Anda di halaman 1dari 3

Silikosis

1.DEFINISI Silikosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Terdapat 3 jenis silikosis: 1. Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paruparu dan kelenjar getah bening dada. 2. Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat. 3. Silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah. Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal. 2.PENYEBAB Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada: - buruh tambang logam - pekerja pemotong batu dan granit - pekerja pengecoran logam - pembuat tembikar.
usia produktif, pekerja dalam lingkungan berisiko yang tidak menggunakan masker, dan penduduk yang tinggal dikawasan industri. Agent non living agent : kimia kristalin silicon dioksida Environment : terkena pajanan yang terus menerus dari kawasan industri - semen, -batu bara, keramik, dan industri yang menggunakan silica sebagai bahan untuk proses industrinya. Selain itu, pada orang yang bekerja di daerah berdebu, debu-debu silica terhisap ke paruparu. Di dalam sel alveoli paru-paru, debu-debu dalam vakuola dicerna oleh enzim lisosom. Namun karena mengandung silica yang keras, debu pasir tidak tercerna dan sebaliknya justru membrane vakuola menjadi bocor. Demikianlah terjadinya penyakit silicosis.

3.Cara Penularan
Penularan penyakit Silikosis memalui udara yang terkontaminasi dan masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernapasan. Pada umumnya, bibit penyakit berada di udara. Droplet nuklei merupakan sisa dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh dan melayang di udara, sedangkan dust merupakan campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara. Masih banyak yang tidak tahu, untuk penyakit Silikosis seperti flu,

penularan dapat terjadi dengan adanya kontak langsung dengan penderita, misalnya dengan berciuman. Hal ini dikarenakan, droplet dan air liur dapat tercampur dan menularkan ke pasangan. Jadi, penularan penyakit Silikosis dapat melalui ciuman atau kontak langsung.

4.Gejala
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis terakselerasi bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberculosis . Gejala tambahan yang mungkin ditemukan, terutama pada silikosis akut: 1. Demam 2. Batuk 3. Penurunan berat badan 4. Gangguan pernafasan yang berat. Terdapat beberapa Periode dan fase gejala dari silikosis: - Periode prepathogenesis adalah interaksi antara host, agent, dan environment. Pekerja dalam lingkungan yang berisiko terpajan terus menerus dari kawasan industri semen, batu bara, keramik, dan industri lain yang menggunakan silica sebagai bahan baku merupakan factor predisposing atau factor pemungkin untuk terjadinya penyakit silicosis. Para pekerja tidak langsung terkena silicosis, karena silicosis terjadi dalam waktu yang lama dan akumulatif namun factor risiko telah ada. - Periode pathogenesis terjadi mulai saat terjadinya kelainan atau gangguan pada tubuh akibat interaksi antara stimulus penyakit dengan manusia sampai dengan terjadinya kesembuhan, kematian, kelainan yang menetap atau cacat. - Fase subklinis : serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru. - Fase klinis : Gejala tersebut disertai batuk tidak berdahak, sulit bernapas dan mudah letih.

4.Cara Pencegahan
Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu industri atau tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan kelainan pada paru. Kadar debu pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan memperbaiki teknik pengolahan bahan, misalnya pemakaian air untuk mengurangi debu yang berterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi pekerja diharuskan memakai alat pelindung.

Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup. Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk

pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari pemaparan terhadap silika.
Agar kita terhindar dari penyakit silikosis ini, kita hendaknya selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan disekitar kita, baik rumah maupun tempat kerja. Untuk orang yang alergi terhadap debu sebaiknya selalu membawa obat antiseptik dan menggunakan masker bila perlu.

5.Cara Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan.
Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah: - membatasi pemaparan terhadap silika - berhenti merokok - menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin. - Kurangi melakukan pekerjaan berat. - Perbanyak istirahat. Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC yang dapat berlanjut ke penyakit Tuberkolusis (TBC). Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC untuk antibodi dan pencegahan terhadap Tahap Penyakit TBC yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai