Anda di halaman 1dari 18

ASPEK :HIGIENE INDUSTRI (BAHAYA FAKTOR FISIK DAN KIMIA DI

LINGKUNGAN KERJA)
PT. IDE STUDIO

KELOMPOK I
Agus Surya Pratomo, Amd.Kep Ayu Nadia Choir, A.Md.Kep
Eka Wulandari, Amd.Kep Ns. Elvin Elsa Maharenny,S.Tr.Kep
Ns. Cintia Tri Wullandari, S.Tr.Kep Ns. Firda Ayu Magfiro, S.Tr.Kep
Alifiani Novikhamsa Ananta, A.Md.Kep Fuji Dwi Astuti, A.Md.Kep
Alfin Rahma Nugroho, A.Md.Kep Diah Ayu Sekar Wangi, A.Md.Kep
Alimin Nor, A.Md.Kep Fitri Rahmawati, A.Md.Kep
Ns. AndreasPradipta, S.Kep Gelora Elsa Theresia M, S.Kep.,NS
Anung Anindita Rohma Safitri, A.Md.Kep Hendriyannur, Amd.Kep

Annisa Fitri Jayanti, Amd. Kep Imam Setia Budiman, S.Kep.,NS


Anggara Putra Pratama, A.Md.Kep
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
BAGI PARAMEDIS

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan
kunjungan ini dengan judul“Aspek: Higiene Industri (Potensi Bahaya Faktor Fisik dan Kimia
di Lingkungan Kerja PT Ide Studio)”.Penyusunan laporanini kami buat dalam rangka
memenuhi persayaratan kelulusan pelatihan Hiperkes dan sebagai implementasi hasil
Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja di CV Health Management System.
Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Dan dalam kesempatan ini juga kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Balai K3 Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
pembimbing kami, juga buat CV Health Management System yang telah menjadi panitia
pelaksana pelatihan ini, juga kepada PT Ide Studio yang telah bersedia memberikan waktu
dan tempat bagi kami untuk melakukan kunjungan kerja walaupunsecara virtual.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini dan juga untuk menambah
wawasan kami. Akhir kata kami ucapkan terimakasih banyak.

Penulis

Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam
proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah
bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor
yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Mukono, 2008). Terdapat beberapa bahaya
potensial keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang menimbulkan risiko dampak
panjang pada kesehatan. Potensi bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia
(debu, uap logam, uap), bahaya faktor biologi (penyakit dan gangguan oleh bakteri,
virus dan binatang), bahaya faktor fisik (bising, penerangan, getaran, iklim kerja,
jatuh), cara bekerja dan bahaya faktor ergonomis (posisi bangku kerja, pekerjaan
berulang, jam kerja yang lama) dan potensi bahaya lingkungan yang disebabkan oleh
polusi pada perusahaan di masyarakat (ILO, 2013).
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap
tenaga kerja berhak umtuk selamat karena itu setiap tenaga kerja harus dilindungi dari
potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Potensi bahaya yang dapat terjadi di tempat
kerja diantaranya faktor fisik meliputi kebisingan, getaran, iklim kerja, pencahayaan,
dan radiasi, serta faktor kimia. Agar tenaga kerja dapat bekerja dengan selamat, maka
perlu diterapkan aspek hygiene industry.
Hygiene industry adalah ilmu dan seni beserta penerapannya dalam mengenali,
menilai dan mengendalikan faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan tenaga kerja atau penyakit akibat kerja. Menurut
Suma’mur, hygiene perusahaan adalah spesialis dalam ilmu hygiene berserta
praktiknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif
dan kuantitatif dilingkungan kerja perusahaan yang hasilnya digunakan untuk dasar
tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar berkerja dan masyarakat di
sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan uraian di atas, pemerintah melalui departemen tenaga kerja dan
transmigrasi melakukan upaya pembinaan dalam rangka menciptakan tenaga kerja
sehat dan mampu bekerja secara produktif. Hal ini dilaksanakan oleh balai Hiperkes
dan kesehatan kerja, dimana salah satu program kegiatannya adalah pelatihan
Hiperkes dan kesehatan kerja bagi paramedis perusahaan. Dalam rangka penerapan
kegiatan pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi paramedis perusahaan tahun
2021, kami kelompok 1 mengangkat topik mengenai hygiene industry aspek potensi
bahaya faktor fisika dan kimia di PT IDE STUDIO.

B. TUJUAN
Praktek lapangan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai potensi bahaya factor
fisik dan kimia di lingkungan kerja, utamanya di PT. IDE STUDIO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hygiene Industri
1. Pengertian
Higiene industri adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap berbagai faktor
lingkungan di tempat kerja yang menyebabkan pekerja terkena penyakit,
mengalami gangguan kesehatan atau mengalami ketidak nyamanan di lingkungan
kerjanya.
Sumber dari pengertian tersebut adalah definisi yang tertulis didalam
“Fundamental of Industrial Hygiene and Edition” yaitu “Industrial hygiene is that
science and art devoted to the anticipation, recognition, evaluation, and control of
those environmental factors or stresses arising in or from the workplace that may
cause sickness, impaired health and well-being, or significant discomfort among
workers or among the citizens of the community.”
Menurut Suma’mur hiegene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
hiegene beserta praktiknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab,
penyakit secara kualitatif dan kuantitatif dilingkungan kerja perusahaan yang
hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta
pencegahan, agar pekerjaan dan masyarakat disekitar perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
2. Penerapan Hiegene Industri
Ada 3 aspek utama dalam penerapan hiegene indudtri, yaitu: pengenalan,
penilaian, dan pengendalian lingkungan kerja. Tekhnik identifikasi atau
pengenalan lingkungan kerja dapat dilakukan dengan “Walk Through Survey”
atau survey pendahuluan berupa observasi secara umum, pencatatan data tentang
lokasi atau bagian, jumlah pekerjan, idiagaram alur produksi, pengamatan potensi
bahaya, jenis mesin atau peralatan, tanda peringatan, ketata rumah tanggaan,
tanggap darurat, tekhnologi pengendalian, dll. Pengenalan lingkungan kerja
dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif potensi bahaya ditempat kerja .
Pada tahap evaluasi atau penilaian dilakukan pengukuran, dengan cara
pengambilan sample dan analisi laboratorium. Penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif. Tahap pengendalian
merupakan metode tekhnik untuk menurunkan atau mereduksi tingkat faktor
bahaya, lingkungan sampai batas aman bagi tenaga kerja.
B. Faktor Bahaya Fisik
1. Faktor Bahaya fisik
a. Kebisingan
Kebisingan dapat didefinisikan semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat- alat kerja yag
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki.
Pengertian ini sifatnya subyektif, karena kebisingan ini tergantung dari
persepsi masing-masing individu dan keadaan. Kebisingan bisa menjadi suara
yang dikehendaki bagi orang tertentu(suara music di diskotik).
Bunyi atau suara adalah sesuatu yang dapat didengar. Bunyi
merupakan energy yang merambat melalui media(padat, cair, gas) yang
kemudian diterima oleh telinga. Kualitas bunyi ditentukan oleh intensitas
suara, frekwensi dan kecepatan. Nilai ambang batas kebisingan adalah
besarnya level suara dimana tenaga kerja masih berada dalam batas aman
untuk bekerja 8 jam / hari atau 40 jam / minggu. Nilai ambang dengar adalah
suara yang paling lemah yang masih dapat di dengar ditelinga.
Jenis – jenis kebisingan kontinyu, fluktuatif, impulsif dan impulsif
berulang. Jenis bising berdasarkan paparan irriting nose (bising ini memiliki
intensitas yang tidak terlalu keras, tetapi berdampak pada kenyamanan
pendengaran tenaga kerja) kemudian jenis bising masking noise kebisingan
yang dapat mengganggu komunikasi tenaga kerja akibat percampuran bising
dari aktivitas produksi, dan jenis bising damaging noise yaitu kebisingan yang
telah telah melampaui ambang batas yang berakibat pada kerusakan fungsi
pendengaran tenaga kerja.
Cara pengukuran kebisingan persiapan alat pastikan alat ukur yang
akan digunakan telah terkalibrasi dan berfungsi dengan baik, lalu penentuan
titik uji ialah titik terdekat tenaga kerja yang terpapar sumber bising, lalu
pengukuran lama waktu disesuaikan dengan lama jam kerja beraktivitasdan
hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan dengan NAB pada permenaker
No 5 Tahun 2018.
b. Getaran (vibrasi)
Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linie (atas bawah, maju
mundur, kanan kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap
suatu titik. Getaran dapat terjadi adanya efek dinamis berupa gesekan antar
bagian mesin atau getaran mesin, sumber pemaparan biasanya berasal dari
peralatan kerja, mesin kendaraan (forklift), mesin gergaji, mesin bor gerinda
dan lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan mesin yang
bergetar dapat memapari tubuh tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar pada
bagian tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar getaran
dapat ikut bergetar.
Jenis – Jenis Getaran lingkungan kerja yaitu HAV merupakan getaran
yang merambat dari sumber melalui telapak dan lengan tenaga kerja dan
WBV merupakan getaran yang merambat dari sumber melalui alas duduk,
sandaran dan alas kakitenaga kerja. Pengukuran getaran menggunakan alat
vibration meter dengan output satuan m/s², pengukuran dilakukan satu
sikluspekerjaan untuk mewakili paparan getaran yang diterima pekerja
selama jam kerja dalam satu hari, pengukuran dilakukan dengan
menempatkan sensor diantara sumber getar dengan tubuh pekerja yang
mengalami kontak dengan sumber getar.
c. Iklim kerja
Penggunaan teknologi mesin, perawatan dalam proses produksi, dapat
menimbulkan suatu lingkungan kerja mempunyai iklim / cuaca kerja tertentu,
seperti lingkungan kerja panas atau dingin. Contoh tempat kerja yang memiliki
iklim kerja panas yaitu:

1) Bagian peleburan logam


2) Bagian pengeringan atau pemanasan
3) Bagian tempat kerja dengan ventilasi udara kurang baik (buruk)

Iklim kerja panas adalah perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan


gerak udara dan panas radiasi. Suhu panas alami adalah (natural wet bulb
tempereture) adalah suhu penguapan air dimana pada suhu yang sama
menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air diudara, suhu ini diukur
dengan thermometer basah, alami, dan suhunya yang lebih rendah dari suhu
kering.
Suhu kering (dry bulb temperature) adalah suhu udara yang diukur
dengan thermometer suhu kering. Suhu bola (bulb temperature) adalah suhu
yang diukur dengan menggunakan thermometer suhu bola. Tekanan panas
adalah efek fisiologi terhadap tubuh yang disebabkan oleh pemaparan panas
yang berlebihan.
Panas konduksi adalah perpindahan panas tubuh dengan benda sekitar
melalui kontak panas konveksi adalah perpindahan panas tubuh dengan udara
sekitar. Panas metaboliesme adalah panas (kalori) yang dibutuhkan untuk
mempertahan kanfungsi tubuh. Besarnya panas metabolism tergantung
aktifitas fisik.

d. Pencahayaan
Istilah yang sering digunakan didalam desain dan evaluasi pada tempat
atau ruangan yang diberikan pencahayaan antaranya adalah intensitas
illuminasi, lumen, level, illuminasi, luminance dan reflectance. Jenis
pencahataan pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu pencaharyaan alami yang
berasal dari sinar matahari dan pencahayaan buatan berupa lampu dan lain-
lain.

C. Faktor Bahaya Kimia


1. Debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,
penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material
organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian
(Hidayat, 200)
Debu adalah butiran-butiran padat yang dihasilkan oleh proses mekanisme
seperti penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, pengolahan
dan lain-lain dari bahan organik dan anorganik, contohnya debu, kayu, logam,
arang batu, batu, butiran-butiran zat dan sebagainya (Suma’mur, 2014)

2. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena
tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk
lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-
organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat
tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan 
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.  Pengeluaran zat-zat beracun
dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

3. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan
apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.Zat korosif dapat bereaksi
dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.  Kerusakan dapat
berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat
peka terhadap bahan kimia).

4. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan.

5. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta
suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya .Zat
eksplosifamat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak
seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

6. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar.

8. Bahan Kimia Reaktif TerhadapAsam (Acid Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakaratau gas-gas yang beracun dan korosif.

9. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas
cairatau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

10.Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radio aktif
dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.Suatubahan kimia
dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. IDENTITAS PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT. IDE STUDIO
Jenis Perusahaan : Furniture
Alamat Perusahaan : Jl. Parangtritis Km 8, Sewon Bantul, DI Yogyakarta
Jumlah Tenaga Kerja : 210 orang
Tanggal Kunjungan : 18 November 2021

B. PROSES PRODUKSI
1. Bahan Yang Diperlukan :
a. Bahan Baku : Kayu jati (sudah dioven)
b. BahanTambahan : Aksesoris mebel, lem, tiner, sekrup, cat (toning),dsb
2. Mesin / PeralatanKerja yang digunakan :
Berbagai mesin gergaji, mesin belah, mesin planner, mesin serut, mesin bor, mesin
sanding, mesin doktail, palu, dsb.
3. Proses Produksi :
Bahan baku-> Pembuatan Komponen -> Perakitan -> Finising amplas dan
Finising pengecetan -> Pengepakan
4. Barang Yang Dihasilkan
a. Produk Utama : Aneka mebel kayu
b. Produk Sampingan : Tidak ada
5. Limbah yang dikeluarkan :
Potongan Kayu, Serpihan Kayu, Serbuk Kayu

C. HASIL PENGUKURAN
1. Pencahayaan
Lokasi Pencahayaa Lokal Jenis Cahaya Keterangannya
n kerja yang di
perlukan
Kisaran Rata Rata
Gudang 96-132 121 Agak 200 lux Kurang
bahan baku Teliti Mencukupi
Bag 102 - 268 228 Teliti 300 lux Kurang
Komponen Mencukupi
Perakitan 128-398 214 Teliti 300 lux Mencukupi
Finishing 188-368 225 Teliti 300 lux Kurang
amplas mencukupi
Finishing 52-68 62 Teliti 300 lux Kurang
pengecatan mencukupi
Bagian 135-207 148 Sepintas 100 lux Kurang
pengepakan mencukupi

Keterangan :
a. Pencahayaan bukan merupakan suatu potensi bahaya, pencahayaan dibutuhkan
dalam proses produksi
b. Kurang mencukupi adalah kurangnya pencahayaan diseluruh lokasi tempat
produksi
c. NAB (Nilai ambang batas dinilai berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja
No 5 tahun 2018)
2. Kebisingan
LOKASI KEBISINGAN JENIS NAB Keterangan
(dB) BISING (dB)
Leq Lmax
Gudang Bahan Baku 86,1 92,6 Kontinyu 85 Diatas NAB
Bagian Komponen 88,5 98,2 Kontinyu 85 Diatas NAB
Perakitan 84,1 92,6 Kontinyu 85 Dibawah NAB
Finishing (Amplas) 100,5 110,2 Kontinyu 85 Diatas NAB
Finishing 78,2 82,1 Kontinyu 85 Dibawah NAB
(Pengecatan)
Bagian Pengepakkan 78,2 82,6 Kontinyu 85 Dibawah NAB
Keterangan: NAB (Nilai ambang batas dinilai berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga
Kerja No 5 tahun 2018)

3. Iklim Kerja

Hasil Pengujian Beban Sumber NAB


LOKASI Kerja Panas ISBB( Keterang
Tnw RH ISBB o an
C)
b (%) (oC)
( C)
o

Gudang 27,5 82 28,3 Ringan Kurang 31 ISBB <


bahan baku ventilasi NAB
Bagian 26,5 82 28,3 Ringan Aktivitas 31 ISBB<N
Komponen Pekerja AB
Perakitan. 26,5 82 28,5 Sedang Alat 29 ISBB<N
Produksi AB
Finishing 27,2 80 31.0 Ringan Aktivitas 31 ISBB<N
Amplash Pekerja AB
Finishing 27,4 80 29,2 Sedang Aktivita 29 ISBN>N
Pengecetan
Pekerja
Bagian 26,6 80 27,5 Ringan Aktivita 31 ISBN<N
Pengepak
Pekerja

Keterangan :
NAB (Nilai ambang batas berdasarkan Permenaker No 5 tahun 2018)
4. Getaran
NO TEMPAT JENIS TK. SUMBER NAB KETERA
KERJA GETAR GETARA GETARAN (m/det2) NGAN
AN N
(m/det2)
1. Bag. HAV 3,8 Mesin 5 Dibawah
komponen (m/det )
2
gergaji(m/det )2
NAB
2. Bag. HAV 3,6 Mesin serut 5 Dibawah
Perakitan (m/det2) (m/det2) NAB
3. Bag. HAV 1,6 Bor 5 Dibawah
Perakitan (m/det )
2
(m/det2) NAB
4. Bag. HAV 3,6 Amplas 5 Dibawah
Amplas (m/det )
2
(m/det2) NAB
5. Bag. HAV 1,5 Pengecatan 5 Dibawah
Pengecata (m/det )
2
(m/det2) NAB
n
Kesimpulan : Nilai Ambang Batas (NAB) getaran pada kasus di atas adalah di bawah angka
NAB yaitu 5 (m/det2). Jadi bisa di simpulkan getaran mekanik tidak
berbahaya.

5. Debu
Lokasi Jenis Debu Kadar Sumber NAB Keterangan
Debu Debu (Mg/M3)
Gudang Debu total 1,85 Tumpukan 1 mg/m³ Diatas NAB
bahan baku dominan mg/m³ kayu
debu kayu
Bagian Debu total 3,13 Mesin 1 mg/m³ Diatas NAB
komponen dominan mg/m³ gergaji,
debu kayu mesin
serut
Bagian Debu total 2,22 Mesin bor 1 mg/m³ Diatas NAB
perakitan dominan mg/m³
debu kayu
Finishing Debu total 5,40 Amplas 1 mg/m³ Diatas NAB
(Amplas) dominan mg/m³
debu kayu
Finishing Debu total 1,21 kayu 1 mg/m³ Diatas NAB
(pengecatan) dominan mg/m³
debu kayu
Gudang Debu total 1,08 Tumpukan 1 mg/m³ Diatas NAB
pengepakan mg/m³ kardus

Keterangan: Nilai ambang batas dinilai berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja no. 5
tahun 2018

D. IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA


1. Faktor Fisika
Potensi Bahaya Sumber Potensi Bahaya Pengendalian
Pencahayan a. Gudang bahan a. Usaha yang dilakukan
(bukan potensi baku perusahan tidak menyekat
bahaya) b. Perakitan diding diarea kerja diahrpan
c. Finishing amplas cahaya dapat masuk merata
d. Finishing kesuluruh ruangan.
pengecatan b. Perusaahan sudah memasang
e. Bagian lampu berukuran panjang dan
pengepakan besar dibebrapa titik ruangan.
c. Terdapat jenset untuk
mendukung kelistrikan baik
untuk menghidupkan lampu-
lampu maupun alat-alat kerja.
Kebisingan a. Gudang bahan a. Perusahan telah menyediakan
baku ear muff dan ear plug
b. Bagian komponen
c. Perakitan
d. Finising (Amplas)
e. Finising
(Pengecatan)
f. Bagian
pengepakan
Iklim Kerja a. Aktivitas Pekerja a. perusahaan telah menyediakan
panas b. Alat produksi kipas angin dan blower
b. Terpasangnya ventilasi di
berbagai titik ruangan
Getaran a. Mesin gergaji a. Perusahaan memberlakukan
mekanik b. Mesin serut roling sift
c. Bor b. Diberlakukannya pembatasan
d. Amplas jam kerja 8 jam sehari
Radiasi a. Mesin Las c. Perusahaan memberlakukan
b. Mesin produksi roling sift
berlistrik (alat d. Diberlakukannya pembatasan
pemotong, dll) jam kerja 8 jam sehari

2. Faktor Kimia
Potensi Sumber Potensi Bahaya Pengendalian
Bahaya
Debu a. Mesin gergaji a. Perusahaan telah
b. Mesin belah menyediakan alat Dust
c. Mesin planner collector
d. Mesin serut b. Oleh perusahan disedikan
e. Mesin bor masker kusus untuk
f. Mesin sanding pekerja
g. Mesin doktail
Gas a. Genset a. Oleh perusahan disedikan
1) Gas Co2 masker kusus untuk
2) Karbon pekerja
monoksida
Karbon
monoksida
yang terlalu
tinggi bisa
mengakibatkan
penurunan
kesadaran &
kematian
b. Pengecetan
1) Senyawa
VOC
(Volatile
Organic
Compound)
senyawa yang
meyebabkan
gangguan
pernapasan

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian
1. Pencahayan: potensi bahaya fisik karena pencahayaan kurang
2. Kebisingan: ditemukan bahaya kebisingan ditempat kerja bagian gudang bahan baku,
bagian komponen dan finisihng amplas karena berdasarkan perhitungan batas
kebisingan diatas NAB.
3. Iklim kerja: ditemukan potensi bahaya iklim kerja panas di area finishing pengecetan
merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
bagi pekerja
4. Getaran: Nilai Ambang Batas (NAB) getaran pada kasus di atas adalah di bawah
angka NAB yaitu 5 (m/det2). Jadi bisa di simpulkan getaran mekanik tidak berbahaya
getaran.
5. Debu: ditemukan bahaya PAK di area kerja karena Nilai Ambang Batas ( NAB) tidak
aman dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan
6. Radiasi: Pekerja dapat terpapar radiasi karena tidak memakai APD hanya memakai
baju kerja biasa, Radiasi juga berpotensi bahaya bagi pekerja lain karena ruangan
tidak bersekat.
7. Gas : di tempat pengecatan di temukan gas pada cat thiner dan terdapat gas monoksida
dan Co2 di tempat jenset resiko pekerja dapat terjadi keracunan gas

B. Saran
1. pencahayaan : bisa menambhkan daya lampu dan selalu merawat alat – alat
penerangan.
2. Kebisingan : mewajibkan pemakaian ear plug dan ear mmuf Khusus Karyawan
dibagian gudang bahan baku, bagian komponen, perakitan, finising dan gunakan ear
plug untuk mengurangi kebisingan dan dapat mencegah terjadinya kebisingan
3. Iklim kerja Aktivitas dari pekerja di kurangi aktivitas secara berlebihan dan
memberikan istirahat pekerja selama 15 menit untuk istirahat dulu
4. Getaran :gunakan sarung tangan dengan multi lapisan dan berbahan kenyal (karet,
karet busa, plastic busa, wol) atau menggunakan sarung tangan anti getaran bila
memungkinkan dan letakkan alat-alat yang bergetar ditempat yang tepat dan
operasikan hanya bila perlu dan dengan kecepatan yang minimum untuk mengurangi
paparan getaran.
5. Debu : memberikan edukasi tentang pentingnya penggunaan masker ditempat kerja
6. Radiasi : disarankan bagi pihak K3, dan jajaran manajemen keselamatan kerja lebih
mengedukasi para pekerja untuk patuh dalam penggunaan APD, pihak perusahaan
sebaiknya menyediakan APD sesuai ketentuan keselamatan kerja dan pihak pekerja
sebaiknya lebih patuh terhadap aturan mengenai keselamatan kerja sehingga dapat
meminimalisasi potensi bahaya yang terjadi.
7. Gas : disarkan pekerja menggunakan masker kusus untuk mengurai resiko terpapar
gas.

Anda mungkin juga menyukai