HIGIENE INDUSTRI
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
dr. Empat Patonah
dr. Airiza Aszelea
dr. Mohd. Riyan Adi Hermawan
dr. Witrisyah Putri
dr. Yogie Nahara Saputra
dr. Nurfitri Azhri
dr. Riris Rizani Dewi
dr. Tamara Firdaus Anindhita
2
yang mengikuti pelatihan Hiperkes tahun 2005 diperkirakan terdapat 14.227 orang
sedangkan perawat 7.405 orang. Keadaan tenaga K3 yang berbasis pendidikan kesehatan
setiap tahunnya bertambah 1.600 lulusan baru. Kebanyakan lulusan ini diserap oleh
industri sebagai petugas keselamatan kerja (Modul pelatihan kesehatan kerja bagi petugas
kesehatan, 2010).
Melihat masih adanya tenaga kesehatan yang belum terlatih terkait keselamatan
kesehatan kerja (K3) akan mempengaruhi jumlah pekerja yang sakit akibat kerja maupun
mengalami kecelakaan. Keadaan tersebut bila tidak dilakukan pembinaan akan
menimbulkan risiko bahaya yang cukup tinggi dari sisi masyarakat pekerja seperti
terjadinya penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja yang mencederai pekerja serta
pencemaran lingkungan yang berdampak kemasyarakat disekitarnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, paramedis diharapkan membuat laporan
pengamatan terhadap PT Indonesia Pondasi Raya mengidentifikasi bahaya di lingkungan
kerja tersebut.
1.2 Tujuan
Peserta pelatihan Hiperkes dapat mengidentifikasi permasalahan dibidang K3 khususnya
dalam bidang higine industri, menilai keadaan lingkungan perusahaan dan mendiskusikan
langkah-langkah pengendalian dari setiap masalah yang ditemukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
faktor-faktor lingkungan atau stress, yang timbul di atau dari tempat
kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan
atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga
masyarakat. Ruang lingkup hygiene industri merupakan sekuen atau
urutan langkah atau metode dalam implementasi HI, dimana urutan tidak
bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama
aktivitas industri berjalan). Di dalam undang-undang Nomor 2 Tahun
1996, Higiene di nyatakan sebagai kesehatan masyarakat yang meliputi
semua usaha untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat
kesehatan badan, jiwa, baik untuk umum maupun perorangan yang
bertujuan memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat, serta
mempertinggi kesehatan dalam perikemanusiaan. Konsep dalam higiene
industry adalah bagaimana membatasi paparan hazard yang diterima pekerja
di tempat kerja.Pembatasan dilakukan melalui proses antisipasi, rekognisi,
evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di tempat kerja.
Pendekatannya melalui usaha preventif untuk melindungi kesehatan pekerja
dan mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya (hazard). Proses
dalam higiene industry meliputi :
a. Antisipasi
5
c. Evaluasi
6
d. Pengendalian
7
2.3. Potensi Bahaya Di Lingkungan Kerja
1. Bahaya fisik
a) Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. NAB kebisingan
ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA). Kebisingan yang melampaui
NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011.
Pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan frekuensi dari
20-20.000 Hz.
8
Tabel 2.1 Skala Intensitas Kebisingan Skala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi
No Sumber Skala DB batas dengar
tertinggi
1 Halilintar 120DB
2 Meriam 110 DB
3 Mesin Uap lOODB
4 Jalan yang ramai 90DB
5 Pluit 80DB
6 Kantor Gaduh 70DB
7 Radio 60DB
9
berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang
teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah
komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah
keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di
kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh
kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi
pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhimya
menurunkan produktivitas kerja.
b) Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. NAB getaran alat kerja yang
kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). Getaran yang melampaui
NAB, waktu pemaparan ditetapkan. NAB getaran yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per
detik kuadrat (m/det2) Getaran mempunyai parameter yang hampir sama
dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat
getaran terus menerus atau intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan "powered
tool" berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai
" Raynaud's phenomenon " atau " vibration-induced white fingers"(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada
sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram
dan sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain
saw.
10
c) Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja
karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh
karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan
yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat
melihat objek yang dikerjakan denganjelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga
mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil
maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas
penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur
seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam
menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada
orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala
kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu
kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna
mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan
terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Perbaikan kontras dimana wama objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan wama objek yang dikerjakan.
2) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
3) Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di
malam hari. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan
diatas, penerangan/pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga
menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga
menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
11
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau
dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya I penerangan sedemikian rupa sehingga tidak
langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang
langsung memasukkan sinar matahari
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda.
Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan. Penerangan yang silau buruk
(kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
- Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
- Kelemahan mental.
- Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
- Kerusakan alat penglihatan (mata)
d) Iklim kerja
lklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas
dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam
peraturan ini adalah iklim kerja panas.
e) Radiasi
Radiasi frekuensi radio dan gel om bang mikro (Microwave)
adalah radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300
Giga Herzt. Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang 180 nanometer sampai 400 nano meter (nm).
Medan magnet statis adalah suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi
atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang
elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber
radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi,
lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan
lain-lain.
12
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat
unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan
bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan
bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di
dalam air. Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion
dan radiasi Non pengion.
a) Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi.
Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar
gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang
termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (a), partikel beta (P), sinar gamma (y), sinar-X,
partikel neutron.
13
2. Bahaya Kimia
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang dalam
keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang
berasal dari bahan-bahan kimia. Faktor kirnia mencakup wujud yang bersifat partikel
adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel
adalah gas dan uap.
Bahaya kimia timbul dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau
padatan dalam bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait higiene industri
termasuk juga bahan yang bersifat iritan atau beracun ketika terabsorpsi kulit.
3. Bahaya biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang
menginfeksi). Agen yang menginfeksi biasanya akan timbul baud an membusuk. Yang
dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang
tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya bau
bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenamya
merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi
juga dari segi higiene pada umumnya.
Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan
kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif.Hal ini disebabkan
karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau
tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhimya
menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di
lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama•
kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan
kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman. Dalam kaitannya dengan kesehatan
kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan
kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman
menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti
contoh pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium
kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang
tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai
14
binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu•
waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang
mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang
aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang.
5. Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja, area
kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu, bahaya ergonomi yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit diantaranya pengangkatan dan proses ketika
menjangkau/meraih yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk, gerakan monoton
dalam postur janggal.
15
WHO mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik saja
16
tetapi juga sehat mental dan hubungan sosial yang optimal di dalam lingkungannya
(Mawardi, 1992).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kegiatan
sanitasi di peruusahaan meliputi aspek sebagai berikut:
1. Penyediaan air bersih/ air minum (water supply) Meliputi hal-hal sebagai
berikut:
- Pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas
- Pemanfaatan air
- Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air
- Cara pengolahan
- Cara pemeliharaan.
17
5. Kesehatan dan keselamatan kerja, Meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Tempat/ruang kerja
- Pekerjaan
- Cara kerja
- Tenaga kerja/pekerja
18
d. Air Hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air
hujan diatas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat
melewati dan membawa partikel• partikel buangan padat atau cair sehingga
dapat disebut limbah cair.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan
air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Limbah cair adalah
sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001).
Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru
Indofenol d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand
(BOD)
d. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
e. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 B03) dengan metoda Titrimetrik g.
Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
19
• Mudah meledak (explosive)
• Pengoksidasi (oxidizing)
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Profil
Nama Perusahaan : PT. Indonesia Pondasi Raya
Alamat : Jl. Pegangsaan Dua KM 4.5, Jakarta Utara, 14250
Jumlah Karyawan : 1.000 karyawan
Asuransi :BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan
Jenis Usaha : Pembangunan pondasi bangunan
PT Indonesia Pondasi Raya (Indopora) Tbk didirikan pada tahun 1977 oleh Ir. Yang
Suryahimsa. Sejak awal berdirinya, Indopora memfokuskan kegiatan usahanya pada
pembuatan Pondasi, dinding penahan tanah, dan perbaikan tanah.
Sejalan dengan hal tersebut, manajemen Indopora juga berkembang semakin kuat dengan
peralihan kepemimpinan pada Manuel Djunako, putra tunggal Bapak Alm. Ir. Yang
Suryahimsa pada tahun 2000 dan bergabungnya Febyan (saat ini menjabat sebagai Presiden
Direktur) pada tahun 1992. Bersama, keduanya menjadi ‘motor’ penggerak utama dalam
meningkatkan kinerja Indopora menuju tingkatan yang lebih tinggi dan menjadi perusahaan
terdepan dan terbesar dalam bidangnya.
Berbekal pengalaman panjang dalam dunia konstruksi Pondasi dan dengan didukung
sumber daya yang kompeten dan peralatan yang inovatif, Indopora senantiasa menyediakan
jasa yang berkualitas, tepat waktu dan dapat diandalkan. Hingga saat ini, Indopora memiliki
lebih dari 1.000 karyawan, satu anak usaha di bidang beton pracetak, serta portofolio
peralatan yang komprehensif untuk pekerjaan konstruksi Pondasi, dinding penahan tanah,
perbaikan tanah, pengujian tiang, dan jenis pekerjaan lainnya.
21
Visi
Menjadi pemimpin di industry kontruksi pondasi di Indonesia serta menjadi perusahaan yang
dapat diandalkan dan terpercaya.
Misi
Memberi layanan yang berkualitas, tepat waktu, dan dengan harga yang kompetitif.
22
Gambar 1. Struktur Perusahaan
23
Gambar 2. Struktur Group Perusahaan
24
Terdapat beberapa fasilitas yang memadai di PT Indonesia Pondasi Raya, yaitu :
1. Area Parkir
Gambar 3.1
Area Parkir di PT Indonesia Pondasi Raya
2. Pos Satpam
3. Meeting room : terdapat 1 ruang pertemuan di lantai 2
Gambar 3.2
Ruang Rapat di PT Indonesia Pondasi Raya
4. Toilet : terdapat 2 toilet pada setiap lantainya (gedung terdiri dari 3 lantai) dan yang
dibedakan antara perempuan dan laki-laki
25
5. Tempat mengelola limbah pabrik : suatu tempat unutk mengelola limbah pabrik
berupa cat, tiner, oli, dan sebagainya.
Gambar 3.3
Tempat pengelolaan limbah
6. Kantin
Gambar 3.4
Kantin
26
7. Ruang K3 dan ruang P3K
Gambar 3.5
Ruang K3
Gambar 3.6
Ruang P3K
27
Penjelasan :
Ketata rumah tanggaan perusahaan :
a. Gedung perusahaan di jaga agar tetap bersih, dicat, mempunyai penerangan yang
cukup dan mempunyai sistem sirkulasi udara/ ventilasi yang baik,
b. Mesin – mesin, peralatan dan perkakas kerja diatur sehingga aman dan efisien untuk
melakukan pekerjaan serta mudah untuk dibersihkan, bahan – bahan disimpan secara
aman,
c. Ruangan, tempat lalu lintas, jalan keluar dari tempat kerja harus bebas dari bahan
buangan,
d. Semua sudut ruangan tempat kerja harus dibersihkan, mempunyai penerangan yang
cukup dan bebas dari bahan buangan,
e. Bahan yang mudah terbakar harus dibuang ditempat yang telah ditentukan atau
disimpan ditempat yang tertutup,
f. Alat – alat perlengkapan kerja disimpan secara aman didalam lemari atau risk,
g. Tempat pembuangan dan penyimpanan sampah harus tersedia, layat dan harus sering
dikosongkan dan teratur,
h. Tempat kerja harus terang, bersih, bebas dari kotoran dan gangguan,
i. Lantai harus dibersihkan, bebas dari hambatan, bebas dari bahan/ bahan yang dapat
menyebabkan terjatuh/ terpeleset (air, minyak dll),
j. Sisa – sisa produksi yang bersih disimpan wadah tertutup, kemudian disimpan disuatu
ruangan yang tahan api atau di dalam lemari,
k. Alat kerja yang sudah tua atau tidak digunakan lagi harus dibuang atau dipindahkan
dari tempat kerja.
28
Pada saat kunjungan Perusahaan Indopora tampak bahwa secara umum kebersihan
lingkungan perusahaan tersebut sudah baik, namun untuk kerapihan penataan barang-barang
masih kurang.
Kebersihan lingkungan didalam perusahaan seperti lantai, tampak bersih dan tidak
tampak adanya genangan air yang dapat menyebabkan lantai menjadi licin. Dinding atap,
peralatan dan perkakas, gudang penyimpanan bahan baku, gudang penyimpanan produk kerja
juga tampak bersih. Sedangkan diluar perusahaan meliputi kebersihan halaman, jalanan pun
tampak bersih, tempat peletakan barang-barang proyek kurang tertata rapi, benda masih
sering tercampur. Untuk menangani masalah kebersihan tersebut perusahaan mempekerjakan
petugas kebersihan yang bekerja setiap hari kerja pada setiap ruangan.
29
PAHK dan Dinas parkir area
Kebersihan 2. WC memenuhi syarat
kesehatan dari jumlah
dan letaknya tapi ada
sebagian yang tidak
nyaman karena berbau
3. Ruang makan sudah
memenuhi syarat
kesehatan
4. Wastafel sudah ideal
karena dibedakan
wastafel setelah bekerja
dan sebelum kerja.
Pencegahan Tidak Limbah 1. Terdapat alat-alat Limbah wc, limbah 1. Terdapat 3 petugas
dan ditemukan merupakan penunjang kebersihan, makanan kebersihan yang bertugas
pembasmian adanya sarana tempat sampah setiap harinya
vector PAK dan berkembangnya dibedakan untuk B3 dan
penyakit PAHK vector penyakit, sampah sisa produksi
pengolahan 2. Pemeliharaan fasilitas
limbah industry sudah terjaga
diserahkan dengan baik, bebas dari
sepenuhnya debu
kepada dinas
terkait
Penyediaan Tidak Pengolaan Sumber kualitas dan jumlah Limbah hasil Dengan menggunakan jasa
air ditemukan limbah kebutuhan penyediaan air pencuci air bekas penyediaan air minum dan PAM
adanya diserahkan bergantung dari jenis kebutuhan rumah tangga, untuk kebutuhan Industri
PAK dan sepenuhnya hygiene perorangan
PAHK kepada dinas dan pencucian
terkait mesin
Sanitasi Tidak Pengolahan 1. Tersediannya kantin Limbah makanan 1. Terdapat office boy yang
makanan ditemukan limbah dan ruang makan yang selalu membersihkan
adanya diserahkan menyediakan tempat pantry dan ruang makan
PAK dan sepenuhnya khusus untuk mencuci 2. 2. Sabun antiseptic selalu
PAHK kepada dinas tangan tersedia
yang terkait 2. Pemesanan dan 3. Alat-alat makan dan
pembelian makanan minum yang tersedia
dari area luar kantor menggunakan bahan yang
dilakukan secara sesuai dengan standar
kolektif
3. Minuman menggunakan
air yang memenuhi
standar kesehatan
Pembuangan Tidak Pengolahan Tergantung bentuk limbah yang 1. Oil Penyimpanan limbah dibagi 2 tempat
dan ditemukan limbah ada. 2. Cat :
pengelolaan adanya diserahkan 1. Cair : dalam bentuk 1. Limbah B3
limbah PAK dan sepenuhnya liter Perusahaan hanya
PAHK kepada dinas 2. Padat : dalam ukuran bertanggung jawab
terkait kilogram mengumpulkan limbah
yang sudah terisi penuh
sejumlah 10 drum dan
selanjutnya akan diangkut
30
dan diolah dengan dinas
yang terkait
2. Limbah organic dan non-
organik
Diangkut dan diolah oleh
dinas kebersihan
Tabel 3.3.2
Pengamatan secara keseluruhan pada perusahaan PT Indonesia Pondasi Raya
Pada Tanggal 7 April 2017
Nama Ruangan Potensi Jenis Bahaya Sumber Dampak Saran
Work Shop Fisika Kebisingan Menaruh besi NIHL Pakai Ear plug
yang dipotong
31
Pada Perusahaan Indopora sumber air untuk kebutuhan domestic dan penyiraman
tanaman dibedakan. Sumber air untuk kebutuhan domestic seperti air minum pekerja/
pegawai didapat dari kerjasama dengan perusahaan lain yang secara rutin memberikan
beberapa gallon setiap minggunya ke tempat kerja, sedangkan untuk kegiatan higienitas
perorangan seperti aktivitas di WC, mencuci tangan didapat dari air PAM lingkungan. Pada
Indopora ini tidak menggunakan banyak sumber air karena kegiatan yang berlangsung hanya
berupa membuat pondasi dan perbaikan tanah, namun apabila ada beberapa mesin yang harus
dicuci (washing machine) di bagian cleaning room air yang digunakan juga bersumber dari
air PAM.
Seluruh aktivitas menggunakan sumber air PAM yang secara kolektif terdistribusi
dari penampungan air PAM sehingga standar atau kualitas air sudah terjamin. Begitu juga
dengan kualitas air minum yang sudah sesuai standar untuk dikonsumsikan.
Tidak ada proses sanitasi air pabrik ini. Tidak ada pencemaran air karena perusahaan
tidak banyak menggunakan air, kalaupun ada limbah B3 pabrik sudah bekerja sama dengan
pihak ketiga dalam mengatasi limbah tersebut.
Saran bagi perusahaan Indopora agar dapat terus mempertahankan sistem penyediaan
air yang ada karena apa yang telah dilakukan selama ini telah sesuai dengan ketepatan.
32
3.7 Pembuangan & Pengelolahan Limbah
untuk pengelolahan limbah industri, Perusahaan Indopora menggunakan pihak ketiga,
yaitu PT. DNS dan Dinas Kebersihan. Limbah yang dikeluarkan berupa oli bekas, cat, tiner,
dan aki. Sedangkan untuk limbah domestic, dikelola oleh perusahaan setiap hari.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung
bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah yang dikenal dengan limbah B3
(bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relative
sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/ merusak lingkungan kehidupan dan sumber
daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari
pabrik industri.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu
relative singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka waktu panjang
cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah
merumuskan akibat – akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.
Mengingat pada sifat – sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada
masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan,
penanggulangan dan pengelolaan.
33
kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan., plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri kulit telur,
dll. Limbah padat adalah hasil buangan industry berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahaan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
limbah padat yang dapat didaur ulang, seperti plastic, tekstil, potongan logam dan kedua
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak memiliki nilai
ekonomis dapat ditangani dengan berbagi cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah
kembali kemudian dibuang dan dibakar.
34
Secara umum, penatalaksanaan sistem K3 dan sanitasi lingkungan dan pengolahan
limbah di PT Indonesia Pondasi Raya dari penilaian higine industryi sudah berjalan cukup
baik. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi lebih lanjut dikarenakan kurangnya
data diperoleh dari beberapa faktor di bawah ini :
a. Faktor fisika
1. Bising
Tidak dapat dievaluasi lebih lanjut karena keterbatasan data dan waktu kunjungan.
2. Penerangan
Tidak ditemukan permasalahan
3. Iklim kerja
Tidak didapatkan permasalahan
4. Getaran
Tidak dapat dievaluasi lebih lanjut karena keterbatasan data dan waktu kunjungan.
5. Radiasi
Pada saat dilakukan pengamatan, di dalam ruangan terdapat beberapa alat
elektronik seperti komputer, printer, CPU yang akan menimbulkan radiasi
pengion. Sedangkan di luar ruangan, terdapat bahaya berupa sinar dari alat las dan
paparan sinar matahari.
b. Faktor kimia
Pada saat dilakukan pengamatan, terdapat beberapa drum berisi solar, oli, bensin yang
dapat memicu pncemaran lingkungan jika drum tersebut mengalami kebocoran.
Selain itu juga terdapat fume dari hasil las logam-logam.
c. Faktor biologi
Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan bahaya dalam faktor biologi
d. Faktor ergonomi
Di dalam ruangan kantor, terdapat kursi yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
pekerja dan sudah sesuai dengan anatomi tubuh. Tetapi di luar ruangan, perilaku
pekerja pada saat mengangkat atau memindahkan barang belum secara ergonomis
sehingga dapat berisiko menimbulkan penyakit akibat kerja seperti low back pain.
e. Faktor psikososial
35
Tidak ditemukan permasalahan.
4.2 Saran
Dalam laporan ini, kami paramedik memberikan beberapa saran dalam menyikapi berbagai
masalah khususnya kepada pemegang HSSE :
1. Faktor fisika
Perlu dilakukan pengukuran dan evaluasi lebih lanjut pada faktor bising dan
getaran agar tidak terjadi dampak yang serius.
2. Faktor kimia
Hendaknya drum tersebut dipindahkan ke tempat yang lebih khusus agar tidak
terjadi pencemaran lingkungan jika drum tersebut mengalami kebocoran.
Untuk pekerja yang melakukan pekerjaan las, sebaiknya disediakan masker agar
asap fume hasil las logam tidak terhirup.
3. Faktor ergonomic
Perlu dilakukan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai cara mengangkat
atau memindahkan barang secara baik serta efek samping dari tindakan yang salah
agar pekerja terhindar dari risiko low back pain.
Monitoring lingkungan kerja secara berkala dan melakukan Medical Check
Up khusus untuk tenaga kerja yang berisiko sesuai dengan paparan bahan
berbahaya yang digunakan oleh perusahaan PT Indonesia Pondasi Raya.
DAFTA R P U S T A K A
36
Angka Kecelakaan Kerja Menurun. Diakses pada tanggal 7 April 2017.
.http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Peraturan Pemerintah. 2012. Peraturan Pemerintah No.5012012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, diakses
tanggal 14 April 2016. http://www.docstoc.com/doc/13259006/himpunan
_peraturan_ hiperkes _pdf
Swna'mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja. Jakarta: Gunung
Agung. Permen Lh Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Permen Lh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana Perizinan Dan
Pengawasan PengelolaanLimbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Oleh Pemerintah Daerah.
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Kep No. 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpangan
Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan dan
Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Permennakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Th 2011, NAB Faktor Fisika dan
Kimia di
Tempat Kerja.
37