Anda di halaman 1dari 71

Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan


Bantuan Ventilasi
Mekanik
M. Irvan Firdaus
Muhammad Irvan Firdaus

0896 8875 9850 / 0813 8620 4502 irvanchester88@gmail.com


Pokok Bahasan

1 2 3
Asuhan Keperawatan Pada Bundle VAP, IAD, dan ISK Pemantauan
Pasien dengan Bantuan dalam Keperawatan Hemodinamik pada
Ventilasi Mekanik Pasien dengan Bantuan
Ventilasi Mekanik

Askep Pasien Bantuan


3 2022
Ventilasi Mekanik
PENDAHULUAN
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk
membantu fungsi pernapasan. Alat ini diindikasikan untuk
pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal napas.
Resiko pemasangan ventilator mekanik pada klien yang
mengalami gangguan sistem pernapasan merupakan hal yang
harus diantisipasi dalam upaya menyelamatkan hidup seseorang

4
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien dengan
Bantuan Ventilasi
Mekanik
Ventilasi Mekanik
• Proses bernafas yang sebagian atau seluruhnya fungsi
pertukaran gas paru diambil alih oleh mesin untuk
mempertahankan hidup

6 Presentation title 20XX


Indikasi pemasangan Ventilasi Mekanik

Pasien Gagal Nafas


•Insufisiensi Jantung

Disfungsi Neurologis
•Tindakan Operasi
PENGKAJIAN
Tanda-tanda Kebutuhan
Volume tidal
vital pengisapan

Status Upaya ventilasi


Tanda hipoksia
neurologis spontan klien

Frekuensi dan
Bunyi nafas Status nutrisi
pola pernafasan
8 Presentation title 20XX
PENGKAJIAN PERALATAN

Pengaturan Tekanan inspirasi


Jenis ventilator volume tidal dan yang dicapai dan Humidifikasi
frekunsi batasan tekanan.

Adanya air dalam


Cara
Pengaturan FIO2 selang,terlepas
pengendalain
(fraksi oksigen sambungan atau
(Controlled, Assist
yang diinspirasi) terlipatnya
Control, dll)
selang.

9 Presentation title 20XX


PEMERIKSAAN PENUNJANG & DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Tekanan Volume
fungsi paru inspirasi ekspirasi kuat

Analisa gas Ventilasi


Aliran-volume
darah arteri semenit

Kapasitas Inspirasi
Sinar X dada
vital paru negative kuat

Kapasitas Status nutrisi


Volume tidal
vital kuat / elaktrolit.
10 Presentation title 20XX
PROSES KEPERAWATAN DAN
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Evaluasi Diagnosis SDKI

SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
POKJA DPP PPNI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP PPNI
Tanda & Gejala
Faktor Risiko Kriteria Hasil

Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)

Intervensi
(SIKI)

3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI POKJA DPP PPNI
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SDKI

Terdiri dari :
1. Problem (deskriptor, fokus diagnostik)
2. Indikator diagnostik (etiologi, tanda & gejala, factor risiko)

Diagnosis keperawatan biasanya bersifat aktual dan potensial (risiko)

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan besarnya ancaman terhadap


kehidupan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SDKI
KATEGORI SUBKATEGORI DIAGNOSIS
1. FISIOLOGIS FISIOLOGIS : POSITIF:
2. PSIKOLOGIS 1. Respirasi 1. Promosi kesehatan
3. PERILAKU 2. Sirkulasi NEGATIF :
4. RELASIONAL 3. Nutrisi dan cairan 1. Aktual
5. LINGKUNGAN 4. Eliminasi
2. Risiko
5. Aktivitas dan istrirahat
6. Neurosensori
7.Reproduksi dan seksualitas
PSIKOLOGIS:
1. Nyeri dan keamanan
2. Integritas ego
3.Tumbang
PERILAKU:
1. Kebersihan diri
2.Penyuluhan & pembelajaran
RELASIONAL :
1. Interaksi social
LINGKUNGAN: SDKI
1. Keamanan & proteksi
PENETAPAN LUARAN KEPERAWATAN
Penetapan luaran memenuhi prinsip SMART

• Spesific
S Label dan indikator

• Measurable
distandarisasi

M
• Attainable
A Disesuaikan kondisi
pasien dengan
• Realistic menggunakan
R clinical judgement

• Timed
perawat

T
Diadaptasi dari:
Ackley et al (2017), Berman et al (2015), Doenges et al (2013), Potter & Perry (2013),
POKJA DPP PPNI
JENIS LUARAN KEPERAWATAN (LANJUTAN)

No Jenis Luaran Contoh Luaran

1 Positif Bersihan Jalan Napas


(Perlu ditingkatkan) Keseimbangan Cairan
Integritas Kulit & Jaringan
Citra Tubuh
2 Negatif Tingkat Nyeri
(Perlu diturunkan) Tingkat Keletihan
Tingkat Ansietas
Tingkat Berduka
ResponAlergi Sistemik
POKJA DPP PPNI
KOMPONEN LUARAN KEPERAWATAN

Label
• Nama luaran keperawatan berupa kata-kata kunci informasi
luaran

Ekspektasi
• Penilaian terhadap hasil yang diharapkan
• Meningkat, Menurun atau Membaik

Kriteria Hasil
• Karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur
• Dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi
• Menggunakan skor (1 s.d 5) pada pendokumentasian computer-based
POKJA DPP PPNI
KOMPONEN LUARAN KEPERAWATAN (LANJUTAN)

EKSPEKTASI LUARAN KEPERAWATAN


No Ekspektasi Definisi Contoh Luaran
1 Meningkat Bertambah baik dalam ukuran, Bersihan Jalan Napas
jumlah maupun derajat atau Curah Jantung
tingkatan Perawatan Diri
Sirkulasi Spontan
Status
Kenyamanan
2 Menurun Berkurang baik dalam ukuran, Tingkat Keletihan
jumlah maupun derajat atau Tingkat Ansietas
tingkatan Tingkat Berduka
Tingkat
Perdarahan
3 Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik, Eliminasi Fekal
adekuat, atau efektif. Fungsi Seksual POKJA DPP PPNI
Identitas Diri
Penampiran Peran
Proses
Pengasuhan
CONTOH LUARAN SLKI

Nomor Kode
Panggil

Label Luaran

Definisi Luaran

Ekspektasi
Luaran

Kriteria Hasil
dan Skor

POKJA DPP PPNI


PENERAPAN LUARAN KEPERAWATAN

Metode Dokumentasi Manual/Tertulis


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ………….,
maka [Label] [Ekspektasi] dengan kriteria hasil:
- Kriteria 1 (hasil)
- Kriteria 2 (hasil)
- Kriteria 3 (hasil)
- dst

Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka Bersihan Jalan Napas
Meningkat, dengan kriteria hasil:
• Batuk efektif meningkat
• Produksi sputum menurun
• Mengi menurun
• Frekuensi napas 12 -20 kali/menit POKJA DPP PPNI
Sistem klasifikasi Intervensi Keperawatan
• Klasifikasi atau taksonomi merupakan pengelompokan
berdasarkan hierarki dari yang bersifat lebih umum/tinggi
ke lebih khusus/rendah.
• SIKI diklasifikasikan sama dengan klasifikasi SDKI
• Kelompok klasifikasi (takson) SIKI terdiri atas:
• 5 KATEGORI
• 14 SUBKATEGORI
• 590 INTERVENSI KEPERAWATAN

POKJA DPP PPNI


Intervensi Keperawatan

Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan


Respirasi Interaksi Sosial Keamanan &
Nyeri dan Kebersihan Diri Proteksi
Kenyamanan
Sirkulasi
Penyuluhan &
Integritas Ego Pembelajaran
Nutrisi dan
Cairan
Pertumbuhan &
Eliminasi Perkembangan

Aktivitas dan
Istirahat Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification
of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges &
Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013).
Reproduksi dan
Seksualitas POKJA DPP PPNI
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

5 kategori
1. Fisiologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi homeostatik

2. Psikologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses mental dan
perilaku.

3. Perilaku
• Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau gaya hidup

4. Relasional
• Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal atau
interaksi sosial
5. Lingkungan
• Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguan kesehatan
POKJA DPP PPNI
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

14 subkategori
1. Respirasi
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi

2. Sirkulasi
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah

3. Nutrisi dan Cairan


• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan regulasi
cairan/elektrolit
4. Eliminasi
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria

5. Aktivitas dan Istirahat


• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi serta
istirahat/tidur
6. Neurosensori
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi otak dan saraf

7. Reproduksi dan Seksualitas


• Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas POKJA DPP PPNI
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)

14 subkategori (Lanjutan)
8. Nyeri dan Kenyamanan
• Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan

9. Integritas Ego
• Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara emosional

10. Pertumbuhan dan Perkembangan


• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan

11. Kebersihan Diri


• Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri

12. Penyuluhan dan Pembelajaran


• Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku

13. Interaksi Sosial


• Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antarindividu dan individu dengan kelompok

14. Keamanan dan Proteksi


• Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat
ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal POKJA DPP PPNI
Label Intervensi

Definisi Intervensi

Tindakan (Activity)

Referensi
27 Presentation title 20XX
28 Presentation title 20XX
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Gangguan Ventilasi Spontan


b/d gangguan metabolisme, kelemahan/keletihan
otot pernapasan

Gangguan Penyapihan Ventilator


b/d ketidakadekuatan dukungan social, ketidaktepatan
kecepatan proses penyapihan, riwayat kegagalan
berulang dalam upaya penyapihan, riwayat
ketergantungan ventilator lebih dari 4 hari

SDKI, 2017
LUARAN KEPERAWATAN

Gangguan Ventilasi Spontan Gangguan Penyapihan


Ventilator
Dalam 24 – 48 jam, Ventilasi
Spontan Meningkat Dalam 3X24 jam, penyapihan
ventilator meningkat dengan
dengan kriteria: kriteria: kesinkronan
Volum tidal meningkat, dispnea bantuan ventilator menurun,
menurun, PaO2 >80 mmHg, penggunaan otot bantu
PaCO2 35-45 mmHg, gelisah nafas menurun, napas
menurun dangkal menurun, agitasi
menurun

SLKI, 2018
GANGGUAN VENTILASI
SPONTAN INTERVENSI KEPERAWATAN
DUKUNGAN VENTILASI
• Observasi :
• Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas, deteksi dini risiko terjadinya gangguan ventilasi spontan
• Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan, untuk mengetahui apakah ada perbaikan dalam
respirasi klien setelah perubahan posisi
• Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi dan kedalaman nafas, penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas
tambahan, saturasi oksigen),
• Terapeutik :
• Pertahankan kepatenan jalan nafas dan penggunaan ventilator, mengoptimalkan pemberian alat bantu nafas
• Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya kelelahan otot bantu pernafasan
• Berikan posisi semi fowler atau fowler, mengoptimalkan tidal volume dan mengurangi usaha bernafas klien
• Fasilitasi merubah posisi senyaman mungkin, mengurangi usaha bernafas klien
• Gunakan BVM jika perlu, membantu memenuhi tidal volume
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
GANGGUAN PENYAPIHAN
VENTILATOR INTERVENSI KEPERAWATAN
PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK
Observasi:
• Periksa kemampuan untuk disapih (meliputi hemodinamik stabil, kondisi optimal, bebas infeksi)
• Monitor predictor kemampuan untuk mentolerir penyapihan (mis.tingkat kemampuan bernapas, kapasitas vital, Vd/Vt,MVV, kekuatan
inspirasi,FEV1, tekanan inspirasi negative)
• Monitor tanda-tanda kelelahan otot pernapasan (mis.kenaikan PaCO2 mendadak, napas cepat dan dangkal, gerakan dinding
abdomen paradox), hipoksemia, dan hipoksia jarinagan saat penyapihan
• Monitor status cairan dan elektrolit
Terapeutik
• Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat )
• Lakukan pengisapan jalan napas, jika perlu
• Berikan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit dengan napas spontan yang dibantu ventilator)
• Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
• Hindari pemberian sedasi farmakologis selama percobaan penyapihan
• Berikan dukungan psikologis
Edukasi
• Ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et al (2020)
Bundle VAP, IAD, dan
ISK dalam
Keperawatan
BUNDLES HAIs
• Merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti yang menghasilkan perbaikan
keluaran proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten
(Permenkes 27, 2017)
• HAIs (healthcare associated infection) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien
selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.

34 Presentation title 20XX


BUNDLES HAIs
VAP

IDO Bundles ISK

IAD

35 Presentation title 20XX


VAP
• SUATU INFEKSI PNEUMONIA YANG TERJADI SETELAH 48 JAM PEMAKAIAN
VENTILASI MEKANIK BAIK AKIBAT PEMASANGAN PIPA ENDOTRAKEAL
MAUPUN TRAKEOSTOMI

36 Presentation title PPI-RS, PMK


20XX 27 / 2017
ETIOLOGI
• Tindakan medis : Pembedahan saraf kepala (A.Baumani dan aureus)
• Penyakit bawaan : PPOK (h. influenzae)
• Infeksi pemasangan ETT (<5 hari : h.influenzae, streptococcus pneumoniae, s.
aureus, >5 hari : pseudomonas aeruginosa, s. aureus, Acinetobacter SP)
• Pasien dengan bronkiektasis (P. aeruginosa, s.aureus)

37 Presentation title 20XX


Patofisiologi

38 Presentation title 20XX


Faktor Risiko
1. Penjamu (pasien) :
• Riwayat penyakit yang mendasari
• Jenis kelamin
• Usia
• Gangguan sistem saraf sebelumnya
• Immunocompromised
• Penyakit jantung
• Gagal ginjal
• Sindrom gangguan pernafasan akut
39 Presentation title 20XX
Faktor Risiko
2. Intervensi Perawatan :
• Transfusi darah perioperative
• Terapi antibiotic
• Reintubasi
• Posisi kepala terlentang saat pemberian nutrisi enteral
• Penggunaan agen paralitik terus menerus
• Penggantian sirkuit ventilator
• Tekanan intracuff kurang dari 20 cmH2O

40 Presentation title 20XX


Tanda dan Gejala

Batuk, sekresi sputum


Peningkatan suhu
purulensi, Suara nafas bronchial Adanya perburukan
diatas 38C atau
peningkatan warna (rales) oksigenasi
dibawah 36C
dan sekresi

41 Presentation title 20XX


Pemeriksaan diagnostik
Pengambilan
sampel
saluran
pernafasan

Leukositosis,
leukopenia

Radiografi thorax
(penambahan
infiltrate, buruk,
persisten)

42 Presentation title 20XX


Manajemen VAP
VAP Menilai Risilo MRSA
(staphylococcus aureus) Kolonisasi berjumlah banyak

Rawat inap >5 hari sebelumnya, Vancomycin / linezolid


dan diberikan antibiotic (mempertimbangkan resiko
kolonisasi empiric yang besar)
Ya
Tidak Syok?
ARDS?
Syok?
ARDS?
Tidak
Tidak Ya Risiko tinggi Ya
MDR BGN
1. AB agen anti
Tidak adanya Tidak Ya
P.Aeruginosa Terapi kombinasi
bakteri
2. Piperacillin empiric melawan
Pseudomonas
tazobactam BGN
aeuginosa
3. cefepime

43 Presentation title 20XX


Pencegahan infeksi dengan Bundle VAP

Pengkajian secara
berkala agen sedasi
Elevasi tempat tidur Manajemen sekresi Profilaxis trombosis Profilaxis ulkus Oral care secara
(Weaning sedasi)
Hand hygiene (Head Of Bed) 30 º- oropharyngeal & vena dalam (DVT peptikum (Peptic berkala dengan
dan kesiapan
45 º dan trakeal Profilaksis) ulcer prophylaxis) chlorhexidine
ekstubasi (Weaning
ventilator)

44 Presentation title PPI-RS, PMK


20XX 27 / 2017
Infeksi saluran kemih terkait
pemasangan urin kateter
ISK
Penerapan bundles untuk
menetap yang terjadi pada sistem
mencegah terjadinya infeksi
saluran kemih setelah
saluran kemih
pemasangan kateter urine lebih
dari 2 hari

45 Presentation title 20XX


Patogenesis
Pada indwelling kateter mikroorganisme
bermigrasi sepanjang permukaan luar
kateter di mukosa periuretra atau
Kuman di meatus uretra bagian distal sepanjang permukaan dalam kateter,
dapat langsung masuk ke saluran / setelah terjadi kontaminasi pada kantong
kandung kemih ketika kateter dimasukan. penampung urine atau sambungan antara
kantong penampung dengan pipa
drainase. Dalam 8 jam setelah insersi
terbentuk biofilm pada permukaan kateter

46 Presentation title 20XX


Diagnosis ISK

c) Kultur urin positif ≥


105Coloni Forming
b) Gejala klinis: demam,
Unit (CFU) dengan 1 atau 2
a) Urin Kateter terpasang ≥ sakit pada suprapubik dan
jenis mikroorganisme dan
48 jam. nyeri pada
Nitrit dan/atau leukosit
sudut costovertebra.
esterase positif dengan
carik celup (dipstick)

47 Presentation title 20XX


Lama pemasangan
kateter > 6 – 30 hari
berisiko terjadi infeksi,

Rusaknya sirkuit kateter


Gender wanita,
urin.

Faktor Inkontinensia fekal


(kontaminasi E.coli pada
Diabetes,
malnutrisi, renal

Risiko
wanita), insufficiency,

Kontaminasi selama
Monitoring urine out
pemasangan kateter
put,
urin,

Posisi drainage kateter


lebih rendah dari urine
48 Presentation title bag, 20XX
Komponen Bundle ISK

Kaji Hand Teknik Pengambilan Perawatan Pelepasan


kebutuhan hyghiene insersi sampel kateter kateter

49 Presentation title 20XX


IAD
• Infeksi Aliran Darah (Blood Stream Infection/BSI) dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan alat sentral intra vaskuler
(CVC Line) setelah 48 jam dan ditemukan tanda atau gejala infeksi
yang dibuktikan dengan hasil kultur positif bakteri patogen yang
tidak berhubungan dengan infeksi pada organ tubuh yang lain dan
bukan infeksi sekunder, dan disebut sebagai Central Line
Associated Blood Stream Infection (CLABSI).

50 Presentation title 20XX


BUNDLE IAD
• Pendidikan dan pelatihan petugas medis
• Surveilans infeksi aliran darah
• Kebersihan tangan
• Penggunaan APD, pemasangan dan perawatan kateter
• Pemasangan kateter
• Perawatan luka kateterisasi
• Port injeksi intravena
• Persiapan dan pengendalian mutu campuran larutan intravena
• Flitre in line
• Petugas terapi inrtravena
• Alat intravaskuler tanpa jarum
• Profilaksis
51
antimikroba Presentation title 20XX
Pemantauan
Hemodinamik pada
Pasien dengan Bantuan
Ventilasi Mekanik
Definisi

● Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi
besar) maupun sirkulasi parva (sikulasi dalam paru-paru).
● Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam konisi fisiologis dengan control
neurohormonal.
● Namun pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga
status hemodinamik tidak akan stabil.
● Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan pasien-pasien
kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah secara cepat.

(Hidayati, Akbar and Rosyid, 2018)


Tujuan

● Deteksi dini, mengidentifikasi


dan melakukan intervensi
terhadap perubahan klinis
● Mengevaluasi segera respon
pasien terhadap intervensi yang
diberikan
● Mengevaluasi efektifitas fungsi
sistem kardiovaskuler
(Boldt J., 2002)
KOMPONEN
HEMODINAMIK
1.Volume ( darah/cairan)
2. Pembuluh darah diibaratkan
sebagai pipa
3. Jantung sebagai pompa
FAKTOR PENENTU
HEMODINAMIK

1.PRELOAD : menggambarkan tekanan


saat pengisian atrium kanan selama
diastolic => volume / darah
2.CONTRACTILITY : menggambarkan
kekuatan otot jantung untuk memompakan
darah ke seluruh tubuh. => pompa jantung
3.AFTERLOAD : menggambarkan
kekuatan/tekanan darah yang dipompakan
oleh jantung => SVR
PARAMETER PEMANTAUAN HEMODINAMIK

1.PEMANTAUAN
HEM ODINAM IK NON
INVASIF
2.PEMATAUAN
HEM ODINAM IK INVASIF
MONITORING NON INVASIF

M ONITORING NON INVASIF DAPAT DILAKUKAN PADA


KOM P ONEN BERIKUT :
1.EKG :kenali irama yg mengancam nyawa
2.DENYUT NADI :kekuatan, bradikardi, takikardi
3.PULSE OKSIMETRI :hipoksia, pertahankan saturasi
>95%
4.BP :sistolik <80mmHg atau M AP <65
5. STATUS M ENTAL/GCS :penurunan >2
6.DIURESIS :0,5-1ml/kgBB/jam
Non Invasive Blood Pressure (NIBP)

1.Pengukuran darah dengan menggunakan cuff atau manset yang bisa


dilakukan secara manual atau menggunakan bedside monitor. Perhatikan ukuran
manset yang sesuai untuk validitas pengukuran.
2.Dapat mengukur tekanan sistolik, tekanan diastolik, dan tekanan
rata-rata arteri (Mean Arterial Pressure=MAP) dari status hemodinamik
3.Tekanan sistolik merupakan tekanan darah ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri.
4.Tekanan diastolik merupakan gambaran elastisitas pembuluh, tekanan darah
saat jantung relaksasi normal 60-80mmHg darah dan kecepatan darah saat
dipompakan dalam arteri.
5.MAP adalah tekanan rata-rata arteri yang menggambarkan perfusi
rata- rata dari peredaran darah sistemik, normal 70-100mmHg, ((Sistolik
+ 2 diastolik) : 3)
NIBP
MONITORING INVASIF

M ONITORING NON INVASIF DAPAT


DILAKUKAN PADA KOMPONEN BERIKUT :
1.INVASIF BLOOD PRESSURE/ARTERIAL
CATHETER
2.CENTRAL VENOUS CATHETER (CVC)
3.KATETERISASI ARTERI P ULM ONALIS
KEUNTUNGAN PEMANTAUAN SECARA INVASIF

1. LEBIH AKURAT DAN DAPAT DIBACA CONTINUE


2.PERUBAHAN KECIL BISA DIDETEKSI
3. TERCAPAINYA OPTIM ALISASI TERAPI
4.PENGAM BILAN SAM PEL DARAH M UDAH
5.HEM AT WAKTU
6.BENTUK GELOMBANG DAPAT DILIHAT MELALUI SISTEM TRANDUSER
Invasive Blood P ressure (IBP )

1.Pengukuran tekanan darah secara invasif dapat dilakukan dengan


melakukan insersi kanule ke dalam arteri yang dihubungkan dengan
tranduser. Tranduser ini akan merubah tekanan hidrostatik menjadi sinyal
elektrik dan menghasilkan tekanan sistolik, diastolic, maupun MAPpada
layar monitor.
2.Setiap perubahan dari ketiga parameter diatas, kapanpun,dan
berapapun maka akan selalu muncul dilayar monitor.
3.Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat lemah,
maka pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah
penggunaan IBPsangat diperlukan
4. Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmHg dari NIBP
5. Pada kondisi sakit kritis bisa 10-30 mmHg lebih tinggi dari NIBP
ARTERIAL CATHETER
ARTERI

AL
INDIKASI

SEMUA PASIEN
DENGAN KONDISI
KRITIS ATAU YANG
KONTRA INDIKASI

• PASIEN DENGAN
PENYAKIT
VASKULER
PERIFER

CATHET
DILAKUKAN
PROSEDUR BEDAH

MAYOR
• PASIEN DENGAN
GANGUAN
PERDARAHAN

• PASIEN YANG

ER
PEMERIKSAN GAS
DARAH BERULANG
SEDANG
MENDAPAT TERAPI
DENGAN ANTI
KOAGULAN ATAU
TROMBOLITIK
• ADANYA INFEKSI
DI DAERAH KULIT (M. Burns S, 2014)
TEMPAT CANUL DI
INSERSI
CENTRAL VENOUS CATHETER

TEKANAN VENA SENTRAL


MERUPAKAN TEKANAN PADA VENA
BESAR THORAK YANG
MENGGAMBARKAN ALIRAN DARAH KE
JANTUNG. TEKANAN VENA SENTRAL
MEREFLEKSIKAN TEKANAN DARAH DI
ATRIUM KANAN ATAU VENA KAVA
CENTRAL VENOUS CATHETER
INDIKASI KOMPLIKASI

• MENGETAHUI FUNGSI JANTUNG • PERDARAHAN


• EROSI (PENGIKISAN) VASKULER
• MENGETAHUI FUNGSI VENTRIKEL KANAN
• MENENTUKAN FUNGSI VENTRIKEL KIRI • ARITMIA VENTRIKEL ATAU
SUPRAVENTRIKEL
• MENGUKUR STATUS VOLUME
INTRAVASKULAR • INFEKSI LOCAL ATAU SISTEMIK
• PNEUMOTHORAX
• MEMBERIKAN CAIRAN, OBAT OBATAN,
NUTRISI PARENTERAL

• KATETER CVP DAPAT DIGUNAKAN


SEBAGAI RUTE EMERGENSI
INSERSI PACEMAKER SEMENTARA
(Hidayati, Akbar and Rosyid, 2018)
CENTRAL VENOUS CATHETER

● Mencerminkan tekanan pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan
bergantung pada volume darah, tonus vascular dan fungsi jantung. CVP normal
adalah 0- 8 mmHg. Hasil pembacan CVP yang yang rendah biasanya menunjukan
hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan CVP yang tinggi memiliki berbagai
penyebab, meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru
● Terapat 2 pemantauan CVP, yaitu :
1.Sistem manometer : memungkinkan pembacaan intermitten dan kurang
akurat dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang digunakan
2.Sistem tansduser : memungkinkan pembacanya secara kontinu yang ditampilkan di
monitor
(Hidayati, Akbar and Rosyid, 2018)
Summary
- Pasien dengan ventilasi mekanik adalah pasien-pasien dalam
kategori perawatan kritis, yang mana fungsi fisiologisnya
(bernafas) sudah tidak berfungsi dengan optimal.
- Monitoring hemodinamik yang baik, dan penerapan Bundle
VAP akan mengoptimalkan perawatan pada pasien ventilasi
mekanik

69
Breath to life
……life to breath

70 Presentation title 20XX


TERIM A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai