Anda di halaman 1dari 11

TUGAS K3

Tentang

Higiene Industri dalam Antisipasi, Rekognisi, Evaluasi, dan Kontrol

OLEH :

Agnes Widiastuti,A.Md.KL
221241024

Dosen Pembimbing :
Asep Irfan, SKM, M.Kes

SARJANA TERAPAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
PADANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah HigieneIndustri atau
Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan danKesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar
tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resikoakibat lingkungan kerja diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendaliandan melakukan tindakan perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan. Melihat risikobagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di
lingkungan kerjanya, maka perluadanya personil di lingkungan industri yang mengerti
tentang higiene industri danmenerapkannya di lingkungan kerjanya.
Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang
timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi higiene industri ?
2. Apa Profesi Kerja Industrial Hygiene?
3. Apa Konsep Hygiene Industri?
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hygiene Sanitasi


Higiene industri adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap berbagai faktor lingkungan di tempat kerja
yang menyebabkan pekerja terkena penyakit, mengalami gangguan kesehatan atau
mengalami ketidaknyamanan di lingkungan kerjanya.
Sumber dari pengertian tersebut adalah definisi yang tertulis didalam “Fundamental of
Industrial Hygiene 4nd Edition” yaitu : Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit
secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan
untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan
mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau
stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan
kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun
warga masyarakat.

Ada juga yang menyebut bahwa Higiene Industri sama dengan Higiene Perusahaan
yang terkait dengan kesehatan lingkungan kerja.
Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah :
1. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
2. Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko
akibat lingkungan kerja, diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian
dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.
Jadi, menimbang dari resiko tersebut, perusahaan memerlukan seorang personil di
lingkungan industrinya yang mengerti tentang hygiene industri dan mampu
menerapkannya.
2.2 Profesi Kerja Industrial Hygiene
Personil yang dimaksud pada bab pengertian diatas adalah salah satu profesi yang
paling erat dengan Higiene industri, namanya adalah Industrial Hygienist atau sering
disingkat IH.
Industrial Hygienist adalah orang yang tugasnya menangani mengenai higiene industri,
berdasarkan sertifikasinya terdapat dua tingkatan IH yaitu :
1. HIMU, merupakan sebutan bagi seorang Industrial Hygienist yang sudah
tersertifikasi Higiene Industri Muda.
2. HIU, merupakan level diatas HIMU yaitu sebutan bagi seorang Industrial
Hygienist yang sudah tersertifikasi Higiene Industri Utama.
Perlu diketahui bahwa beberapa perusahaan industri mensyaratkan sertifikasi tersebut,
ketika mereka melakukan perekrutan karyawan baru untuk posisi Industrial Hygienist.
Tugas Industrial Hygienist
1. Membuat perhitungan koreksi untuk kontrol bahaya atau hazard terkait
kesehatan dengan cara mengurangi atau menghilangkan eksposur. Misalnya :
mengganti zat berbahaya dengan zat yang kurang berbahaya, merubah proses,
memasang sistem ventilasi udara, menerapkan housekeeping yang baik, dan
memastikan penggunaan alat pelindung diri (APD).
2. Monitoring dan analisis untuk mendeteksi besaran eksposur, engineering, dan
metode lain untuk meminimalisir bahaya atau hazard.
2.3 Konsep Hygiene Industri
Konsep intinya adalah bagaimana membatasi adanya bahaya atau hazard yang bisa
berdampak pada pekerja di tempat kerja. Cara membatasinya adalah dengan 4 konsep :
1. Antisipasi
Antisipasi adalah kegiatan untuk memperkirakan, memprediksi dan
mengestimasi potensi bahaya atau hazard dan risiko yang mungkin ada di tempat
kerja sebagai akibat atau dampak dari aktivitas kerja tersebut.
Tujuan dari Antisipasi :
 Mengetahui potensi bahaya dan risiko sejak dini sebelum menjadi
bahaya dan risiko yang nyata.
 Mempersiapkan tindakan yang perlu, sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
 Meminimalkan kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau uatu area dimasuki.

Metode di dalam antisipasi :

 Pengumpulan Informasi
 Melalui studi literature
 Mempelajari hasil penelitian
 Dokumen-dokumen perusahaan
 Survey lapangan
 Analisis dan diskusi
 Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
 Pembuatan Hasil

Hasil dari kegiatan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko,
untuk memudahkannya bisa dikelompokkan sesuai dengan tujuan. Contoh
pengelompokan tersebut bisa dibagi berdasarkan :

 Lokasi atau unit


 Kelompok pekerja
 Jenis potensi bahaya
 Tahapan proses produksi

2. Rekognisi
Rekognisi adalah kegiatan untuk mengenali bahaya atau hazard
lingkungan yang lebih detil dan lebih komprehensif, menggunakan metode yang
sistematis untuk hasil yang objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.
Bahaya yang dimaksud berhubungan dengan pekerjaan dan pemahaman
mengenai akibatnya terhadap para pekerja atau orang disekitarnya.
Didalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi seperti : konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis,
kandungan atau struktur, sifat, dan lainnya.
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) yang terkait dengan higiene industri yaitu :
Fisika, Kimia, Biologi, Ergonomi. Penjelasannya :
a. Faktor Fisika
Bahaya Fisika adalah bahaya yang timbul dari tingginya
tingkat kebisingan, pencahayaan, radiasi, getaran, suhu ekstrim
dan pressure atau tekanan. Contoh : Kebisingan. Dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai
berdampak pada ketulian. Intensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan mempengaruhi kesehatan pendengaran adalah diatas
60 dB.
Jadi karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas
bunyi mesin diatas 60 dB, harus dilengkapi dengan alat pelindung
atau penyumbat telinga untuk mencegah gangguan pendengaran.
b. Penerangan atau Pencahayaan
Kurangnya penerangan di lingkungan kerja bukan hanya
menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan
pekerjaan namun juga menimbulkan kesan kotor dan tidak
higienis.
Cahaya yang cukup juga akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja
akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para
karyawan atau pekerjanya, seperti : sakit kepala atau pusing,
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi
dan kecepatan berpikir.
Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja
untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran
benda, hal ini akan berdampak kepada kesehatan mata.
Cara mengatasinya adalah dengan mengatur dan
menyediakan Penerangan atau Pencahayaan yang cukup
memadai di setiap ruang kerja.
c. Getaran
Parameter dari getaran hampir sama dengan bising,
seperti: frekuensi, amplitudo, dan apakah getaran berlangsung
terus menerus atau ada jeda.
Contoh bahaya dari getaran adalah pekerjaan manual yang
menggunakan “powered tool” dapat menyebabkan gejala
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi
efek negatif pada sistem saraf dan sakit pada tulang belakang. Hal
ini bisa diatasi dengan metode kerja dan ketrampilan pekerja
yang disesuaikan dengan pekerjaan terkait dengan getaran
tersebut.
d. Faktor Kimia
Bahaya Kimia adalah bahaya yang muncul dari tingginya
konsentrasi uap, gas atau padatan atau debu di udara, termasuk
juga bahan yang bersifat iritant atau beracun ketika terserap oleh
kulit.
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3,
CO, dan lainnya, contoh bahaya kimia :
 Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan
terjadinya kontak. Bagain tubuh yang paling
umum terkena adalah kulit, mata dan sistem
pencernaan. Contoh : konsentrat asam dan basa ,
fosfor.
 Iritasi
Bahaya Iritasi menyebabkan peradangan
pada permukaan di tempat kontak, iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada saluran pernapasan dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan
pembengkakan. Contoh iritasi : Kulit : asam, basa,
pelarut, minyak
e. Faktor Biologi

Bahaya Biologi adalah bahaya yang disebabkan oleh


organisme hidup yang dapat berdampak pada kesehatan manusia.

f. Faktor Ergonomi

Bahaya Ergonomi adalah bahaya dari design peralatan


kerja, area kerja, prosedur kerja yang tidak memadai atau tidak
sesuai. Berpotensi juga untuk menyebabkan kecelakaan atau
pekerja sakit, diantaranya proses mengangkat benda atau meraih
benda yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk, gerakan
monoton yang dilakukan secara tidak benar dari sisi postur tubuh.

Tujuan dari rekognisi :

 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil baik dari segi :


sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran.
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
Mengetahui pekerja yang berisiko.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah proses pengambilan keputusan yang hasilnya adalah
laporan tingkat bahaya atau hazard dalam indutri. Tahap penilaian atau evaluasi
lingkungan ini dilakukan dengan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis
di laboratorium secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran tingkat bahaya dengan standar yang berlaku.
Hasilnya digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, tindakan pengendalian apa yang akan dilakukan , ada atau
tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya serta digunakan sebagai dokumen data di tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi:


 Mengetahui tingkat risiko
 Mengetahui kondisi pada pekerja
 Memenuhi peraturan atau aspek legal.
 Mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
 Memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
4. Pengendalian

Pengendalian adalah proses untuk menurunkan tingkat risiko dari


kemungkinan bahaya pada pekerja. Metode Pengendalian di Tempat Kerja yang
dapat dilakukan ada 6 tahapan :

 Eliminasi, yaitu upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya


serta menghentikan kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi
bahaya.
 Substitusi : modifikasi proses untuk mengurangi mengurangi
bahaya, dapat dilakukan dengan : mengubah beberapa peralatan
proses, mengubah kondisi fisik bahan baku untuk dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
 Isolasi : menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan
lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya.
 Engineering control : melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja seperti : menghilangkan semua
bahaya ditimbulkan., mengurangi sumber bahaya dengan cara
mengganti bahan menjadi ke kurang berbahaya, proses kerja
ditempatkan terpisah, menempatan ventilasi.
 Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja,
seperti : pengaturan jadwal kerja yaitu mengurangi waktu kerja di
area kerja yang mengandung bahaya. Termasuk juga adalah
training yang memberikan meningkatkan kemampuan pekerja
untuk mengenali bahaya dan bekerja dengan aman melalui
prosedur yang sesuai.
 Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian, yaitu penggunaan APD untuk melindungi
pekerja dari bahaya atau hazard yang ada di lingkungan kerjanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Higiene industri adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap berbagai faktor lingkungan di tempat kerja
yang menyebabkan pekerja terkena penyakit, mengalami gangguan kesehatan atau
mengalami ketidaknyamanan di lingkungan kerjanya.
Konsep hygiene sanitasi ada 4, yaitu:
1. Antisipasi
2. Rekognisi
3. Evaluasi
4. Pengendalian

3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bersedia
memberikan kritik dan saran sebagai bahan pertimbangan untuk hasil yang lebih baik di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://standarku.com/standar-higiene-industri/

Anda mungkin juga menyukai