Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

PENELITIAN INTERNAL STIKES PELAMONIA MAKASSAR

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN UPAYA


PENCEGAHAN PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA
PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
STIKES PELAMONIA MAKASSAR
TAHUN 2020

TIM PENGUSUL
Ryryn Suryaman Prana Putra. SKM. M.Kes (0910048902) Ketua Tim
Reski Dewi Pratiwi, SKM, M.Kes (0905079002) Anggota Tim

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELAMONI
MAKASSAR
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN INTERNAL STIKES PELAMONIA MAKASSAR

Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku, dan


Upaya Pencegahan Pandemi Covid-19 pada
Mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit
Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020
Rumpun Ilmu : Kesehatan Masyarakat
Ketua
a. Nama Lengkap : Ryryn Suryaman Prana Putra, SKM, M.Kes
b. NIDN/NIDK/NUPN : 0910048902
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : S-1 Administrasi Rumah Sakit
e. Nomor HP : 085342003920
f. Alamat surel (E-mail) : uyaputra17@gmail.com
Anggota
a. Nama Lengkap : Reski Dewi Pratiwi, SKM, M.Kes
b. NIDN/NIDK/NUPN : 0905079002
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : S-1 Administrasi Rumah Sakit
e. Nomor HP : 081355890290
f. Alamat surel (E-mail) : qkidewi@gmail.com
Luaran Direncanakan : Jurnal Nasional Terakreditasi
Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Tahun
Sumber Dana : Mandiri
Makassar, Mei 2020
Mengetahui, Ketua
Kaprodi S1 ARS

Dr. Darmawati Junus, SKM, M.Kes Ryryn Suryaman P. Putra, SKM, M.Kes
NIDK. 8876070018 NIDN. 0910048902

Menyetujui,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...…………………………………………………… i


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN ………..……………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………….………………………. 1
B. Rumusan Masalah …..……………………….………………………. 8
C. Tujuan Penelitian ………………..…………….……………………. 9
D. Manfaat Penelitian …………………………….……………………. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….... 11
A. Covid-19 ……………………………………………………………. 11
B. Pengetahuan ……….…………………………………………….….. 18
C. Sikap ……..…………………………………………………………. 23
D. Perilaku ……….………………………………………………….….. 26
E. Pencegahan ……………………………….…………………………. 33
F. Kerangka Teori …….…………………………………………….….. 36
G. Kerangka Konsep…….………………………………………….….. 37
BAB III. METODE PENELITIAN ………..…….……………………..… 38
A. Jenis Penelitian ……………………………………………..……….. 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………….……………………. 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………………..…………..……….. 39
D. Instrumen Penelitian ……….……...………………………..……….. 40
E. Teknik Pengumpulan Data …..……………………………..……….. 40
F. Analisis Data dan Penyajian Data …………………………..……….. 40
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik


dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam
istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple
causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation).
Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai
timbulnya penyakit, mereka telah melakukan eksperimen terkendali untuk
menguji sampai dimana penyakit itu bisa di cegah sehinga dapat meningkat
taraf hidup penderita (Irwan, 2017).

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan


penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-
nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia.
Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga
14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara
lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes RI, 2020).
1
Virus Corona adalah virus RNA untai positif yang beruntai tunggal
yang tidak tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk dalam ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan sub-keluarga Orthocoronavirinae,
yang dibagi menjadi kelompok (marga) α, β, γ, dan δ sesuai dengan
karakteristik serotipik dan genomiknya. Virus Corona termasuk dalam genus
Coronavirus dari keluarga Coronaviridae. Ini dinamai sesuai dengan tonjolan
berbentuk karangan bunga di selubung virus. Virus corona memiliki selubung
yang membungkus genom RNA, dan virion (seluruh virus) bulat atau oval,
seringkali polimorfik, dengan diameter 50 hingga 200 nm. Virus corona baru
berdiameter 60 hingga 140 nm. Paku protein terletak di permukaan virus dan
membentuk struktur seperti batang. Sebagai salah satu protein antigenik utama
virus, paku protein adalah struktur utama yang digunakan untuk penentuan
tipe. Protein nukleokapsid merangkup genom virus dan dapat digunakan
sebagai antigen diagnostic (Zhou, 2020).

Virus corona yang baru ditemukan ini adalah mutasi dari novel
coronavirus (β genus), yang diberi nama 2019-nCoV oleh WHO dan SARS-
CoV-2 oleh ICTV. Pada 10 Januari 2020, sekuensing genom atas sampel
pertama 2019-nCoV selesai dilakukan, dan urutan genom virus dari lima
sampel berikutnya diumumkan setelah itu. Akibat mutasi antigenik yang
membuat virus korona ini tidak dikenal oleh manusia, masyarakat umum tidak
memiliki kekebalan terhadap strain baru virus ini. Selain itu, penularan virus
ini terjadi melalui lebih dari satu cara. Faktor-faktor inilah yang
mengakibatkan novel coronavirus menjadi epidemic (Zhou, 2020).

Novel coronavirus ini baru saja muncul pada manusia. Oleh karena itu,
secara umum, masyarakat rentan terhadap virus tersebut karena tidak memiliki
kekebalan terhadapnya. 2019-nCoV dapat menginfeksi individu dengan
kekebalan normal atau terganggu. Jumlah paparan terhadap virus itu juga
menentukan apakah Anda terinfeksi atau tidak. Jika Anda terpapar sejumlah
besar virus, Anda mungkin jatuh sakit walaupun fungsi kekebalan tubuh Anda
normal. Untuk orang dengan fungsi kekebalan yang buruk, seperti orang tua,
2
wanita hamil atau orang dengan gangguan hati atau ginjal, penyakit ini
berkembang relatif cepat dan gejalanya lebih parah. Faktor dominan yang
menentukan apakah seseorang terinfeksi atau tidak adalah peluang untuk
terpapar virus tersebut. Jadi, tidak dapat disimpulkan bahwa kekebalan yang
lebih baik akan menurunkan risiko seseorang untuk terinfeksi. Anak-anak
memiliki lebih sedikit kemungkinan terpapar dan dengan demikian
kemungkinan terinfeksinya lebih rendah. Namun, dengan jumlah paparan
yang sama, orang lanjut usia, orang dengan penyakit kronis atau fungsi
kekebalan yang terganggu akan lebih mungkin terinfeksi virus ini (Zhou,
2020).

Berdasarkan investigasi epidemologis saat ini, masa inkubasi COVID-


19 berlangsung antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya dalam waktu 3 hingga
7 hari. Demam, kelelahan, dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi
klinis utama, sedangkan gejala seperti hidung tersumbat, hidung berair,
pharyngalgia, myalgia, dan diare relatif lebih jarang. Dalam kasus yang parah,
umumnya terjadi sesak nafas dan/atau hipoksemia setelah onset satu minggu.
Pada kasus terburuk, bisa secara cepat berkembang menjadi acute respiratory
distress syndrome, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi,
kelainan koagulasi dan perdarahan, multiple organ failure, dan sebagainya.
Penting dicatat bahwa pasien dengan sakit parah atau kritis hanya
menunjukkan demam sedang, atau bahkan tanpa demam sama sekali. Pada
kasus ringan hanya menunjukkan demam ringan, kelelahan ringan,dan
seterusnya tanpa manifestasi pneumonia. Berdasarkan kasus-kasus yang
ditangani baru-baru ini, kebanyakan pasien memiliki prognosis yang baik.
Sedangkan untuk kaum lanjut usia dan orang dengan penyakit kronis,
umumnya memiliki prognosis buruk. Sementara kasus pada anak-anak
umumnya memiliki gejala yang relatif ringan (Komisi Kesehatan Nasional
RRC, 2020).

Kemunculan wabah pneumonia yang disebabkan oleh Novel


Coronavirus (2019-nCoV) menimbulkan kekhawatiran dan perhatian serius
3
dari hampir semua masyarakat dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pada tanggal 31 Desember 2019 menerima laporan pertama kali kasus ini di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Cina (RRC). WHO mencatat
terus terjadi penyebaran dan peningkatan kasus pneumonia akibat 2019-nCoV
di berbagai penjuru dunia (WHO, 2020). Di daratan Cina sendiri, sudah
dikonfirmasi terjadi 2.463 kasus, dan data terbaru pada 26 Januari 2020 pukul
9:00 WIB, dilaporkan sudah terjadi setidaknya 80 kematian akibat kasus ini
(JHU-CSSE, 2020 & Sparrow, 2020). Jonathan Read, seorang peneliti dari
Inggris meramalkan bahwa diperkirakan jumlah ini akan meningkat dalam
kurun waktu 14 hari, yaitu mencapai 250.000 jiwa terinfeksi pada tanggal 4
Februari 2020 (Read, et al, 2020). Coronavirus (CoV) sendiri ialah keluarga
virus yang menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang
lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel Coronavirus (nCoV)
merupakan strain baru yang diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Gejala
umum jika terinfeksi virus tersebut ialah demam, batuk, sesak nafas hingga
sulit bernafas. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut parah, gagal ginjal hingga kematian
(WHO, 2020).

Kota Wuhan merupakan kota pelabuhan terbesar ketujuh di daratan


Cina. Kota ini dikenal sebagai salah satu pusat industri baja dan menjadi
andalan infrastruktur nasional Negeri Cina. Strategisnya pengaruh Kota
Wuhan dalam perekonomian Cina, bahkan dunia, menyebabkan ribuan
puluhan ribu orang hilir mudik masuk ke kota dengan populasi 11 juta
tersebut, dan turut pula menjelaskan mengapa virus ini kemudian menyebar
begitu cepat ke berbagai penjuru dunia (RRI, 2020). Hingga 25 Januari 2020,
tercatat virus ini sudah menyebar ke berbagai wilayah dunia, yaitu Hong Kong
(5 kasus), Thailand (5 kasus), Perancis (3 kasus), Malaysia (3 kasus),
Singapura (3 kasus), Taiwan (3 kasus), Jepang (2 kasus), Macau (2 kasus),
Korea Selatan (2 kasus), Amerika Serikat (2 kasus), Vietnam (2 kasus),

4
Australia (1 kasus), dan Nepal (1 kasus). Tidak bisa dipungkiri lagi, luasnya
penyebaran merupakan konsekuensi dan harga mahal dari kesepakatan
globalisasi.

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan


kasus pneumoniayang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagaijenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHOtelah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia/Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).
Penambahan jumlahkasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran antar negara.Sampai dengan 3 Maret 2020, secara global
dilaporkan 90.870 kasus konfimasi di 72 negaradengan 3.112 kematian (CFR
3,4%). Rincian negara dan jumlah kasus sebagai berikut:Republik Korea
(4.812 kasus, 28 kematian), Jepang (268 kasus, 6 kematian), Singapura
(108kematian), Australia (33 kasus, 1 kematian), Malaysia (29 kasus), Viet
Nam (16 kasus),Filipina (3 kasus, 1 kematian), New Zealand (2 kasus),
Kamboja (1 kasus), Italia (2.036 kasus,52 kematian), Perancis (191 kasus, 3
kematian), Jerman (157 kasus), Spanyol (114 kasus),United Kingdom (39
kasus), Swiss (30 kasus), Norwegia (25 kasus), Austria (18 kasus),Belanda (18
kasus), Swedia (15 kasus), Israel (10 kasus), Kroasia (9 kasus), Islandia
(9kasus), San Marino (8 kasus), Belgia (8 kasus), Finlandia (7 kasus), Yunani
(7 kasus), Denmark (5 kasus), Azerbaijan (3 kasus), Republik Ceko (3 kasus),
Georgia (3 kasus),Romania (3 kasus), Rusia (3 kasus), Portugal (2 kasus),
Andorra (1 kasus), Armenia (1kasus), Belarus (1 kasus), Estonia (1 kasus),
Irlandia (1 kasus), Republik Latvia (1 kasus),Lithuania (1 kasus), Luxembourg
(1 kasus), Monako (1 kasus), Makedonia Utara (1 kasus),Thailand (43 kasus,
1 kasus), India (5 kasus), Indonesia (2 kasus), Nepal (1 kasus), Sri Lanka(1
kasus), Iran (1.501 kasus, 66 kematian), Kuwait (56 kasus), Bahrain (49
kasus), Iraq (26kasus), Uni Emirat Arab (21 kasus), Libanon (13 kasus), Qatar

5
(7 kasus), Oman (6 kasus),Pakistan (5 kasus), Mesir (2 kasus), Afghanistan (1
kasus), Yordania (1 kasus), Maroko (1kasus), Arab Saudi (1 kasus), Tunisia (1
kasus), Amerika Serikat (64 kasus, 2 kematian),Kanada (27 kasus), Ekuador
(6 kasus), Meksiko (5 kasus), Brasil (2 kasus), RepublikDominika (1 kasus),
Algeria (5 kasus), Nigeria (1 kasus), Senegal (1 kasus). Diantara
kasustersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan
terinfeksi.

Saat ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut data
WHO per tanggal 2 Maret 2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19.
Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2 orang. Angka kematian mencapai
3.087 atau 2.3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang. Terbukti pasien
konfrimasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana
penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang
tinggal di malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan
demam, batuk dan sesak napas (WHO, 2020 dalam Yuliana, 2020).

Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas di


seluruh dunia 2,3% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di
provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di Tiongkok adalah 0,16%.8,9
Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6 orang
meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang, et.al.,
2020 dalam Yuliana, 2020). Kasus kematian banyak pada orang tua dan
dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien lelaki usia 61 tahun
dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver (The
Straits Time, 2020 dalam Yuliana, 2020).

Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian


yang pertama kali. Tahun 2002 severe acute respiratory syndrome (SARS)
disebakan oleh SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan penyakit Middle East
respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-
Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000

6
(1000-an kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS
sekitar 10% sedangkan MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40%. (PDPI, 2020
dalam Yuliana, 2020).

Jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Indonesia pada 30 April


2020 menembus angka 10 ribu pasien. Penambahan kasus baru terlihat masih
fluktuatif karena kembali ada peningkatan signifikan. Data Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan total jumlah kasus positif
corona di Indonesia telah sebanyak 10.118 pasien. Jumlah pasien baru yang
terkonfirmasi positif corona dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB
hari ini tercatat mencapai 347 orang. Sehari sebelumnya, hanya ada 260 kasus
baru. Sebaran kasus penularan virus corona di Indonesia semakin meluas.
Jumlah daerah tingkat II yang menjadi lokasi pasien positif corona bertambah
13 sehingga totalnya menjadi 310 kabupaten/kota. Data Gugus Tugas
menunjukkan, di antara 34 provinsi, DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki
kasus terbanyak dan sudah menyentuh angka ribuan. Namun, penambahan
kasus baru yang terkonfirmasi positif corona dalam sehari terakhir, terlihat
tidak jauh berbeda di sebagian daerah yang sejak lama menjadi episentrum
(Idhom, 2020).

Jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona ( Covid-19) di


Sulawesi Selatan sebanyak 13 orang. Juru bicara Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Sulsel Ichsan Mustari mengatakan bahwa 13 pasien
tersebar di empat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Ada tambahan pasien
positif sebanyak 13 pasien, dengan rincian Makassar sebanyak 7, Sidrap
sebanyak 4, Luwu Timur sebanyak 1, serta Maros sebanyak 1 orang. Total
sudah ada 453 pasien positif Covid-19 di Sulawesi Selatan. Ichsan
menambahkan, Kota Makassar masih menjadi daerah dengan jumlah kasus
positif Covid-19 terbesar sebanyak 343 pasien, disusul Kabupaten Gowa
dengan 29 pasien, Maros 27 pasien, serta Sidrap 21 pasien. Untuk daerah yang
tidak memiliki pasien Covid-19 ada 6 yakni Kabupaten Sinjai, Bantaeng, Kota

7
Palopo, Toraja Utara, Kepulauan Selayar, serta Barru. Dari 453 pasien positif
Covid-19, terdapat 37 pasien yang meninggal dunia (Aprian, 2020).

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke


manusia melaluikontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang
paling berisiko tertular penyakit iniadalah orang yang kontak erat dengan
pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasienCOVID-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cucitangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak
secaralangsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat
dengan siapa punyang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk
dan bersin. Selain itu,menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
saat berada di fasilitas kesehatanterutama unit gawat darurat ().

Mahasiswa adalah salah satu kelompok masyarakat yang terkena


dampak pandemic Covid 19 ini. Apalagi sejak diberlakukannya work form
home dan study from home maka mahasiswa pun harus senantiasa menjaga
diri dan keluarganya dari terinfeksi virus Covid 19 meski dalam keadaan tidak
melaksanakan kuliah di gedung kampus dan sekarang menjalankan kuliah dari
rumah. Oleh sebab itu peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan
judul Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku, dan Upaya Pencegahan
Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit
Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa Prodi S1 Administrasi


Rumah Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi
Covid-19?
8
2. Bagaimana sikap mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit Stikes
Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi Covid-19?

3. Bagaimana perilaku mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit Stikes


Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi Covid-19?

4. Bagaimana upaya pencegahan mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah


Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi Covid-19?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Prodi S1


Administrasi Rumah Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait
Pandemi Covid-19

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit


Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi Covid-19.

3. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Prodi S1 Administrasi Rumah


Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi Covid-19.

4. Untuk mengetahui upaya pencegahan mahasiswa Prodi S1 Administrasi


Rumah Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait Pandemi
Covid-19.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat penelitian ini akan memberikan gambaran kepada masyarakat


khususnya civitas akademika Stikes Pelamonia Makassar tentang
pengetahuan, sikap, perilaku, dan upaya pencegahan mahasiswa Prodi S1
Administrasi Rumah Sakit Stikes Pelamonia Makassar Tahun 2020 terkait

9
Pandemi Covid-19 sehingga apabila ditemukan adanya persentase yang
kurang maka dapat diberikan solusi terbaik.

2. Mengetahui secara umum pengetahuan, sikap, perilaku, dan upaya


pencegahan masyarakat Sulawesi Selatan khusunya kelompok mahasiswa
dari Stikes Pelamonia Makassar.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. COVID 19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala


gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala
klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru.

Patogenesis dan Patofisiologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di


hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewanseperti babi, sapi,
11
kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber
utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle
East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus


tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk
virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5
Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu
tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2).
ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru,
lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan sel otot polos.20

Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA


genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA
melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).Berikut gambar siklus
hidup virus (gambar 1). Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran
napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan
siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa
inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

12
Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau


berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,
bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis
baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut
sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut
sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020)

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa


gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala,
dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan
pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam
dan gejala relative ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala
komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak
berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas

13
c. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:

· Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran


napas

· Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),


distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. 26

Penegakkan Diagnosis

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.

a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible

1. Seseorang yang mengalami:

a. Demam (≥380C) atau riwayat demam

b. Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan

c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau


gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised presentasi
kemungkinan atipikal) DAN disertai minimal satu kondisi sebagai berikut :

· Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara yang


terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala

· Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat


pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak diketahui
penyebab / etiologi penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat bepergian atau
tempat tinggal.

2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan


sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala:

a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable


COVID-19, ATAU
14
b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
teridentifikasi), ATAU

c. bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus


terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit.*

d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu


≥380C) atau riwayat demam.

b. Orang dalam Pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa


pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat
paparan diantaranya:

· Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19

· Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan


dengan pasien konfirmasi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang
terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit),

· Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular


sudah teridentifikasi) di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai
dengan perkembangan penyakit.

c. Kasus Probable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi


inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil
konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.29,30

d. Kasus terkonfirmasi

Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.

15
Pemeriksaan Penunjang (PDPI, 2020)

1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks.


Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.

2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

· Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)

· Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila


menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal

3. Bronkoskopi

4. Pungsi pleura sesuai kondisi

5. Pemeriksaan kimia darah

6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas


(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah26,27 Kultur darah untuk
bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan
menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)26

7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan


penularan).

Tatalaksana Umum

1. Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,
baik ringan maupun sedang.

2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)26

3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit27

4. Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigen segera kepada


pasien dengan, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama

16
sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-
95% pada pasien hamil

5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

6. Terapi cairan. Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada


bukti syok Pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya,
karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi
distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Pemberian antibiotik empiris

8. Terapi simptomatik. Terapi simptomatik diberikan seperti


antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.

9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada


tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.

10. Observasi ketat

11. Pahami komorbid pasien

Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang
terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi lopinavir dan
ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan
lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada
infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh
diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui
Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework
(MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin
untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).

17
B. PENGETAHUAN

Definisi pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti. Mubarak
(2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai
dengan proses pengalaman yang dialaminya.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil


dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap
melalui pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman,
perasaan dan perabaan.

Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut


Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu
diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari
dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah
dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan
suatu materi secara benar. Misalnya, seorang siswa mampu menyebutkan
bentuk bullying secara benar yakni bullying verbal, fisik dan psikologis.

Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat


menggunakan sebuah pertanyaan misalnya : apa dampak yang ditimbulkan
18
jika seseorang melakukan bullying, apa saja bentuk perilaku bullying,
bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah. b. Memahami
(comprehension) Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan
dan menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang telah
paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan,
menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya siswa mampu
memahami bentuk perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi harus
dapat menjelaskan mengapa perilaku bullying secara verbal, fisik maupun
psikologis dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. c. Aplikasi
(application) Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah
memahami suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
penyuluhan kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan dimana saja dan seterusnya. d. Analisis (analysis) Analisis
merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau objek
tertentu ke dalam komponen komponen yang terdapat dalam suatu masalah
dan berkaitan satu sama lain.

Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila


orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.
Misalnya, dapat membedakan antara bullying dan school bullying, dapat
membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e.
Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Misalnya, dapat meringkas suatu cerita dengan menggunakan
19
bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca
atau didengar. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan suatu kemampuan
seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
tertentu.

Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,


atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, seorang guru
dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau tidak, seorang ibu
yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, seorang bidan yang
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan
gizi, dan sebagainya.

Sumber pengetahuan

Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang


harus mengerti atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar
dapat mengetahui pengetahuan tersebut. Menurut Rachman (2008), sumber
pengetahuan terdiri dari : a. Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge)
Pengetahuan wahyu diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan oleh
tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya pengetahuan
tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu lebih banyak
menekankan pada kepercayaan. b. Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge)
Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat
dia menghayati sesuatu.

Untuk memperoleh intuitif yang tinggi, manusia harus berusaha


melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap suatu objek
tertentu. Intuitif secara umum merupakan metode untuk memperoleh
pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan
indera. Misalnya, pembahasan tentang keadilan. Pengertian adil akan berbeda
tergantung akal manusia yang memahami. Adil mempunyai banyak definisi,
disinilah intusi berperan. c. Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge)
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan
20
rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-
peristiwa faktual. Contohnya adalah panas diukur dengan derajat panas, berat
diukur dengan timbangan dan jauh diukur dengan materan. d. Pengetahuan
Empiris (Empirical Knowledge) Empiris berasal dari kata Yunani
“emperikos”, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui sebuah pengalamannya sendiri.

Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan yakni, indera


penglihatan, pendengaran, dan sentuhan-sentuhan indera lainnya, sehingga
memiliki konsep dunia di sekitar kita. Contohnya adalah seperti orang yang
memegang besi panas, bagaimana dia mengetahui besi itu panas ? dia
mengetahui dengan indera peraba. Berarti dia mengetahui panasnya besi itu
melalui pengalaman-pengalaman indera perabanya. e. Pengetahuan Otoritas
(Authoritative Knowledge) Pengetahuan otoritas diperoleh dengan mencari
jawaban pertanyaan dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam
bidang tersebut. Apa yang dikerjakan oleh orang yang kita ketahui
mempunyai wewenang, kita terima sebagai suatu kebenaran. Misalnya,
seorang siswa akan membuka kamus untuk mengetahui arti kata-kata asing,
untuk mengetahui jumlah penduduk di Indonesia maka orang akan melihat
laporan biro pusat statistik Indonesia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang, yaitu : a. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang
agar dapat memahami suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut
menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pengetahuannya. b. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu

21
kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk memenuhi kebutuhan setiap
hari.

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh


pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan lebih mengerti
mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada non tenaga medis. c. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan
bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan
lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. d. Minat Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu hal.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga


seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa
lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin
bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu dari
anak yang pernah atau bahkan sering mengalami diare seharusnya lebih tinggi
daripada pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami diare
sebelumnya. f. Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke


dalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya, apabila
suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan. g. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang
lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya
semakin mudah memperoleh informasi semakin cepat seeorang memperoleh
pengetahuan yang baru.

22
5. Pengetahuan tentang bullying Pengetahuan (knowledge) adalah
kumpulan suatu informasi yang dimiliki oleh seseorang setelah melihat
(menyaksikan, mengalami), mengenal, dan mengerti melalui mata dan telinga.
Pengetahuan di dapat dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang
lain. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai
dengan proses pengalaman manusia yang dialami (Mubarak, 2011).
Sedangkan bullying dapat didefinisikan perilaku negatif yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok secara berulang-ulang yang dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Contoh perilaku bullying antara lain mengejek,
menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan, mengancam, menindas, atau
menyerang secara fisik (mendorong, menampar, atau memukul). Sebagian
orang mungkin berpendapat bahwa perilaku bullying adalah hal sepele atau
bahkan normal dalam tahap kehidupan manusia atau dalam kehidupan sehari-
hari. Namun faktanya, perilaku bullying jika dilakukan secara terus menerus
pada akhirnya akan menimbulkan dampak serius dan fatal (Novan, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
bullying merupakan sekumpulan informasi tentang bullying yang didapat
setelah seseorang tersebut melihat, mengenal dan mengerti melalui mata dan
telinga. Pengukuran pengetahuan bullying dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan
tertulis (angket) yang menanyakan tentang materi bullying yang ingin diukur
dengan objek penelitian atau responden.

C. SIKAP

Definisi sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup


terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat
dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik, suka-tidak suka, dan sebagainya (Nototmodjo, 2010).
23
Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai tingkatan berdasarkan


intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (receiving) Menerima merupakan
seseorang atau subjek yang mau menerima dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap seorang ibu yang sedang melakukan
pemeriksaan kehamilan (ante natal care), dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian ibu terhadap penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding) Menanggapi dapat diartikan memberikan


sebuah jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan. Karena
dengan menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang dberikan berati
orang tersebut telah menerima suatu ide. Misalnya, seorang siswa yang
mengikuti penyuluhan tentang bullying, ketika ditanya atau diminta untuk
menanggapi oleh penyuluh, siswa tersebut mampu menjawab atau
menanggapinya.

c. Menghargai (valuing) Menghargai merupakan seseorang (subjek)


yang memberikan nilai yang positif terhadap stimulus atau objek tertentu.
Dalam hal ini, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah tertentu. Misalnya, seorang ibu yang mengajak tetangganya
untuk menghadiri penyuluhan kesehatan tentang ante natal care, atau
mendiskusikan tentang ante natal care, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut
telah mempunyai sikap positif terhadap penyuluhan kesehatan.

d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab dapat diartikan


segala sesuatu yang telah dipilih berdasarkan keyakinan dan harus berani
mengambil resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi
tingkatannya. Misalnya, seorang ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan
kesehatan tentang ante natal care, dia harus berani untuk mengorbankan
waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya karena pekerjaan yang
ditinggalkan, atau dimarahin oleh suaminya karena meninggalkan rumah dan

24
anaknya. Sikap ibu tersebut termasuk bertanggung jawab, siap menerima
resiko terhadap pilihannya karena mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut.

Komponen sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3


komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep
terhadap suatu objek Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau
pemikiran seseorang terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek Artinya bagaimana penilaian orang tersebut
terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Artinya sikap


merupakan suatu komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Misalnya, sikap terhadap perilaku bullying, adalah apa yang dilakukan guru
bila ada siswanya yang melakukan bullying. Ketiga komponen tersebut akan
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang
utuh, pengetahuan, pemikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting. Pengetahuan ini akan membawa guru tersebut untuk berpikir dan
berusaha supaya siswanya tidak menjadi pelaku ataupun korban bullying.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap


yaitu : a. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar
pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang
kuat, dan membuat seseorang sulit untuk melupakannya. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya,


individu cenderung memiliki sikap yang sama atau searah dengan sikap
seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang
25
yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap seseorang terhadap
berbagai masalah. Sehingga kebudayaan dapat memberikan corak
pengalaman individu kepada masyarakat lainnya.

d. Media massa Dalam pemberitaan melalui media alat komunikasih


yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap
sikap konsumennya. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep
moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sikap kepercayaan seseorang. Sehingga pada berikutnya konsep
tersebut dapat mempengaruhi sikap. f. Faktor emosional Bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.

D. PERILAKU

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi


dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang
tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan
(Okviana, 2015). Perilaku merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).

Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan


yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
26
(rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau
“Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu: 1.
Respon respondent atau reflektif Adalah respon yang dihasilkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat
relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap
misalnya orang 11 akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu,
sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa
haus.

2. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang


timbul dan berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa
penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi
memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan
baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

Jenis-jenis perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015): 1. Perilaku


sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf, 2. Perilaku
tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif, 3. Perilaku tampak dan tidak
tampak, 4. Perilaku sederhana dan kompleks, 5. Perilaku kognitif, afektif,
konatif, dan psikomotor. 2.1.3 Bentuk-bentuk perilaku Menurut Notoatmodjo
(2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua. 12 1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau


tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
27
Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam


Notoatmodjo, 2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar
perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors),
yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya. a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting)
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini 13 pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan (Notoatmodjo, 2007). b. Sikap Menurut Zimbardo dan
Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)
terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective danbehavior (dalam Linggasari, 2008).

Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor


lingkungan kerja, sebagai berikut: 1) Afeksi (affect) yang merupakan
komponen emosional atau perasaan. 2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif
seseorang. Keyakinankeyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi
atau kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang
tertentu. 3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara
tertentu (Winardi, 2004).

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan,


yaitu: menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.Merespon (responding), memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

28
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak
orang lain untuk 14 mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible),
bertanggungjawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi manurut
Notoatmodjo(2011). 2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan
dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini
meliputi undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya
menurut Notoatmodjo(2007).

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut


Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu 1. Faktor
Genetik atau Faktor Endogen Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan
konsep dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk
hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain: a.
Jenis Ras Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid). 15 b.
Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan
pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya. d.
Sifat Kepribadian Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian
yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan.
Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian
yang dimiliki individu. e. Bakat Pembawaan Bakat menurut Notoatmodjo
(2003) dikutip dari William B. Micheel (1960) adalah kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada latihan
29
mengenai hal tersebut. f. Intelegensi Intelegensi sangat berpengaruh terhadap
perilaku individu, oleh karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi
tinggi yaitu individu yang dalam pengambilan keputusan dapat bertindak
tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu yang memiliki intelegensi rendah
dalam pengambilan keputusan akan bertindak lambat. 16 2. Faktor Eksogen
atau

Faktor Dari Luar Individu Faktor yang berasal dari luar individu antara
lain: a. Faktor Lingkungan Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang
ada disekitar individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu
karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. Menurut
Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam
interkasi manusia dengan lingkungan. 1) Usia Menurut Sarwono (2000), usia
adalah faktor terpenting juga dalam menentukan sikap individu, sehingga
dalam keadaan diatas responden akan cenderung mempunyai perilaku yang
positif dibandingkan umur yang dibawahnya.

Menurut Hurlock (2008) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu


masa dewasa awal (18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa
dewasa akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari (2018),
orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara
intelektual, serta transisi peran sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal
adalah puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa. 2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar
dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi 17 mengerti dan tidak dapat menjadi dapat.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan mempengaruhi perilaku


manusia, beliau juga mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka semakin tepat dalam menentukan perilaku serta semakin

30
cepat pula untuk mencapai tujuan meningkatkan derajat kesehatan. 3)
Pekerjaan Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan
sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri
menurut Azwar (2003).

Sedangkan menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan


kegiatan yang menyita waktu dan kadang cenderung menyebabkan seseorang
lupa akan kepentingan kesehatan diri. 4) Agama Agama sebagai suatu
keyakinan hidup yang masuk dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial.

Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah 18 posisi dan


kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan dengan pendidikan, jumlah
pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang dimiliki. Menurut Sukirno
(2006) pendapatan merupakan hasil yang diperoleh penduduk atas kerjanya
dalam satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
Pendapatan merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu
diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya pendapatan
digunakan sebagai pedoman kerja.

Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung


tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang memiliki gaji
tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja mereka
lebih baik dan maksimal. 6) Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai
kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan
manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri. 3. Faktor-Faktor
Lain Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf
pusat, persepsi dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, antara lain: a. Faktor lain mencakup

31
pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan tradisi dan kepercayaan
seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut 19 seseorang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan.

Hal ini sesuai dengan teori Azwar (1995), bahwa berbagai bentuk
media massa seperti : radio, televisi, majalah dan penyuluhan mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
Sehingga semakin banyak menerima informasi dari berbagai sumber maka
akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke arah yang
baik. c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor ini meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan manurut Novita (2011).

Bentuk-bentuk Perubahan perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep


yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku.
Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1. Perubahan
alamiah (Neonatal chage) : Perilaku manusia selalu berubah sebagian
perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi 20 suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan
ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan. 2. Perubahan Rencana (Plane Change) : Perubahan perilaku ini
terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) : Apabila terjadi


sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang
sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat
32
untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2011).

Prosedur pembentukan perilaku

Untuk membentuk jenis respon atau perilaku diciptakan adanya suatu


kondisi tertentu yang disebut “operant conditioning”. Prosedur pembentukan
perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner (1938) adalah sebagai
berikut: 1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat
atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang akan
dibentuk. 2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen- 21
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai


tujuantujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-
masing komponen tersebut. 4. Melakukan pembentukan perilaku dengan
menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen
pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan
mengakibatkan komponen perilaku yang kedua yang kemudian diberi hadiah
(komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang
sampai komponen kedua terbentuk, setelah itu dilanjutkan dengan komponen
selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk (Notoatmodjo,
2011).

E. PENCEGAHAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah


proses,cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak
terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan
33
identik dengan perilaku. Dalam penelitian ini ditekankan upaya yang akan
diteliti berupa upaya pencegahan atau upaya preventif. Upaya preventif
biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan terhadap suatu
masalah, menurut Yunita (dalam L.Abate, 1990:10) definisi dari pencegahan
adalah Prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur
dan metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal
seseorang dan fungsinya sebagai individu, pasangan, dan sebagai orang tua.

Menurut Yunita dalam (L’Abate, 1990:11), sebagian besar program


preventif yang efektif memliki karakteristik sebagai berikut:

1. Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku


yang ingin dicegah dalam kelompok sasaran

2. Desain untuk merubah “life trajectory” dari kelompok sasaran, dengan


menyediakan pilihan dan kesempatan dalam jangka panjang yang
sebelumnya tidak tersedia

3. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan hidup baru yang dapat


membantu partisipan untuk menghadapi stress dengan lebih efektif dengan
dukungan sosial yang ada

4. Fokus dalam menguatkan dukungan dasar dari keluarga, komunitas atau


lingkungan sekolah

5. Koleksi dari penelitian yang memiliki kualitas yang baik menjadi bukti
dalam keefektivitasaan dokumen.

Sedangkan menurut (Oktavia, 2013) upaya preventif adalah sebuah


usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire yang
artinya datang sebelum/antisipasi/mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.
Dalam pengertian yang luas preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinyan gangguan, kerusakan, atau kerugian

34
bagi seseorang. Dengan demikian upaya preventif adalah tindakan yang
dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan karena sesuatu
tersebut merupakan hal yang dapat merusak ataupun merugikan.

35
F. KERANGKA TEORI

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari


Lawrencen Green (1980) sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

36
G. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori yang berasal dari Lawrencen Green (1980)


maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengetahuan

Sikap
Pandemi
Covid-19
Perilaku

Pencegahan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

37
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,


karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat
sekarang secara sistematis dan faktual dengan tujuan untuk memaparkan serta
penyelesaian dari masalah yang diteliti. Menurut Arikunto (2010: 3) bahwa
Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Peneliti tidak mengubah,
menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah
penelitian. Peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau
wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk
laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.

Menurut Nawawi (1991:63) metode deskriptif adalah prosedur


pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan
keadaan/ subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-
lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya.

Jika dilihat dari segi metode penelitian maka penelitian ini


menggunakan metode survey. Sugiyono (2013:12) mengatakan bahwa metode
survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan
dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,
wawancara terstruktur, dan sebagainya. Penelitian ini termasuk dalam
penelitian kuantitatif. Menurut Martono (2015:215) penelitian kuantitatif

38
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, yaitu sebuah
metode penelitian yang bertujuan menggambarkan fenomena atau gejala sosial
secara kuantitatif atau menjelaskan bagaimana fenomena atau gejala sosial
yang terjadi di masyarakat saling berhubungan satu sama lain.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2020.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Menurut Usman (2004:43) populasi adalah semua nilai baik hasil


perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif
danpada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap
danjelas. Sedangkan menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan
keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswa aktif Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit Stikes
Pelamonia Makassar yakni sebanyak 325 orang yang terdiri dari 4
angkatan mahasiswa dari angkatan 2016 sampai angkatan 2019.

39
2. Sampel

Sampel dalam penelitian menggunakan total sampel yakni semua jumlah


populasi penelitian yakni sebanyak 325 mahasiswa Prodi S1 Administrasi
Rumah Sakit Stikes Pelamonia Makassar.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam bentuk


survey yang telah diubah dalam bentuk format google form
(https://docs.google.com/forms/d/1mInfbKGY7sG5DpeIW91J65U4eEY-
icwLhH8NYvgZpoQ/edit). Hal ini dilakukan mengingat kontak langsung
dengan orang lain belum dapat dilakukan dalam upaya pencegahan
penyebaran Covid-19.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner survey


dalam bentuk format google form dengan cara menyebarkan link kuesioner
tersebut kepada mahasiswa melalui media social. Sehingga dimana pun
mahasiswa berada mereka dapat mengisi kuesioner survey tersebut.

F. ANALISIS DATA DAN PENYAJIAN DATA

Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik


deskriptif. Sugiyono (2011:207) statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

40
Hasil pengolahan data, disajikan dalam bentuk tabel untuk mempresentasekan
hasil analisis dengan menggunakan teknik deskriptif.

41
DAFTAR PUSTAKA

Aprian, Kompas. (2020). UPDATE Corona Sulsel 28 April: 453 Positif, 115
Sembuh, 37 Meninggal.
https://makassar.kompas.com/read/2020/04/28/21052021/update-corona-
sulsel-28-april-453-positif-115-sembuh-37-meninggal.
Penulis : Kontributor Makassar, Himawan
Editor : Dony Aprian
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. (2020). Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCov).
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao ,J., Zan,g Li., Fan, G., etc. (2020).
Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet
Idhom. (2020). Update Corona Indonesia 30 April 2020 & Data Covid-19 Dunia
Terkini. https://tirto.id/ffR2
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta : CV. ABSOLUTE
MEDIA. ISBN: 978-602-1083-64-2
John Hopkins University-Center for Systems Science and Engineering (JHU-
CSSE). (2020) Wuhan Coronavirus (2019-nCoV) Global Cases Live
Update by JHU-CSSE.
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda75
94740fd40299423467b48e9ecf6.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P). (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi
Coronavirus Disesase(Covid-19). Jakarta : Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Komisi Kesehatan Nasional RRC. (2020). Panduan Menghadapi Penyakit Virus
Corona 2019 Model RRC.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia
2019-nCoV. PDPI: Jakarta
Read JM, Bridgen JRE, Cummings DAT, Ho A, Jewell CP. (2020). Novel
Coronavirus 2019-nCoV: Early Estimation of Epidemiological
Parameters and Epidemic Predictions.
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.01.23.20018549v1.full.pd
f
RRI. (2020). Kota Wuhan dan Sejarah Panjang 11 Juta Manusia di Jantung
Coronavirus.
http://rri.co.id/post/berita/776358/internasional/kota_wuhan_dan_sejarah_
panjang_11_juta_manusia_di_jantung_coronavirus.html
42
Sparrow, Annie. The Wuhan Coronavirus: A Tentative Clinical Profile.
https://foreignpolicy.com/2020/01/26/2019-ncov-china-epidemic-
pandemic-the-wuhan-coronavirus-a-tentative-clinical-profile/
WHO. (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Reports.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200124-sitrep-4-2019-ncov.pdf?sfvrsn=9272d086_2
WHO. (2020). Coronavirus. https://www.who.int/health- topics/coronavirus
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah tinjauan literature.
Wellness And Healthy Magazine Volume 2, Nomor 1, February 2020, p.
187-192 ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)
Zhou, Wang. (2020). Buku Panduan Pencegahan Corona Virus 101 Tips Berbasis
Sains Yang Dapat Menyelamatkan Hidup Anda. Dr. Ping Yang,
Translators Association of China Ruilin Li, School of Interpreting and
Translation Studies, Guangdong University of Foreign Studies

43

Anda mungkin juga menyukai