan peneliti bertujuan untuk menguji

keabsahan data dengan cara mengecek dan membandingkan kebenaran

data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu informan kunci,

informan biasa, dan informan tambahan.

b. Triangulasi teknik dilakukan untuk pencarian data tentang fenomena yang

telah diperoleh dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil yang diperoleh tentang metode-metode ini kemudian

dibandingkan sehingga diperoleh data yang dipercaya.

50
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kamonji merupakan salah satu pusat pelayanan

kesehatan masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Palu Barat

Kota Palu, dengan luas daratan 92%, perbukitan 6,0% dan

pengunungan 2,0%.

Adapun batas-batas wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas

Kamonji, yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Palu.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nunu, Boyaoge dan

Balaroa.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Donggala Kodi dan

Kelurahan Tipo Balaroa.

UPTD Urusan Puskesmas Kamonji memiliki luas wilayah

kerja sebesar ± 20 km2 yang secara administrasi pemerintahan terbagi

atas 7 Kelurahan. Wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji

yang terluas adalah terdapat di Kelurahan Silae adalah dibandingkan

dengan kelurahan-kelurahan lain dimana luas wilayahnya 7 km 2 dan

sedangkan kelurahan terkecil adalah Kelurahan Kabonena dan Ujuna

51
0.56 km2. Berikut merupakan distribusi penduduk menurut Kelurahan

di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji tahun 2018 yaitu:

Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Palu Barat Menurut


Kelurahan di Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji
Tahun 2018
Luas Wilayah
Kelurahan Jumlah Penduduk
(km2)
Silae 7 6.052

Kabonena 0,56 6.315

Lere 2 10.871

Baru 2 5.488

Ujuna 0,56 8.822

Kamonji 0,93 8.235

Siranindi 0,84 5.754

Total 13 51.357
Sumber : Profil Puskesmas Kamonji Tahun 2018.
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas

Kamonji tahun 2018 adalah 51.357 jiwa atau mengalami peningkatan

sekitar 0,64% dibanding tahun 2017 yang mencapai 51.209 jiwa.

Kecenderungan ini mungkin terjadi akibat kondisi Kota Palu yang

masuk dalam kategori ekonomi kreatif maka dilakukan pemerataan

penduduk. Jumlah penduduk ini terdistribusi pada 7 Kelurahan dengan

jumlah penduduk yang terbanyak di Kelurahan Lere dengan jumlah

10.871 jiwa dan yang terendah adalah Kelurahan Baru yaitu 5.488

jiwa.

52
Tabel 5.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji Tahun 2018

Kelompok Laki-laki Perempuan Total %


Umur
(Tahun)

0-4 tahun 1600 1510 3110 603,4


5-9 tahun 2423 2188 4611 8,94
10-14 tahun 2476 2265 4741 9,19
15-19 tahun 2340 2178 4518 1,76
20-24 tahun 2254 2307 4561 8,84
25-29 tahun 2409 2452 4861 9,43
30-34 tahun 2395 2389 4784 9,28
35-39 tahun 2423 2264 4687 9,29
40-44 tahun 1843 1864 3707 7,19
45-49 tahun 1607 1692 3299 6
50-54 tahun 1294 1376 2670 5,18
55-59 tahun 1077 1111 2188 4
60-64 tahun 755 768 1523 2,95
65-69 tahun 531 515 1046 2,03
70-74 tahun 257 323 580 1,12
75+ tahun 264 387 651 1
Total 25.984 25.819 51.357 100

Adapun jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki

25.984 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 25.819

jiwa.

Jumlah tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas

Kamonji tahun 2018 sebanyak 100 orang yang tersebar pada berbagai

sarana kesehatan yang berada di wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kamonji baik yang PNS, PTT, maupun tenaga honorer. Penyajian data

di UPTD Puskesmas Kamonji dapat dilihat pada tabel berikut:

53
Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan yang PNS/ PTT di UPTD
Puskesmas Kamonji Menurut Kelompok Pendidikan Tahun 2018
Pendidikan Jumlah %
Medis 5 5
Kesehatan Masyarakat 1 1
Gizi 1 1
Perawat 26 26
Bidan 46 46
Farmasi/Apoteker 5 5
Perawat Gigi 2 2
Sanitasi 6 6
Analisis 2 2
Pekarya/SMA 6 6
Jumlah 100
Sumber : Profil Puskesmas Kamonji Tahun 2018
Secara umum penyakit-penyakit yang ada di wilayah kerja

UPTD Urusan Puskesmas Kamonji dari tahun ke tahun masih

didominasi penyakit infeksi, sementara itu penyakit degeneratf masih

masuk dalam sepuluh penyakit terbesa, untuk lebih jelasnya dapat di

lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 10 Jenis Penyakit untuk Semua Golongan Umur di


Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2018
Nama Penyakit Jumlah %
Penyakit pada sistem otot jaringan penyakit 4.296 22.4
(penyakit tulang belulang, radang sendi
termasuk reumatik)
Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian 3.238 16.9
atas
Gastritis 2.854 14.9
Penyakit pulpa dan jaringan peripekal 2.272 11.8
Penyakit kulit alergi 1.705 8.9
Penyakit dan kelainan susunan syaraf lainnya 1.436 7.5
Caries gigi 1.048 5.4
Diare 887 4.6
Infeksi akut lain pada saluran pernapasan 767 4.01
bagian atas
Penyakit mata lainnya (conjungtivitis, 610 3.2
herdeulum, pterygium)

54
Total 33.149 100
Sumber : Profil Puskesmas Kamonji Tahun 2018

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang, yang terdiri

dari 1 informan kunci yaitu Kepala Puskesmas, 4 informan biasa yaitu

3 dokter umum dan 1 petugas penanggung jawab Prolanis, dan

informan tambahan yaitu 2 peserta Prolanis BPJS Kesehatan di

Puskesmas Kamonji. Informan seluruhnya berdomisili di Kota Palu.

Pengambilan informasi dilakukan dengan metode Indepht interview

atau wawancara mendalam, serta dilakukan observasi langsung dan

dokumentasi. Secara rinci informan dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.5 Jenis Pendidikan Informan yang menjadi Subjek


Penelitian di Puskesmas Kamonji Kota Palu

Tingkat Pendidikan Ju %
ml
ah
SKM 1 14
,2
9
Dokter 3 42
,8
5
D3 Kesling 1 14
,2
9
SD 2 28
.5
7
Jumlah 7 10
0
Sumber : Data Primer, 2019

55
Tabel 5.3 diketahui responden dalam penelitian ini

memiliki latar belakang pendidikan yang relatif tinggi dengan

demikian diharapkan akan didapatkan informasi yang lebih luas dan

dalam terhadap evaluasi program pengelolaan penyakit

kronis (Prolanis) peserta BPJS kesehatan di Puskesmas Kamonji

Kota Palu.

5.1.3 Evaluasi Input dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

Hasil wawancara yang peneliti lakukan evaluasi input

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Peserta BPJS

Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu belum maksimal dari

ketersediaan Man (Manusia), Money (Dana), Materials

(Sarana/Prasarana), dan Method (Prosedur Kerja).

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kamonji

Kecamatan Palu Barat Kota Palu pada tanggal 28 September 2019 –

12 oktober 2019 dengan wawancara mendalam kepada informan biasa

yaitu dokter umum dan penanggung jawab Prolanis, dan informan

kunci yaitu kepala Puskesmas serta informan tambahan yaitu peserta

Prolanis.

1. Man (Sumber Daya Manusia)

Hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan kepada

informan biasa dan informan kunci terkait ketersediaan tenaga

56
kesehatan yang terlibat dalam program pengelolaan penyakit kronis

(Prolanis) di Puskesmas kamonji Kota Palu mengemukakan bahwa

petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Kamonji sudah memadai,

secara kuantitas jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam Prolanis

terdiri dari 1 petugas P-care yang bertugas dalam penginputan data-

data Prolanis dengan kualifikasi pendidikan S1 komputer tetapi pada

saat perekrutan menggunakan ijazah SMA, penanggung jawab

Prolanis dengan kualifikasi pendidikan D3 kesling, 5 dokter umum

serta tenaga promosi kesehatan. Secara kualitas petugas P-care yang

melakukan penginputan data Prolanis telah mendapatkan

pengetahuan/pelatihan khusus secara berkesinambungan dari BPJS

Kesehatan mengenai Prolanis serta penanggungjawab Prolanis yang

telah lama bertanggung jawab dalam Prolanis, Seperti pernyataan

berikut:

Sumber daya nya yang ada disini untuk yang ba data-data


Prolanisnya itu sudah memadai, petugasnya hanya satu kita masih
menyatu sebenarnya cuman gedungnya Lere sudah pindah (FS, 28
September 2019).
Insya Allah boleh, nah yang ada sama kita ini pengelola
Prolanis itu ada yang dari S1 komputer tapi ee dia tidak gunakan
ijazah itu dia masih menggunakan ijazah SMA karna sejak dia di
rekrut dari masuk di sini dia memang ijazah SMA karna waktu itu dia
belum baru mau kuliah sampai akhirnya dia selesai kuliah tapi jadi
spesifikasi SMA otak S1 kemudian dia sudah mendapatkan
pengetahuan khusus atau pelatihan khusus yang berkesinambungan
dengan BPJS yang dimaksud Prolanis begitu, kemudian jadi
pengelola Prolanis itu ada dari tenaga D3 kesling tapi dia sudah ee
lama terpapar dengan program ini program Prolanis jadi dia sudah
kuasai lah kalo tentang Prolanis walaupun dari D3 kesling, ee kalo
secara khusus dia ada beberapa ini dokter ada dokter umum
kemudian Promkes, lima dokter umumnya , kalo bercerita Prolanis
memadai kalo bercerita BPJS secara umum belum karna Kamonji

57
hampir tiga puluh lima ribu kepesertaannya dokter nya cuma lima
dengan standar lima ribu satu dokter kita masih kekurangan sebanyak
kurang dua karna dia kalo lima kali lima berapa sementara kita tiga
puluh lima kita kurang dua (H, 05 Oktober 2019)
Tetapi terdapat petugas Prolanis yang baru terlibat dalam

Prolanis selama tiga minggu sehingga belum mendapatkan instruksi

untuk turun lapangan melaksanakan kegiatan Prolanis hanya pada Poli,

seperti pernyataan berikut :

Oh kalo ketersediaan sumber daya masih bagus disini,


cuman karna saya masih baru 3 minggu disini jadi saya itu turun
belum ada turun lapangan, saya masih sampai di poli saja baru
minggu ini karena saya belum dapat programnya karna baru 3
minggu saya masuk, iya sudah sih menurut saya cuman kan saya
belum turun, cuma dengar dengar begitu berapa orang yang turun,
berapa ini untuk turun (HS, 28 September 2019)

Berbeda halnya dengan pendapat informan diatas, beberapa

informan mengemukakan bahwa tenaga kesehatan yang telibat dalam

Prolanis belum memadai yang terdiri dari 3 dokter umum dan

penanggung jawab Prolanis yang dibantu oleh satu petugas PTM .

kekurangan tenaga kesehatan Prolanis dari petugas kesehatan yang

mengatur pada bagian administrasi Prolanis serta penanggung jawab

Prolanis yang juga berperan sebagai Petugas kesling yang harus

menjalankan program kesling sehingga beberapa kegiatan Prolanis

mengalami hambatan seperti home visit kepada peserta Prolanis

sehingga tidak terjalankan akibat keterbatasan tenaga kesehatan yang

terlibat dalam Prolanis untuk melakukan kunjungan ke rumah-rumah.

Seperti Pernyataan berikut:

Oh kalo dari Prolanis sumber daya apa ini manusia, dari

58
pegawai Puskesmas Alhamdulillah cukup sih kalo untuk Prolanis,
karena Alhamdulillah Prolanisnya ee kita pelaksanaannya ee saya
tidak ada masalah yang sampai besar begitu selalu jalan kok tiap
bulan, kalo untuk klinisi cukup cuman yang betul betul agak kurang
ini dari administrasi masalah persuratan gitu lah (ACAP, 28
September 2019)

Iyo boleh sudah itu sudah memenuh kalo untuk dokter 3


yang saya bilang itu toh, ada satu yang petugas PTM jadi kitorang
sama-sama kitorang kerja kalo pas Germas ,cuman kurang ini saya
ini ada program juga iya saya kan kesling huum apa saya juga mau
turun programku kesling jadi ada beberapa kegiatan macam home
visit belum saya turun juga, saya itu yang saya punya saya kerja sama
sama PTM itu sama sama jadi ada memang satu yang petugas PTM
memang jadi kitorang sama-sama kitorang kerja (F, 30 September
2019).
2. Money (anggaran)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci terkait anggaran

yang tersedia untuk pelaksanaan Prolanis bahwa anggaran yang

tersedia sudah memadai untuk melaksanakan kegiatan Prolanis.

Anggaran Prolanis bersumber dari BPJS kesehatan, selain itu anggaran

Prolanis tergantung dari diagnosa penyakit yang terdiri dari DM dan

hipertensi, dari kebijakan Puskesmas dan KTU Seperti pernyataan

berikut:

Anggarannya Prolanis dari BPJS itu, tergantung dari


diagnosanya BPJS tanggung kan yang Prolanis itu termasuk DM,
Hipertensi, Asma, he’e tapi untuk yang lansia-lansia toh, iya itu dari
BPJS yang tau biayanya (FS, 28 September 2019).

Anggaran aduh saya kurang tau kalo itu dek, karna itu kan
tergantung dari kebijakan Puskesmas toh berapa yang
anggarannya, tergantung dari KTU nya juga, jadi kita tidak tau toh
apalagi kek macam saya yang belum toh yang belum pernah turun,
apa sampai sekarang saya hanya sampai di poli dan klinik sore (HS,
28 September 2019)
Anggarannn, kalo misalnya untuk pelaksanaan Prolanis

59
secara kalo dari nominalnya mungkin saya kurang tau toh, karna ibu
F toh he’e, ehm untuk dananya sih saya kurang tau nominalnya
cuman kalo untuk misalnya dana penyelenggaraan Prolanis yah itu
seperti yang tadi saya bilang alhamdulillah Prolanis jalan terus kok
nda ada problem sampai bagaimana sekali (ACAP, 28 September
2019)

Berbeda halnya dengan pendapat ke tiga informan diatas,

beberapa informan mengatakan bahwa anggaran yang tersedia belum

memadai. Untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis, kegiatan yang

dibayarkan pada kegiatan edukasi yang dibawakan oleh dokter berupa

penyuluhan, ketika dalam 1 bulan 3 kali dilaksanakan maka hanya

dokter pertama yang diberikan uang, selain itu konsumsi Rp 150.000,

dan instruktur senam sebanyak Rp. 200.000, Pelaksanaan kegiatan

Prolanis diselenggarakan menyesuaikan dengan dana yang ada

kadangkala Prolanis menumpang dengan kegiatan lain di Puskesmas

Kamonji. Jumlah dana yang diberikan oleh BPJS kesehatan sebanyak

350.000 rupiah dipotong pajak 9%. Sistem pencairan anggaran dari

BPJS Kesehatan yaitu dengan membuat Surat Pertanggung Jawaban

(SPJ) terlebih dahulu, setelah 15 hari kedepan dana telah ada. Seperti

Pernyataan berikut:

Oh itu kalo untuk pemeriksaannya itu kita ada PTM itu


memang gratis hee PTM gratis, yang kita cuma bayar disitu itu disitu
dokter itupun untuk misalnya satu bulan ini 3 kali saya senam cuma
khusus dokter yang pertama kasi penyuluhan yang dapat uang 350
belum di potong pajak yang saya bilang kemarin itu toh begitu terus
ee bayar instruktur sama konsumsi itu saja memang, aa kalo 350 itu
konsumsi 150, instruktur 200, 9% pajak, selama akhir ini itu terus
sudah dananya jadi kita tebisa juga, jadi kita juga tidak bisa juga kita
mo anu, karna dari sana juga ada dananya kalo kita bikin ada
dananya kalo tidak dibikin tidak ada juga dana nya, pokoknya kalo
saya bikin maso SPJ lima belas hari kedepannya ada dananya (F, 30

60
September 2019).

Kalo kita itu situasional kita menyesuaikan dengan anggaran


yang ada, ee BPJS menginginkan setiap minggu ada kegiatan
Prolanis senam olahraga tapi penganggaran nya hanya untuk 2 kali
nah itu dia kemudian penyuluhan oleh dokter hanya sekali dalam
sebulan haa kalo kita bikin empat kali, idealnya ada semua kegiatan
sama semua kegiatan kalo misalnya ada olahraga otomatis namanya
instruktur nah anggaran instruktur itu terbatas juga gitu, jadi biasa
kita laksanakan itu kita maksimal dua kali sebulan, salah satunya
kecuali anggaran nya itu misalnya pas pasan begitu kadangkala kita
yang numpang dikegiatan (H, 05 Oktober 2019)

Berdasarkan hasil telaah dokumen bahwa adanya dana yang

diberikan dari BPJS ke Puskesmas Kamonji untuk pelaksanaan

kgiatan Prolanis dengan melihat SPJ. Anggaran sebesar Rp. 350.000

untuk kegiatan senam, apabila terdapat senam dan edukasi Prolanis

sebesar RP. 970.000.

3. Material (Sarana/Prasarana)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa, informan kunci, dan informan

tambahan terkait ruangan khusus untuk Prolanis didapatkan bahwa

tidak adanya ruangan khusus Prolanis tetapi kegiatan Prolanis

dilaksanakan di Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan serta

kegiatan senam di halaman Puskesmas, Pustu, rumah kader dan

Posbindu untuk pelaksaan kegiatan senam, Seperti pernyataan berikut:

Tidak ada, Prolanisnya itu biasa kita bikin di Puskesma-


Puskesmas , di pustu-pustu, atau di Posyandu, karna ada Posyandu
lansia toh posbindu namanya, nda ada kalo untuk Puskesmas nya nda
ada (FS, 28 September 2019)

Kalo ruangan sih kayak di Pustu-pustu biasanya dibikin


disitu atau di rumahnya kader jadi ruangannya memadai toh, kalo
misalnya mau ba senam-senam paling dihalaman saja dorang , kalo

61
sampai sekarang, kalo ruangannya Prolanis di Puskesmas, biasanya
sih di depan sini kalo saya dengar dengar itu, kalo kan Prolanis
biasanya cuman ba senam-senam toh cuman sekarang sih setauku
sudah jarang di Puskesmas, karna kan kita pagi ada kunjungan poli
ada yang ba poli, kalo sore cuma ada klinik klinik jadi kalo mau ada
Prolanis takutnya tambah riuh di depan (HS, 28 September 2019)
Di ruangan sini sama dokter kalo saya ba periksa, dengan di
rumah sakit ini saya ambil rujukan (D, 03 Oktober 2019)
Di Puskesmas Kamonji iye rame rame kita disitu di depan
itu iye senamnya pokoknya macam macam disitu (L, 12 Oktober 2019)
Berbeda halnya yang diungkapkan oleh informan biasa dan

informan kunci bahwa pelaksanaan Prolanis tidak menentu, Prolanis

dilaksanakan dilapangan kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah

Puskesmas Kamonji bergabung dengan kegiatan Germas, serta

penginputan bergabung dengan ruangan kesling, kecuali untuk pasien

yang datang di Puskesmas yang berobat langsung ke dokter dan

menggambil obat, seperti pernyataan sebagai berikut:

Sebenarnya kan kalo Prolanis itu harus senam juga yah yang
tiap bulan itu, kalo untuk senam kita ada kalo untuk Prolanis kita di
tiap-tiap Kelurahan toh karna biasa bersamaan dengan Germas jadi
kalo mau di bilang senam khusus untuk Prolanis to mungkin
sepanjang saya tau dia belum ada, jadi dia kita bersamaan dengan
Germas kalo untuk kegiatan senamnya, nah kalo untuk kegiatan obat
sendiri Prolanis sekitar ruangan khusus nda ada (ACAP, 28
September 2019)

Tidak ada, di kita kan tidak menentu jadi misalnya kayak


germas gerakan masyarakat hidup sehat itukan bikin di Kelurahan,
kita pindah ke Kelurahan pokoknya dari kita ini ikut dari Kelurahan
saja jadi kalau dia ada jadwal dari Dinas misalnya Germas di
Kelurahan Lere kita kesana jadi dia tidak ada tidak menentu,
memang sebenarnya dulu tidak, pas waktu itu kapusnya kita minta
jadi semua itu dia bilang petugas dari sini boleh ikut Germas jadi
disatukan disitu dananya makanya itu di germas itu (F, 30 September
2019).

Nda ada itu, kecuali untuk rujukan, sedangkan penginputan


masuk diruangan-ruangan seperti dia masuk diruangannya kesling,
oh dilapangan pada saat kalo anu itu olahraga itu jadi disitu ada

62
pemeriksaan eh anu PTM, olahraga, ada penyuluhan disitu semua
dilapangan kecuali dia berkunjung di Puskesmas itu berarti langsung
berobat biasa dokter atau tinggal ambil obat (H, 05 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang

ketersediaan peralatan yang digunakan dalam Prolanis bahwa

peralatan dalam melaksanakan Prolanis yang terdiri dari alat periksa

laboratorium, alat pemeriksaan kesehatan seperti stetoskop, senter,

timbangan, tensimeter serta peralatan dalam edukasi seperti infocus

dan beberapa fotocopy selebaran/leaflet. Seperti pernyataan berikut :

Kalo kita disini biasa itu hanya untuk periksa lab,


laboratorium, dan periksa kesehatan dia, stetoskop, senter, terus
dengan di lab laboratorium (FS, 28 September 2019)

Stetoskop, senter, itu saja iya, kalo termometerkan nanti


perawatnya toh yang tensi, kalo perawatnya pake tensi terus ada suhu
thermometer he’e, timbangan,kalo kita dokter sih alat lab (HS, 28
September 2019)
Eehm pemeriksaan kesehatan kalo dari depan kan
tensimeter, eeh terus ini stetoskop untuk pemeriksaan kesehatan sama
lab, karna kalo Prolanis itu kan istilahnya Prolanis itu setiap bulan
kita harus periksa gulanya paling tidak gulanya kalo dia pada pasien
gula tiap 6 bulan kita juga bisa periksa periksa kolestrol sama asam
urat kalo pasien Prolanis sama yah itu aja sih kalo dari Puskesmas
(ACAP, 28 September 2019)
kalo dia edukasi kita cuma siapkan misalnya kalo untuk
edukasi kalo dia kan minta itu kalo di dalam ruangan infocus tapi kalo
diluar dia cuma minta selebaran selebaran itu kita juga yang siapkan
he’e jadi fotocopy yang kita bagikan itu kita yang siapkan jadi dokter
kurang menjelaskan bawa materi yang kita kasi itu sudah itu saja kalo
yang lain tiada (F, 30 September 2019).
Kalo yang ada disini kalo hanya untuk pengobatan dasar
atau pelayanan dasar cukup yah untuk alatnya kalo di Puskesmas
demikian juga kalo yang di lapangan (H, 05 September 2019).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci terkait

63
ketersediaan peralatan yang digunakan dalam Prolanis bahwa

peralatan yang ada sudai memadai dalam melaksanakan kegiatan

Prolanis, seperti pernyataan berikut :

Sudah memadai kalo yang lain teada, kalo peralatan ini kan
pakai stetoskop kalo senter ada ada cukup, iyo hee Prolanis karna ada
stetoskopku ada saya punya senter lengkap dek (FS, 28 September
2019)

Untuk sampai sekarang sih memadai, kalo kayak ini kan kita
tidak perlu ada hp dikasi keluar keluar toh, karna so ada senter
sendiri (HS, 28 September 2019)
Cukup kok Alhamdulillah, aja sih kalo periksa darah cocok
cukup (ACAP, 28 September 2019)
Ee sudah memadai itu untuk Prolanis (F, 30 September,
2019)
Boleh standar sudah memadai cukup (H, 05 Oktober 2019)

4. Method (Prosedur Kerja)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang pedoman

dalam pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Kamonji bahwa tidak

adanya SOP Prolanis yang tersedia di Puskesmas Kamonji, hilang

diakibatkan karena pemindahan barang-barang dari gedung Puskesmas

lama ke Puskesmas baru. seperti Pernyataan berikut:

Kalo pedoman dari Puskesmas sih sejauh ini belum ada


karna saya juga belum dapat programnya toh heeh karna Prolanis itu
setauku dia itu turun perwilayah tindakan, jadikan kita disini dokter
ada 4, eh 4 eh ada 5, kalo pedoman untuk turun sih SOPnya saya
kurang tau ada atau tidak itu SOPnya Prolanis e karna saya belum
tau belum turun toh , kalo kita sih sejauh ini Prolanis kita kasi kayak
ee apa lagi namanya itu bikin presentasi menjelaskan biasanya efek
penyakit-penyakit yang biasa diderita e orang-orang lanjut usia apa
semua macam HT dan DM di jelaskan kalo misalnya ada gula obat
gulanya tidak boleh stop obat tekanan darahnya tidak boleh stop yang
begitu-begitu (HS, 28 September 2019)

Ada itu cuman tidak tau dimana sudah, apa habis pindah

64
dari Lere, kita sudah angkat barang ini saya so tetau dimana sudah,
ada saya punya cuman saya tetau dimana sudah, nantilah kalo ada
saya punya saya fotokan kau (F, 30 September 2019)
Berbeda halnya yang diungkapkan oleh beberapa informan

bahwa terdapat SOP Prolanis yang dipegang oleh penanggung jawab

Prolanis untuk dokter tidak ada diberikan SOP terkait prolanis, tetapi

SOP yang ada dengan tenaga dokter adalah SOP klinisi yang terdiri

dari prosedur pemeriksaan penyakit seperti mendiagnosa penyakit,

seperti pernyataan berikut :

Pedomannya Prolanis kayaknya itu harus tanyakan


pemegang program, pedomannya tidak ada dikasi nda ada dikasi, iya
saya taukan tapi itukan ee yang ada senam senam, ee Posyandu, terus
ada posbindu kalo disini kan yang kita layani kalo dorang ambil obat,
obat obat perbulan (FS, 28 September 2019)

Kalo dari saya sih dokter sebagai klinisi toh untuk periksa
pemeriksaan penyakit SOP buat untuk diagnosa penyakitnya ada
cuma untuk SOP buat program Prolanisnya sendiri itu saya sampai
sekarang belum pernah lihat he’e, jadi memang istilahnya agak
terpisah kalo Prolanis administratif sama yang klinisi, kalo yang
klinisi kayak misal administrasi itu ibu F yang tau semua kalo saya
yang di bilang SOP buat Prolanis ga tau (ACAP, 28 September 2019)
Ada sama petugasnya, petugasnya nda tau mana tadi e
kayaknya dia turun pendampingan di Kelurahan kabonena (H, 05
Oktober 2019)

5.1.4 Evaluasi Process dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

Hasil wawancara yang peneliti lakukan evaluasi process

dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu belum

maksimal.

65
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas

Kamonji Kecamatan Palu Barat Kota Palu pada tanggal 28 september

2019 – 12 Oktober 2019 dengan wawancara mendalam kepada

informan biasa yaitu dokter umum, penanggung jawab program dan

informan kunci yaitu kepala Puskesmas serta informan tambahan

yaitu pasien peserta Prolanis.

1. Planning (Perencanaan)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang proses

perencanaan pada Prolanis didapatkan bahwa perencanaan untuk

Prolanis dari BPJS kesehatan mulai dari kegiatan-kegiatan Prolanis

pelaksanaan Prolanis, serta penempatan pasien. Apabila perencanaan

yang dibuat oleh BPJS kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan

dilakukan 1 bulan 4 kali di pertimbangkan lagi dengan kesibukan

tenaga kesehatan di Puskesmas Kamonji. Seperti pernyataan berikut:

Kalo dia aturan BPJS dia satu minggu eh satu bulan empat
kali, jadi tergantung dari kita lagi kalo dari dinas eh dinas dari BPJS
itu dia satu bulan empat kali, tergantung sih saya kalo kita sibuk
disini kita belum bisa bikin kadang biasa satu bulan itu dua kali
kadang satu kali, hee maksudnya pas kita tidak sibuk kita bikin noh
(F, 30 September 2019)

Perencanaan Prolanis itu dari BPJS, dua hal BPJS yang


menempatkan dan pasien sendiri yang memilih, kalo dari BPJS
berdasarkan dekatnya alamat kalo dari pasien misalnya rumah di
tondo suka di Kamonji biar alamatnya di tondo bisa di Kamonji, kita
hanya tau melayani, ada kerja di kasi kepercayaan dilaksanakan,
sebulan 4 kali standar 2 kali (H, 05 Oktober 2019)

66
Selain informan di atas, terdapat juga tiga informan biasa

yang memberikan pernyataan bahwa untuk tenaga dokter tidak

dilibatkan dalam perencanaan tetapi lebih pada pelaksanaan kegiatan

seperti waktu pelaksanaan kegiatan dua kali setiap kelurahan, kegiatan

prolanis seperti pemeriksaan tekanan darah dan gula, dan kegiatan

senam, seperti pernyataan berikut :

Kalo perencanaan Prolanis dalam artian kalo misalnya


diadakan dengan germas itu dua kali setiap kelurahan jadi memang
disitu ada kegiatan prolanis disitu ada kita periksa darah gratis
seperti periksa gula toh sama kita ehm senam untuk lansia toh,
cuman misal untuk tiap bulan kegiatan Prolanisnya itu kalo mau
dibilang perencanaan yang khusunya untuk Prolanis itu saya
khususnya dokter itu saya pribadi nda terlalu terlalu terlalu di ikutkan
dalam perencanaan jadi istilahnya kalo saya nanti tunggu ada kabar
dari atas yang memang pengurus Prolanis dok ini ada orang yang
mau masuk Prolanis, atau seandainya ada ini orang sudah tua ada
gula kira kira bagaimana dok masuk atau tidak, nah itu yang baru
kita tapi kalo memang perencanaan perencanaan bagaimana nya
yang dijadwalkan kapan yang dijadwalkan kapan kalo saya pribadi
nda (ACAP, 28 September 2019)

Aih kalo itu saya kurang tau e karna kita cuma


melaksanakan saja (FS, 28 September 2019)

Ai saya juga kurang tau, karna belum turun toh kegiatan


apanya atau nanti kalo ini ketemu dengan ininya ketua tim
Prolanisnya kita (HS, 28 September 2019)
hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan kepada

informan tentang kegiatan yang ditetapkan dalam proses perencanaan

pada Prolanis didapatkan bahwa pemantauan status kesehatan meliputi

pemeriksaan tekanan darah dan gula darah tiap hari/tiap minggu serta

aktivitas klub berupa senam setiap minggu dalam sebulan. Seperti

pernyataan berikut:

67
Itu P2M, pemeriksaan kesehatan, terus Posyandu,
Posyandu itu sudah termasuk pemeriksaan kesehatannya dorang, itu
saja hee, senam itu saja (FS, 28 September 2019)

Ai saya juga kurang tau, karna belum turun toh kegiatan


apanya atau nanti kalo ini ketemu dengan ininya ketua tim
Prolanisnya kita, supaya kita tanya apa semua kegitannya,
bagaimana, soalnya kita kan dokter biasanya cuman dikasi tau dok
besok turun disini, besok dokter turun disini Prolanis, cuman begitu,
kalo macam kegiatan tiap harinya saya tetau di atas yang atur (HS, 28
September 2019)

Kalo Prolanis dia senam, , iyo kalo kita ada senam ada
juga pemeriksaan he’e dia langsung dengan itu, dia itu satu paket jadi
kalo kita ada Germas dia satu kali dengan pemeriksaan jadi tidak
pernah itu kalo Germas tidak ada pemeriksaan (F, 30 September
2019)
Beberapa informan mengatakan selain kegiatan

Pemeriksaan kesehatan dan kegiatan senam kegiatan lainnya Prolanis

terdiri dari pengambilan obat secara rutin tiap bulan di Kimia Farma

serta kegiatan edukasi melalui penyuluhan kesehatan, seperti

pernyataan berikut :

Eehm pemeriksaan kesehatan tiap minggu itu kalo


pemeriksaan kesehatan kalo sepanjang pasien mau tiap hari datang
tiap minggu boleh yang wajib biasa Prolanis itukan harus dapat obat
juga tiap bulan paling sedikit itu kalo bukan jantung, e hipertensi
sama diabetes melitus dia tiap bulan harus datang ke Puskesmas buat
periksa gula sama ambil obat di Kimia Farma, eee sama itu kegiatan
senam tiap bulan atau tiap minggu, tiap minggu sorry tiap minggu,
kalo kita klinisi itu aja sih iya he’e (ACAP, 28 September 2019)

Senam yang rutin itu senam, penyuluhan, makan buah,


pemeriksaan penyakit tidak menular, termasuk tensi yang begitu-
begitu saja yang standar, teada cuma itu saja kecuali di ruangan ee
dapat obat kalo dia berkunjung kalo di lapangan tiada obat (H, 05
Oktober 2019)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan tentang sasaran dalam kegiatan Prolanis

68
didapatkan bahwa sasaran Prolanis yaitu lansia yang menyandang

penyakit hipertensi dan DM tipe 2. Seperti Pernyataan berikut:

Kan yang Prolanis itu termasuk dm hipertensi hee kan yang


untuk lansia-lansia toh (FS, 28 September 2019)

Orang lanjut usia macam HT DM (HS, 28 September 2019)


Lansia pasien prolanis seperti gula sama hipertensi (ACAP,
28 September 2019)
Pasien Kamonji pasien HT juga dan gula (F, 30 September
2019)
Pesertanya kan intinya Prolanis, lansia termasuk DM dan
hipertensi (H, 05 Oktober 2019)

2. Organizing (Pengorganisasian)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang kesesuaian

tugas yang diberikan kepada petugas kesehatan Prolanis didapatkan

bahwa sudah sesuai terdiri dari dokter Prolanis bertugas dalam

pemeriksaan kesehatan lansia dengan melakukan amnesis menanyakan

keluhan pasien memberitahukan terapinya serta memberikan obat ,

konsultasi, Seperti Pernyataan berikut:

Tugasku kalo misalnya ada pemeriksaan kesehatan, hanya


untuk pemeriksaan kesehatan, kesehatan lansia-lansia itu dari kepala
sampai ujung kaki noh, head to toe (FS, 28 September 2019)

Oh tugasnya kita sudah sesuai, jadi tugasnya itu kayak ba


periksa misalnya e mo periksa pasien datang kita amnesis kita tanya
keluhannya apa, terus lihat penyakit apa dia terapinya bagaimana
kemudian habis itu kasi obat kita sarankan misalnya kalo e sakit gula
jangan dulu minum yang manis-manis toh kana ada obat ada medikasi
dan non medikasi karna nu saran apa yang boleh dan tidak boleh apa
yang di hindari apa yang boleh dimakan (HS, 28 September 2019)
Kalo mau di bilang sesuai dengan SOP pelaksanaan
Prolanis khusus yah itu tadi untuk SOP Prolanis sendiri saya sampai
sekarang belum sampai baca sampai situnya jadi saya tugas-tugas
sebagai klinisi dokter cuma kalo ada pasien Prolanis seperti gula kita
periksa gulanya, kita cek apakah ada efek samping atau ga dari

69
perkembangan gula nya bagaimana betul betul pure medis istilahnya,
jadi kalo mau di bilang Prolanis itu tiap bulan harus bla bla bla, Kalo
untuk sesuai alhamdulillah sudah sesuai sih (ACAP, 28 September
2019)
Selain itu informan lain mengatakan bahwa pemegang

program bertugas dalam mengkoordinir kegiatan Prolanis dan

pembuatan laporan kegiatan setelah diselenggarakan Prolanis

kemudian menyerahkan laporan kegiatan ke BPJS kesehatan dan

tembusan ke Dinas, seperti pernyataan berikut :

Yah buat laporan habis diselenggarakan buat laporan


serahkan ke BPJS dan tembusannya dinas, harus sesuai dia sesuai
jadi tidak bisa tidak sesuai dan dia selalu sesuai karna dia butuh
butuh latian cepat untuk tau jadi tidak bisa tidak tau begitu wajib tau
wajib laksanakan (H, 05 Oktober 2019)

Tetapi berbeda halnya yang diungkapkan oleh salah satu

informan mengatakan bahwa tugas yang diberikan belum sesuai,

seperti pernyataan berikut :

Dikasi sesuai saja kalo di bilang tidak sesuai, tidak sesuai


iyo karna memang tidak ada, sudah di potong baru kita tidak ada kita
cuma program saja, tetap begitu sudah karna sudah jalannya dari
sana saja kita, kalo lalu masih di atas e maksudnya kita ada juga kita
dapat tapi tahun ini teada, dokternya kan cuman kalo dokter sudah
tiap Kelurahan beda beda dokternya tidak itu terus misalnya satu
bulan germas empat kali, bukan itu dokter terus dia kan pindah
pindah di Lere di baru, di Lere lain di baru lain kalo pindah kesini
lain disini juga lain begitu dia (F, 30 September 2019)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang upaya

yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga yang terlibat

dalam Prolanis didapatkan dengan melakukan kunjungan ke

rumah/home visit, Seperti Pernyataan berikut:

Ha itu harus kalo ada lansia-lansia yang kurang aktif datang

70
itu harus dikunjungi, itu saja kunjungan rumah, home visit, belum ada
sampai saat ini, cuman kalo penyuluhan-penyuluhan pernah
penyuluhan-penyuluhan di Posyandu, teada e , yang pegang program
yang tau itu, selama ini saya disini tidak ada untuk saya, tidak ada
untuk saya iyo (FS, 28 September 2019)

Hai saya kurang tau itu, upaya nya kita sih e kerja disini
kerja toh semaksimal mungkin sebaik mungkin jadi kalo misalnya e
menangani yah semaksimalnya kita bisa (HS, 28 September 2019)
Kalo segi klinis sih Alhamdulillah bukan waktunya sombong
apa cuma sudah cukup sih sudah lumayan bagus kita menangani sama
mendiagnosa penyakit kalo dari masalah klinis kalo masih
berhubungan dengan administrasi mungkin memang ehm apa kurang
kedua belah pihak istilahnya seperti saya kayak gimana yah kayak
malas mau nanya soal administrasi ke pihak administrasi Prolanis,
yang dari Prolanisnya juga mungkin karna tugasnya terlalu banyak
jadi kadang mereka suka agak suka jarang turun kasi tau soal
peraturan Prolanisnya itu aja sih sebenarnya (ACAP, 28 September
2019)
Informan lain juga mengatakan bahwa tidak adanya pelatihan

dari Prolanis tetapi berupa sosialisasi dari BPJS kesehatan membahas

terkait kunjungan pasien prolanis serta revisi perbaikan laporan

pelaksanaan kegiatan, seperi pernyataan berikut :

Pelatihan, pelatihan Prolanis kalo pelatihan dari Prolanis


tidak ada kalo untuk membicarakan masalah Prolanis ada tapi itu
dari BPJS, misalnya sosialisasi tentang berapa yang pasien Prolanis
yang tidak datang kalo itu ada dari BPJS saja, kalo dari sini, kayak
ini misalnya kita harus kunjungi pasien yang tidak datang itu kita
Tanya (F, 30 September 2019)
Kalo Puskesmas tidak ada tapi kalo BPJS ada jadi BPJS
selalu yang panggil untuk ada pertemuan itu kalo setiap ada revisi
perbaikan atau apapun pasti di beritahukan minimal di WA di grup
kana da WA grup, oh nda ada lagi pelatihan kan sudah dilatih jadi
tinggal ada revisi perbaikan atau pemebritahuan Cuma itu saja (H, 05
Oktober 2019)
3. Actuacting (pelaksanaan)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang proses

pelaksanaan Prolanis didapatkan bahwa pelaksanaan prolanis rutin tiap

71
bulan tetapi belum maksimal, beberapa pasien tidak rutin mengikuti

kegiatan dalam prolanis seperti lambat datang senam adapun yang

datang hanya kecendrungan orang itu saja serta tidak rutin mengambil

obat yang seharusnya tiap bulan harus di ambil di Kimia Farma.

Seperti Pernyataan berikut:

Pelaksanaannya disini ee rutin tiap bulan ada he’e, he’e itu


ada yang biasa tidak ikut, makanya yang nda ikut begitu biasa kita
datangi ke rumah nya (FS, 28 September 2019)

Pelaksanaannya Prolanis selama ini berjalan tapi belum


maksimal kayak pasien yang harusnya rutin tiap bulan ambil obat di
Kimia Farma tapi beberapa ada yang tidak rutin tiap bulan datang
ambil, ada juga kegiatan senam tiap bulan atau tiap minggu
konsultasi keluhannya mereka, baru itu juga kalo Prolanis itu ada
dorang juga dikasi edukasi melalui penyuluhan oleh dokter terus itu
juga kalo misalnya kayak dorang pemeriksaan gula atau mau tensi
(HS, 28 September 2019)
Tetapi beberapa informan mengatakan bahwa beberapa

kegiatan Prolanis terjalankan tetapi belum optimal, seperti kegiatan

senam peserta Prolanis datang terlambat dan terkendala untuk

dihubungi karena memberikan nomor telepon tidak aktif. Selain itu

hambatan yang terjadi yang menyebabkan kegiatan Prolanis tidak

terjalankan seperti reminder melalui sms gateway dikarenakan

beberapa peserta Prolanis tidak memiliki handphone, ada pula

memberikan nomor telepon yang tidak aktif dan home visit mengalami

hambatan karena tidaka adanya dana transportasi dan pemegang

program juga melaksanakan Program kesehatan lingkungan. Seperti

pernyataan berikut :

Kadang mereka di telfon tidak di angkat kadang lansia tidak


punya nomor hp, senam nanti sudah selesai baru datang. Belum tentu

72
dorang semua yang datang toh. Ada juga 6 bulan belum bayar.
Pokoknya ini sms ini sebelum habis gempa itu. Ada sih itu cuman
inikan dikasi satu dengan PISPK, kemarin pertemuan dari BPJS dia
bilang begitu jadi kita langsung batanya bagaimana kalo yang tidak
datang baru kita mau kunjungi terus kita ambil dana transportasinya
darimana, pokoknya kita harus capai target misalnya kayak saya 140
rumah jadi itu harus habis itu saya anu nanti dilihat disitu toh berapa
pasien yang Prolanis disitu kita laporkan lagi, cuma ini memang saya
belum turun ini, soalnya saya ini ada program juga iya saya kan
kesling huum saya mau turun programku juga. kalo kemarin maunya
saya bicara dengan kapus takutnya mau gabung dengan PISPK tapi
nantilah tetap juga saya turun nanti cuma nanti ini dia punya
transportasi ini (F, 30 September 2019)
Selain itu beberapa informan mengatakan bahwa

pengambilan obat peserta Prolanis di Kimia Farma. Kegiatan Home

visit dilakukan setiap bulan untuk pasien yang tidak datang

berkunjung, tetapi karena banyaknya pasien Prolanis sehingga

kunjungan ke rumah-rumah terbatas. Seperti pernyataan berikut :

Mereka pengambilan obatnya mereka akan ambil di Kimia


Farma itu seperti yang lain biasa kalo dia tidak muncul nanti
dihubungi begitu kan dorang dan nomor HP maka lebih terkoordinir,
iya terlaksana kalo tidak terlaksana keliatan nanti itu salah satunya di
kunjungan rendah atau tidak naik sama sekali, home visit ada salah
satu yang selalu dikunjungi itu biasanya tidak memiliki HP tidak aktif
HPnya tidak berobat dikunjungi rumahnya baik oleh petugas Prolanis
maupun petugas Pustu, dia sebenarnya itu home visit setiap bulan,
dalam setiap bulan itu ada hari hari tertentu dikunjungi karna itukan
banyak peserta Prolanis tidak mungkin setiap minggu dikunjungi
orang yang sama toh minimal belum tentu bulan ini bulan depannya
dikunjungi lagi bisa jadi yang lain lagi dikunjungi. Cuma untuk
mengetahui saja yang penting kan dia kontak petugas (H, 05 Oktober
2019)
Berbeda halnya yang diungkapkan beberapa informan bahwa

pelaksanaan kegiatan Prolanis sudah berjalan dengan baik, tetapi

kurang sosialisasi untuk mendapatkan peserta Prolanis baru, sesuai

pernyataan berikut :

itu aja kurang sosialisasi buat dapat Prolanis baru,

73
sebenarnya sih kalo kita disini Prolanis itu dalam artian tiap bulan itu
pasiennya berobat untuk satu bulan tapi kalo misalnya kita turun itu
ga tiap bulan sih, kita penyuluhan sosialisasi kita juga ada eh kerja
sama ptm penyakit tidak menular misalnya kita tensi periksa gula
puasa kolestrol kalo misalnya disitu terdapat ada yang memang usia
lanjut diatas 35 atau keatas atau sampai 45 keatas tensinya tinggi
atau kolestrol gula sama tinggi itu kita suruh berobat ke Puskesmas
begitu caranya, iya jadikan tiap dokter ada tanggung jawab
Kelurahan (ACAP, 28 September 2019).
Haa bagus bagus, tiap bulang, Nda pernah, nda ada, nda
pernah dikasi tau, kalo dikasi tau yah ikut, Iya, bagus hum, nda ada
keluhan apa apa, di tensi, nda ada, iya rutin sudah lama (D, 03
Oktober 2019)
Iye ikuti, kalo ada dia panggil kalo ada acara, ada biasa kita
itu kalo hari sabtu banyak anu apa kegiatan disitu ada memang itu
guru olahraga disitu acaranya apa semua disitu di bilang kalo sudah
tua harus ikuti olahraga tetap juga sy ikuti kegiatan di Puskesmas,
biasa saya di panggil di Puskesmas itu olahraga ,Iya rutin tiap hari
sabtu di Puskesmas, berobat itu tiap minggu, iye kalo masalah obat
kan ada juga dikasi obat untuk satu bulan habis lanjut, ee biasa tiap
minggu e ada hasil hasilnya disitu, , e pernah dikunjungi di rumah
ada dari Puskesmas iye, biasa satu kali satu bulan iye, kan samping
rumahku ada Posyandu disitu biasa kita di periksa darah, iye kan ada
nomor telfonku (L, 12 Oktober 2019)
Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti

bahwa terdapat beberapa kegiatan yang terlaksanakan yaitu senam,

edukasi, pemantauan status kesehatan, serta konsultasi medis.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci tentang hambatan

yang terjadi dalam kegiatan Prolanis didapatkan bahwa beberapa

informan mengatakan tidak ada hambatan. Seperti Pernyataan berikut:

Ehm nda ada sih tau (FS, 28 September 2019)

Ha itu saya belum tau karna belum turun juga Prolanis, apa
belum pernah saya turun kegiatan itu Selama tiga minggu ini full di
poli sama di klinik sore jadi kalo untuk turun turun lapangan saya
belum ada mandat dari atasan disuruh turun, kan kita dokter ada lima
bapegang itu masing masing Kelurahan apa wilayah itu eh lima (HS,
28 September 2019)

74
Berbeda halnya yang diungkapkan beberapa informan

mengatakan terdapat hambatan seperti kurangnya sosialiasi dari

pemegang program terkait Prolanis, kurangnya komunikasi antara

petugas kesehatan Prolanis, faktor usia dari pasien Prolanis, serta tidak

adanya alat komunikasi berupa HP dari pasien, serta kurangnya

koordinasi, seperti pernyataan berikut :

Prolanis ini yang agak kurang sosialisasi mengenai


Prolanis, ke pasien he’e, nah itu dia sosialisasi sebenarnya harusnya
ibu F Cuma isitlahnya memang mungkin saya sama ibu F kurang
komunikasi soal administrasinya karna kan kalo misalnya saya cuma
tau kalo misalnya ada germas nya dikasi ibu F (ACAP, 28 September
2019)

Hambatannya itu pasien nya itu tidak mengerti sebenarnya


itu obat itu tidak bisa putus tapi dorang pasien begitu itu seumur
hidup jadi susah juga kita menjelaskan hama kalo yang satu
dijelaskan lagi yang satu dijalaskan lagi hama makanya itu yang
kemarin dia so panggil saya saya bilang eh turun dulu kau ada pasien
disini jadi saya lagi menjelaskan sementara sampai sepuluh orang
bagus kalo dia datang satu kali,kalo itu dia masuk di obat, jadi dia
ambil sini, dia datang disini ambil obat disini sendiri,masalahnya itu
hp di telfon tidak aktif, cuma yang kendalanya itu Prolanis yang
dihubungi itu tidak datang, itu iyo sudah hambatan itu karna kasian
sekarang Prolanis kira kira umur lima puluh enam puluh beberapa
tidak ada pegang hp (F, 30 September 2019)
Koordinasi antar anu dengan anu peserta Prolanis untuk
kegiatan tertentu biasanya agak sulit tidak semua tapi ada orang
orang tertentu kalo kita bikin kegiatan peserta nya susah hadir jadi
orangnya biasanya kecendrungan orang orang itu saa kalo si A si B
sampai si Z saja yang muncul itu itu saja selalu yang muncul yang
lain susah (H, 05 Oktober 2019)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci terkait cara

mengantisipasi jika terjadi hambatan dalam pelaksanaan Prolanis yaitu

dengan melakukan kunjungan rumah pada peserta Prolanis yang tidak

rutin mengikuti kegiatan, menghubungi pasien Prolanis. Seperti

75
Pernyataan berikut:

Ee selama ini belum ada hee, cuman itu saja kayak yang
malas-malas datang kunjung pasti itu kita kunjungi di rumahnya, (FS,
28 September 2019)

Ya itu kita maksudnya kita tetap terus berusaha bagaimana


caranya dorang makanya kayak kemarin punya kapitasi lagi turun
karena memang itu merah nah jadi urusannya kita telfon saja tapi
kalo tidak maso cukup sudah itu noh (F, 30 September 2019)
Yah itu seperti kita harus kunjungi peserta Prolanis ee yang
tidak rutin mengikuti kegiatan supaya kesehatannya mereka tetap
terjaga (HS, 28 September 2019)
Hambatan yang terjadi selain diatas yang diungkapkan uleh

beberapa informan yaitu kartu BPJS kesehatan yang belum di bayar

oleh beberapa pasien Prolanis sehingga tidak mengambil obat rutin

tiap bulan serta kurangnya sosialisai dari petugas Prolanis. Seperti

pernyataan berikut :

Ehm hambatannya sih kalo kita dari klinisi hanya soal BPJS
nya nih BPJS nya dalam artian biasanya Prolanis kan juga ambil obat
tiap bulan ehm kita biasanya mau kasi obat lagi nih bikin tiap bulan
kartu BPJS nya mati karna belum di bayar menunggak, sebenarnya
masalahnya kita dari situ aja sama itu aja betul-betul kurang
sosialisasi dari petugas Prolanis nya ke pasien (ACAP, 28 September
2019)
Dia Cuma bisa yang penting dia ada kontak selesai, disaat
kita tidak ketahui keberadaannya kondisinya kita cukup kontaknya
saja konfirmasi ada apa kenapa sehingga kita bisa jadi alasan
sewaktu waktu disaat kita dibutuhkan toh itu saja (H, 05 September
2019)
4. Controlling (pengawasan)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci terkait proses

pengawasan yang dilakukan dalam Prolanis didapatkan bahwa

pengawasan dilakukan oleh pemegang program setiap bulan dengan

melakukan pemeriksaan, melihat perkembangan data Prolanis dan

76
pasien Prolanis. Seperti pernyataan berikut:

Iya itu sama pemegang programnya toh, heeh biasa dorang


datangi tiap bulan, itu kalo dorang nda datang toh kalo Posbindu
selalu ada selalu Posyandu yang datang lansia kalo yang lansia yang
nda datang-datang berkunjung didatangi saja ke rumahnya, diawasi
juga minum obatnya harus rutin toh pasien (FS, 28 September 2019)

Ada, kan biasanya habis Prolanis itu kan mereka ada data,
datanya itu yang dilihat sama ketua tim Prolanisnya (HS, 28
September 2019)
Oh ibu F yang pengawasan Prolanis itu setau saya sih ibu F,
untuk anunya biasanya sih tiap bulan he’e cuman istilahnya biasanya
saya tau karna ee belum dikasi tau laporan bulannya seperti apa tapi
tiap bulan kok (ACAP, 28 September 2019)
Ada tetap kita awasi dorang toh, iya tiada masalah intinya
begini saja kalo tidak ada kita mau bagimana juga tidak mungkin kita
pigi susul samapai rumahnya intinya kita sudah berusaha (F, 30
September 2019)
Hal ini berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

informan kunci H bahwa pengawasan Prolanis dilakukan oleh kepala

puskesmas dengan melakukan komunikasi dengan petugas Polanis,

seperti pernyataan berikut :

Ada langsung kapus, tapi kita ada komunikasi antara


petugas Prolanis dengan kapus gitu (H, 05 Oktober 2019)

5.1.5 Evaluasi Output dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terkait

evaluasi output Prolanis belum maksimal dari Puskesmas Kamonji

belum memenuhi capaian Prolanis yang telah di tetapkan. Capaian

prolanis dilihat dari jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung

77
dibagi dengan jumlah keseluruhan peserta Peserta prolanis serta dilihat

dari mengontrol kesehatan dari peserta Prolanis.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kamonji

Kecamatan Palu Barat Kota Palu pada tanggal 28 September 2019 –

12 oktober 2019 dengan wawancara mendalam kepada informan biasa

yaitu dokter umum dan penanggung jawab Prolanis, dan informan

kunci yaitu kepala Puskesmas Kamonji. Seperti pernyataan berikut:

Kalo itu kayaknya kita bulan ini kurang yang datang anu
lansia nya makanya itu jadi itu jadi tugasnya kitorang untuk datangi
kunjungi orangnya, memang belum tercapai belum 100%, masih
kurang, ada waktu itu kita kalo nda salah masih 70 berapa % itu yang
datang kan harus sesuai dengan berapa Prolanis, pokoknya saya
kurang tau berapa Prolanisnya Kamonji tapi yang datang berkunjung
70an % (FS, 28 September 2019)

Kendalanya kurangnya datang secara regular tiap bulan


harusnya habis tidak habis obat tiap bulan datang jadikan datang itu
kita konsultasikan penyakitnya kita periksa gulanya kalo mmg ada
gula dan langsung kita tensi cuman kendalanya kita di pasien
mungkin apakah memang pasien itu kurang edukasi kah atau
bagaimana kurang tau biasanya e cuma masih ada pasien yang
datangnya tidak tiap bulan untuk control, ada lompat lompat minum
obat tidak beratur itu aja sih sebenarnya, capaiannya bagus kok
Alhamdulillah makin bulan ke bulan dia ada perkembangan makin,
dilihat dari angka, setau saya database Prolanis dibandingkan
semuanya di bagi jumlah kunjungan tiap bulan (ACAP, 28 September
2019)
Capaiannya belum 100%, diliat anu kunjungan,
kunjungannya dorang datang disini misalnya kayak satu bulan paling
disana 40an , kunjungannya iyoo diliat dulu dari kunjungannya,
kunjungannya kira kira pasien seberapa itu pasien Prolanis datang
semua tidak, belum sih, kunjungan diliat dulu dari kunjungan,
kunjungan itu berarti diiat, kunjungan kita lihat dulu kunjungan yang
itu berarti dilihat (F, 30 September 2019)
Selain informan diatas, terdapat informan yang memberikan

pernyataan berbeda bahwa capaian Prolanis di Puskemas Kamonji

sudah mencukupi jumlahnya, seperti pernyataan berikut :

78
Capaiannya sih kalo selama ini yang saya dengar dengar sih
sudah bagus sudah mencukupi, jumlahnya (HS, 28 September 2019)
Berbeda halnya dengan pendapat ke empat informan diatas,

informan kunci H mengemukakan bahwa capaian Prolanis dilihat dari

kondisi kesehatan peserta Prolanis serta rutinnya melakukan kontrol

agar tidak menjadi PRB, seperti pernyataan berikut:

Sebenarnya untuk menghindari kejadian yang lebih parah


dari pesertanya sendiri sebagai peserta Prolanis toh, kan lebih supaya
terkontrol karna dia kan eeh semua lansia semua menderita penyakit
antara degeneratif atau yang sudah akut toh jadi harus terkontrol
semua dan semua tidak menjadi PRB tidak menjadi lebih parah lagi
itu namanya di atasnya Prolanis peserta PRB yang lebih parah (H, 05
Otober 2019)

Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti

bahwa capaian Prolanis untuk bulan Juli sebanyak 67% dengan

jumlah, Agustus sebanyak 69%, dan September 78% termasuk zona

aman.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti

lakukan kepada informan biasa dan informan kunci terkait upaya yang

dilakukan untuk memperbaiki Prolanis di Puskesmas Kamonji yaitu

dengan melakukan home visit kepada peserta yang malas mengikuti

Prolanis selain itu melakukan pemeriksaan kesehatan, memperbaiki

komunikasi antara petugas pelaksana Prolanis dengan peserta Prolanis.

Seperti pernyataan berikut:

Itu di home visit, yang malas malas datang harus dikunjungi,


ee bagusnya memang harus saling berkunjung, supaya kita tau
pemeriksaan kesehatannya dorang toh, karna kan yang rata rata
datang Prolanis itu lansia (FS, 28 September 2019)

Ee harus dilakukan home visit supaya mereka rajin dan rutin

79
toh untuk mengikuti semua kegiatan Prolanis dengan memperbaiki
komunikasi dari pelaksana Prolanis dan peserta Prolanis (HS, 28
September 2019)
Selain informan di atas, beberapa informan mengatakan

bahwa seharusnya dalam peraturan Prolanis petugas kesehatan

Prolanis harus melakukan home visit kepada peserta yang tidak pernah

datang tetapi tidak dilaksanakan karena dari segi tenaga kurang dengan

jumlah pasien Prolanis yang banyak harus dikunjungi serta

penanggung jawab juga memiliki tanggung jawab lain yang harus

melaksanakan program dari kesehatan lingkungan, seperti pernyataan

berikut :

Sebenarnya kan harusnya kalo dari peraturannya kalo ada


pasien yang sudah agak lama tidak datang itukan sebenarnya petugas
Prolanisnya yang datang berkunjung kerumahnya ehe cuman setahu
saya kayaknya belum pernah ada, atau ibu F nya sudah pernah cuman
belum sempat kita komunikasi hee, Ehm itu aja sih komunikasi biasa
komunikasi dari Prolanis kepada pasien sendiri, terus kurang home
visit, kurang di kunjungi lagi pasiennya tidak pernah datang karna
memang banyak juga tugasnya jadi kalo saya sih memang dari segi
tenaga memang kalo di bilang kurang sebenarnya karena memang
jumlah pasien Prolanis yang agak banyak jadi kayak tidak mungkin
juga untuk dikunjungi satu persatu pasien yang sudah lama tidak
datang , komunikasi antar petugas sama pasien, terus kalo boleh juga
itu petugas Prolanis nya eh komunikasi sama klinisi (ACAP, 28
September 2019)
Sebenarnya kita harus turun, tapi dengan kondisi seperti
saya kesling tidak mungkin disitu sebenarnya, cuma mau tidak mau
karna tugas saya karna saya bukan cuma disitu saya ini turun
lapangan turun hotel saya punya kesling juga toh tidak mungkin
cuma itu makanya itu dibuat sabtu, sabtu atau jumat masih banyak
itu, tidak ada lagi (F, 30 September 2019)
Berbeda halnya dengan pendapat ke empat informan diatas,

informan kunci H mengemukakan bahwa upaya yang dilakukan untuk

memperbaiki Prolanis yaitu dengan melakukan kontak kepada peserta

Prolanis, seperti Pernyataan berikut:

80
Kontak, hee kontak hm dengan peserta Prolanis, kontak saja
cuman kontak karna kan kalo kontak bisa dia datang bisa juga tidak
(H, 05 September 2019)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori, maka selanjutnya

peneliti membahas beberapa hal yang terkait dengan evaluasi program

penyakit kronis (Prolanis) peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji

Kota Palu yaitu dengan membahas program penyakit kronis (Prolanis) dari

segi input, process, dan output.

5.2.1 Evaluasi Input dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

1. Man (Sumber Daya Manusia)

SDM merupakan aspek yang sangat penting bagi

tercapainya keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, serta peningkatan pelayanan kepada

masyarakat (Darmawan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa

secara kuantitas petugas kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Prolanis terdiri dari

3 dokter umum dan 1 penanggung jawab Prolanis dengan

kualifikasi tingkat pendidikan D3 Kesehatan Lingkungan (Kesling)

sekaligus berperan sebagai tenaga kesehatan lingkungan yang telah

lama dengan Prolanis, kemudian dibantu oleh 1 petugas PTM serta

81
petugas P-care dengan kualifikasi tingkat pendidikan S1 komputer

tetapi pada saat perekrutan di Puskesmas menggunakan ijazah

SMA. Secara kualitas petugas P-care yang melakukan penginputan

data Prolanis telah mendapatkan pengetahuan/pelatihan khusus

secara berkesinambungan dari BPJS Kesehatan mengenai Prolanis

serta penanggungjawab Prolanis yang telah lama bertanggung

jawab dalam Prolanis.

Dari hasil tersebut, peneliti menilai bahwa masih terdapat

kekurangan tenaga kesehatan untuk melaksanakan kegiatan

Prolanis khususnya pada petugas penanggung jawab Prolanis yang

memiliki beban kerja ganda, yang bertugas pada bagian

administrasi Prolanis dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

Prolanis, selain itu juga sebagai tenaga kesehatan lingkungan yang

memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan program sehingga

beberapa kegiatan dari Prolanis mengalami hambatan seperti

reminder melalui sms gateway dan home visit belum dijalankan

karena keterbatasan tenaga kesehatan yang terlibat dalam Prolanis

dan waktu.

Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, bahwa

sumber daya manusia di Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan

dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan

tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,

dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

82
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,

karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah

kerja, dan pembagian waktu kerja. Tenaga kesehatan di Puskesmas

harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan,

standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak

pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan

pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya

dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas

harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputra

(2015), bahwa hambatan terkait SDM pelaksanaan pelayanan

kesehatan di Kabupaten Tabalong adalah kurangnya kuantitas

SDM pelaksana pelayanan kesehatan dan distribusinya yang belum

merata.

Sejalan dengan penelitian Radina (2013) bahwa

ketersediaan SDM yang kurang lengkap akan mempengaruhi

kinerja SDM pada proses program.

Sejalan dengan penelitian Ghosh (2013) bahwa petugas

kesehatan adalah semua orang yang terlibat dalam suatu tindakan

penanganan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Petugas kesehatan memberikan

83
kontribusi dan sangat berfungsi sangat besar dalam menjalankan

sistem kesehatan.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ramsar (2017)

bahwa untuk pelaksanaan Prolanis Puskesmas Poasia memang

sudah siap untuk melaksanakan program Prolanis baik dari SDM

maupun fasilitas kesehatan yang dimiliki. Adapun yang terlibat

dalam kegiatan Prolanis yaitu perawat, dokter, dan pemegang

program selaku penanggung jawab program.

Hal ini tidak sesuai dengan Witcahyo (2018) bahwa

berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab Prolanis

Puskesmas Karangduren bahwa SDM Prolanis sudah mencukupi.

2. Money (Anggaran)

Dana merupakan sesuatu yang terpenting agar

berjalannya suatu kegiatan, tanpa adanya dana suatu kegiatan tidak

akan dapat berjalan. Dalam standar masukan ditetapkan

persyaratan minimal unsur masukan yang diperlukan untuk dapat

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni jenis

jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, jenis, jumlah, dan

spesifikasi saran, serta jumlah dana (Azwar, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa

anggaran pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Kamonji Kota Palu

anggaran bersumber dari BPJS kesehatan yang digunakan untuk

biaya kegiatan seperti edukasi berupa penyuluhan yang dibawakan

84
oleh dokter umum, biaya konsumsi, dan biaya instruktur senam.

Untuk kegiatan Prolanis lainnya seperti pemantauan status

kesehatan meliputi pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan

tekanan darah gratis. Jumlah dana yang diberikan sebanyak

350.000 rupiah dipotong pajak sebanyak 9%. Apabila dalam satu

bulan tiga kali dilakukan edukasi berupa penyuluhan maka hanya

dokter pertama yang memberikan penyuluhan yang diberikan

anggaran. Pelaksanaan kegiatan Prolanis menyesuaikan dengan

anggaran yang ada, apabila terdapat anggaran untuk kegiatan

Prolanis maka dilakukan kegiatan Prolanis. Apabila tidak ada

anggaran Prolanis maka tidak dilakukan kegiatan Prolanis, apabila

BPJS Kesehatan menginginkan setiap minggu dalam sebulan

dilakukan kegiatan Prolanis seperti senam tetapi penganggarannya

hanya untuk dua kali dan apabila anggaran yang di terima pas

pasan maka pihak Puskesmas hanya melaksanakan kegiatan

Prolanis dua kali dalam sebulan, apabila anggaran tidak mencukupi

sementara Puskesmas Kamonji melaksanakan kegiatan Prolanis

sebanyak empat kali kadangkala Prolanis menumpang di kegiatan

lain yang ada di Puskesmas Kamonji. Sistem pencairan anggaran

Prolanis dari BPJS Kesehatan ke Puskesmas yaitu dengan dengan

sistem reimbursement yaitu dengan membuat Surat Pertanggung

Jawaban (SPJ) kegiatan Prolanis terlebih dahulu, apabila SPJ telah

dibuat maka lima belas hari kemudian anggaran Prolanis telah cair

85
dari BPJS kesehatan, anggaran untuk bulan Juni-September masih

menggunakan dana dari penanggung jawab Prolanis karena pihak

pemegang program belum memprint SPJ.

Dari hasil tersebut, peneliti menilai bahwa masih terdapat

kekurangan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Prolanis serta

sistem yang digunakan dengan sistem reimbursement. dengan

anggaran yang kurang memadai untuk pelaksanan Prolanis maka

kegiatan Prolanis tidak semua terjalankan seperti kegiatan

reminder melalui sms gateway dan home visit serta pelaksanaan

kegiatan Prolanis tidak maksimal.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Muninjaya (2010) bahwa jika ketersediaan dana kurang, maka

moral dan motivasi kerja staf akan cenderung menurun dan pada

akhirnya akan memengaruhi kinerja yang dihasilkan target dan

tujuan program pun tidak akan tercapai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosdiana

(2017) yang menunjukkan bahwa beberapa bentuk kegiatan

Prolanis tidak terlaksana di Puskesmas Halmahera karena adanya

keterbatasan dana yang diberikan seperti yang sudah disebutkan

oleh narasumber utama dan narasumber triangulasi bahwa hanya

ada dana untuk edukasi peserta Prolanis dan senam Prolanis saja

sedangkan dana untuk kegiatan lain seperti reminder melalui SMS

gateway dan home visit belum ada.

86
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitohang

(2015) Dukungan dana perlu dilakukan dalam melaksanaan

program Prolanis. Bahwa anggaran merupakan hal yang sangat

penting dalam proses kegiatan suatu organisasi, anggaran

merupakan faktor penunjang dalam pelaksanaan program suatu

organisasi yang bertujuan agar dalam pelaksanaan program dapat

menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah

(2018), Pada sumber daya keuangan didapatkan informasi

mekanisme penganggaran bahwa Puskesmas melakukan kegiatan

Prolanis terlebih dahulu kemudian membuat laporan setelah itu

BPJS akan mengganti dana yang telah digunakan. untuk hambatan

tersendiri yaitu adanya keterlambatan pengembalian uang dari

pihak BPJS.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Utomo

(2019) bahwa di Puskesmas Pandanaran tidak menyediakan

konsumsi untuk peserta. Hal ini terjadi karena jumlah peserta yang

banyak sehingga Puskesmas akan menanggung kekurangan dana

akibat subsidi yang kurang.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Witcahyo

(2018) menyatakan bahwa sumber dana Prolanis Puskesmas

Patrang hanya berasal dari dana puskesmas yakni BOK dan tidak

ada dana klaim Prolanis. Hal tersebut dikarenakan klaim Prolanis

87
Puskesmas Patrang belum cair sehingga hanya bisa membayar

honorarium instruktur senam. Honorarium penyuluh kesehatan,

pemeriksa kesehatan dan makan minum peserta Prolanis tidak ada.

3. Material (sarana/prasarana)

Sarana atau alat merupakan bagian organisasi yang

dibutuhkan untuk menyelenggarkan pelayanan dan juga mencapai

suatu tujuan (Darmawan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian aspek prasarana dalam

menunjang pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Kamonji Kota Palu

bahwa tidak adanya ruangan khusus Prolanis untuk kegiatan

Prolanis tidak menentu, kegiatan Prolanis biasanya dilakukan

bergabung dengan kegiatan Germas yang dilaksanakan di lapangan

kelurahan untuk kegiatan senam, pemeriksaan kesehatan serta

edukasi. Sedangkan untuk penginputan data Prolanis bergabung

dengan ruangan kesehatan lingkungan. Kemudian pada

sarana/peralatan yang ada untuk pelaksanaan Prolanis terdiri dari

pemeriksaan kesehatan terdapat tensimeter, senter, stetoskop, dan

timbangan, untuk kegiatan edukasi yaitu infocus dan

selebaran/leaflet.

Dari hasil penelitian peneliti menilai bahwa ketersediaan

prasarana di Puskesmas Kamonji belum memadai. Kegiatan

Prolanis dilakukan situasional, untuk kegiatan senam, edukasi

berupa penyuluhan , dan pemeriksaan kesehatan dilakukan di

88
lapangan yang ada dikelurahana wilayah kerja Puskesmas, tetapi

untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan juga bisa dilakukan di

Puskesmas serta kegiatan konsultasi medis dan penginputan data-

data Prolanis. Pada aspek sarana /peralatan yang ada di Puskesmas

Kamonji untuk pelaksanaan kegitan Prolanis sudah memadai yang

terdiri dari alat periksa laboratoriu, alat pemeriksaan kesehatan

seperti stetoskop, senter, serta peralaatan untuk edukasi berupa

penyuluhan yaitu infocus dan selebaran/leaflet.

Penelitian ini sesuai dengan teori Widodo (2007)

menegaskan bahwa terbatasnya fasilitas dan peralatan yang

diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan menyebabkan gagalnya

pelaksanaan kebijakan. Salah satu kurangnya sarana yang memadai

dapat menunjukkan ketidaklancaran implementasi kebijakan, sebab

kurangnya sarana akan memberikan dampak negatif terhadap

sasaran program.

Hal ini sesuai dengan penelitian Latifah (2018), yang

menunjukan bahwa sarana yang dibutuhkan terkait pelaksanaan

Prolanis sudah cukup, hanya saja untuk ruangan belum cukup

memadai atau kurang luas karena banyaknya pasien yang

mengikuti kegiatan Prolanis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Utomo (2019) bahwa

peralatan penunjang yang digunakan dalam pelaksanaan Prolanis

meliputi peralatan pemeriksaan dan edukasi. Alat yang tersedia

89
untuk menunjang kegiatan tersebut yaitu laptop, LCD, sound, dan

microphone, serta leaflet untuk peserta. alat kesehatan yang

tersedia untuk menunjang pelaksanaan Prolanis di kedua

Puskesmas sudah sesuai dengan pedoman yang ada. Peralatan

yang tersedia seperti tensimeter manual dengan jarum, stetoskop

manual, suntikan (disposable syringe), kapas pembalut, timbangan

injak dewasa, dan microtoise terdapat dalam daftar Kompendium

Alat Kesehatan. Peralatan tersebut juga tersedia dalam jumlah yang

cukup dan layak untuk digunakan.

Sitompul (2016) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa fasilitas yang menunjang kegiatan Prolanis yaitu tempat

penyuluhan, media penyuluhan, tempat senam, sound system, layar

LCD dan proyektor, serta alat-alat medis untuk melakukan

pemeriksaan peserta Prolanis. Ada 2 dokter keluarga belum

memiliki tempat yang layak untuk melakukan kegiatan senam.

Empat dokter keluarga yang sudah melaksanakan Prolanis

menyatakan bahwa tidak ada aturan yang mengatur tentang standar

fasilitas yang disediakan untuk menunjang kegiatan Prolanis dari

pihak BPJS Kesehatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rosdiana (2017) bahwa

terdapat fasilitas atau sarana prasarana yang disediakan Puskesmas

Halmahera guna mendukung pelaksanaan kegiatan prolanis

diantaranya ada ruang prolanis untuk pemeriksaan yang dilengkapi

90
dengan alat-alat kesehatan (tensi meter, alat ukur tinggi badan dan

berat badan) sedangkan untuk kegiatan edukasi puskesmas

menyediakan proyektor, LCD, sound system, dan leaflet/pamflet

kemudian ada radio type untuk senam Prolanis.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitohang (2015)

bahwa tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dengan

kualitas yang baik. Fasilitas untuk pelaksanaan prolanis yang

meliputi alat kesehatan serta peralatan penunjang puskesmas sudah

mencukupi yakni dengan menggunakan sarana-prasarana yang

tersedia di puskesmas.

4. Method (Standar Operasional Prosedur)

Kebijakan merupakan cara untuk mencapai sasaran

tahunana. Kebijakan mencakup pedoman, peraturan, dan juga

prosedur yang ditetapkan untuk mendukung usaha pencapaian

sasaran yang sudah di nyatakan. Adapun kebijakan dapat

mempermudah penyelesaian masalah yang terjadi berulang kali,

juga memperjels pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh siapa

(David, 2004). Salah satu dari aspek struktur yang penting dari

setiap organisasi adalah adanya standar operasional prosedur

(SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam

bertindak (Subarsono, 2005).

91
Berdasarkan hasil penelitian terkait aspek ketersediaan

SOP dalam menunjang pelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Kamonji Kota Palu bahwa Puskesmas Kamonji belum memiliki

SOP dalam menjalankan program pengelolaan penyakit kronis

(Prolanis). Hal ini terjadi akibat pemindahan barang barang dari

gedung lama ke gedung Puskesmas baru sehingga mengakibatkan

SOP tersebut hilang. Dengan tersedianya SOP ini sangat penting

untuk pelaksanaan program. Hal ini dikarenakan SOP menjadi

panduan dalam suatu kegiatan.

Tidak tersedianya SOP untuk pelaksanaan program

pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di Puskesmas Kamonji akan

mempengaruhi cara kerja petugas dalam pelaksanaan tugas di

lapangan. SOP merupakan suatu pedoman yang bersifat teknis,

diaman dapat berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan yang

dapat memberikan arah para petugas pelaksana Prolanis dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatanya setiap hari sesuai dengan

pedoman yang sudah ditetapkan, serta alur penanganan yang

berkaitan dengan program dapat diketahui oleh kelompok sasaran

di wilayah kerja Puskesmas Kamonji.

Sesuai dengan teori Hartatik (2014) yang menyatakan

bahwa pada prinsipnya, SOP merupakan sebuah acuan kerja yang

baku yang dapat mempermudah pelaksanaan pekerjaan serta

92
mempermudah dalam mengontrol dan mengendalikan kegiatan

operasional.

Sejalan dengan penelitian tentang analisis pelaksanaan

program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan

pada dokter keluarga di Kabupaten Pekalongan menyatakan bahwa

setelah dua tahun pelaksanaan Prolanis belum ada SOP (Sitompul,

2016).

Hal ini sesuai dengan penelitian Utomo (2019) bahwa

berdasarkan uraian jawaban dari narasumber utama dan

narasumber triangulasi, semua narasumber mengatakan bahwa

tidak tersedia Standard Operational Procedur (SOP) secara tertulis

dari BPJS Kesehatan tetapi BPJS Kesehatan telah melakukan

sosialisasi terkait pelaksanaannya, termasuk rincian kegiatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2014) yang

menyatakan bahwa memberikan pelayanan kepada masyarakat,

Puskesmas harus memiliki metode yang menunjang dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut baik berupa alat, obat-obatan dan

saran penunjang medis yang membantu petugas dalam

melaksanakan tugasnya dan mendukung pemberian pelayanan.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Wulansari (2015),

yang menyatakan bahwa adanya aliran dan prosedur pada struktur

birokrasi dapat mempermudah staf maupun pasien yang berobat

untuk mengetahui prosedur pelayanan program

93
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Latifah (2018)

bahwa sudah ada SOP khusus untuk pelaksanaan Prolanis dan

didokumentasikan secara tertulis serta ditetapkan langsung oleh

pihak penanggung jawab Prolanis.

5.2.2 Evaluasi Process dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

1. Planning (Perencanaan)
Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang

terpenting di antaranya adalah fungsi perencanaan (planning).

Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan

konsep serta penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih

baik (Azwar, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait

proses perencanaan yang dilakukan dalam pelaksanaan Prolanis di

Puskesmas Kamonji Kota Palu bahwa perencanaan dilakukan oleh

BPJS kesehatan mulai dari kegiatan Prolanis, penempatan pasien,

serta sasaran Prolanis. Penempatan pasien Prolanis berdasarkan

alamat dan kemauan dari pasien, Puskesmas Kamonji lebih kepada

pelaksanaan kegiatan dari Prolanis. Kegiatan yang direncanakan

dalam Prolanis terdiri dari pemantauan status kesehatan meliputi

pemeriksaan gula darah dan tekanan darah serta pengambilan obat

94
secara rutin tiap bulan,aktivitas klub berupa senam, konsultasi

medis, dan edukasi berupa penyuluhan. Sasaran dalam kegiatan

Prolanis adalah lansia pesert BPJS kesehatan yang mengalami

penyakit Dm tipe 2 dan hipertensi.

Proses perencanaan dilakukan untuk merumuskan

langkah-langkah kerja untuk mencapai tujuan program.

Perencanaan kegiatan Prolanis dilakukan oleh pihak BPJS

Kesehatan serta sasaran dari Prolanis adalah lansia yang menderita

penyakit Dm tipe 2 dan hipertensi.

Perencanaan kesehatan dimaknai sebagai suatu proses

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang

didahului dengan penetapan tujuan, mengenai masalah kesehatan

melalui analisis situasi masalah kesehatan masyarakat, menentukan

dan memilih sumber daya yang dibutuhkan, menyusun kegiatan

yang akan dilakukan dengan menetapkan besarnya biaya (Suhadi,

2015)

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Latifah (2018)

menyatakan bahwa Mulai dari perencaanaan kepersertaan sampai

menjalankan aktivitas yang sudah ditetapkan BPJS, pasien yang

ingin mengikuti Prolanis di Puskesmas Tegal Gundil dengan syarat

yaitu penderita hipertensi dan DM. Pelaksanaan lima aktivitas yang

sudah ditetapkan BPJS sudah dilakukan di puskesmas Tegal

Gundil.

95
Hal ini sesuai dengan penelitian Assupina (2013) bahwa

perencanaan Prolanis berkaitan dengan aspek kepesertaan,

pendistribusian pedoman dan pelatihan-pelatihan terkait pedoman

pelaksanaan Prolanis. Untuk kepesertaan sendiri PT Askes

melakukan mapping peserta yang menderita penyakit kronis

kemudian menawarkan para peserta tersebut untuk mengikuti

program.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sitompul (2016)

bahwa dalam perencanaan sumber daya manusia di dokter

keluarga, hanya ada satu dokter yang sudah melakukan

perencanaan. Perencanaan yang dilakukan dokter keluarga tersebut

adalah dengan cara menambah staf untuk membantu pelaksanaan

Prolanis, seperti ahli gizi dan promotor kesehatan. Dampak dari

tidak adanya perencanaan SDM yaitu sering terjadinya

penggandaan tugas dan ketidakjelasan tupoksi.

Penelitian in tidak sejalan dengan Sugiastuti (2019)

bahwa manajemen Prolanis hipertensi di klinik Pratama Dinayla

Utama 84 melaksanakan perencanaan terdapat pembagian tugas

masing masing petugas klinik sesuai dengan ketrampilan dan

keilmuannya selain itu pengajuan proposal pembiayaan sangat

penting untuk kelancaran kegiatan Prolanis dan pengajuan

pembiayaan disampaikan kepada BPJS kesehatan serta

perencanaan yang lainnya adalah menjalin kerja sama dengan

96
laboratorium swasta untuk peserta Prolanis hipertensi yang risiko

tinggi.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nofriyenti (2019)

bahwa perencanaan pencapaian indikator telah dimulai sejak

sosialisasi pelaksanaan KBK dilakukan dan masing-masing

Puskesmas melakukan evaluasi setiap bulan sesuai dengan hasil

penilaian indikator setiap bulan, namun hal ini tidak

didokumentasikan secara tertulis karena sudah merupakan bagian

dari rutinitas kegiatan di Puskesmas.

2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian (organizing) adalah rangkaian kegiatan

dalam fungsi manajemen yang mencakup penghimpunan seluruh

sumber daya atau potensi milik organisasi guna pemanfaatan

secara efisien dalam mencapai tujuan (Darmawan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait

proses pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan

Prolanis di Puskesmas Kamonji Kota Palu bahwa pembagian tugas

yang diberikan kepada petugas kesehatan Prolanis, masih terdapat

petugas kesehatan yang memiliki beban kerja lebih karena

keterbatasan sumber daya manusia di Puskesmas Kamonji terdiri

dari dokter yang bertugas melakukan pemeriksaaan kesehatan

peserta Prolanis seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan

gula darah, konsultasi medis dengan menanyakan keluhan dari

97
pasien, memberikan pengetahuan/edukasi apa yang bisa dilakukan

serta penanggung jawab Prolanis bertugas untuk mengatur dan

mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Prolanis, membuat laporan

setelah diselenggarakan kegiatan Prolanis kemudian menyerahkan

ke BPJS Kesehatan dan tembusan ke Dinas Kesehatan, yang

sekaligus sebagai tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki

tanggung jawab melaksanakan program kesling.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

tenaga pelaksana Prolanis di Puskesmas Kamonji dengan bekerja

semaksimal mungkin serta tidak adanya pelatihan yang diberikan

tetapi hanya berupa sosialisasi dari pihak BPJS Kesehatan yang

membahas terkait berapa yang pasien Prolanis yang tidak datang

berkunjung serta revisi dan pemberitahuan terkait Prolanis.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menilai bahwa

pengorganiasian yang dilakukan belum sesuai, dengan pembagian

tugas untuk penanggung jawab Prolanis ini akan mengakibatkan

beban kerja yang lebih pada satu pihak petugas kesehatan yang

akan berdampak pada tidak maksimalnya dalam pelaksanaan

Prolanis.

Sesuai dengan teori Muninjaya (2010), bahwa

pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,

menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan,

menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian

98
wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan

organisasi.

Sesuai dengan hasil penelitian Sitompul (2016), bahwa

dokter keluarga sebagai pelaksana kegiatan Prolanis namun belum

melaksanakan tugas dengan baik, seperti belum semua dokter

keluarga melaksanakan 7 kegiatan Prolanis. Pembagian tugas

antara dokter keluarga, staf serta peserta Prolanis yang sudah

memiliki klub sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan dan

kemampuan masing-masing petugas, pendelegasian tugas dan

wewenang juga sudah sesuai.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rosdiana (2017) bahwa

di Puskesmas Halmahera belum pernah dilakukan pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh

pelaksana Prolanis. Semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki

oleh suatu program, maka akan semakin tinggi pula tujuan yang

dicapai.

Sejalan dengan penelitian Prasetya (2017) yang

menyebutkan bahwa tidak adanya pelatihan khusus program

memiliki dampak antara lain kurang mengertinya hakekat

pelaksanaan program bagi karyawan, tim pengawas belum

memahami dengan baik mengenai peran dan tugas masing-masing,

serta kesulitan dalam mengevaluasi program untuk selanjutnya

dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas program.

99
Sejalan dengan penelitian Lahijani (2012) bahwa

pemberdayaan sumber daya manusia dapat membawa kinerja

positif dan efisiensi dalam proyek pengembangan suatu program.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Pratiwi (2017)

bahwa adanya ketidaksesuaian antara pembagian tugas dan

tanggung jawab dengan surat yang telah dibuat Kepala Puskesmas,

sehingga alur koordinasi tidak jelas.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Latifah (2018)

bahwa ada beberapa kendala dalam pelaksanaan Prolanis seperti

terkait pembagian tugas dalam tim. Hasil observasi yang ada

bahwa kurangnya koordinasi antara Kepala Puskesmas dengan

penanggung jawab Prolanis dan dokter pelaksana. Sehingga ketika

ada yang menanyakan tentang Prolanis pihak dari Puskesmas

saling melempar kepada pihak yang terlibat.

3. Actuacting (Pelaksanaan)
Setelah perencanaan (planning) dan pengorganisasian

(organizing) selesai dilakukan, maka selanjutnya yang perlu

ditempuh dalam pekerjaan administrasi adalah mewujudkan

rencana (plan) tersebut dengan mempergunakan organisasi

(organizing) yang terbentuk menjadi kenyataan. Ini berarti rencana

tersebut dilaksanakan (implementating) dan atau diaktualisasikan

(actuating) (Azwar, 2010).

100
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa proses

pelaksanaan Prolanis yang dilakukan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu bahwa pelaksanaan kegiatan edukasi yang dilakukan oleh

dokter di bagi per kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Kamonji. Kegiatan Prolanis dilakukan bergabung dengan kegiatan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Kegiatan edukasi

yang dilakukan oleh dokter dengan memberikan penyuluhan

kepada masyarakat. Pelaksanaan kegiatan aktivitas klub berupa

senam dilakukan dengan bekerja sama dengan kegiatan Germas

setiap minggu dalam sebulan, tetapi pada kegiatan senam masih

terdapat beberapa peserta Prolanis yang tidak datang, adapun

peserta yang datang tetapi terlambat untuk mengikuti kegiatan

senam, serta terdapat peserta datang setelah senam selesai

dilakukan.

Kegiatan konsultasi medis dilakukan dengan pasien

Prolanis memberitahukan/konsultasi keluhan terkait penyakit yang

di alami oleh peserta Prolanis. Pelaksanaan kegiatan pemantauan

kesehatan dilakukan bergabung dengan kegiatan Germas yang

dibantu oleh satu petugas Penyakit Tidak Menular (PTM), dengan

melakukan pemeriksaan kesehatan yang terdiri dari pemeriksaan

tekanan darah, pemeriksaan gula puasa. Apabila terdapat pasien

Prolanis yang memiliki tekanan darah dan gula darah tinggi maka

diarahkan untuk datang berobat ke Puskesmas Kamonji.

101
Kegiatan pelayanan obat peserta Prolanis belum berjalan

dengan baik, masih terdapat beberapa Peserta Prolanis yang tidak

rutin mengambil obat setiap bulan di apotek Kimia Farma dimana

anjurannya bahwa setiap bulan peserta Prolanis harus mengambil

obat serta terdapat beberapa peserta Prolanis yang tidak mengambil

obat di Kimia Farma tetapi membeli obat selain di apotek Kimia

Farma dengan alasan karena tidak membayar iuran BPJS

kesehatan.

Kegiatan sms gateway tidak dilaksanakan karena peserta

Prolanis rata-rata yang mengikuti Prolanis adalah lansia yang

beberapa peserta Prolanis tidak memiliki handphone, adapun yang

memberikan nomor handphone tetapi tidak aktif ketika dihubungi.

Kegiatan home visit belum optimal dilakukan, home visit dilakukan

dengan bekerja sama dengan Program Indonesia Sehat Pendekatan

Keluarga (PISPK) salah satu kegiatannya adalah kunjungan rumah

yang dilaksanakan setiap hari pasca gempa karena ada instruksi,

peserta yang dikunjungi adalah peserta yang memiliki nomor

handphone tidak aktif, tidak berobat, setiap bulan di hari-hari

tertentu, tetapi setiap bulan tidak semua peserta Prolanis

dikunjungi ada yang dikunjungi bulan ini, tetapi bulandepan tidak

dikunjungi karena banyaknya pasien Prolanis, tetapi untuk

sekarang pelaksanaan home visit belum dilaksanakan kembali

karena kendala dengan penanggung jawab Prolanis yang memiliki

102
beban ganda selain penanggung jawab Prolanis juga sebagai tenaga

kesling dimana juga harus melaksanakan program kesling serta

terkendala dengan tidak adanya dana transportasi untuk

mengunjungi banyaknya peserta Prolanis di Puskesmas Kamonji.

Pelaksanaan kegiatan Prolanis masih kurang sosialisasi untuk

mendapatkan pasien Prolanis baru.

Hambatan yang terjadi dalam process kegiatan Prolanis

yaitu kurangnya sosialiasi mengenai Prolanis kepada pasien,

kurangnya komunikasi antara penanggung jawab Prolanis dengan

dokter, kurangnya kesadaran dari pasien Prolanis, pasien Prolanis

tidak rutinnya mengambil dan minum obat, karena faktor usia yang

mengikuti Prolanis rata rata lansia, serta keterbatasan penanggung

jawab dalam memberitahukan keharusan mengambil obat ke

pasien karena peserta Prolanis yang banyak serta beberapa pasien

yang memberikan nomor telepon tidak aktif serta kurangnya

kemauan masyarakat untuk mengikuti kegiatan Prolanis, yang

mengikuti kecendrungan hanya beberapa peserta Prolanis.

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya

hambatan dalam pelaksanaan Prolanis yaitu dengan melakukan

kunjungan ke rumah pasien, menghubungi peserta Prolanis, dan

melakukan konfirmasi mengapa tidak aktif, serta melakukan

komunikasi dengan petugas Prolanis.

103
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menilai bahwa

belum semua kegiatan Prolanis berjalan dengan baik. Beberapa

kegiatan dari Prolanis mengalami hambatan seperti kegiatan

senam, pengambilan obat karena faktor ketidakpatuhan dan faktor

usia dari peserta Prolanis karena dominan yang termasuk dalam

peserta Prolanis adalah lansia, kegiatan reminder melalui sms

gateway serta kegiatan seperti home visit mengalami hambatan,

karena keterbatasan tenaga juga harus menjalankan program lain.

Aktivitas dalam Prolanis meliputi aktivitas konsultasi

medis peserta Prolanis, jadwal konsultasi disepakati bersama antara

peserta dengan faskes pengelola. Terkait edukasi, terbentuknya

kelompok peserta (klub) Prolanis minimal 1 askes pengelolanya 1

klub. Pengelompokkan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan

peserta dan kebutuhan edukasi. Home Visit adalah kegiatan

pelayanan kunjungan ke rumah peserta Prolanis untuk pemberian

informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta

Prolanis dan keluarga dengan kriteria peserta baru terdaftar, peserta

tidak hadir terapi di dokter praktek perorangan/Kklinik/puskesmas

3 bulan berturut-turut, peserta dengan GDP/GDPP di bawah

standar 3 bulan berturut-turut (PPDM), peserta dengan tekanan

darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT), dan peserta

pasca opname. Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta

untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes pengelola melalui

104
pengingatan jadwal konsultasi ke faskes pengelola tersebut,

aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan dilakukan oleh

FKTP kepada peserta terdaftar yang meliputi pemeriksaan tekanan

darah dan pemeriksaan kadar gula darah oleh tenaga kesehatan.

Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan masing-masing FKTP

(BPJS Kesehatan, 2014).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sitompul (2016), yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan

Prolanis yang dilaksanakan belum berjalan optimal. Hal ini karena

pada aspek pelaksanaan kegiatan Prolanis yaitu edukasi medis atau

konsultasi dimana waktu yang tidak cukup untuk konsultasi lebih

lanjut, pemantauan kesehatan yang belum maksimal yang

membutuhkan alat laboratorium sederhana untuk pengecekan

pasien, home visit yang belum terlaksana, reminder sms gateway

belum berjalan optimal, dan pelayanan obat yang sering terjadi

kosong pada apotek jejaring BPJS kesehatan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Meiriana (2019)

bahwa hambatannya pada kepatuhan pasien masih kurangnya

kesadaran dari peserta Prolanis untuk mengikuti kegiatan Prolanis

dan untuk pengetahuan pasien masih banyaknya pasien yang tidak

paham dan mengerti apa itu Prolanis dan kegiatannya apa saja.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rosdiana (2017) bahwa

komunikasi pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Halmahera belum

105
berjalan dengan baik karena tidak mempunyai penyaluran yang

baik (transmisi), kejelasan, dan konsistensi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sugiastuti (2019)

bahwa untuk kegiatan prolanis ada satu kegiatan yang tidak

dijalankan oleh petugas klinik Pratama Dinayla Utama 84 yaitu

home visit di karenakan dana yang diberikan oleh BPJS Kesehatan

terbatas; ntuk aktivitas klub tidak memenuhi target yang di

tentukan oleh BPJS kesehatan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Algur (2013)

menyebutkan bahwa menciptakan kesadaran di masyarakat dapat

dilakukan dengan diskusi kelompok terfokus dan pendidikan

kesehatan yang menggunakan IEC (informasi, edukasi, dan

komunikasi), bahan, BCC (komunikasi perubahan perilaku) antara

masyarakat umum. Salah satu bentuk kegiatan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis dilakukan dalam bentuk edukasi

peserta Prolanis.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ramsar (2017) bahwa pelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Poasia sudah baik dan berjalan sesuai dengan juknis yang ada.

Dimulai dari pendataan dan skrining terlebih dahulu untuk

mengetahui penderita diabetes dan hipertensi, melakukan klub

senam setiap seminggu sekali selama 4 kali sebulan.

106
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Meiriana (2019)

bahwa pelaksanaan Prolanis sudah cukup bagus dengan

mendapatkan pengetahuan dan pemahaman peserta yang aktif

datang yang sudah mendapatkan penyuluhan kesehatan. Manfaat

Prolanis bagi pasien dengan check up rutin, dapat memperoleh obat

tiap bulan. Saran dan masukan dari pasien untuk mengadakan

senam, mengadakan pemeriksaan cek lab lengkap yang tidak rutin,

menambah jumlah anggota Prolanis. pengetahuan, pemahaman dan

manfaat program Prolanis pada pasien sudah cukup baik terlihat

semakin bertambahnya peserta Prolanis dan rajin mengikuti

kegiatan penyuluhan setiap bulan.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ramal (2012)

bahwa hambatan terhadap manajemen diri diabetes yang efektif

dialami oleh orang Hispanik yang hidup dalam status sosial

ekonomi rendah di lingkungan Kota San Bernardino, California.

Temuan ini menggaris bawahi pengaruh signifikan bahwa konteks

sosial budaya memiliki pada upaya individu untuk membuat

perubahan gaya hidup untuk meningkatkan manajemen diri mereka

pada diabetes. Sementara demografi peserta konsisten dengan

orang-orang yang berisiko terbesar terhadap kesenjangan kesehatan

di seluruh negeri.

4. Controlling (Pengawasan)

107
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengukur

penampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu program

yang selanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan sehingga

tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Notoatmodjo, 2014).

Pengawasan disertai dengan pengendalian merupakan

process pengamatan secara terus-menerus pada pelaksanaan

rencana kerja untuk selanjutnya diadakan pengoreksian terhadap

penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi. Fungsi

pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam

menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang

direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik,

membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar yang

telah ditetapkan sebelumnya (Darmawan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan proses

pengawasan yang dilakukan pada pelaksanaan Prolanis di

Puskesmas Kamonji Kota Palu bahwa dilakukan oleh penanggung

jawab Prolanis dan Kepala Puskesmas yang dilakukan setiap bulan

di tempat pelaksanaan kegiatan Prolanis dengan mengawasi

pelaksanaan kegiatan Prolanis serta memeriksa/mengecek data-data

setelah kegiatan Prolanis dilakukan serta bentuk pengawasan yang

dilakukan oleh Kepala Puskesmas melalui komunikasi kepada

petugas kesehatan pelaksana Prolanis.

108
Proses pengawasan yang dilakukan di Puskesmas

Kamonji sudah cukup baik. Pengawasan dilakukan untuk

mengontrol apakah kegiatan Prolanis berjalan efektif dan efisien

atau tidak serta agar kegiatan Prolanis tidak melenceng dari tujuan

yang ingin dicapai.

Sesuai dengan teori Sutisna (2009) yang menyatakan bahwa

fungsi pengawasan dilakukan guna menjamin bahwa semua

kegiatan dan program serta fungsi Puskesmas yang sedang berjalan

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rosdiana (2017) bahwa

koordinasi yang dilakukan antar sesama pelaksana Prolanis

dilakukan secara langsung saat pelaksanaan Prolanis begitu pula

dengan koordinasi yang dilakukan antar pelaksana Prolanis dengan

petugas laboratorium dan apoteker.

Hal ini sesuai dengan penelitian Latifah (2018) bahwa

pengawasan dilakukan secara berkala melibatkan seluruh tim

Prolanis dan PIC Prolanis BPJS.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sugiastuti (2019)

bahwa kontrolling dilaksanakan oleh petugas adminitrasi klinik

setelah kegiatan senam dan penyuluhan selesai dilaporkan tiap satu

bulan sekali.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sitompul (2016)

bahwa peran BPJS Kesehatan berupa pendampingan atau

109
monitoring kegiatan yang dilakukan hanya saat ada kendala di

lapangan masih kurang.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Meiriana (2019)

bahwa pengawasan dilakukan oleh dinas dengan Kapitasi Berbasis

Komitmen Pelayanan (KBKP), salah satunya capaian kunjungan

ulang Prolanis, laporan dari aplikasi p-care, memonitor tiap bulan

dengan KBK yang dipantau dari SIMPUS.

5.2.3 Evaluasi Output dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota

Palu

Output adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan

dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Keluaran

(output) adalah suatu pekerjaan administrasi untuk administrasi

kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan

(health services).

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang didapatkan

bahwa output pada Prolanis di Puskesmas Kamonji Kota Palu dilihat

dari Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke Puskesmas yaitu

jumlah peserta Prolanis yang rutin berkunjung dibagi dengan jumlah

keseluruhan peserta Prolanis dikalikan 100% serta dilihat dari rutinnya

pasien yang melakukan kontrol atau pemantauan status kesehatan

untuk menghindari kejadian yang lebih parah dari pesertanya sendiri

sebagai peserta Prolanis serta agar tidak menjadi Pasien Rujuk Balik

110
(PRB).

Capaian Prolanis di Puskesmas Kamonji pada bulan Juli

sebanyak 67%, Agustus sebanyak 69%, dan September 78% termasuk

dalam zona aman.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki Prolanis di

Puskesmas Kamonji yaitu dengan melakukan home visit agar pasien

rajin berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan, memperbaiki komunikasi antara petugas Prolanis dengan

peserta Prolanis serta komunikasi antara penanggung jawab Prolanis

dengan dokter.

Terjadinya peningkatan dan penurunan rasio peserta Prolanis

rutin berkunjung yang masih termasuk dalam zona aman, disebabkan

oleh faktor dari pasien Prolanis sendiri dan kurangnya komunikasi

sesama petugas Prolanis dan dari petugas Prolanis kepada pasien

Prolanis.

Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP adalah

indikator untuk mengetahui pemanfaatan FKTP oleh peserta Prolanis

dan kesinambungan FKTP dalam melaksanakan pemeliharaan

kesehatan peserta Prolanis sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 31

Ayat (2) pada peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015. Rasio

Peserta Prolanis Rutin Berkunjung (RPPB) ke FKTP merupakan

jumlah peserta Prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP dibandingkan

dengan jumlah peserta Prolanis terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus)

111
dengan hasil perhitungan dalam persen.

Sesuai dengan penelitian tentang analisis pelaksanaan

program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) BPJS kesehatan pada

pasien hipertensi di UPTD Puskesmas Tegal Gundil Kota Bogor

bahwa cara menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan Prolanis yaitu

menilainya pertama dari kunjungan peserta apakah semakin menurun

atau naik, kedua hasil dari laboratorium gula darah dan tensi apakah

menurun atau naik dan yang ketiga selalu mengadakan kegiatan senam

(Latifah, 2018).

Hal ini sesuai dengan penelitian Nofriyenti (2019) bahwa

rasio peserta Prolanis berkunjung ke FKTP masih ada 3 Puskesmas

yang mencapai zona tidak aman selama penilaian bulan Juni sampai

Desember 2017, rasio peserta Prolanis berkunjung ke FKTP adalah

kunjungan peserta klub Prolanis diabetes dan hipertensi. Untuk

Puskesmas yang belum mencapai zona aman disebabkan pemantauan

yang tidak komprehensif oleh penanggung jawab terhadap peserta klub

Prolanis, peserta klub yang tidak setiap bulannya, kelengkapan

dokumentasi kehadiran serta pengentrian yang tidak rutin dilakukan

oleh pengelola klub pada aplikasi p-care.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ahmad (2016)

membuktikan bahwa pentingnya kegiatan home visit dalam memenuhi

kebutuhan pasien akan proses perkembangan kesembuhan

penyakitnya. Kegiatan home visit bukan hanya melibatkan pasien

112
tetapi juga keluarga dan diberikan pada pasien yang tidak dapat hadir

mengikuti kegiatan Prolanis selama 3 bulan. Sehingga kegiatan ini

sangat efektif bagi penderita penyakit kronis dalam memantau

perkembangan penyakitnya.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rosdiana (2017) bahwa

indikator keberhasilan implementasi Prolanis dalam panduan praktis

Prolanis adalah jumlah kunjungan peserta yang mencapai 75%.

Berdasarkan data dasar Prolanis Puskesmas halmahera Kota Semarang

jumlah peserta Prolanis sebanyak 181 pasien, dengan jumlah

kunjungan setiap bulan mencapai 75%.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Witcahyo (2018)

bahwa pada Puskesmas di Kabupaten Jember 2017 yakni Puskesmas

Karangduren sebanyak 46 peserta dan Puskesmas Patrang sebanyak 45

orang. Puskesmas Karangduren mencapai target indikator RPPRB

yakni 92,60% sedangkan Puskesmas Patrang tidak mencapai target

indikator RPPRB yakni 42,96%.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari faktor keterbatasan. Adapun faktor

keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini tidak meneliti terkait

outcome dan impact dalam teori evaluasi.

113
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Input Prolanis peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji dari segi

man belum memadai karena masih terdapat petugas kesehatan yang

memiliki tugas ganda sehingga beberapa kegiatan belum dilaksanakan,

segi money/anggaran belum memadai karena pelaksanaan kegiatan

Prolanis menyesuaikan dengan anggaran yang ada serta kegiatan home

visit terkendala karena tidak adanya dana transportasi dan beberapa

kegiatan terhambat karena tidak adanya dana transportasi, material belum

114
memadai karena belum terdapat ruangan khusus Prolanis, serta segi

method belum tesedianya SOP pelaksanaan Prolanis yang dibukukan.

2. Process Prolanis peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji dari segi

planning dilakukan oleh BPJS Kesehatan, segi organizing terdapat

pembagian tugas untuk pelaksanaan kegiatan Prolanis tetapi masih ada

petugas kesehatan yang memiliki tugas ganda serta belum pernah

dilakukan pelatihan, hanya pada sosialisasi terkait pencapaian kunjungan

peserta Prolanis, segi actuacting belum semua kegiatan Prolanis terlaksana

dengan baik seperti kegiatan senam, pemantauan status kesehatan,

reminder melalui sms gateway dan home visit, dan segi controlling

terdapat petugas kesehatan yang mengawasi kegiatan Prolanis yaitu

penanggung jawab Prolanis dan Kepala Puskesmas Kamonji.

3. Output pelaksanaan Prolanis dilihat dari kunjungan peserta Prolanis serta

rutinnya pasien yang melakukan kontrol atau pemantauan kesehatan agar

tidak memperparah penyakit serta masih banyak peserta Prolanis yang

belum rutin mengikuti kegiatan Prolanis. Puskesmas Kamonji termasuk di

dalam zona aman.

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan Puskesmas Kamonji merekrut tenaga kesehatan untuk

membantu penanggung jawab Prolanis, mengadakan SOP Prolanis agar

kegiatan sesuai dengan aturan yang ada, sebaiknya petugas Prolanis

115
melaksanakan semua kegiatan Prolanis sehingga tujuan bisa tercapai,

meningkatkan koordinasi dan komunikasi sesama petugas pelaksana

Prolanis maupun ke Peserta Prolanis, serta meningkatkan capaian

keberhasilan Prolanis ke zona prestasi.

2. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih mengkaji lebih jauh terkait Prolanis

dengan menggunakan teori lainnya.

116
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2016). Prolanis Implementation Effective to Control Fasting Blood


Sugar, Hba1c and Total Cholesterol Levels in Patients with Type 2 Diabetes.
Jurnal Ners, 12(1), 88–98.
Algur. (2013). Family Planning Practices Among Rural Health Training Center
Beneficiaries. International Jurnal of Current Research and Review, 5(1),
64.
Arifin. (2016). Buku Ajar Dasar-Dasar Manajemen Kesehatan.
Asfiani. (2017). Level of Adherence and Its Determinants of Prolanis Attendance
in Type 2 Diabetes Mellitus Participants at Five BPJS Primary Health Care
in Bekasi 2016. Journal Of Indonesian Health Policy and Administration,
2(2), 6–13.
Assupina. (2013). Analisis Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) pada Dokter Keluarga PT Askes di Kota Palembang Tahun 2013.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Yang, 4(November), 254–261.
Azwar. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. jakarta.
BPJS Kesehatan. (2014a). Panduan Praktis Prolanis. Jakarta: BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan. (2014b). Peraturan BPJS Kesehatan No. 211 Tahun 2014.
BPJS Kesehatan. (2017). Laporan Pengeolaan Program dan Laporan Keuangan
Jaminan Sosial Kesehatan.
Creswell. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Darmawan. (2016). Administrasi Kesehatan Masyarakat Teori dan Praktik.
Jakarta: Rajawali Pers.
David. (2004). Manajemen Strategis Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Prenhallindo.
Dinas Kesehatan Kota Palu. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kota Palu.
Dinkes Sulteng. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018.
Ghosh. (2013). Occupational Health and Hazards among Health Care Workers.
International Journal of Occupational Safety and Health, 3(1), 1–4.
Hartatik. (2014). Buku Pintar Membuat SOP (Standard Operating Procedure).
Jogjakarta: Flashbooks.
Herlambang. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Pustaka Baru.
Hidayat. (2014). Pengembangan model partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan di puskesmas Kota Tangerang Selatan. Tesis Universitas Terbuka.
IDF. (2015). IDF Diabetes atlas. Belgium.
Kariyato. (2017). Implementasi Value for Money, Input, Output, Outcome dan
Best Value sebagai Alat Pengukuran. JIBEKA, 11(1), 72–82.
Kementerian Kesehatan. (2004). Undang – undang Republik Indonesia no 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Penyakit tidak Menular.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomo 44 tahun
2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta.
Lahijani. (2012). Human Resources Empowerment Strategies in Development
Projects. International Journal of Engineering Research and Applications
(IJERA), 2(3), 2760–2761.
Latifah. (2018). Analisis Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) BPJS Kesehatan pada Pasien Hipertensi di UPTD Puskesmas
Tegal Gundil Kota Bogor, 6(2).
Meiriana. (2019). Implementasi program pengelolaan penyakit kronis (prolanis)
pada penyakit hipertensi di puskesmas jetis kota yogyakarta, 8(2), 51–58.
Muninjaya. (2010). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nofriyenti. (2019). Artikel Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemenuhan Indikator Angka Kontak Komunikasi dan Rasio Peserta Prolanis
di Puskesmas Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2),
315–324.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
cipta.
Notoatmodjo. (2014). Ilmu kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka cipta.
Permenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Jakarta.
Prasetya. (2017). Implementasi Safety Punishment System untuk Meningkatkan
Produktivitas Keja. Higeia Journal of Public Health Research Development,
1(2), 11–20
Pratiwi. (2017). Gambaran Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Wilayah Kerja BPJS
Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017. Depok: Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Radina. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Pada Program
Penemuan Penderita Pneumonia Balita. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 1(4), 301–308.
Ramal. (2012). Factors that Influence Diabetes Self-Management in Hispanics
Living in Low Factors that Influence Diabetes Self-Management in
Hispanics Living in Low Socioeconomic Neighborhoods in San Bernardino ,
California. Journal Immigrant Minority Health, 14(6), 1090–1096.
https://doi.org/10.1007/s10903-012-9601-y
Ramsar. (2017). Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia,
6(4), 200–203.
Rosdiana. (2017). Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH, 1(3), 140–150.
Saputra. (2015). Program Jaminan Kesehatan Nasional Dari Aspek Sumber Daya
Manusia Pelaksana Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
11(1), 32–42.
Sitohang. (2015). Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010
Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten
Dairi. Jurnal Administrasi Publik USU, 6(2), 132–153.
Sitompul. (2016). Analisis Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) BPJS Kesehatan Pada Dokter Keluarga di Kabupaten Pekalongan
Tahun 2016, 4, 145–153.
Siyoto. (2015). Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Yogyakarta.
Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiastuti. (2019). Analisis Manajemen Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) Hipertensi di Klinik Pratama Dinayla Utama 84. Jurnal
Manejerial Bisnis, 2(2), 169–178.
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suhadi. (2015). Administrasi Pembangunan Kesehatan. jakarta: Trans Info Media.
Sutisna. (2009). Manajemen Kesehatan. Surakarta: UNS.
Triwibowo. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011. (n.d.). tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan.
Utomo. (2019). Input Program Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas.
HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH, 3(1), 63–73.
WHO. (2015). Global Status Report on Non Communicable Disease 2015.
Widodo. (2007). Analisis Kebijakan Publik (Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik). Malang: Bayumedia.
Wirawan. (2015). Evaluasi Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Pada Sekolah Dasar Negeri
Percobaan 1 Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik, 13(1), 13–16.
Witcahyo. (2018). Efektivitas Biaya Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) di Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research
Development, 2(3), 622–633.
Wulansari. (2015). Studi Deskriptif Implementasi Program Posyandu Lanjut Usia
di RW IV Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran Surabaya.
Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik Universitas Airlangga, 3(1), 51–
60.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

JADWAL PENELITIAN

Judul : Evaluasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji Kota Palu
Nama : Khoriani Zakinah
Stambuk : N 201 16 015
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
No Kegiatan
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Penyusunan
1 Proposal                                    
Penyusunan
2 Instrument                                  
3 Ujian Proposal                                    
Perbaikan
4 Proposal                                    
Pelaksanaan
5 Penelitian                                    
Pengumpulan
6 Data                                    
Pengolahan
dan Penyajian
7 Data                                    
Ujian Hasil
8 Penelitian                                    
9 Perbaikan                                    
10 Ujian Skripsi                                    
Perbaikan dan
Penerahan
11 Skripsi                                    

123
LAMPIRAN 2

PENJELASAN PENELITIAN

(Informed)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Khoriani Zakianh

NIM : N 201 16 015

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Prog. Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) Universitas Tadulako

Alamat : Jl. Pendidikan Tondo

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Evaluasi Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Peserta BPJS Kesehatan Di

Puskesmas Kamonji Kota Palu”. Penelitian ini akan menggunakan desain

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan

beberapa hal terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Program Pengelolaan

Penyakit Kronis (Prolanis) peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Kamonji

Kota Palu.

2. Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah diharapkan dapat memberikan

tambahan.

3. nformasi terkait evaluasi pengelolaan penyakit kronis pada peserta BPJS

Kesehatan
4. Informan penelitian ini adalah bagian pelayanan primer BPJS Kesehatan dan

kepala Puskesmas Kamonji, pelaksana Prolanis di Puskesmas Kamonji dan

Peserta Prolanis di Puskesmas Kamonji.

5. Pengambilan data ini akan dilakukan secara mendalam selama beberapa kali

dengan informan dan berlangsung dengan menyesuaikan waktu yang

dibutuhkan, sesuai dengan kesepakatan. Selama wawancara berlangsung

diharapkan informan dapat menyampaikan informasi secara utuh.

6. Waktu dan tempat wawancara disesuaikan dengan keinginan informan.

7. Selama wawancara dilakukan, peneliti akan menggunakan alat bantu

penelitian berupa catatan, perekam suara, dan kamera foto untuk membantu

kelancaran pengumpulan data.

8. Proses wawancara akan dihentikan jika informan mengalami kelelahan,

kesedihan atau ketidaknyamanan dan akan dilanjutkan lagi jika informan

sudah merasa tenang untuk memberikan informasi, baik pada hari yang sama

maupun hari yang berbeda.

9. Penelitian ini tidak berdampak negatif bagi informan dan keluarganya.

10. Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan

disimpan dan dijaga kerahasiaannya. Hasil rekaman akan dihapus segera

setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan.

11. Pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode, bukan nama

sebenarnya dari informan.


12. Informan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan informan berhak untuk

mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak

berkenan dan selanjutnya akan dicari penyelesaian masalahnya berdasarkan

kesepakatan antara peneliti dan informan.

13. Setelah selesai dilakukan wawancara, peneliti akan memberikan transkrip

hasil wawancara kepada informan jika dibutuhkan untuk dibaca dan dilakukan

klarifikasi.

Palu,…………………..2019

Peneliti

(Khoriani Zakinah )
LAMPIRAN 3

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN


(Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan

penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui

tujuan dan manfaat dari penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia

menjadi informan dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………

2019

Yang Menyatakan

(…………………………

…..)
LAMPIRAN 4

PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR INFORMAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan ini saya bersedia foto/gambar saya dipublikasikan

untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan

tidak akan merugikan saya

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………2019

Yang Menyatakan

(…………………………….)
LAMPIRAN 5

PEDOMAN WAWANCARA

Informan Kunci

Nama (inisial) :

Umur :

Pekerjaan :

A. Input

1. Man (sumber daya mausia)

a. Bagaimana dengan ketersediaan sumber daya manusia yang ada ? apakah sudah

memadai untuk mendukung pelaksanaan Prolanis ?

2. Money (Dana)

a. Bagaimana anggaran yang tersedia? Apakah sudah memadai untuk mendukung

pelaksanaan Prolanis ?

3. Materials (sarana/prasarana)

a. Apakah ada ruangan Khusus Prolanis ? jika tidak dimana prolanis

diselenggarakan ?

b. Apa saja peralatan yang digunakan dokter pada pemeriksaan kesehatan peserta

Prolanis di Puskesmas Kamonji?

c. Bagaimana dengan peralatan yang ada sudah, apakah memadai dalam

menunjang pelaksanaan Prolanis ?

4. Metode

a. Bagaimana dengan pedoman pelaksanaan Prolanis ?


B. Process

1. Perencanaan

a. Bagaimana process perencanaan pada Prolanis ?

b. Meliputi kegiatan apa saja yang ditetapkan dalam process perencanaan

Prolanis ?

c. Siapa saja sasaran dalam kegiatan Prolanis ?

2. Pengorganisasian

a. bagaiamana masing-masing tugas yang diberikan kepada petugas kesehatan

Prolanis ? apakah sudah sesuai ? jika tidak mengapa ?

b. bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga yang

terlibat dalam Prolanis ?

3. Pelaksanaan

a. Bagaimana process pelaksanaan pada Prolanis ?

b. Apa saja hambatan yang terjadi dalam process kegiatan Prolanis ?

c. Bagaimana cara untuk mengantisipasi jika terjadi hambatan dalam pelaksanaan

Prolanis ?

4. Pengawasan

a. Bagaimana process pengawasan, apakah ada pengawas khusus pada

pelaksanaan Prolanis ?

b. Jika tidak ada, bagaimana cara Puskesmas untuk jadi pengawas dalam

pelaksanaan Prolanis ?
C. Output

1. Bagaimanakah capaian Prolanis selama ini di Puskesmas ?

2. Bagaimana upaya apa yang dilakukan untuk memperbaiki Prolanis ?


PEDOMAN WAWANCARA

Informan Biasa

A. Input

1. Man (sumber daya mausia)

a. Bagaimana dengan ketersediaan sumber daya manusia yang ada ? apakah sudah

memadai untuk mendukung pelaksanaan Prolanis ?

2. Money (Dana)

a. Bagaimana anggaran yang tersedia? Apakah sudah memadai untuk mendukung

pelaksanaan Prolanis ?

3. Materials (sarana/prasarana)

a. Apakah ada ruangan Khusus Prolanis ? jika tidak dimana prolanis

diselenggarakan ?

b. Apa saja peralatan yang digunakan dokter pada pemeriksaan kesehatan peserta

Prolanis di Puskesmas Kamonji?

c. Bagaimana dengan peralatan yang ada sudah, apakah memadai dalam

menunjang pelaksanaan Prolanis ?

4. Metode

a. Bagaimana dengan pedoman pelaksanaan Prolanis ?

B. Process

1. Perencanaan

a. Bagaimana process perencanaan pada Prolanis ?

b. Meliputi kegiatan apa saja yang ditetapkan dalam process perencanaan

Prolanis ?
c. Siapa saja sasaran dalam kegiatan Prolanis ?

2. Pengorganisasian

a. bagaiamana masing-masing tugas yang diberikan kepada petugas kesehatan

Prolanis ? apakah sudah sesuai ? jika tidak mengapa ?

b. bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga yang

terlibat dalam Prolanis ?

3. Pelaksanaan

a. Bagaimana process pelaksanaan pada Prolanis ?

b. Apa saja hambatan yang terjadi dalam process kegiatan Prolanis ?

c. Bagaimana cara untuk mengantisipasi jika terjadi hambatan dalam pelaksanaan

Prolanis ?

4. Pengawasan

a. Bagaimana process pengawasan, apakah ada pengawas khusus pada

pelaksanaan Prolanis ?

b. Jika tidak ada, bagaimana cara Puskesmas untuk jadi pengawas dalam

pelaksanaan Prolanis ?

C. Output

1. Bagaimanakah capaian Prolanis selama ini di Puskesmas ?

2. Bagaimana upaya apa yang dilakukan untuk memperbaiki Prolanis ?


PEDOMAN WAWANCARA

Informan Tambahan

Nama (inisial) :

Umur :

Pekerjaan :

A. Input

1. Apakah ada ruangan khusus Prolanis ? jika tidak dimana Prolanis diselenggarakan ?

B. Process

1. Bagaimana process pelaksanaan pada Prolanis ?

a. Bagaimana process pelaksanaan konsultasi medis/ edukasi ?

b. Bagaimana process pelaksanaan aktivitas klub ?

c. Bagaimana process pelaksanaan pemantauan status kesehatan ?

d. Bagaimana process pelaksanaan reminder melalui sms gateway ?

e. Bagaimana process pelaksanaan home visit ?


LAMPIRAN 6

LEMBAR OBSERVASI

Kesesuaian
No. Aspek yang Dinilai Keterangan
Ya Tidak
Ketersediaan tenaga dokter
1.
Prolanis di Puskesmas Kamonji
Ketersediaan tenaga kesehatan
2.
penanggung jawab program

Puskesmas Kamonji
Ketersediaan dana Prolanis
3.
Ketersediaan tempat pelaksanaan
4.
Prolanis
Ketersediaan peralatan yang
5.
digunakan dokter pada

pemeriksaan kesehatan pada

peserta Prolanis
S
6.
OP Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis)
Pelaksanaan kegiatan Prolanis
7.
a. Konsultasi medis/edukasi

b. Reminder (SMS gateway)

c. Home visit

d. Aktivitas klub

e. Pemantauan status kesehatan


Kualitas pelayanan Prolanis
8

136
LAMPIRAN 7

137
138
139
140
MATRIKS PENELITIAN

No. Variabel yang di Kode Emik Etik Kesimpulan


Teliti Informan
1. Bagaimana FS Sumber daya nya yang ada disini Sumber Daya Manusia Ketersediaan sumber
dengan untuk yang ba data-data (SDM) kesehatan merupakan daya manusia (man)
ketersediaan Prolanisnya itu sudah memadai, elemen yang sangat penting untuk pelaksanaan
sumber daya Petugasnya hanya satu kita masih dan berpengaruh terhadap Prolanis belum
manusia yang menyatu sebenarnya cuman peningkatan seluruh aspek memadai, terdapat 3
ada apakah gedungnya Lere sudah pindah, iya dalam sistem pelayanan dokter pelaksana
sudah memadai saya disini di Kamonji kesehatan bagi seluruh Prolanis dan kurangnya
untuk lapisan masyarakat. petugas bagian
Oh kalo ketersediaan sumber daya
pelaksanaan HS Pelaksana kebijakan jaminan administrasi serta
masih bagus disini, cuman karna
Prolanis ? kesehatan adalah unit-unit penanggung jawab
saya masih baru 3 minggu disini
pelayanan kesehatan, mulai program yang memiliki
jadi saya itu turun belum ada
dari tingkat dasar sampai tugas peran ganda
turun lapangan, saya masih
tingkat lanjutan (Helmizar, sehingga beberapa
sampai di poli saja baru minggu
2014). Mutu pelayanan program tidak
ini karena saya belum dapat
kesehatan dapat dilihat salah terjalankan
programnya karna baru 3 minggu
satunya dari kondisi tenaga
saya masuk, iya sudah sih menurut
yang ada di fasilitas layanan
saya cuman kan saya belum turun,
kesehatan meliputi jumlah,
cuma dengar dengar begitu
latar belakang pendidikan,
berapa orang yang turun, berapa

141
dan pelatihan yang pernah
ini untuk turun
diikuti.
Oh kalo dari Prolanis sumber
daya apa ini manusia, dari
ACAP pegawai puskesmas Alhamdulillah
cukup sih kalo untuk Prolanis,
karena Alhamdulillah Prolanisnya
ee kita pelaksanaannya ee saya
tidak ada masalah yang sampai
besar begitu selalu jalan kok tiap
bulan, bagus kok nda ada
masalah, kalo untuk klinisi cukup
cuman yang betul betul agak
kurang ini dari administrasi
masalah persuratan gitu lah
F Iyo boleh sudah itu sudah memenuh
kalo untuk dokter 3 yang saya bilang
itu toh, ada satu yang petugas PTM
jadi kitorang sama-sama kitorang
kerja kalo pas germas ,cuman kurang
ini saya ini ada program juga iya
saya kan kesling huum apa saya juga
mau turun programku kesling jadi
ada beberapa kegiatan macam home
visit belum saya turun juga, saya itu
yang saya punya saya kerja sama

142
sama PTM itu sama sama jadi ada
memang satu yang petugas PTM
memang jadi kitorang sama-sama
kitorang kerja kitorang kalo saya
yang buat dia punya anu dia yang
buat SPJ, tergantung juga nanti
kalo ada senamnya barukan kita
ada senam juga kalo tidak ada
senam juga kayak ini nanti
insyallah bulan depan senam lagi
karna lalu itu di satukan itu
H Insya Allah boleh, nah yang ada
sama kita ini pengelola Prolanis
itu ada yang dari S1 komputer
tapi ee dia tidak gunakan ijazah
itu dia masih menggunakan
ijazah SMA karna sejak dia di
rekrut dari masuk di sini dia
memang ijazah SMA karna waktu
itu dia belum baru mau kuliah
sampai akhirnya dia selesai
kuliah tapi jadi spesifikasi SMA
otak S1 kemudian dia sudah
mendapatkan pengetahuan
khusus atau pelatihan khusus
yang berkesinambungan dengan

143
BPJS yang dimaksud Prolanis
begitu, kemudian jadi pengelola
Prolanis itu ada dari tenaga D3
kesling tapi dia sudah ee lama
terpapar dengan program ini
program Prolanis jadi dia sudah
kuasai lah kalo tentang Prolanis
walaupun dari D3 kesling, ee
kalo secara khusus dia ada
beberapa ini dr ada dr umum
kemudian Promkes 5 dr
umumnya , kalo bercerita
Prolanis memadai kalo bercerita
BPJS secara umum belum karna
kamonji hampir 35 ribu
kepesertaannya dr nya cuma 5
dengan standar 5001 dokter kita
masih kekurangan sebanyak
kurang 2 karna dia kalo 5 kali 5
berapa sementara kita 35 kita
kurang 2

2. Bagaimana FS Anggarannya Prolanis dari BPJS Dukungan dana perlu Ketersediaan dana
anggaran yang itu, tergantung dari diagnosanya dilakukan dalam dalam pelaksanaan
tersedia? Apakah BPJS tanggung kan yang Prolanis melaksanaan program kegiatan Prolanis
Prolanis. bahwa anggaran bersumber dari BPJS.
sudah memadai itu termasuk DM, Hipertensi,
merupakan hal yang sangat Pelaksanaan kegiatan
untuk mendukung Asma, he’e tapi untuk yang lansia- penting dalam proses Prolanis situasional
pelaksanaan lansia toh, iya itu dari BPJS yang

144
Prolanis ? tau biayanya,d ana yang yang kegiatan suatu organisasi, dengan menyesuaikan
masuk ke kita untuk Prolanis anggaran merupakan faktor anggaran yang ada.
sebenarnya itu yang di tanya itu penunjang dalam sumberdaya keuangan
pelaksanaan program suatu didapatkan informasi
pemegang programnya pemegang mekanisme
organisasi yang bertujuan
program Prolanis yang tau agar dalam pelaksanaan penganggaran bahwa
biayanya puskesmas melakukan
program dapat
kegiatan Prolanis terlebih
Anggaran aduh saya kurang tau menghasilkan kinerja yang dahulu kemudian
HS efektif dan efisien (Sitohang membuat laporan setelah
kalo itu dek, karna itu kan
& Kariono, 2015). itu BPJS akan mengganti
tergantung dari kebijakan
dana yang telah
puskesmas toh berapa yang digunakan. Kegiatan
anggarannya, tergantung dari yang di bayar ialah
KTU nya juga, jadi kita tidak tau edukasi yang di
toh apalagi kek macam saya yang bawakan oleh dokter
belum toh yang belum pernah misalnya dalam 1
turun, apa sampai sekarang saya bulan 3 kali dilakukan
edukasi maka hanya 1
hanya sampai di poli dan klinik dokter pertama yang
sore, kalo untuk program belum dibayar, biaya
Anggarannn, kalo misalnya untuk instruktur senam, serta
pelaksanaan Prolanis secara kalo biaya konsumsi.
ACAP dari nominalnya mungkin saya
kurang tau toh, karna ibu F toh
he’e, ehm untuk dananya sih saya
kurang tau nominalnya cuman
kalo untuk misalnya dana

145
penyelenggaraan Prolanis yah itu
seperti yang tadi saya bilang
Alhamdulillah Prolanis jalan terus
kok nda ada problem sampai
bagaimana sekali
F Oh itu kalo untuk pemeriksaannya
itu kita ada PTM itu memang
gratis hee PTM gratis, jadi kalo
kita ada germas itu dorang ada
pemeriksaan PTM gula, kolestrol,
itu itu semua gratis tidak ada
dipungut biaya memang, yang kita
Cuma bayar disitu itu disitu
dokter itupun untuk misalnya satu
bulan ini 3 kali saya senam Cuma
khusus dokter yang pertama kasi
penyuluhan yang dapat uang 350
belum di potong pajak yang saya
bilang kemarin itu toh begitu terus
ee bayar instruktur sama konsumsi
itu saja memang, aa kalo 350 itu
konsumsi 150, instruktur 200, 9%
pajak, kalo dulu waktu pertama itu
ada senam 1 juta lebih akhirnya

146
dorang kasi turun itu sesuai
anggaran dari sana yah mau tidak
mau anggaran itu yah begitu itu
sudah memadai karna memang itu,
selama akhir ini itu terus sudah
dananya jadi kita tebisa juga, kalo
lalu 1 juta lebih begitu yang
kedua 450 ini tiba tiba turun eh,
jadi kita juga tidak bisa juga kita
mo anu, tidak juga tidak ada
hambatan karna dari sana juga
ada dananya kalo kita bikin ada
dananya kalo tidak dibikin tidak
ada juga dana nya, ada tetap ada
kalo pokoknya kalo saya bikin
maso SPJ 15 hari kedepannya ada
dananya , Cuma ini saya tidak
tau kenapa, saya belum ada juga
pigi print bukunya toh jadi sy
belum tau dananya ini sudah
masuk tidak dari juni ini sampai
sekarang September karna
kemarin saya bikin senam terakhir
yang September tanggal berapa

147
terakhir saya ba bikin itu, tanggal
6 september terakhir sudah itu
makanya saya belum cek sudah
maso tidak karna dari tanggal 6
selama tanggal 30 sudah lewat 15
hari toh sebenarnya dia sudah ada
tapi belum saya cek juga karna
print buku dulu toh
H Kalo kita itu situasional kita
menyesuaikan dengan anggaran
yang ada anggarannya itu
adalah sebagai berikut ee BPJS
menginginkan setiap minggu ada
kegiatan Prolanis senam
olahraga tapi penganggaran nya
hanya untuk 2 kali nah itu dia
kemudian penyuluhan oleh dokter
hanya sekali dalam sebulan haa
kalo kita bikin 4 kali Cuma 1
kali penyuluhan kemudian 3 kali
olahraga to kan jadi janggal juga
toh idealnya kan setiap kali
olahraga ataupun kumpul itu ada
semua kegiatan sama semua
kegiatan kalo misalnya ehm
kapan ada olahraga ada makan
ada penyuluhan toh ada kalo

148
olahraga otomatis ada apa
namanya itu pelatihnya itu apa
namanya instruktur nah
anggaran instruktur itu terbatas
juga gitu, jadi biasa kita
laksanakan itu kita maksimal 2
kali sebulan karna dia eh anjuran
nya kita gunakan minimal toh,
salah satunya kecuali anggaran
nya itu misalnya pas pasan
begitu digunakan untuk dua kali
tidak mencukupi sementara kita
turun 4 kali kadangkala kita yang
numpang di kegiatan

3. Apakah ada FS Tidak ada, Prolanisnya itu biasa Hasil penelitian Ketersediaan ruangan
ruangan khusus kita bikin di puskesmas- menunjukan sarana dan untuk Pelaksanaan
Prolanis ? jika puskesmas, di pustu-pustu, atau prasarana yang dibutuhkan Prolanis belum
terkait pelaksanaan memadai dimana tidak
tidak dimana di posyandu, karna ada posyandu
Prolanis sudah cukup, adanya ruangan khusus
Prolanis di lansia toh posbindu namanya, hanya saja untuk ruangan Prolanis di puskesmas,
selenggarakan ? nda ada kalo untuk puskesmasnya belum cukup memadai atau untuk penginputan
nda ada kurang luas karena bergabung dengan
banyaknya pasien yang ruangan kesehatan
Kalo ruangan sih yang saya
HS mengikuti kegiatan lingkungan, kegiatan
dengar e saya dengar mereka Prolanis (Latifah, 2018). Prolanis biasanya
punya kayak di kan ada Pustu- dilakukan di posbindu,
pustu biasanya dibikin disitu atau

149
pustu, untuk kegiatan
di rumahnya kader jadi Prolanis tidak
ruangannya memadai toh, kalo menentu, bergabung
misalnya mau ba senam-senam dengan kegiatan
paling dihalaman saja dorang , germas yang
kalo sampai sekarang, kalo dilaksanakan di
ruangannya Prolanis di lapangan kelurahan
untuk kegiatan senam,
puskesmas iya memadai,
pemeriksaan kesehatan
biasanya sih di depan sini kalo serta edukasi.
saya dengar dengar itu, kalo kan
Prolanis biasanya cuman ba
senam-senam toh cuman
sekarang sih setauku sudah
jarang di puskesmas kan dia
sudah di pustu-pustu, karna kan
kita pagi ada kunjungan poli ada
yang ba poli, kalo sore cuma ada
klinik klinik jadi kalo mau ada
Prolanis takutnya tambah riuh di
depan
Sebenarnya kan kalo Prolanis itu
harus senam juga yah yang tiap
ACAP bulan itu, kalo untuk senam kita
ada kalo untuk Prolanis kita di
tiap-tiap kelurahan toh karna

150
biasa bersamaan dengan Germas
jadi kalo mau di bilang senam
khusus untuk Prolanis to mungkin
sepanjang sy tau dia belum ada,
jadi dia kita bersamaan dengan
germas kalo untuk kegiatan
senamnya, nah kalo untuk
kegiatan obat sendiri Prolanis
sekitar ruangan khusus nda ada,
ruangan khusus untuk pengobatan
Prolanis nda ada
F Tidak ada, di kita kan tidak
menentu jadi misalnya kayak
germas gerakan masyarakat hidup
sehat itukan bikin di kelurahan,
kita pindah ke kelurahan pokoknya
dari kita ini ikut dari kelurahan
saja jadi kalau dia ada jadwal
dari Dinas misalnya germas di
kelurahan Lere kita kesana jadi
dia tidak ada tidak menentu,
memang seberanya dulu tidak, pas
waktu itu kapusnya kita minta jadi
semua itu dia bilang petugas dari

151
sini boleh ikut Germas jadi
disatukan disitu dananya makanya
itu di germas itu, Cuma kamu
belum pernah datang coba sekali
sekali germas kamu datang jadi
disitu ada semua yang dari
walikota kapusnya jadi disitu itu
kita rame, lurahnya jadi disitu
kumpul jadi supaya kau lihat toh
supaya kau tau nanti nantilah kalo
ada Germas nanti supaya kau lihat
toh yang datang situ ada malahan
dari BPJS
H Nda ada itu, kecuali untuk
rujukan, sedangkan penginputan
masuk diruangan-ruangan seperti
dia masuk diruangannya kesling,
oh dilapangan pada saat kalo anu
itu olahraga itu jadi disitu ada
pemeriksaan eh anu PTM,
olahraga, ada penyuluhan disitu
semua dilapangan kecuali dia
berkunjung di puskesmas itu
berarti langsung berobat biasa
dokter atau tinggal ambil obat

152
D Di ruangan sini sama dokter kalo
saya ba periksa, dengan di rumah
sakit ini saya ambil rujukan
L Di Puskesmas Kamonji iye rame
rame kita disitu di depan itu iye
senanya pokoknya macam macam
disitu, oh pernah juga di undang
kita di walikota pernah satu kali
disitu pueh pe ramenya seluruh
Puskesmas Sulawesi tengah
datang semua dari tawelinya
disitu wah disitu rame satu kali
dulu di undang semua kita saya
ingat
4. Apa saja peralatan Kalo kita disini biasa itu hanya Tersedianya sarana dan Peralatan yang
yang digunakan untuk periksa lab, laboratorium, prasarana yang cukup dengan digunakan dalam
dalam pelaksanaan FS dan periksa kesehatan dia, kualitas yang baik, sangat pelaksanaan kegiatan
kegiatan Prolanis stetoskop, senter, terus dengan di dibutuhkan setiap organisasi Prolanis terdiri dari
di Puskesmas lab laboratorium dimanapun dalam stetoskop, tensimeter,
Kamonji ? menyelenggarakan senter untuk
Stetoskop, senter, itu saja iya, kalo
HS kegiatannya untuk mencapai pemeriksaan kesehatan,
termometerkan nanti perawatnya
tujuan yang diharapkan. untuk kegiatan edukasi
toh yang tensi, kalo perawatnya
Tanpa adanya sarana dan terdiri dari infocus
pake tensi terus ada suhu
prasarana, mustahil tujuan selebaran/leaflet, dan
thermometer he’e, timbangan,kalo

153
dapat dicapai (Sitohang, sounsystem.
kita dokter sih alat lab, lampu,
2015)
stetoskop
Eehm pemeriksaan kesehatan kalo
ACAP dri depan kan tensimeter, eeh
terus ini stetoskop untuk
pemeriksaan kesehatan sama lab,
karna kalo Prolanis itu kan
istilahnya Prolanis itu setiap
bulan kita harus periksa gulanya
paling tidak gulanya kalo dia pada
pasien gula tiap 6 bulan kita juga
bisa periksa periksa kolestrol
sama asam urat kalo pasien
Prolanis sama yah itu aja sih kalo
dari puskesmas
F Karna itu kalo peralatannya tidak
ada sih peralatannya, kalo dia
edukasi kita cuma siapkan
misalnya kalo untuk edukasi kalo
dia kan minta itu kalo di dalam
ruangan infocus tapi kalo diluar
dia Cuma minta selebaran
selebaran itu kita juga yang
siapkan he’e jadi fotocopy yang

154
kita bagikan itu kita yangsiapkan
jadi dokter kurang menjelaskan
bawa materi yang kita kasi itu
sudah itu saja kalo yang lain tiada
H Kalo yang ada disini kalo hanya
untuk pengobatan dasar atau
pelayanan dasar cukup yah untuk
alatnya kalo di puskesmas
demikian juga kalo yang di
lapangan
5. Bagaimana dengan Sudah memadai, Kalo peralatan Tersedianya sarana dan Ketersediaan peralatan
peralatan yang ini kan pakai stetoskop kalo senter prasarana yang cukup untuk pelaksanaan
sudah ada apakah FS ada ada cukup, iyo hee Prolanis dengan kualitas yang baik, Prolanis sudah
memadai dalam karna ada stetoskopku ada saya sangat dibutuhkan setiap memadai, seperti
menunjang punya senter lengkap dek organisasi dimanapun dalam peralatan yang
pelaksanan menyelenggarakan digunakan dokter dalam
Prolanis ? kegiatannya untuk mencapai pemeriksaan kesehatan
tujuan yang diharapkan. serta edukasi.
Untuk sampai sekarang sih Tanpa adanya sarana dan
HS
memadai, kalo kayak ini kan kita prasarana, mustahil tujuan
tidak perlu ada hp dikasi keluar dapat dicapai (Sitohang,
keluar toh, karna so ada senter 2015)
sendiri
Cukup kok Alhamdulillah, sisa

155
ACAP kurang karna memang mungkin
kita di puskesmas kita kan ga bisa
periksa fungsi ginjal, kalo fungsi
ginjal itu harus di rumah sakit itu
aja sih kalo periksa darah cocok
cukup
F Ee sudah memadai itu untuk
Prolanis
H Boleh standar sudah memadai

cukup
6. Bagaimana dengan Pedomannya Prolanis kayaknya Ketersediaan buku pedoman Tidak adanya SOP yang
pedoman FS itu harus tanyakan pemegang untuk pelaksanaan kegiatan tersedia untuk pedoman
pelaksanaan program, pedomannya tidak ada sangatlah penting. pelaksanaan Prolanis
Prolanis ? dikasi nda ada dikasi, iya saya Mengingat di dalam buku diakibatkan karena
taukan tapi itukan ee yang ada pedoman terdapat panduan pemindahan gedung
senam senam, ee posyandu, terus ataupun petunjuk tentang Puskesmas yang baru
ada posbindu kalo disini kan yang
pelaksanaan kegiatan. Tanpa
kita layani kalo dorang ambil adanya buku pedoman,
obat, obat obat perbulan seorang pekerja akan
kesulitan untuk mengerjakan
Kalo pedoman dari puskesmas sih
HS atau melaksanakan tugasnya.
sejauh ini belum ada karna saya
Sejalan dengan penelitian
juga belum dapat programnya toh
Wulansari (2015) yang
heeh karna Prolanis itu setauku

156
menyatakan bahwa adanya
dia itu turun perwilayah tindakan,
aliran dan prosedur pada
jadikan kita disini dokter ada 4, eh
struktur birokrasi dapat
4 eh ada 5, kalo pedoman untuk
mempermudah staf maupun
turun sih SOPnya saya kurang tau
pasien yang berobat untuk
ada atau tidak itu SOPnya
mengetahui prosedur
Prolanis e karna saya belum tau
pelayanan program.
belum turun toh , kalo kita sih
sejauh ini Prolanis kita kasi kayak
ee apa lagi namanya itu bikin
presentasi menjelaskan biasanya
efek penyakit-penyakit yang biasa
diderita e orang-orang lanjut usia
apa semua macam HT dan DM e
biasa juga dorang ada kaku-kaku
otot, nyeri-nyeri badan itu kan
biasa diderita sama orang tua, di
jelaskan kalo misalnya ada gula
obat gulanya tidak boleh stop obat
tekanan darahnya tidak boleh stop
yang begitu-begitu karna apa
gunanya obatnya, kan biasanya
orang bilang kalo so normal stop
kalo so ini stop tapi kan di
aturannya nda boleh karna kapan

157
dia stop nanti dia periksa lagi
tinggi, kalo so tinggi berarti so
komplikasi lagi nanti kan jadi
nanti penyakit jadi double yah
begitu
Kalo dari saya sih dokter sebagai
klinisi toh untuk periksa
ACAP pemeriksaan penyakit SOP buat
untuk diagnosa penyakitnya ada
cuma untuk SOP buat program
Prolanisnya sendiri itu saya
sampai sekarang belum pernah
lihat he’e, jadi memang istilahnya
agak terpisah kalo Prolanis
administratif sama yang klinisi,
kalo yang klinisi kayak misal
administrasi itu ibu F yang tau
semua kalo saya yang di bilang
SOP buat Prolanis ga tau
F Ada itu cuman tidak tau dimana
sudah, apa habis pindah dari lere,
kita sudah angkat barang ini saya
so tetau dimana sudah, ada sy
punya cuman saya tetau dimana

158
sudah, nantilah kalo ada saya
punya saya fotokan kau
H ada sama petugasnya, petugasnya
nda tau mana tadi e kayaknya dia
turun pendampingan di kelurahan
kabonena
7. Bagaimana FS Aih kalo itu saya kurang tau e Perencanaan kesehatan perencanaan dilakukan
process karna kita cuma melaksanakan dimaknai sebagai suatu oleh BPJS kesehatan
perencanaan pada saja proses yang dilakukan oleh mulai dari kegiatan
Prolanis ? HS Ai saya juga kurang tau, karna seseorang atau sekelompok sampai dengan
belum turun toh kegiatan apanya orang yang yang didahului penempatan pasien,
atau nanti kalo ini ketemu dengan dengan penetapan tujuan, penempatan pasien
ininya ketua tim Prolanisnya kita mengenai masalah kesehatan Prolanis berdasarkan
ACAP Kalo perencanaan Prolanis dalam melalui analisis situasi alamat dan kemauan
artian kalo misalnya diadakan masalah kesehatan dari pasien, Puskesmas
dengan germas itu dua kali setiap masyarakat, menentukan dan Kamonji lebih ke
kelurahan jadi memang disitu ada memilih sumber daya yang pelaksanaan kegiatan
kegiatan prolanis disitu ada kita dibutuhkan, menyusun dari Prolanis.
periksa darahn gratis seperti kegiatan yang akan dilakukan
periksa gula toh sama kita ehm , menetapkan besarnya biaya
senam untuk lansia toh, cuman (Suhadi, 2015)
misal untuk tiap bulan kegiatan
Prolanisnya itu kalo mau dibilang
perencanaan yang khusunya untuk
prolanis itu saya khususnya dokter

159
itu saya pribadi nda terlalu terlalu
terlalu di ikutkan dalam
perencanaan jadi istilahnya kalo
saya nanti tunggu ada kabar dari
atas yang memang pengurus
Prolanis dok ini ada orang yang
mau masuk Prolanis, atau
seandainya ada ini orang sudah
tua ada gula kira kira bagaimana
dok masuk atau tidak, nah itu yang
baru kita tapi kalo memang
perencanaan perencanaan
bagaimana nya yang dijadwalkan
kapan yang dijadwalkan kapan
kalo saya pribadi nda
F Kalo dia aturan BPJS dia satu
minggu eh satu bulan empat kali,
jadi tergantung dari kita lagi kalo
dari dinas eh dinas dari BPJS itu
dia satu bulan empat kali,
tergantung sih saya kalo kita sibuk
disini kita belum bisa bikin kadang
biasa satu bulan itu dua kali
kadang satu kali, hee maksudnya
pas kita tidak sibuk kita bikin noh
H Perencanaan Prolanis itu dari

160
BPJS, dua hal BPJS yang
menempatkan dan pasien sendiri
yang memilih, kalo dari BPJS
beradsarkan dekatnya alamat kalo
dari pasien misalnya rumah di
tondo suka di kamonji biar
alamatnya di tondo bisa di
kamonji, kita hanya tau melayani,
ada kerja di kasi kepercayaan
dilaksanakan, sebulan 4 kali
standar 2 kali
8. Meliputi kegiatan FS Itu P2M, pemeriksaan kesehatan, Aktifitas dalam Prolanis Kegiatan Prolanis terdiri
apa saja dalam terus posyandu, posyandu itu meliputi aktifitas konsultasi dari pemeriksaan
Prolanis ? sudah termasuk pemeriksaan medis/edukasi, Home Visit, kesehatan, senam,
kesehatannya dorang, itu saja hee, Reminder, aktifitas klub dan konsultasi medis.
senam itu saja pemantauan status
kesehatan (BPJS Kesehatan,
Ai saya juga kurang tau, karna
HS 2014).
belum turun toh kegiatan apanya
atau nanti kalo ini ketemu dengan
ininya ketua tim Prolanisnya kita,
supaya kita Tanya apa semua
kegiatannya, bagaimana, soalnya
kita kan dokter biasanya cuman
dikasi tau dok besok turun disini,

161
besok dokter turun disini
Prolanis , cuman begitu, kalo
macam kegiatan tiap harinya saya
tetau di atas yang atur
Eehm pemeriksaan kesehatan tiap
minggu itu kalo pemeriksaan
ACAP kesehatan kalo sepanjang pasien
mau tiap hari datang tiap minggu
boleh yang wajib biasa Prolanis
itukan harus dapat obat juga tiap
bulan paling sedikit itu kalo bukan
jantung, e hipertensi sama
diabetes melitus dia tiap bulan
harus datang ke puskesmas buat
periksa gula sama ambil obat di
kimia farma, eee sama itu kegiatan
senam tiap bulan atau tiap minggu
kalo, tiap minggu sorry tiap
minggu, kalo kita klinisi itu aja sih
iya he’e
F Kalo Prolanis cuma itu saja dia
memang, dia senam, senam
Prolanis itu saja kalo yang lain
lain lain teada, iyo kalo kita ada

162
senam ada juga pemeriksaan he’e
dia langsung dengan itu, dia itu
satu paket jadi kalo kita ada
germas dia satu kali dengan
pemeriksaan jadi tidak pernah itu
kalo germas tidak ada
pemeriksaan
H Senam yang rutin itu senam,
penyuluhan, makan buah,
pemeriksaan penyakit tidak
menular, termasuk tensi yang
begitu-begitu saja yang standar,
teada Cuma itu saja kecuali di
ruangan ee dapat obat kalo dia
berkunjung kalo di lapangan tiada
obat
9. Siapa saja sasaran FS Kan yang Prolanis itu termasuk Seluruh Peserta BPJS Sasaran dalam kegiatan
dalam kegiatan dm hipertensi hee kan yang untuk Kesehatan penyandang Prolanis adaah lansia
Prolanis ? lansia-lansia toh penyakit kronis (Diabetes yang mengalami
HS Orang lanjut usia macam HT DM Melitus Tipe 2 dan penyakit Dm tipe 2 dan
Hipertensi) (BPJS hipertensi
Kesehatan, 2014)

163
ACAP Lansia pasien prolanis seperti
gula sama hipertensi

F Pasien Kamonji pasien ht juga


dan gula

H Pesertanya kan intinya Prolanis,


lansia termasuk DM dan
hipertensi

10. Bagaimana FS Tugasku kalo misalnya ada Pembagian tugas antara Tugas yang diberikan
masing-masing pemeriksaans kesehatan, hanya dokter keluarga dan BPJS kepada petugas
tugas yang Kesehatan sudah ada, pelaksana Prolanis
untuk pemeriksaan kesehatan,
dimana BPJS kesehatan
diberikan kepada kesehatan lansia-lansia itu dari terdiri dari dokter yang
sebagai penjamin dana dan
petugas kesehatan kepala sampai ujung kaki noh, melakukan monitoring melakukan pemeriksaan
Prolanis? Apakah head to toe evaluasi, namun pada hasil kesehatan pasien seperti
sudah sesuai? Jika di lapangan BPJS kesehatan keluhan, penyakitnya,
tidak mengapa ? belum melaksanakan terapinya,pemberian
tugasnya dengan baik, yaitu resep obat, edukasi,
Oh tugasnya kita sudah sesuai, hanya sebagai penjaminan serta penanggung jawab
HS jadi tugasnya itu kayak ba periksa dana. Dokter keluarga
program membuat
misalnya e mo periksa pasien sebagai pelaksana kegiatan
Prolanis namun belum laporan untuk
datang kita amnesis kita Tanya diserahkan ke BPJS dan
melaksanakan tugas dengan

164
keluhannya apa, terus lihat
penyakit apa dia terapinya
bagaimana kemudian habis itu
kasi obat kita sarankan misalnya
kalo e sakit gula jangan dulu
minum yang manis-manis toh kana
ada obat ada medikasi dan non
medikasi karna saran apa yang
boleh dan tidak boleh apa yang di
hindari apa yang boleh dimakan
kalo mau di bilang sesuai dengan
SOP pelaksanaan Prolnis khusus
ACAP yah itu tadi untuk SOP Prolanis baik, seperti belum semua tembusannya dinas
sendiri saya sampai sekarang dokter keluarga kesehatan
melaksanakan 7 kegiatan
belum sampai baca sampai situnya
Prolanis. Pembagian tugas
jadi saya tugas-tugas sebagai antara dokter keluarga, staff
klinisi dokter cuma kalo ada serta peserta Prolanis yang
pasien Prolanis seperti gula kita sudah memiliki klub sudah
periksa gulanya, kita cek apakah sesuai dengan latar belakang
ada efek samping atau ga dari pendidikan dan kemampuan
perkembangan gula nya masing-masing petugas,
pendelegasian tugas dan
bagaimana betul betul pure medis
wewenang juga sudah sesuai
istilahnya, jadi kalo mau di bilang (Sitompul, 2016).
Prolanis itu tiap bulan harus bla

165
bla bla, Kalo untuk sesuai
alhamdulilah sudah sesuai sih
F Dikasi sesuai saja kalo di bilang
tidak sesuai, tidak sesuai iyo karna
memang tidak ada, sudah di
potong baru kita tidak ada kita
cuma program saja, tetap begitu
sudah karna sudah jalannya dari
sana saja kita, kalo lalu masih di
atas e maksudnya kita ada juga
kita dapat tapi tahun ini teada,
dokternya kan cuman kalo dokter
sudah tiap kelurahan beda beda
dokternya tidak itu terus misalnya
satu bulan germas 4 kali, bukan
itu dokter terus dia kan pindah
pindah di lere di baru, di lere lain
di baru lain kalo pindah kesini
lain disini juga lain begitu dia
H Yah buat laporan habis
diselenggarakan buat laporan
serahkan ke BPJS dan
tembusannya dinas, harus sesuai
dia sesuai jadi tidak bisa tidak

166
sesuai dan dia selalu sesuai karna
dia butuh butuh latian cepat untuk
tau jadi tidak bisa tidak tau begitu
wajib tau wajib laksanakan
11. Bagaimana upaya Ha itu harus kalo ada lansia- Pelatihan untuk karyawan Upaya yang dilakukan
yang dilakukan lansia yang kurang aktif datang itu dapat efektif pada untuk meningkatkan
untuk FS pemberdayaan sumber daya kemampuan tenaga
harus dikunjungi, itu saja
meningkatkan kunjungan rumah, home visit, manusia, kondisi ini muncul pelaksana Prolanis
kemampuan tenaga belum ada sampai saat ini, cuman karena pelatihan dapat dengan bekerja
yang terlibat dalam kalo penyuluhan-penyuluhan membahas lebih dalam semaksimal mungkin
Prolanis ? pernah penyuluhan-penyuluhan di mengenai kondisi serta tidak adanya
posyandu organisasi. Pemberdayaan pelatihan tetapi hanya
(teada e , yang pegang program sumber daya manusia dapat berupa sosialisasi dari
yang tau itu, selama ini saya disini membawa kinerja positif BPJS membahas terkait
tidak ada untuk saya, tidak ada dan efisiensi dalam proyek berapa yang pasien
untuk saya ) pengembangan suatu Prolanis yang tidak
program (Basri, 2013) datang berkunjung serta
Hai saya kurang tau itu, upaya
HS revisi atau
nya kita sih e kerja disini kerja toh
pemberitahuan
semaksimal mungkin sebaik
mungkin jadi kalo misalnya e
menangani yah semaksimalnya
kita bisa
Kalo segi klinis sih Alhamdulillah
bukan waktunya sombong apa

167
ACAP Cuma sudah cukup sih sudah
lumayan bagus kita menangani
sama mendiagnosa penyakit kalo
dari masalah klinis kalo masih
berhubungan dengan administrasi
mungkin memang ehm apa kurang
kedua belah pihak isitilahnya
seperti saya kayak gimana yah
kayak malas mau nanya soal
administrasi ke pihak administrasi
Prolanis, yang dari Prolanisnya
juga mungkin karna tugasnya
terlalu banyak jadi kadang mereka
suka agak suka jarang turun kasi
tau soal peraturan Prolanisnya itu
aja sih sebenarnya kalo istilahnya
mau di bilang kinerja Prolanis
tiap hari alhamdulilllah kita sih
kalo saya bagus
F Pelatihan, pelatihan Prolanis kalo
pelatihan dari Prolanis tidak ada
kalo untuk membicarakan masalah
Prolanis ada tapi itu dari BPJS,
misalnya sosialisasi tentang

168
berapa yang pasien Prolanis yang
tidak datang kalo itu ada dari
BPJS saja, kalo dari sini, kayak ini
misalnya kita harus kunjungi
pasien yang tidak datang itu kita
Tanya
H Kalo puskesmas tidak ada tapi
kalo BPJS ada jadi BPJS selalu
yang panggil untuk ada pertemuan
itu kalo setiap ada revisi
perbaikan atau apapun pasti di
beritahukan minimal di WA di
grup kana da WA grup, oh nda
ada lagi pelatihan kan sudah
dilatih jadi tinggal ada revisi
perbaikan atau pemberitahuan
Cuma itu saja
12. Bagaimana proses Pelaksanaannya disini ee rutin Pratiwi (2017) bahwa Belum semua kegiatan
pelaksanaan pada tiap bulan ada he’e, he’e itu ada apabila ada informasi Prolanis berjalan
Prolanis ? FS penting yang harus dengan baik
yang biasa tidak ikut, makanya
yang nda ikut begitu biasa kita disampaikan kepada peserta Pelaksanaan kegiatan
datangi ke rumah nya Prolanis, PIC Prolanis edukasi yang dilakukan
Pelaksanaannya Prolanis selama menggunakan media oleh dokter di bagi per
HS ini berjalan tapi belum maksimal elektronik, yaitu grup kelurahan. Kegiatan
whatsapp yang edukasi atau

169
kayak pasien yang harusnya rutin
tiap bulan ambil obat di kimia
farma tapi beberapa ada yang
tidak rutin tiap bulan datang
ambil, ada juga kegiatan senam
tiap bulan atau tiap minggu
konsultasi keluhannya mereka,
baru itu juga kalo Prolanis itu ada
dorang juga dikasi edukasi
melalui penyuluhan oleh dokter
terus itu juga kalo misalnya kayak
dorang pemeriksaan gula atau
mau tensi beranggotakan peserta penyuluhan digabung
Pelaksanaannya alhamdulillah Prolanis dan kader. dengan kegiatan
bagus kok, lancar, itu aja kurang Pelaksanaan home visit Germas yang bekerja
ACAP sosialisasi buat buat dapat dilakukan ketika peserta sama dengan PTM
Prolanis baru, kalo saya eeh kita Prolanis tidak hadir dalam 3
kali berturut-turut selama Pelaksanaan kegiatan
disini di bagi per kelurahan kalo
satu bulan. Home visit senam dilakukan
saya di ujuna sama silae,
merupakan langkah yang bekerjasama dengan
sebenarnya sih kalo kita disini
penting dalam memantau kegiatan Germas tiap
Prolanis itu program tiap bulan
peserta yang kurang aktif, minggu dalam sebulan,
dalam artian tiap bulan itu
diperlukan peran aktif tetapi kegiatan senam
pasiennya berobat untuk satu
petugas kesehatan dalam hal masih terdapat beberapa
bulan tapi kalo misalnya kita turun
ini tim Prolanis bergerak

170
itu ga tiap bulan sih cuma kalo
ada masalah, kalo germas itu kan
kita lebih ke penyuluhan
sosialisasi sampa istilahnya kita
juga ada eh kerja sama ptm
penyakit tidak menular misalnya
kita tensi periksa gula puasa
kolestrol kalo misalnya disitu
terdapat ada yang memang usia
lanjut diatas 35atau keatas atau
sampai 45 keatas tensinya tinggi
atau kolestrol gula sama tinggi itu
kita suruh berobat ke puskesmas BPJS Kesehatan (2015) peserta Prolanis yang
begitu caranya, iya jadikan tiap status kesehatan dilakukan tidak datang serta
dokter ada tanggung jawab oleh FKTP kepada peserta datang tetapi lambat
kelurahan jadi itu tiap tiap germas terdaftar yang meliputi mengikuti senam,
turun pemeriksaan tekanan darah peserta datang setelah
F Sudah berjalan dengan lancar, dan pemeriksaan kadar gula senam selesai
kadang mereka di telfon tidak di darah oleh tenaga kesehatan. dilakukan,
angkat kadang yang lansia tidak Jadwal pemeriksaan
punya nomor hp kita mau disesuaikan dengan masing- Kegiatan pemeriksaan
konsultasinya kemana bagus kalo masing FKTP. kesehatan yang terdiri
anaknya menjelaskan, bagus kalo dari tensi, pemeriksaan
di jelaskan lebih bagus saya beli Dokter keluarga yang ada di gula puasa, apabila
Kabupaten Pekalongan
berjumlah 18 orang, dimana

171
daripada minta di kantor tapi
tidak dikasi senam saja bu kita
ada senam Prolanis, bu boleh kita
undang ibu senam, nanti sudah
selesai senam baru datang jadi
serba salah kita ditelfon sudah
selesai senam oh saya disuruh
kemari ibu jam 7 disuruh datang
sudah jam 8 sudah selesai, nah
tidak mungkin kita adakan senam
jam 8 semntara kita juga disini
pelayanan toh makanya saya tidak
anu, sudah ehm satu pasien instruktur berasal dari terdapat pasien yang
Prolanis itu belum tentu dia punya instruktur formal dan peserta memiliki tensi dan gula
hp paling hpnya anaknya bagus Prolanis yang memiliki darah tinggi maka
anaknya kalo eh orag dari kantor kemampuan dalam
diarahkan untuk datang
saja itu teusah apalagi kayak dia memimpin senam sehat
untuk lansia. Selain itu berobat ke puskesmas
pergi belikan obat anaknya eh
kegiatan lain berupa
pergi daripada saya pergi disana Kegiatan sms gateway
kegiatan sosial dalam
dari sini ke kimia farma baru bisa kegiatan Prolanis, tidak dilaksanakan
keluar lewat dari situ juga tidak pembuatan seragam antara karena peserta Prolanis
bisa jadi serba salah, ini anggota, dan kegiatan rata rata yang mengikuti
sedangkan ini kalo dia datang aa resfreshing berupa kegiatan Prolanis adalah lansia
ada kejadian dia datang dia wisata (Sitompul, 2016) yang beberapa tidak

172
terakhir ambil di tahun 2017 dia
ambil itu cuma dua kali ambil
obat 2 kali dia ambil obat jadi
saya Tanya ibu kenapa eh ibu
soalnya saya lalu kemari tidak
dikasi obat makanya sekarang
selama ini beli obat sampai
sekarang, sy bilang ibu rugi kalo
ini kita kasikan resep khusus 30
hari tapi kalo habis usahakan
sebelum tgl 27, 26 sudah boleh
kemari ambil kembali itu obat
nanti kan tiap satu bulan satu memiliki handphone,
bulan kemari lagi toh oh iyo bu, ada yang memberikan
saya kasi tau lagi anaknya, ibu nomor hp tetapi tidak
tidak bisa ibu datang anaknya saja aktif,
disuruh kemari oh iyo kita mau
lihat itu ada tidak dia datang di Kegiatan pemantauan
bulan depan di tanggal 27 karna status kesehatan belum
kalo kita senam kita cari juga semua peserta rutin
pasien Prolanis kita karna belum mengambil obat di
tentu dorang semua yang datang apotek kimia farma,
toh jadi kita tanya pak berobat dimana tiap bulan
dimana sebelumhya biasa ditanya peserta harus

173
anu dikamonji cuman saya punya
6 bulan belum saya bayar
masalahnya dulu kata pernah
bayarnya 1 tahun 2 kali 1 2 kali
itu dia bayar tipa bulan tapi begitu
dia masuk rs dia dimintakan denda
jadi dia heran saya denda
darimana selama ini saya bayar
bpjs itu 1tahun 2 kali jadi saya
bayar itu 6 6 bulan yang herannya
itu denda dariman kecuali
mungkin dia selama ini 1 bulan
tidak pernah bayar lagi annti mengambil obat dan
bayar lagi 2 bulan ah mungkin dia masih terdapat beberapa
anu akhirnya dai di rawat 1 juta pasien yang membeli
lebih dia bayar dendanya jadi sy obat diluar dari kimia
bilang bgni pak kalo denda itu farma, padahal obat
dari situ dia bilang beh malas tersebut gratis di ambil
saya lebih baik saya beli obat jadi di kimia farma.
kita mau bilang apa kalo begitu
jadi sy Cuma blg pak kalo boleh Kegiatan home visit
pak bayar saja pak berapa bpk dilakukan dengan
beli obat berapa bapak bayar saya kerjasama dengan
bilang kalo bapak cmn bayar 50 program PISPK salah

174
rb yang 51 itu toh yang kelas 2 satu kegiatannya adalah
tapi kalo bapak beli obat kan tiap kunjungan rumah yang
minggu taantu toh tiak mungkin dilaksanakan setiap hari
bapak beli 1 bulan sementara itu pasca gempa karena ada
oh iya bun anti saya tanyakan dulu instruksi, Peserta yang
sama anak saya jadi kita mau blg dikunjungi adalah
apa kita datangi sudah itu pasien peserta yang memiliki
malahan kita bilang BPJS nya nomor handphone tidak
mana ini oh bapak pasien kamonji aktif,tidak berobat,
oh pasien Ht juga, iya saya setiap bulan di hari hari
memang cuman lantaran ini di tertentu, tiap bulan
putus disitu, pokoknya ini sms ini tidak semua peserta
sebelum habis gempa itu, mau pigi Prolanis dikunjungi ada
di rumah ? ada sih itu cuman yang dikunjungi bulan
inikan dikasi satu dengan anu ini bulan depan tidak
dengan apa pispk . pispk itu ada dikunjungi karena
kunjungan toh jadi dikasi masuk banyaknya pasien
nanti disitu, tidak PISPK memang Prolanis, tetapi untuk
so ada e Prolanis juga memang so sekarang home visit
ada itu pispk karna kunjungan belum dilaksanakan
rumah juga itu toh dan disitu kita kembali karena
tau pasiennya kita memang datang kendala dengan
pasien PRB tidak, kita ini semua penanggung jawab
ada jadwal semua termasuk saya Prolanis juga memiliki
beban ganda dimana

175
ada juga jadwalku jadi tetap kita juga harus
semua puskesmas yang memang melaksanakan program
turun ada semua memang jadwal Kesling serta terkendala
jadwalnya jadi turun, kan itu ada dengan dana
laporannya juga, iyo karna dorang transportasi.
jumlah disitu tapi kemarin tapi
Serta masih kurangnya
kemarin sudah bicara di bilang
sosialisasi untuk
tidak usah karna ada PISPK kalo
mendapatkan pasien
kemarin pertemuan dari BPJS dia
Prolanis baru
bilang begitu jadi kita langsung
batanya bagaimana kalo yang
tidak datang baru kita mau
kunjungi terus kita ambil dana
transportasinya darimana, tidak
PISPK nanti kita kurang
jumlahkan saja berapa pasien
HTnya, PISPK ini habis gempa
karna memang kita habis itu
mobile turun turun nanti sudah
kita, kalo dulu pasca gempa kita
tiap hari kalo ini so teada kita ini
kalo sekarang, kalo PISPK ada
kalo dulu kan kita hari-hari turun
toh ada memang jadwalnya jadi

176
kita hari hari turun pergi tensi
misalnya di huntara kita tetap ada
pagi sore, karna dulu kan instruksi
toh, tapi ini tetap di PISPK kita
tetap turun ada memang pokoknya
kita harus capai target misalnya
kayak saya saya punya 140 rumah
jadi itu harus habis itu saya anu
nanti dilihat disitu toh berapa
pasien yang Prolanis disitu kita
laporkan lagi, memang harus
sesuai itu 140 itu kecuali mungkin
masih maso datanya disitu tapi
maksudnya dia masih hidup
ternayata pasca gempa mereka itu
sudah tidak ada Cuma ini memang
saya belum turun ini, soalnya saya
ini ada program juga iya saya kan
kesling huum saya mau turun
programku juga karna karna kita
juga ini kana da PISPK nanti dari
PISPK itu kita sudah diliat juga oh
ini pasiennya ini misalnya HT
disitu kita kunjungi toh, kalo

177
kemarin maunya takutnya kitorang
kalo saya bicara dengan kapus
takutnya mau gabung dengan
PISPK tapi nantilah tetap juga
saya turun nanti cuma nanti ini
dia punya transportasi ini, ada sih
kemarin kalo dari BPJS dia minta
itu dari ada dananya puskesmas
hee cuma saya dorang saya kasi
tau cuma dorang bilang kalo boleh
jangan dulu karna dia bisa apa e
PISPK iya hee
H Yah seperti pasien yang lain kan
mereka pengambilan obatnya yang
membedakan biasa kalo tidak ada
disini disiapkan maka mereka
akan ambil di kimia Farma itu
seperti yang lain biasa kalo dia
tidak muncul nanti dihubungi
begitu kan dorang dan nomor HP
maka lebih terkoordinir, iya
terlaksana kalo tidak terlaksana
keliatan nanti itu salah satunya di
kunjungan rendah atau tidak naik

178
sama sekali, home visit ada home
visit itu apa kunjungan rumah yah
kunjungan rumah salah satu yang
selalu dikunjungi itu biasanya
tidak memiliki HP tidak aktif
HPnya ada nomor dikasi tidak
aktif HPnya dikunjungi rumahnya
baik oleh petugas Prolanis
maupun petugas Pustu, dia
sebenarnya itu home visit setiap
bulan, dalam setiap bulan itu ada
hari hari tertentu dikunjungi karna
itukan banyak petugas Prolanis
tidak mungkin setiap minggu
dikunjungi orang yang sama toh
minimal belum tentu bulan ini
bulan depannya dikunjungi lagi
bisa jadi yang lain lagi dikunjungi
yah hanya untuk memastikan
kenapa tidak aktif HPnya kenapa
tidak berobat toh karna untuk
menghubungi mungkin dia tidak
aktif, ada yang sudah dikunjungi
dia bilang selama ini saya sudah
mengkonsumsi A B C D sehingga

179
saya tidak perlu lagi ke Puskesmas
Cuma untuk mengetahui saja yang
penting kan dia kontak petugas

D Haa bagus bagus, tiap bulang,


Nda pernah, nda ada, nda pernah
dikasi tau, kalo dikasi tau yah iku,
Iya, bagus hum, nda ada keluhan
apa apa, di tensi, nda ada, iya
rutin sudah lama
L Iye iye ikuti, kalo ada dia panggil
kalo ada acara olahraga kah apa,
iya ada biasa kita itu kalo hari
sabtu banyak anu apa kegiatan
disitu ada memang itu guru
olahraga disitu acara acaranya
apa semua disitu di bilang kalo
sudah tua harus ikuti olahraga
supaya saya kasian sudah lama
juga sakit tapi tetap juga sy ikuti
kegiatan di Puskesmas, biasa saya
di panggil di Puskesmas itu
olahraga ,Iya rutin tiap hari sabtu
di Puskesmas , berobat itu tiap
minggu, dikasi obat saya ee ini

180
terakhir obat ini dikasi saya
insulin untuk gula, iye kalo
masalah obat kan a da juga dikasi
obat untuk satu bulan habis lanjut
lagi saya penyakit saya kan gula,
ee biasa tiap minggu ee ada hasil
hasilnya disitu, ini terakhir masih
anu ini dari Puskesmas ee apa ee
rs umum e dia kasi saya rujukan
dari Puskesmas ke rumah sakit
umum ini hasilnya gula ada semua
ini, iye tiap bulan, Ee pernah
dikunjungi di rumah ada dari
Puskesmas iye, biasa 1 kali satu
bulan iye, kan samping rumahku
ada posyandu disitu biasa kita di
periksa darah apa semua kan
bawa alat dari Puskesmas untuk
masyarakat disitu, iye petugasnya
iye ada semua rame rame itu biasa
6 orang dipanggil masyarakat itu
toh tetangga tetangga
diKelurahan baru situ, iye kan
ada nomor telfonku itu apa
namanya kalo olahraga disitu

181
dipanggil semua yang maso itu,
pokoknya kalo ada acara acara di
Puskesmas pasti saya hadir ada
ibu haji itu siapa namanya. Di bel
saya pak lendre hari sabtu ikuti
semua acara acara saya datang
13. Apa saja hambatan Ehm nda ada sih Tidak semua bentuk Hambatan pada
yang terjadi dalam FS kegiatan program pelaksanaan Prolanis
kegiatan Prolanis ? pengelolaan penyakit kronis yaitu kurangnya
Ha itu saya belum tau karna dapat dilakukan sesuai
HS sosialiasi mengenai
belum turun juga Prolanis, apa pedoman Prolanis dengan
alasan tidak ada tempat, Prolanis, kurangnya
belum pernh saya turun kegiatan
kesibukan, dan peserta yang komunikasi antara
itu Selama 3 minggu ini full di poli
tidak bersedia sehingga penanggung jawab
sama di klinik sore jadi kalo untuk
pengimplementasian Prolanis dengan dokter,
turun turun lapangan saya belum Prolanis belum optimal Kurangnya pengetahuan
ada mandat dari atasan disuruh (Assupina, 2013). pasien dalam
turun, kan kita dokter ada 4
Komunikasi dalam program pengambilan obat
bapegang itu masing masing
Prolanis di Puskesmas karena faktor usia yang
kelurahan apa wilayah itu eh 5
Halmahera dilakukan mengikuti Prolanis rata
ada 5 sorry 1 di lere jadi masing dengan cara koordinasi. rata lansia, serta
masing itu pegang ada beberapa Program Prolanis keterbatasan
kelurahan jadi tanggung jawab membutuhkan koordinasi
penanggung jawab
toh, kalo misalnya saya pegang antara BPJS kesehatan
sebagai penanggung jawab dalam menberitahukan
kamonji jadi kalo ada yang apa
program, Puskesmas sebagai keharusan mengambil
ada pasien yang di kamonji

182
misalnya ada yang aneh-aneh salah satu bentuk FKTP obat ke pasien karena
dokternya perlu lihat bidannya yang melaksanakan program peserta Prolanis yang
dan peserta sebagai sasaran banyak serta beberapa
tidak bisa, perawatnya tidak bisa
dari program ini. BPJS
iya saya wilayah kamonji kalo dr pasien memberikan
mengkoordinasikan
F siranindi kalo dr a saya kurang pelaksanaan Prolanis kepada nomor telepon yang
tau puskesmas melalui email tidak aktif.
Prolanis ini yang agak kurang (Utomo, 2019).
sosialisasi, jadikan kalo di
ACAP Puskesmas ada pasien PRB sama
pasien Prolanis padahalkan
sebenarnya kalo kita mau lihat
langsung itukan agak sama toh eh
cuman ternyata saya juga kurang
mengerti apa bedanya PRB dan
Prolanis yang kurang menurut
saya ini hanya sosialisasi
mengenai Prolanis karna kan kalo
dari puskesmas kelebihannya
Prolanis itu kita bisa kirim pasien
buat kalo misalnya untuk gula
sama tensi kita bisa periksa fungsi
ginjalnya di Prodia, itu untuk
Prolanis tapi kan disini
kebanyakan PRB dan Prolanis,

183
saya juga baru tau ternyata PRB
harus ada persyaratan khusunya
baru masuk Prolanis jadi kalo
saya memang lebih ke kurang
sosialisasi mengenai Prolanis ke
pasien he’e, nah itu dia sosialisasi
sebenarnya harusnya ibu F Cuma
isitlahnya memang mungkin saya
sama ibu fitri kurang komunikasi
soal administrasinya karna kan
kalo misalnya saya Cuma tau kalo
misalnya ada germas nya dikasi
ibu F
F Hambatannya itu itu saja pasien
nya itu tidak mengerti sebenarnya
itu obat itu tidak bisa putus tapi
dorang pasien begitu jadi kita
serba salah alasannya sebenarnya
kalo namanya sebenarnya obatnya
pasien Prolanis itu seumur hidup
tapi dorang tidak mengerti jadi
susah juga kita menjelaskan hama
kalo yang satu dijelaskan lagi
yang satu dijalaskan lagi hama iyo

184
kalo satu satu makanya itu yang
kemarin dia so panggil saya saya
bilang eh turun dulu kau ada
pasien disini jadi saya lagi
menjelaskan sementara sampai 10
orang bagus kalo dia datang 1
kali, dari dokter baru dia pigi
dikasi nomor diloket habis dikasi
nomor baru dia ke rmh sakit
dokter minta juga, yah itu juga
sudah Prolanis tugas itu, kalo itu
dia masuk di obat, jadi dia ambil
sini, dia datang disini ambil obat
disini sendiri kalo kita mau
kunjungi dia mau bawakan dia
obat ya Allah yang mana mau
dipigi akan yang mana di tau yang
mau sakit itu masalahnya itu hp di
telfon tidak aktif bagus kalo aktif
dikasi tau sama anaknya tapi
belum tentu itu anaknya mau di
bawa, yang lain seperti apa semua
disitu itu ha kalo itu tidak ada
sudah hambatanya itu karna itu

185
memang sudah prosedur yang
dibikin memang so lama itu tidk
ada Cuma yang kendalanya itu
Prolanis yang dihubungi itu tidak
datang, he’e iyo iitu iyo sudah
hambatan itu karna kasian
sekarang Prolanis kira kira umur
50 60 ada pegang hp tidak terus
kalo dia masih aktif masih ada
tapi kalo dia sudah tidak aktif
tidak mungkin, saya mau baliat
setengah mati mau pegang hp
begitu lagi
H Koordinasi antar anu dengan anu
peserta Prolanis untuk kegiatan
tertentu biasanya agak sulit tidak
semua tapi ada orang orang
tertentu kalo kita bikin kegiatan
peserta nya susah hadir jadi
orangnya biasanya kecendrungan
orang orang itu saa kalo si A si B
sampai si Z saja yang muncul itu
itu saja selalu yang muncul yang
lain susah

186
14. Bagaimana cara Ee selama ini belum ada hee, Ketidakpatuhan mengikuti Untuk mengantisipasi
untuk cuman itu saja kayak yang malas- kegiatan Prolanis ada terjadinya hambatan
mengantisipasi jika FS hubungan antara dalam pelaksanaan
malas datang kunjung pasti itu
pemahaman tentang Prolanis yaitu dengan
terjadi hambatan kita kunjungi di rumahnya, malas instruksi, kualitas interaksi, menlaukan kunjungan ke
dalam pelaksanaan dia berkunjung dukungan keluarga, rumah pasien,
Prolanis ? Yah itu seperti kita harus kunjungi keyakinan, menghubungi peserta
HS peserta Prolanis ee yang tidak rutin sikap dengan Prolanis, melakukan
mengikuti kegiatan supaya ketidakpatuhan mengikuti konfirmasi mengapa
kesehatannya mereka tetap terjaga kegiatan Prolanis. kualitas tidak aktif, serta
interaksi dan sikap melakukan komunikasi
merupakan faktor yang dengan petugas Prolanis.
Ehm hambatannya sih kalo kita
paling dominan dalam
dari klinisi hanya soal BPJS nya hubunganya dengan
ACAP nih BPJS nya dalam artian ketidakpatuhan mengikuti
biasanya Prolanis kan juga ambil kegiatan
obat tiap bulan ehm kita biasanya Prolanis (Harniati, 2018)
mau kasi obat lagi nih bikin tiap
bulan kartu BPJS nya mati karna
belum di bayar menunggak jadi itu
harus kita kondisikan lagi dengan
pasien dengan petugas BPJS ee
sebenarnya masalahnya kita dari
situ aja sama itu aja betul-betul
kurang sosialisasi dari petugas
Prolanis nya ke pasien

187
F Yaitu kita maksudnya kita tetap
terus berusaha bagaimana
caranya dorang makanya kayak
kemarin punya kapitasi lagi turun
karena memang itu merah nah jadi
urusannya kita telfon saja tapi
kalo tidak maso cukup sudah itu
noh, aih sy tidak tau itu yang anu
jasa
H Dia Cuma bisa yang penting dia
ada kontak selesai, disaat kita
tidak ketahui keberadaannya
kondisinya kita cukup kontaknya
saja konfirmasi ada apa kenapa
sehingga kita bisa jadi alasan
sewaktu waktu disaat kita
dibutuhkan toh itu saja
15. Bagaimana Iya itu sama pemegang Pengawasan dilakukan secara Pengawasan
process programnya toh, heeh biasa berkala melibatkan seluruh pelaksanaan Prolanis
pengawasan, FS tim Prolanis dan PIC Prolanis dilakukan oleh
dorang datangi tiap bulan, itu kalo
apakah ada dorang nda datang toh kalo BPJS (Latifah, 2018) . penanggung jawab
pengawas khusus posbindu selalu ada selalu program dan kepala
pada pelaksanaan posyandu yang datang lansia kalo puskesmas yang
Prolanis ? yang lansia yang nda datang- dilakukan tiap bulan

188
datang berkunjung didatangi saja
ke rumahnya, diawasi juga minum
obatnya harus rutin toh
Ada, kan biasanya habis Prolanis
HS itu kan mereka ada data, datanya
itu yang dilihat sama ketua tim
Prolanisnya

Oh ibu F yang pengawasan


Prolanis itu setau saya sih ibu F,
ACAP untuk anunya biasanya sih tiap
bulan he’e cuman istilahnya
biasanya saya tau karna ee belum
dikasi tau laporan bulannya
seperti apa tapi tiap bulan kok
F Ada tetap kita awasi dorang toh,
saya sendiri hee semua wilayah
kita ini masih 7 kelurahan belum
terbagi, iya tiada masalah intinya
begini saja kalo tidak ada kita
mau bagimana juga tidak mungkin
kita pigi susul sampai rumahnya
intinya kita sudah berusaha

189
H Ada langsung kapus, tapi kita ada
komunikasi antara petugas
Prolanis dengan kapus gitu
16. Bagaimanakah Kalo itu kayaknya kita bulan ini Output pada penelitian ini Capaian Prolanis belum
capaian Prolanis kurang yang datang anu lansia adalah tingkat keberhasilan 100%, dilihat dari angka
selama ini di FS
nya makanya itu jadi itu jadi pelaksanaan program kunjungan peserta yang
Puskesmas ? tugasnya kitorang untuk datangi Prolanis di Puskesmas Tegal rutin dengan jumlah
kunjungi orangnya, memang Gundil. Rasio Peserta keseluruhan peserta
belum tercapai belum 100%, Prolanis Rutin Berkunjung Prolanis serta dilihat
masih kurang, ada waktu itu kita ke FKTP adalah indikator dari rutinnya pasien
kalo nda salah masih 70 berapa % untuk mengetahui yang melakukan control
itu yang datang kan harus sesuai pemanfaatan FKTP oleh untuk menghindari
dengan berapa Prolanis, pokoknya Peserta Prolanis dan kejadian yang lebih
saya kurang tau berapa kesinambungan FKTP parah dari pesertanya
Prolanisnya kamonji tapi yang dalam melaksanakan sendiri sebagai peserta
datang berkunjung 70an % pemeliharaan kesehatan Prolanis serta agar tidak
Capaiannya sih kalo selama ini Peserta Prolanis menjadi PRB.
HS yang saya dengar dengar sih sebagaimana dijelaskan
sudah bagus sudah mencukupi, dalam pasal 31 ayat (2) pada
jumlahnya Peraturan BPJS Kesehatan
Nomor 2 Tahun 2015. Rasio
Kendalanya kita bukan hanya di Peserta Prolanis Rutin
Prolanis sih dengan pasian PRB Berkunjung (RPPB) ke
ACAP dengan pasien pasien penyakit FKTP merupakan jumlah
kronis kurangnya datang secara

190
regular jadikan itu datang secara peserta Prolanis yang rutin
regular tiap bulan biasanya kan berkunjung ke FKTP
harusnya habis tidak habis obat tiap dibandingkan dengan
bulan datang jadikan datang itu kita jumlah peserta Prolanis
konsultasikan penyakitnya kita terdaftar di FKTP dikali 100
periksa gulanya kalo mmg ada gula (seratus) dengan hasil
dan langsung kita tensi cuman perhitungan dalam persen.
kendalanya kita di pasien mungkin
apakah memang pasien itu kurang
edukasi kah atau bagaimana kurang
tau biasanya e Alhamdulillah sudah
mulai sedikit cuma masih ada pasien
yang datangnya tidak tiap bulan
untuk control jadi mereka itu setiap
datang kalo obatnya habis padahal
kan sebenarnya obat itu didosiskan
pas 30 berarti kan harusnya lebih
dari satu bulan dia tidak datang
berarti dia ada lompat lompat
minum ibat tidak beratur itu aja sih
sebenarnya, capaiannya bagus kok
alhamdulillah kalo mau di bilang
sempurna sih belum cuman
Alhamdulillah makin bulan ke bulan
dia ada perkembangan makin,

191
dilihat dari angka kunjungan
jadikan kalo datang di loket dilihat
nomor bpjsnya pas diinput ketahuan
ini Prolanis misalnya ada jadi dari
database, setau saya database
Prolanis dibandingkan semuanya di
bagi jumlah kunjungan tiap bulan ini
itu sih biasa yang anunya di pake,
angka kunjungan alhmdulillah bagus
kok walaupun kita memang sempat
kurang itu lagi karna kunjungannya
ee kadang kadang males datang
pasiennya beli obat sendiri.
F Capaiannya belum 100%, diliat
anu kunjungan, kunjungannya
dorang datang disini misalnya
kayak satu bulan paling disana
40an , kunjungannya iyoo diliat
dulu dari kunjungannya,
kunjungannya kira kira pasien
seberapa itu pasien Prolanis
datang semua tidak, belum sih,
kunjungan diliat dulu dari
kunjungan, kunjungan itu berarti
diiat, kunjungan kita lihat dulu

192
kunjungan yang itu berarti dilihat
H Sebenarnya untuk menghindari
kejadian yang lebih parah dari
pesertanya sendiri sebagai peserta
Prolanis toh, kan lebih supaya
terkontrol karna dia kan eeh
semua lansia semua menedrita
penyakit antara degeneratif atau
yang sudah akut toh jadi harus
terkontrol semua dan semua tidak
menjadi PRB tidak menjadi lebih
parah lagi itu namanya di atasnya
Prolanis peserta PRB yang lebih
parah
17. Bagaimana upaya Itu di home visit , yang malas Komunikasi dilakukan Upaya yang dilakukan
yang dilakuan malas datang harus dikunjungi, ee antara sesama aktor untuk memperbaiki
untuk memperbaiki FS pelaksana kebijakan dan Prolanis yaitu dengan
bagusnya memang harus saling
antara pelaksana kebijakan
Prolanis ? berkunjung, supaya kita tau melakukan home visit
dengan masyarakat dimana
pemeriksaan kesehatannya dorang dalam implementasi agar pasien rajin
toh, karna kan yang rata rata Prolanis selain komunikasi berkunjung ke
datang Prolanis itu lansia antar pelaksana Prolanis puskesmas untuk
Ee harus dilakukan home visit juga ada komunikasi yang pemeriksaan kesehatan,
HS supaya mereka rajin dan rutin toh dilakukan dengan peserta memperbaiki
untuk mengikuti semua kegiatan Prolanis (Sukowati, 2013). komunikasi antara
Prolanis dengan memperbaiki petugas Prolanis

193
komunikasi dari pelaksana Prolanis
dan peserta Prolanis

Sebenarnya kan harusnya kalo


dari peraturannya kalo ada pasien
ACAP yang sudah agak lama tidak
datang itukan sebenarnya petugas
Prolanisnya yang datang
berkunjung kerumahnya ehe
cuman setahu saya kayaknya
belum pernah ada maksudnya
pasien yang tidak pernah datang
nih dikunjungi itu belum pernah
setahu saya, atau ibu F nya sudah dengan peserta Prolanis
pernah cuman belum sempat kita serta antara
komunikasi hee, Ehm itu aja sih penanggung jawab
komunikasi biasa komunikasi dari dengan dokter
Prolanis kepada pasien sendiri
apa bagaimana syarat-syarat
supaya bisa dari PRB masuk ke
Prolanis, terus yang kedua ehm
apa namanya lebih sering itu sy
juga kurang mengerti, kurang
home visit, kurang di kunjungi lagi
pasiennya tidak pernah datang

194
karna memang banyak juga
tugasnya jadi kalo saya sih
memang dari segi tenaga memang
kalo di bilang kurang sebenarnya
kita juga kurang yah karena
memang jumlah pasien Prolanis
yang agak banyak jadi kayak
tidak mungkin juga untuk
dikunjungi satu persatu pasien
yang sudah lama tidak datang jdi
sebenarnya itu aja sih isitlahnya
komunikasi antar petugas sama
pasien, terus kalo boleh juga itu
petugas Prolanis nya eh
komunikasi sama klinisi karna
kalo klinisi belum tentu masih buat
kalo soal gitu
F Sebenarnya kita harus turun, tapi
dengan kondisi seperti saya
kesling tidak mungkin disitu
sebenarnya, cuma mau tidak mau
karna tugas saya karna saya
bukan cuma disitu saya ini turun
lapangan turun hotel saya punya

195
kesling juga toh tidak mungkin
Cuma itu makanya itu dibuat
sabtu, sabtu atau jumat masih
banyak itu, tidak ada lagi
H Kontak, hee kontak hm dengan
peserta Prolanis, kontak saja
cuman kontak karna kan kalo
kontak bisa dia datang bisa juga
tidak

196
LAMPIRAN 9

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar I wawancara bersama informan kunci

Gambar II wawancara bersama informan biasa

197
Gambar III wawancara bersama informan biasa

Gambar IV wawancara bersama informan biasa

Gambar V wawancara bersama informan biasa

198
Gambar VI wawancara bersama informan tambahan

Gambar VII wawancara bersama informan tambahan

Gambar VIII alat untuk mengukur tekanan darah

199
Gambar IX stetoskop

Gambar X alat ukur untuk mengukur berat badan

200
Gambar XI rekapitulasi kunjungan Prolanis bulan Juli

Gambar XII rekapitulasi kunjungan Prolanis bulan Agustus

Gambar XIII rekapitulasi kunjungan Prolanis bulan September

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

201
IDENTITAS

Nama : Khoriani Zakinah


Tempat Tanggal Lahir : Palu, 25 Okotber 1998
Nama Ayah : H. Rahmat Muthaher
Nama Ibu : Hj. Kasmawati S.Pd
Alamat : Jl. Pendidikan Tondo
E-mail : Kzakinah@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Taman Kanak-Kanak : TK Alkhairat (2003-2004)
Sekolah Dasar : SD Alkhairat (2004-2010)
SMP : MTSN Model Palu (2010-2013)
SMA : MAN 2 Model Palu (2013-2016)
Universitas : Universitas Tadulako (2016-2019)

202
208
209

Anda mungkin juga menyukai