Anda di halaman 1dari 5

EPIDEMIOLOGI CHIKUNGUNYA

A. Pengertian Chikungunya
Chikungunya adalah sejenis penyakit demam virus yang disebabkan alphavirus (virus
chikungunya) dari famili Togaviridae yang disebabkan oleh gigitan nyamuk dari spesies
Aedes aegypti dan Aedes albopictus (WHO, 2008). Namanya berasal dari sebuah kata dalam
bahasa Swahili yang berarti “yang melengkung ke atas”, merujuk kepada tubuh yang
membungkuk akibat gejala-gejala arthritis (Anies, 2006). Istilah lain penyakit ini adalah
dengue, dyenga, abu rokap dan demam tiga hari (Widoyono, 2005). Penyakit chikungunya
termasuk golongan arthropod-borne disease, karena disebabkan oleh vektor artropoda yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sering disebut flu tulang, karena pada umumnya
penderita mengeluh nyeri hebat pada tulang-tulangnya (break – bone fever).
B. Gejala penyakit Chikungunya
Demam Chikungunya atau flu tulang (break – bone fever) mempunyai gejala dan keluhan
penderita mirip demam dengue, namun lebih ringan dan jarang menimbulkan perdarahan.
Pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun
kematian.Beberapa gejala jika terkena demam chikungunya adalah seperti : Bercak
kemerahan atau ruam pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam,
tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan,
dan kaki. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi. Sakit pada persendian. Nyeri sendi
merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi
berat, sehingga kadang penderita merasa lumpuh. Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Pada anak-anak, umumnya rasa sakit
pada sendi tak terjadi. Tiba-tiba demam tinggi yang disertai dengan menggigil dan muka
kemerahan. Panas tinggi berlangsung selama 2- 4 hari kemudian kembali normal. Nyeri otot.
Nyeri bisa terjadi pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang
terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki. Nyeri kepala: nyeri kepala
merupakan keluhan yang sering ditemui. Kejang, biasanya pada anak karena panas yang
terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. Gejala lain. Gejala lain yang
kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher.
C. Faktor penyebab timbulnya penyakit Chikungunya
Demam Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus Chikungunya. Virus ini masih satu
keluarga dengan Virus Dengue, penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus ini masuk
ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus yang juga
nyamuk penular DBD. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya chikungunya antara
lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular
karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim hujan.
Faktor Risiko Penyakit Chikungunya Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam
penularan penyakit Chikungunya, yaitu: manusia, virus dan vektor perantara. Serangan
demam Chikungunya dalam bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa) sudah sering terjadi,
terutama pada musim penghujan. Beberapa faktor penyebab timbulnya Kejadian Luar Biasa
(KLB) demam Chikungunya adalah :
1. Terjadinya perpindahan penduduk dari daerah yang terinfeksi.
2. Sistem pengendalian limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai.
3. Berkembangnya penyebaran nyamuk dan bertambahnya kepadatan nyamuk yang
disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan.
4. Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi perkembangan populasi nyamuk.
5. Perilaku masyarakat.
6. Sanitasi Lingkungan, yang berhubungan dengan tempat berkembang biaknya nyamuk
(Widodo, 2010).
7. Jenis kelamin, penyakit cikungunya banyak terjadi pada wanita dan anak-anak karena
mereka lebih banyak berada di rumah pada siang hari saat nyamuk menggigit (Widodo,
2010).

D. Interaksi antara Agent, Host, dan Enviroment pada penyakit Cikungunya


Penyakit terjadi akibat ketidakseimbangan hubungan antara agent, host, dan enviroment.
Terjangkitnya suatu penyakit Chikungunya disebabkan oleh faktor – faktor di bawah ini :

1. Host, Adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu keadaan dapat
menimbulkan suatu penyakit pada organisme tersebut. Host dari penyakit
Chikungunya adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit
Chikungunya. Dalam penularan penyakit Chikungunya faktor manusia erat kaitannya
dengan perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di
masyarakat dan mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebarluasan
Chikungunya dari suatu tempat ke tempat lain.
2. Agent Adalah penyebab utama untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang
menjadi agent dalam penyebaran penyakit Chikungunya adalah virus chik. Virus
penyebab Chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung,
merupakan anggota grup A arbovirus yaitu alphavirus (virus chikungunya) dari famili
Togaviridae yang disebabkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Dengan mikroskop virus ini menunjukkan bentuk virion yang sferis
dan kasar atau berbentuk poligonal dengan garis tengah 40 – 45 nm dan inti yang
berdiameter 25 – 30 nm. Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes SPP.Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor
namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus
Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2
hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang
berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 - 7 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
3. Environment Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain
lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi
penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman
pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah.
Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat
yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti
ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kelembaban.
1. Variasi Musiman Pola berjangkit virus Chikungunya tidak jauh beda dengan virus
dengue yaitu dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas
(28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup
untuk jangka waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban
tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda di
setiap tempat. Pada musim hujan populasi Aedes sp akan meningkat, karena telur-
telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat
perkembangbiakannya (TPA bukan keperluan sehari-hari dan alamiah) mulai terisi air
hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk A. aegypti, sehingga
dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit Chikungunya. Faktor lain yang
mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Chikungunya sangat kompleks,
yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, tidak adanya kotrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
peningkatan sarana transportasi (Depkes RI, 2004).
2. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan
nyamuk. Wilayah dengan ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut tidak
ditemukan nyamuk A. aegypti karena ketinggian tersebut suhu terlalu rendah
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk (Soedarmo, 1988).
3. Curah Hujan Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan
menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan
sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk yang terinfeksi (Suroso, 2003).
4. Temperatur Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya
endemik di daerah tropis dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan
nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25°C – 27°C. Pertumbuhan
akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10º C atau lebih dari 40ºC (Suroso,
2003). Jadi,dalam penyebaran penyakit Chikungunya, faktor lingkungan sangat
berperan,dimana jika keadaan lingkungan mendukung mutasi dari virus maka
penyebaran penyakit Chikungunya akan semakin meningkat begitu pula sebaliknya.
Penyakit Chikungunya sebenarnya tidak mudah menular dari manusia yang terinfeksi
virus Chikungunya. Namun, jalan untuk penularan itu akan semakin mudah oleh
adanya sanitasi lingkungan yang buruk,salah satunya. Karena sanitasi lingkungan
yang buruk, akan memicu berkembangnya penyebaran nyamuk dan bertambahnya
kepadatan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus Chikungunnya. Begitu pula
dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya
penyakit ini. Berikut contoh mekanisme penularan virus chikungunya : Virus
Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes sp .
Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk tersebut mengigit orang lain.
Biasanya akan terjadi penularan dari orang ke orang. Penyakit ini biasanya
berlangsung selama beberapa hari, kemudian sembuh sendiri dengan masa inkubasi
antara 1-12 hari (umumnya 2-4 hari).

4. Riwayat alamiah penyakit Cikhungunya


a. Tahap Pre-Patogenesis
Host digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus
chikungunya. Tahap pre-patogenesis penyakit chikungunya ini terjadi
pada manusia sehat yang memiliki faktor risiko. Salah satunya
terinfeksi virus chikungunya oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.
b. Tahap Patogenesis
1. Tahap subklinis/pra gejala/ tahap inkubasi Pada tahap ini nyamuk
Aedes aegypti telah menggigit dan virus chikungunya menginfeksi
tubuh. Lalu berinkubasi selama 2-12 hari dengan rata-rata 3-7 hari
(Widodo, 2010). Meskipun virus telah masuk dan berkembangbiak di
dalam tubuh tetapi belum menunjukkan adanya gejala.
2. Tahap klinis/tahap penyakit dini Demam tinggi, sakit perut, mual,
muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah
terutama di badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan demam
berdarah dengue, pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian.
3. Tahap laten/periode infeksi/tahap penyakit lanjut Kaku otot dan
sendi sehingga organ tubuh yang terserang virus tidak bisa digerakan;
stroke (sementara).
c. Tahap Pasca-Patogenesis Pada demam Chikungunya tidak ada
perdarahan hebat, renjatan (Syok) maupun kematian tetapi penderita
akan mengalami kelumpuhan motorik yang tidak permanen.
Manifestasi penyakit berlangsung 3 – 10 hari. Penyakit ini termasuk
Self Limiting Disease (akan sembuh sendiri). Namun rasa nyeri masih
akan terasa dalam beberapa minggu atau bulan. Penyakit ini akan
hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu tiga sampai sepuluh hari.

5. Pencegahan penyakit Chikungunya


1. Pencegahan primer (pre – patogenesis) :
• Selalu bersihkan lingkungan rumah sekurang-kurangnya seminggu sekali
agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk sehingga bebas dari nyamuk
Aedes.
• Sedapat mungkin lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama pada siang hari,
misalnya dengan mengunakan obat gosok (repellent), pemakaian kelambu dan
pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah.
• Melaksanakan gotong royong membersihkan lingkungan dari tempat-tempat
perindukan/perkembang biakan nyamuk penular.
• Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melaksanakan 3M
(menguras, mentup dan mengubur) minimal seminggu sekali atau menebarkan
ikan pemakan jentik (tempalo, cupang).
2. Pencegahan sekunder (patogenesis) :
• Segera memeriksakan diri ke klinik atau Rumah sakit terdekat apabila
mengalami tanda dan gejala penyakit chikungunya.
• Melakukan pengobatan yang bersifat :
a. Simtomatis - Antipiretik : Parasetamol atau asetaminofen (untuk meredakan
demam) - Analgetik : Ibuprofen, naproxen dan obat Anti-inflamasi Non
Steroid (AINS) lainnya (untuk meredakan nyeri persendian /athralgi / arthritis)
- Catatan: Aspirin (Asam Asetil Salisilat) tidak dianjurkan karena adanya
resiko perdarahan pada sejumlah penderita dan resiko timbulnya Reye’s
syndrome pada anak-anak dibawah 12 tahun.
b. Suportif • Tirah baring (bedrest), batasi pergerakkan. • Minum banyak
untuk mengganti kehilangan cairan tubuh akibat muntah, keringat dan lain-
lain. • Fisioterapi 3. Pencegahan tersier (post patogenesis) : • melakukan rawat
jalan bagi penderita cikungunya G.

5. Model Epidemiologi Pada penyakit Chikungunya dikenal model


epidemiologinya adalah model segitiga epidemiologi atau triangle
epidemiologi. Didalam model segitiga epidemiologi ini agent, host, dan
environment saling berkaitan. Penyakit Chikungunya bisa menular dari
manusia satu ke manusia yang lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes Albopictus yang juga nyamuk penular DBD. Dan nyamuk Aedes
aegypti bertambah populasinya salah satunya karena sanitasi lingkungan yang
buruk. A H Ket : Kepekaan inang terhadap agent meningkat Contoh : 1.
Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali yang akan berakibat pada
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini akan memudahkan penyebaran
Chikungunya dari satu tempat ketempat yang lain. 2. Terjadinya perpindahan
penduduk dari daerah yang terinfeksi virus Chikungunya. Hal ini juga akan
memudahkan penyebarluasan Chikungunya, karena kemungkinan besar
nyamuk Aedes aegipty yang ada di daerah yang belum terinfeksi virus
Chikungunya, mengigit orang-orang dari daerah yang terinfeksi virus
Chikungunya. Dan kemungkinan besar akan mengigit orang-orang yang ada di
daerah yang belum terinfeksi virus Chikungunya,sehingga orang- orang yang
semula tidak terinfeksi virus Chikungunya menjadi terinfeksi. Akhirnya virus
Chikungunyapun menyebar. Daftar Pustaka Soedarto. 2009. Penyakit Menular
Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. http://www.inicaraku.com/mengenal-
penyebab-dan-gejala-terkena-demam-chikungunya.html
http://www.binasyifa.com/159/79/25/faktor-risiko-penyakit-chikungunya.htm
http://www.info-kes.com/2012/07/chikungunya.html http://www.indonesian-
publichealth.com/2014/12/pedoman-pengendalian-demam-chikungunya.html

Anda mungkin juga menyukai