Tentang
OLEH :
Agnes Widiastuti,A.Md.KL
221241024
Dosen Pembimbing :
Asep Irfan, SKM, M.Kes
Ada juga yang menyebut bahwa Higiene Industri sama dengan Higiene Perusahaan
yang terkait dengan kesehatan lingkungan kerja.
Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah :
1. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
2. Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko
akibat lingkungan kerja, diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian
dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.
Jadi, menimbang dari resiko tersebut, perusahaan memerlukan seorang personil di
lingkungan industrinya yang mengerti tentang hygiene industri dan mampu
menerapkannya.
2.2 Profesi Kerja Industrial Hygiene
Personil yang dimaksud pada bab pengertian diatas adalah salah satu profesi yang
paling erat dengan Higiene industri, namanya adalah Industrial Hygienist atau sering
disingkat IH.
Industrial Hygienist adalah orang yang tugasnya menangani mengenai higiene industri,
berdasarkan sertifikasinya terdapat dua tingkatan IH yaitu :
1. HIMU, merupakan sebutan bagi seorang Industrial Hygienist yang sudah
tersertifikasi Higiene Industri Muda.
2. HIU, merupakan level diatas HIMU yaitu sebutan bagi seorang Industrial
Hygienist yang sudah tersertifikasi Higiene Industri Utama.
Perlu diketahui bahwa beberapa perusahaan industri mensyaratkan sertifikasi tersebut,
ketika mereka melakukan perekrutan karyawan baru untuk posisi Industrial Hygienist.
Tugas Industrial Hygienist
1. Membuat perhitungan koreksi untuk kontrol bahaya atau hazard terkait
kesehatan dengan cara mengurangi atau menghilangkan eksposur. Misalnya :
mengganti zat berbahaya dengan zat yang kurang berbahaya, merubah proses,
memasang sistem ventilasi udara, menerapkan housekeeping yang baik, dan
memastikan penggunaan alat pelindung diri (APD).
2. Monitoring dan analisis untuk mendeteksi besaran eksposur, engineering, dan
metode lain untuk meminimalisir bahaya atau hazard.
2.3 Konsep Hygiene Industri
Konsep intinya adalah bagaimana membatasi adanya bahaya atau hazard yang bisa
berdampak pada pekerja di tempat kerja. Cara membatasinya adalah dengan 4 konsep :
1. Antisipasi
Antisipasi adalah kegiatan untuk memperkirakan, memprediksi dan
mengestimasi potensi bahaya atau hazard dan risiko yang mungkin ada di tempat
kerja sebagai akibat atau dampak dari aktivitas kerja tersebut.
Tujuan dari Antisipasi :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko sejak dini sebelum menjadi
bahaya dan risiko yang nyata.
Mempersiapkan tindakan yang perlu, sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
Meminimalkan kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau uatu area dimasuki.
Pengumpulan Informasi
Melalui studi literature
Mempelajari hasil penelitian
Dokumen-dokumen perusahaan
Survey lapangan
Analisis dan diskusi
Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
Pembuatan Hasil
Hasil dari kegiatan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko,
untuk memudahkannya bisa dikelompokkan sesuai dengan tujuan. Contoh
pengelompokan tersebut bisa dibagi berdasarkan :
2. Rekognisi
Rekognisi adalah kegiatan untuk mengenali bahaya atau hazard
lingkungan yang lebih detil dan lebih komprehensif, menggunakan metode yang
sistematis untuk hasil yang objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.
Bahaya yang dimaksud berhubungan dengan pekerjaan dan pemahaman
mengenai akibatnya terhadap para pekerja atau orang disekitarnya.
Didalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi seperti : konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis,
kandungan atau struktur, sifat, dan lainnya.
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) yang terkait dengan higiene industri yaitu :
Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi. Penjelasannya :
a. Faktor Fisika
Bahaya Fisika adalah bahaya yang timbul dari tingginya
tingkat kebisingan, pencahayaan, radiasi, getaran, suhu ekstrim
dan pressure atau tekanan. Contoh : Kebisingan. Dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai
berdampak pada ketulian. Intensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan mempengaruhi kesehatan pendengaran adalah diatas
60 dB.
Jadi karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas
bunyi mesin diatas 60 dB, harus dilengkapi dengan alat pelindung
atau penyumbat telinga untuk mencegah gangguan pendengaran.
b. Penerangan atau Pencahayaan
Kurangnya penerangan di lingkungan kerja bukan hanya
menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan
pekerjaan namun juga menimbulkan kesan kotor dan tidak
higienis.
Cahaya yang cukup juga akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja
akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para
karyawan atau pekerjanya, seperti : sakit kepala atau pusing,
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi
dan kecepatan berpikir.
Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja
untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran
benda, hal ini akan berdampak kepada kesehatan mata.
Cara mengatasinya adalah dengan mengatur dan
menyediakan Penerangan atau Pencahayaan yang cukup
memadai di setiap ruang kerja.
c. Getaran
Parameter dari getaran hampir sama dengan bising,
seperti: frekuensi, amplitudo, dan apakah getaran berlangsung
terus menerus atau ada jeda.
Contoh bahaya dari getaran adalah pekerjaan manual yang
menggunakan “powered tool” dapat menyebabkan gejala
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi
efek negatif pada sistem saraf dan sakit pada tulang belakang. Hal
ini bisa diatasi dengan metode kerja dan ketrampilan pekerja
yang disesuaikan dengan pekerjaan terkait dengan getaran
tersebut.
d. Faktor Kimia
Bahaya Kimia adalah bahaya yang muncul dari tingginya
konsentrasi uap, gas atau padatan atau debu di udara, termasuk
juga bahan yang bersifat iritant atau beracun ketika terserap oleh
kulit.
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3,
CO, dan lainnya, contoh bahaya kimia :
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan
terjadinya kontak. Bagain tubuh yang paling
umum terkena adalah kulit, mata dan sistem
pencernaan. Contoh : konsentrat asam dan basa ,
fosfor.
Iritasi
Bahaya Iritasi menyebabkan peradangan
pada permukaan di tempat kontak, iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada saluran pernapasan dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan
pembengkakan. Contoh iritasi : Kulit : asam, basa,
pelarut, minyak
e. Faktor Biologi
f. Faktor Ergonomi
3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bersedia
memberikan kritik dan saran sebagai bahan pertimbangan untuk hasil yang lebih baik di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://standarku.com/standar-higiene-industri/