Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI:


HALUSINASI DI RUANG HELIKONIA RSJD Dr. RM. SOEJARWADI
KLATEN JAWA TENGAH

Di Susun Oleh :

1. Andi Sudiana
2. Wijayanto
3. Tati Oktaviani
4. Eka Putri Pratiwi Makasar

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini
sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien
gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan.
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan perkembang an fisik, intelektual, emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut
American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus
dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar
70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidungan, pengecapan dan perabaan.
Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit
Jiwa Sungailiat ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh
(Depkes dalam Dermawan dan Rusdi,2013). Halusinasi pendengaran adalah klien
mendengar suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain
tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati (2010)
halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas,
dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktek profesi ners pada
stase Keperawatan Jiwa. Tugas ini berupa asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
b. Menentukan masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan pada klien dengan
gangguan jiwa.
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan jiwa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi
A. Definisi Halusinasi
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan tersebut
disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi : ketidakmampuan
manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal
(pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal.
Definisi halusinasi menurut beberapa ahli :
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indera tanpa stimulus eksterna: persepsi palsu. (Maramis, 2005)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penciuman. Pasien seakan merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. Halusinasi adalah penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang
berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas. (Kaplan dan Saddock,
1997)
Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat
kesadaran individu penuh/baik. (Depkes, 2000). Halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang neurobiologi. (Stuart dan Laraia, 2005)
B. Etiologi/Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentang terhadap stres.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayalan.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otk, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber Koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stres.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat dikutip oleh
Syahbana (2009) perilaku pasien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut
:
1. Bicara, senyum dan ketawa sendiri;
2. Menggerakkan ibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang
lambat;
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan), dan takut;
8. Sulit berhubungan dengan orang lain;
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;

D. Klasifikasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi Pendengaran (Akustik, Audiotorik)
Halusinasi Pendengaran (Akustik, Audiotorik) adalah gangguan stimulus
dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Halusinasi Penglihatan (Visual) adalah stimulus visua dalam bentuk beraga,
seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau
panorama yang luas dan kompleks. Bayangan bias bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi Penghidungan (Olfaktori)
Halusinasi Penghidungan (Olfaktori) adalah gangguan stimulus pada
penghidung, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang tercium bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik) adalah gangguan stimulus yang
ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Halusinasi Pengecapan (Gustatorik) adalah gangguan stimulus yang ditandai
dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan.

6. Halusinasi Sinestetik
Halusinasi Sinestetik adalah gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
yang dicerna atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007)
E. Fase–Fase dalam Halusinasi
Tahap terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Fase I (Comforting)
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
2. Fase II (Condemning)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi realita.
3. Fase III (Controlling)
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
4. Fase IV (Conquering)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang. Kondisi pasien sangat membahayakan.
F. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) persepsi mengacu pada identifikasi dan
interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran
logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, isolasi sosial. Rentang respon dapat
digambarkan sebagai berikut :
Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelalaian pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim untuk mengalami Emosi
Hubungan sosial Menarik diri Ketidak teraturan

Rentang Respon Neurobiologist (Stuart dan Sundeen, 1998)

G. Patofisiologi
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau
penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari
halusinasi adalah kebutuhan perlindungan secara psikologi terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang
dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri. Secara
umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan diri dan
kebutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap
harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasaan, gejala dengan
meningkatkan kecemasaan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepi,
mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun,
sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal
ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangaan yang berasal dari
pikirannya sendiri dan mana yang berasal dari lingkungannya.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
adalah :
1. Menarik diri
2. Curiga
3. Defisit perawatan diri
4. Kurang minat dalam aktivitas
5. Harga diri rendah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat seperti haloperidol, CPZ, diazepam, amitriptylin, dan lain-lain.
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan menggunakan
arus listrik antara 70-150 volt.
4. Psikoterapi (menurut Dadang Hawari, 2001)
a. Psikoanalisa psikoterapi
Tujuan psikoterapi adalah :
1) Mengurangi rasa takut klien
2) Mengemalikan proses pikiran yang luhur
b. Psikoterapi Re-edukatif
Memberikan pendidikan yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu dan juga mengubah pola pendidikan yang lama dengan
yang baru sehingga penderita lebih adaptif dengan dunia luar.
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang utuh seperti
semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi Kognetif
Memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik
dan yang buruk, yang boleh dan tidak.
e. Psikoterapi Psiko-dinamika
Menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
f. Psikoterapi Perilaku
Memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladaptife) menjadi
perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
g. Psikoterapi Keluarga
Memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.

h. Terapi Psikososial
Dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan
masyarakat.
i. Terapi Psikoreligius
Dimaksudkan agar keyakinan atau keimanan penderita dapat dipulihkan
kembali.

J. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) pasien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
(Maramis, 2004)
1. Farmakologi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
NAMA GENERIK DOSIS
KELAS KIMIA
(DAGANG) HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60 – 120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30 – 800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1 – 40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30 – 400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12 – 60 mg
Proklorperazin (Compazine) 15 – 150 mg
Promazin (Sparine) 40 – 120 mg
Tiodazin (Mellaril) 150 – 800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2 – 40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60 – 150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75 – 600 mg
Tiotiksen (Navane) 8 – 30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1 -100 mg
Dibenzondiazepin Clozapin (Clorazil) 300 – 900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20 – 150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225 – 225 mg

2. Nonfarmakologi
a. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak bisa dilakukan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4 -5 joule/detik.
b. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi supportif individul atau kelompok sangat membantu karena


berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul
dengan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien
tidak mengasingkan diri karena dapat membantu kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi
modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik
Fokus: Mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi, menikmati dengan
relaksasi musik yang disukai pasien.
b) Terapi Seni
Fokus: Untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
c) Terapi Menari
Fokus: pada ekspresi perasaan melalui gerak tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.
Rasional: untuk koping atau perilaku maladaptif/deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
3) Terapi Kelompok
a) Terapi Group (Kelompok Terapeutik)
b) Terapi Aktivitas Kelompok (Adjunctive Group Activity Therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi : Halusinasi
- Sesi 1 : Mengenal halusinasi
- Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
- Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
d) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga ( home like
atmosphere).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian
1. Faktor Presipitasi
a. Sosial Budaya

Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadi


respon neurobiologis yang maladaptif, misalnya lingkungan yang penuh dengan
kritik (bermusuhan), kehilangan kemandirian dalam kehidupan, kehilangan harga
diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam hubungan
interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan, dan kemiskinan. Teori ini
mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap terjadi
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
b. Biokimia

Dopamine, Norepineprin, zat halusinogen dapat menimbulkan persepsi


yang dingin oleh klien sehingga klien cenderung membenarkan apa yang
dikhayal.
2. Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusu konteks lobus
provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan perkembangan dan
fungsi susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku menarik diri. Perilaku menarik diri
dapat menyebabkan orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan dalam
menilai dan berespon dengan realita dapat hilang dan sulit membedakan
rangsangan internal dan eksternal.
b. Faktor Psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga overprotektif
sangat cemas. Hubungan dalam keluarga yang dingin dan tidak harmonis
perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih ataupun yang sangat kurang
sehingga menyebabkan koping individu dalam menghadapi stress tidak adaptif.
c. Faktor Sosial Budaya
Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadinya halusinasibila individu
mempunyai koping yang tidak efektif maka ia akan suka berkhayal.
3. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekankan pada fungsi
kognituf (proses pikir), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi
sosial.
a. Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien mengalami
kesukaran dalam menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami
gangguan daya ingat jangka panjang/pendek. Klien menjadi pelupa dan tidak
berminat.
1) Cara Berpikir Magis dan Primitif
Klien menganggap bahasa diri dapat melakukan sesuatu yang mustahil
bagi orang lain, misalnya dapat berubah menjadi spiderman. Cara berpikir
klien seperti anak pada tingkat perkembangan atau anak pra sekolah.
2) Perhatian
Klien tidak mampu mempertahankan perhatiannya atau mudah terakih,
serta konsentrasi buruk, akibatnya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.

3) Isi Pikir
Klien tidak mampu memproses stimulus interna dan eksterna dengan
baik sehingga terjadi curiga, siar pikir, sisip pikir, somatik.
4) Bentuk dan Pengorganisasian Bicara
Klien tidak mampu mengorganisasian pemikiran dan menyusun
pembicaraan yang logis serta kohern. Gejala yang sering ditimbulkan adalah
kehilangan asosiasi, kongensial, inkoheren/neologisme, sirkumfansial, tidak
masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasikan dari pembicaraan klien yang tidak
relevan, tidak logis bicara yang berbelit.
b. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah suasana emosi sedangkan
efek adalah mengacu kepada ekspresi emosi yang dapat diamati dalam ekspresi
wajah. Gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan
perasaannya.
Pada proses neurologis yang maladaptive terjadi gangguan emosi yang
dapat dikaji melalui perubahan afek :
1) Afek Tumpul
Kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau
pengalaman klien tampak apatis.
2) Afek Datar
Tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah datar, tidak ada
keterlibatan perasaan.
3) Afek Tidak Sesuai
Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
4) Reaksi Berlebihan
Reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
5) Ambivalen
Timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang bersamaan.
c. Fungsi Motorik
Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan perilaku yang aneh,
membingungkan dan kadang nampak tidak kenal dengan orang lain. Perubahan
tersebut adalah :
1) Impulsif
Cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
2) Manerisme
Dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
3) Stereobipik
Gerakan yang diulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus
yang jelas.
4) Katatonia
Kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik (eq : catatonic
excitement, stupor, catalepsy, flexibilitascerea), imobilitas karena faktor
psikologis, kadangkala ditandai oleh periode agitasi atau gembira, klien
tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan setengah sadar.
d. Fungsi Sosial
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat orang lain
respon neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut :
1) Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasingkan, perasaan kosong dan merasa putus asa
sehingga klien terpisah dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari lingkungan.
Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang
berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada
orang lain merupakan inti dari masalah yang dialami klien. Pengalaman
hubungan yang tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap
hubungan saat ini berbahaya. Klien merasa terancam setiap ditemani orang
lain karena ia menganggap orang tersebut akan mengontrolnya, mengancam
dan menuntutnya. Oleh karena itu klien tetap mengisolasi diri dari pada
pengalaman yang menyedihkan terulang kembali.
3) Harga Diri Rendah
Saat melakukan proses pengkajian, data penting yang perlu kita dapatkan
adalah :
a. Jenis Halusinasi
Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, data objektif dan subjektif yang bisa
didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
H Halusinasi Pendengaran / Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
Suara sendiri, marah-marah, atau kegaduhan,
mengarahkan telinga mendengar suara yang
ke arah tertentu, mengajak bercakap-
menutup telinga. cakap, mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
H Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu, bentuk geometris, bentuk
ketakutan pada kartoon melihat hantu
sesuatu yang tidak atau monster
jelas
H Halusinasi Penciuman Mencium seperti Membaui bau-bauan
sedang membau-baui seperti bau darah, urin
bau-bauan tertentu, feses, kadang-kadang bau
menutup hidung itu menyenangkan
H Halusinasi Pengecapan Sering meludah dan Merasakan rasa seperti
muntah darah, urine, atau feses
H Halusinasi Perabaan Mengaruk-garuk Mengatakan ada serangga
permukaan kulit di permukaan kulit,
merasa seperti tersengat
listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi. Misalnya : melihat sapi yang sedang mengamuk. Padahal sesungguhnya
adalah pamannya yang sedang bekerja di ladang. Bisa juga mendengar suara yang
menyuruh untuk melakukan sesuatu, sedangkan sesungguhnya hal tersebut tidak ada.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Frekuensi terjadinya
apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali saja? Situasi terjadinya, apakah kalau
sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasein hal yang dirasakan atau dilakuakan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien
saat halusinasi timbul.kecemasaan perawat akan meningkat kualitas asuhan terhadap
pasien dengan gangguan ini.

B. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan Effect

Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Core


Problem

Isolasi Sosial Problem

C. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Isolasi Sosial

D. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang menggunakan prinsip komunikasi
dialaminya. terapeutik.
TUK 1 : 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
Pasien dapat membina hubungan saling maupun non verbal.
percaya. 2. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
Kriteria Hasil : tujuan perawat berkenalan.
Setelah ... x interaksi, pasien mampu 3. Tanyakan nama lengkap dan panggilan
membina hubungan saling percaya yang disukai pasien.
dengan perawat dengan kriteria ekspresi 4. Buat kontrak yang jelas
wajah bersahabat, menunjukkan rasa 5. Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan
senang, asa kontak mata, mau berjabat sikap empati serta menerima apa adanya.
tangan, mau menyebutkan nama, mau 6. Beri perhatian kepada pasien dan
membalas salam, mau duduk perhatikan kebutuhan dasar pasien.
berdampingan dengan perawat, mau 7. Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya. mengungkapkan perasaannya.
8. Dengarkan ungkapan pasien dengan
penuh perhatian pada ekspresi perasaan
pasien.

TUK 2 1. Adakan kontak sering dan singkat secara


Pasien dapat mengenal halusinasinya. bertahap.
Kriteria hasil : 2. Observasi tingkah laku yang terkait
Setelah ... x interaksi, pasien dapat dengan halusinasi (verbal dan non
menyebutkan : verbal)
1. Isi 3. Bantu mengenal halusinasinya.
2. Waktu a. Jika menemukan pasien sedang
3. Frekuensi halusinasi, tanyakan apakah ada
4. Situasi dan kondisi yang suara bisikan yang didengar atau
menimbulkan halusinasi melihat bayangan tanpa wujud atau
merasakan sesuatu yang tidak ada.
b. Jika pasien menjawab iya, lanjutkan
apa yang dialaminya.
c. Katakan bahwa perawat percaya
pasien mengalami tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat, tidak
menuduh dan menghakimi).
d. Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami seperti pasien.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien.

4. Jika pasien tidak sedang berhalusinasi,


klaridikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien :
Isi, Waktu dan Frekuensi halusinasi
(Pagi, siang, sore, malam atau sering,
jarang). Situasi dan kondisi yang dapat
memicu muncul atau tidaknya
halusinasi.
5. Diskusi tentang apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi
6. Dorong untuk mengungkapkan
perasaan saat terjadi halusinasi.
7. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya jika pasien menikmati
halusinasinya.

TUK 3 1. Identifikasi bersama tentang cara


Pasien dapat mengontrol halusinasinya. tindakan jika terjadi halusinasi.
Kriteria hasil : 2. Diskusikan manfaat cara yang
Setalah ... x interaksi pasien digunakan pasien :
menyebutkan tindakan yang biasanya a. Jika cara tersebut adaptif beri
dilakukan untuk mengendalikan pujian.
halusinasinya. b. Jika maladaptif diskusikan dengan
pasien kerugian cara tersebut.
Setelah ... x interaksi pasien dapat 3. Diskusikan cara baru untuk
menyebutkan cara baru mengontrol memutuskan/mengontrol halusinasi
halusinasinya pasien
a. Menghardik halusinasi : katakan
Setelah ... x interaksi pasien dapat pada diri sendiri bahwa ini tidak
memilih dan mendemonstrasikan cara nyata (saya tidak mau
mengatasi halusinasi. mendengar / ... pada saat halusinasi
terjadi)
Setelah ... x interaksi pasien b. Menemui orang lain untuk
melaksanakan cara yang dipilih untuk bercakap-cakap jika halusinasi
mengendalikan halusinasinya. datang
c. Membuat dan melaksanakan jadwal
Setelah ... x interaksi pasien mengikuti kegiatan sehari-hari yang telah
terapi aktivitas kelompok. disusun.
d. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat untuk
mengendalikan halusinasinya.
4. Bantu pasien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
5. Pantau pelaksanaan tidakan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pujian.
6. Libatkan pasien dalam TAK : Stimulasi
persepsi.

TUK 4 1. Buat kontrak pertemuan dengan


Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam keluarga (waktu, tempat, topik).
mengontrol halusinasinya. 2. Diskusikan dengan keluarga :
a. Pengetahuan halusinasi
b. Tanda dan gejala
c. Proses terjadinya
d. Cara yang bisa dilakukan oleh
pasien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat pasien halusinasi
dirumah.
g. Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan.
3. Beri rempercement positif atas
keterlibatan keluarga.

TUK 5 1. Diskusikan tentang manfaat dan


Pasien dapat menggunakan obat dengan kerugian tidak minum obat, dosis,
benar. nama, frekuensi, efek dan efek
Kriteria hasil : samping.
Setelah di lakukan ... x interaksi, pasien 2. Pantau saat pasien minum obat
menyebutkan : 3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya
1. Manfaat minum obat pada perawat.
2. Kerugian tidak minum obat 4. Beri reinfercement jika pasien
3. Nama, warna, dosis, efek terapi, efek menggunakan obat dengan benar.
samping. 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat
Setelah ... x interaksi pasien tanpa konsultasi dengan dokter.
mendemonstrasikan penggunaan obat yang 6. Anjurkan pasien berkonsultasi dengan
benar. dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
Setelah ... x interaksi pasien menyebutkan tidak diinginkan.
akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


PASIEN KELUARGA
SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien. 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien diusahakan keluarga merawat klien
3. Mengidentifikasikan waktu halusinasi 2. Menyebutkan tanda dan gejala
klien halusinasi yang dialami pasien, serta
4. Mengidentifikasikan frekuensi proses terjadinya
halusinasi klien 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
5. Mengidentifikasikan situasi yang halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respon yang
menimbulkan halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi
dengan menghardik
8. Membimbing klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

SP II
1. Memvalidasi masalah dan latihan SP II
sebelumnya 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi aktivitas dirumah, termasuk minum
3. Membimbing pasien memasukkan 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
dalam jadwal kegiatan pulang.

SP III
1. Mengevaluasi masalah dan latihan SP III
sebelumnya 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi aktivitas dirumah.
dengan kegiatan yang bisa dilakukan 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
3. Membimbing pasien memasukkan pulang
dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat (Prinsip 5
benar)
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI:
HALUSINASI DI RUANG HELIKONIA RSJD Dr. RM. SOEJARWADI
KLATEN JAWA TENGAH

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. I
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Klaten
No. RM : 0010xxxx
Informan : Pasien, Perawat, dan Rekan Medik
Tgl Masuk RS : 15 April 2021
Tgl Pengkajian : 4 Mei 2021

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan marah-marah sejak 5 hari terakhir, cemas, mondar-mandir, gelisah,
menganggu lingkungan, melempar rumah tetangga

Diagnosis Medis
Axis 1 : Skizofrenia
Axis 2 :
Axis 3 :
Axis 4 :
Axis 5 :

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Jelaskan kondisi saat pengkajian (Jelaskan sejak kambuh dirumah-IGD/Poli
Ruang akut, Ruang Maintenance, saat bertemu pasien: Tanda gejala, terapi yang
diberikan, dx kep dan Tindakan kep yg sudah dilakukan)

Pasien sebelumnya dirawat di ruang Edelweis 3 hari, saat pengkajian pasien


kontak seperlunya, cenderung menarik diri, riwayat vertigo, susah tidur, sesak.
Pencetusnya putus obat,

IV. FAKTOR PRESIPITASI & FAKTOR PREDISPOSISI


FAKTOR PRESIPITASI
FAKTOR PREDISPOSISI STRESSOR
Nature Origin Number-Timing
Biologis Putus obat Obat tidak ±3 kali sekitar 3
- enak tahun lalu
Psikologis
-
Sosiokultural
-

V. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


1. Pernah mengalami masalahh gangguan jiwa dimasa lalu √ Ya Tidak
Jelaskan: Pasien mengatakan sudah 3 kali dirawat dengan riwayat yang sama, pertama
kali pasien masuk rumah sakit karena pasien merasa sedih suaminya meninggal,
kemudian untuk alasan kedua pasien masuk rumah sakit, pasien mengatakan tidak
rutin mengkonsumi obat sehingga pasien mengalami kekambuhan dan di rawat
kembali di rumah sakit jiwa.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya dan keberhasilannya (Tahun berapa?)
Pasien mengatakan keberhasilan pengobatan ±3 tahun yang lalu pada tahun 2018,
kemudian kambuh lagi saat sekarang, pasien kambuh lagi karena putus obat dan pasien
tidak teratur minum obatnya.

VI. RIWAYAT KESEHAN KELUARGA


1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya √ Tidak
Jelaskan: Pasien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa
2. Genogram (minimal 3 generasi, termasuk keterangan siapa yang tinggal serumah, yang
meninggal, mengidap penyakit keturunan, dan sebagainya)
Genogram Keterangan Genogram:
Pasien mengatakan tinggal serumah
dengan kedua orang tuanya, dikarenakan
suami pasien telah meninggal 1 tahun
lalu, pasien dan suami juga tidak
memiliki keturunan.

Keterangan:
: perempuan : garis keturunan
: laki-laki : garis perkawinan
: klien : tinggal serumah dengan klien

: cerai : meninggal
1. Pola asuh : kehidupan pasien ketika berada di rumah di atur oleh orang tuanya
2. Pola komunikasi keluarga : komunikasi pasien dengan keluarga baik dan tidak ada
masalah
3. Pengambilan keputusan : dalam pengambilan keputusan berada di tangan kedua orang
tua pasien
VII. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : Tenang
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital : TD : 100/79 mmHg, N : 93x/menit, S :36,6 P : 20x/menit
4. IMT : BB: 50 kg, TB:50 cm
5. Keluhan Fisik : (√ ) Ya () Tidak
Jelaskan : Pasien mengatakan dada sering terasa sesak
6. Pemeriksaan fisik : Saat pemeriksaan fisik head to toe pasien tidak ada gangguan
7. Riwayat pengobatan fisik: Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat pengobatan
fisik

VIII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak seperti sewaktu
muda dulu
b) Identitas diri : pasien mengatakan bahwa dirinya seorang ibu rumah tangga
sebelum di rawat di rumah sakit jiwa
c) Peran : Pasien mengatakan di rumah melakukan pekerjaan menyapu,
mencuci pakaian, dan memasak.
d) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh biar bisa pulang
kerumah dan bisa berkumpul dengan keluarganya.

e) Harga diri : Pasien mengatakan merasa dirinya berharga bagi keluarganya.

2. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat


a) Dirumah (Kelg & Masy) : Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan
keluarga dan masyarakat
b) Rumah sakit / Lingk tempat tinggal : Pasien mengatakan memiliki hubungan baik
dengan sesama teman pasien, pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan
lingkungan tempat tinggal dan tetangga.

c) Hasil observasi terkait hub social : Kelihatan pasien memiliki hubungan baik
dengan teman sesama pasien diruangan.
3. Spiritual/keagamaan
a) Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama islam.
b) Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Pasien rajin
shalat dan puasa.

IX. PENGKAJIAN STATUS MENTAL


1. Penampilan fisik : Rapi dan bersih
2. Pembicaraan : pasien berbicara pelan dengan intonasi yang tidak terlalu keras
3. Aktiviitas motoric : pasien dapat melakukan aktivitas dengan baik seperti mampu
mencuci piring
4. Alam perasaan : pasien merasa sedih karena suaminya meninggal dunia
5. Afek : merasa tidak sabar ingin cepat pulang
6. Interaksi selama wawancara: Kooperatif ketika diajak bicara, mempertahankan kontak
mata
7. Persepsi sensori : Pendengaran, pasien mengatakan sering mendengar suara yang
menyuruh dirinya untuk melempar sesuatu pada malam hari dan pasien sering marah-
marah tanpa sebab yang jelas .
8. Proses pikir : Pasien sering mengulang
9. Isi pikir : pasien merasa ingin melempar sesuatu
10. Tingkat kesadaran (Kualitatif): E:4, V:6, M: 5 = 15 :

11. Memori : Gangguan untuk mengingat jangka panjang


12. Tingkat kosentrasi & Berhitung: mampu berkonsentrasi ketika di ajak bicara
13. Kemampuan penilaian : Gangguan ringan (memberikan pertanyaan mengenai masalah
yang dialami seperti ekspresi ditanya mengenai suami nya yang sudah meninggal
14. Daya tilik diri : Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
X. PENILAIAN (RESPON)TERHADAP STRESSOR
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL
KEPERAWATAN

XI. SUMBER KOPING


DIAGNOSA PERSONAL POSITIVE SOSIAL MATERIAL
TERAPI
KEPERAWATAN ABILITY BELIEF SUPPORT ASSET

XII. MEKANISME KOPING


1. Jenis mekanisme koping:
 Konstruktif : teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa marah
 Destruktif : Pasien menghindari teman apabila terjadi salah paham
2. Sumber mekanisme koping
Jelaskan: Pasien mengatakan keinginan cepat pulang karena keluarganya telah
menunggu di rumah.
XIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Pasien mengatakan dapat menyiapkan makan, membersihkan alat makan,
menempatkan alat makan dan minum.
2. BAK/BAB
Pasien mengatakan dapat mengontrol BAK/BAB, mampu membersihkan WC, mampu
membersihkan diri, bisa, mampu memakai celana/pakaian.
3. Mandi
Pasien mengatakan bisa mandi sendiri, bisa menggosok gigi sendiri, bisa keramas
sendiri, bisa potong kuku dan rambut sendiri
4. Berpakaian/berdandan
Pasien mengatakan mampu memilih pakaian sendiri, mampu mengatur
frekuensi ganti baju, mampu memakai bedak, mampu berhias, mampu
menyisir rambut sendiri
5. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan dapat mengatur waktu istirahat tidur, dapat merapikan sprai &
selimut
6. Penggunaan obat
Pasien mengatakan dapat meminum obat yang di berikan perawat dengan sendiri
7. Pemeliharaan kesehatan
a) Perawatan lanjutan: Pasien akan mendapatkan terapi obat pulang, apabila sudah
sehat dan di ijinkan untuk pulang oleh dokter
b) Perawatan pendukung: Pasien akan diberikan jadwal control kembali di poli apabila
sudah sehat dan bisa pulang
8. Kegiatan dirumah
Pasien mengatakan dapat menyiapkan makanan dirumah, dapat menjaga
kerapian rumah, dapat mencuci pakaian, dapat mengatur keuangan.
9. Kegiatan diluar rumah
Pasien mengatakan dapat belanja dengan sendiridi pasar dengan menggunakan sepeda
sebagai transportasi
10. Lainnya, jelaskan
Pasien mengatakan semenjak suami meninggal segala aktivitas pasien lakukan dengan
seorang diri
XIV. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:
Penyakit Jiwa System pendukung
√ Pencegahan kekambuhan Sembuh koping
√ Obat obatan yang diminum Manajeman
hidup sehat Sumber koping
Jelaskan: Pasien mengatakan pengetahuan untuk pencegahan kekambuhan dan obat-obat
yang diminum sangat kurang, akibatnya pasien putus obat dan menyebabkan pasien
kambuh dan masuk Rumah Sakit.

XV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
Tanggal 15 April 2021
Pemeriksaan
- GDS : 101,2 mg/dl
- SGOT : 21,9 ul
- SGPT : 11,3 ul
- Creatinin: 0,61 mg/dl
- Ureum : 13,5 mg/dl

2. Data Diagnosisi (Foto radiologi/EEG/MRI/CT scan dll)


Foto Radiologi (Thorak), Tanggal Pemeriksaan 16 April 2021
- Dalam batas normal

XVI. DIAGNOSIS MEDIS &


TERAPI
Dx. Medis : Skizofrenia

Tx Medis :
Nama Obat Dosis & Rute Kegunaan
Haloperidol 5 mg 3x1/8jam/P.O Mengatasi gejala
skizofrenia
Trihexyphenidyl 2 mg 2x1/12 jam/P.O Mengatasi gejala
penyakit Parkinson dan
ekstrapiramidal
Lorazepam 2 mg 1x1/24 jam/P.O Mengatasi gejala
kecemasan
Piracetam 5 mg 1x1/24 jam/P.O Mengatasi penurunan
fungsi kognitif
Aprazolam 0,5 mg 1x1/24 Mengatasi gangguan
jam/P.O kecemasan dan gangguan
panic

XVII. ANALISIS DATA


No DATA PROPBLEM
1. DS: Gangguan persepsi sensori:
- Pasien mengatakan sering mendengar suara dan bisikan Halusinasi
yang tidak jelas
- Pasien mengatakan bisikan tersebut memintanya untuk
melempar sesuatu
DO:
- Kelihatan pasien mondar mandir
- Pasien sesekali melamun dan tertunduk
- Tatapan pasien kosong
- Pasien kelihatan menutup telinga dan memegang kepala
2. DS: Risiko Perilaku Kekerasan
- Pasien mengatakan sering dibisikin suara tak jelas
- Pasien mengatakan isi bisikan tersebut menyuruhnya
untuk melempar sesuatu
- Pasien mengatakan apabila sudah marah pasien merusak
segala sesuatu yang ada dihadapannya
DO:
- Pasien kelihatan memperagakan gerakan memukul di
tempat tidur
- Pasien kelihatan melakukan gerakan yang tak sewajarnya
3. DS: Isolasi sosial
- Pasien mengatakan lebih suka sendiri
- Pasien mengatakan teringat kepada almarhum suaminya
- Pasien mengatakn jarang komunikasi dengan teman pasien
di ruangan
DO:
- Pasien kelihatan menyendiri
- Kontak mata pasien kurang saat di ajak komunikasi
4. DS: Hambatan interaksi sosial
- Pasien mengatakan kurang menjalin hubungan baik
dengan teman satu wisma, komunikasi sekedarnya dan
selalu ingin sendiri
DO:
- Klien tampak banyak tidur
- Klien tampak malu ketika berinteraksi kepada orang lain
- Pandangan tidak fokus

XVIII. POHON MASALAH

Risiko Perilaku
Akibat Kekerasan

Gangguan Persepsi
Core Problem Sensori: Halusinasi

Isos
Penyebab

XIX. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Isolasi social
4. Hambatan interaksi sosial

XX. INTERVENSI
Nama Klien : Ny.I RM No. : 0010xxxx
DX Medis : Skizofrenia
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi
4-5- 1 Gangguan persepsi Pasien mampu: Setelah 1. Bina hubungan
2021 sensori: Halusinasi - Membina dilakukan interpersonal dan saling
hubungan saling tindakan percaya dengan klien.
percaya keperawatan
- Mengenali jenis selama 2 x 24 2. Catat perilaku klien yang
halusinasi yang jam masalah menunjukkan halusinasi.
dialami Gangguan
- Mengontrol persepsi sensori: 3. Berikan klien kesempatan
halusinasi Halusinasi untuk mendiskusikan
- Memperagakan teratasi halusinasinya.
cara mengontrol
4. Monitor kehadiran
halusinasi
halusinasi mengenai
- Mengikuti
konten dari halusinasi
program
berupa kekerasan atau
pengibatan
mencelakai diri.
secara optimal
5. Dorong klien untuk
memfalidasi halusinasi
dengan orang yang
dipercaya

6. Latih klien cara


mengontrol halusinasi

4-5- 2 Risiko Perilaku Pasien mampu: Setelah 1. Bina hubungan saling


2021 Kekerasan - Pasien dapat dilakukan percaya dengan cara
mengidentifikasi tindakan (menjelaskan maksud
penyebab marah, keperawatan dan tujuan interaksi,
tanda dan gejala, selama 2 x 24 jelaskan tentang kontrak
perilaku jam masalah yang akan dibuat, beri
kekerasan yang Risiko Perilaku rasa aman dan sikap
dilakukan dan Kekerasan empati)
akibatnya teratasi
- Pasien dapat 2. Diskusikan bersama
membina klien tentang perilaku
hubungan saling kekerasan (penyebab,
percaya tanda dan gejala,
- Pasien dapat perilaku yang muncul
mengendalikan dan akibat dari perilaku
perilaku tersebut).
kekerasan
dengan cara: 3. Latih klien melakukan
cara mengontrol marah
 Relaksasi
nafas dalam
 Berbicara
yang baik-
baik
 Latihan
fisik
 Spiritual
(Ibadah)
Minum obat teratur
4-5- 3 Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk
2021 - Menyebutkan tindakan mampu menyebutkan
penyebab menarik keperawatan penyebab menarik diri
diri selama 2 x 24 jam 2. Diskusikan bersama
- Berdiskusi tentang masalah Isolasi denga pasien tentang
keuntungan tidak sosial teratasi keuntungan berinteraksi
berinteraksi dengan orang lain
dengan orang lain
3. Diskusikan bersama
- Diajarkan tentang
pasien tentang kerugian
cara berinteraksi berinteraksi dengan
dengan satu orang orang lain
- Pasien dapat
memasukkan ke 4. Ajarkan pasien cara
jadwal kegiatan berkenalan dengan satu
orang

5. Masukin ke kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam kegiatn harian

4-5- 4 Hambatan interaksi Pasien mampu : Setelah dilakukan 1. Buat interaksi terjadwal
2021 sosial - Menunjukkan tindakan
2. Identifikasi perubahan
sikap senang keperawatan
perilaku
berinteraksi selama 2 x 24 jam
- Memmahami masalah Isolasi 3. Libatkan pendukung
dampak perilaku sosial teratasi sebaya dalam
diri pada interaksi memberikan umpan
sosial balik interaksi
- Menunjukkan 4. Ajarkan belajar hargai
sikap asertif dan orang lain
peningkatan
interaksi dengan 5. Ajari sikap asertif
orang lain kepada orang lain
- Mengungkapkan
keinginan untuk
berhubungan
dengan orang lain
XXI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama perawat : Andi, Wijayanto, Tati, Eka
Nama Klien/no RM : Ny.I/0010xxxx Ruangan : Helikonia
IMPLEMENTASI TDKN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
Tanggal :4-5-2021 Jam: 08.00
Jam: 08.00 WIB S:
1. Membina hubungan interpersonal dan saling percaya dengan klien. - Pasien mengatakan saat ini
Hasil : masih mendengar suara yang
- Pasien dapat menyebut nama Ny.I
tidak jelas
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan halusinasi. O:
Hasil : - Pasien masih kelihatan
- Pasien tampak mondar mandir sesekali melamun dan
- Pasien sesekali melamun dan tertunduk tertunduk
- Tatapan Pasien kosong - Pasien kelihatan menutup
- Pasientampak menutup telinga lalu memegang kepala telinga lalu memegang
- Pasientampak sesekali senyum dan tertawa sendiri kepala
- Paien bisa memperagakan cara menghardik - Pasien masih sesekali
senyum dan tertawa sendiri
3. Memberikan klien kesempatan untuk mendiskusikan - Mulut pasien komat-kamit
halusinasinya. A:
Hasil : Masalah halusinasi belum teratasi
- Pasien mengatakan bisikan sering muncul ketika sedang sendirian P:
dan melamun Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan suara sering muncul di malam hari - Evaluasi cara mengahardik
- Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara atau bisikan- - Ajarkan cara mengontrol
bisikan halusinasi dengan bercakap-
- Pasien mengatakan dia dibisiki oleh jin cakap dengan teman
- Pasien mengatakan suara tersebut sebagai suara laki-laki dan - Membuat jadwal harian
perempuan
- Pasien mengatakan sampai sekarang suara tersebut masih muncul.

4. Melatih klien cara mengontrol halusinasi:


- Menghardik
Hasil: Klien bisa memperagakan cara menghardik

Jam 08.30 WIB S:


- Pasien mengatakan namanya
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara (menjelaskan Ny.I
maksud dan tujuan interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan - Pasien mengatakan marah
dibuat, beri rasa aman dan sikap empati) karena terus mendengar
bisikan suara tidak jelas
2. Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku kekerasan (penyebab, - Pasien mengatakan bisikan
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku sering muncul ketika sedang
tersebut). sendirian dan melamu.
- Pasien mengatakan masih
- Pasien mengatakan marah karena terus mendengar bisikan
mendengar bisikan yang
- Pasien mengatakan bisikan sering muncul ketika sedang
menyuruhnya memukul
sendirian dan melamu. orang
- Pasien mengatakan masih mendengar bisikan yang
menyuruhnya memukul orang O:
- Pasien mau berjabat tangan
3. Melatih Pasien melakukan cara mengontrol marah meliputi: - Pasien tampak sedikit
kooperatif
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam - Pasien elakukan gerakan
- Memukul bantal menonjok berulang-ulang
- Pasien tampak mondar-
mandir
- Pasien melakukan gerakan
bela diri
- Pasien melakukan teknik
tarik nafas dalam
- Pasien memperagan cara
memukul bantal
A:
- Risiko perilaku kekerasan
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Evaluasi teknik napas
dalam
- Evaluasi teknik memukul
bantal
- Mengajarkan cara menolak
marah dengan cara
mengungkapkan kata-kata
yang baik

Jam: 08.45 WIB S:


- Pasien mengatakan belum bisa
1. Mendorong pasien untuk mampu menyebutkan penyebab menarik diri berinteraksi lebiha lama
Hasil:
- Pasien pasien mampu menyebutkan penyebab pasien sering O:
sendiri - Pasien kelihatan belum aktif
2. Mendiskusikan bersama dengan pasien tentang keuntungan dalam berinteraksi
berinteraksi dengan orang lain - Kelihatan pasien masih takut
Hasil: berinteraksi
- Pasien mau untuk mencoba melakukan interaksi
3. Mendiskusikan bersama pasien tentang kerugian berinteraksi dengan A:
orang lain Masalah isolasi soasial belum
Hasil: teratsi
- Pasien mau mendengarkan kerugian berinteraksi P:
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang Intervensi dilanjutkan
Hasil: - mengajarkan pasien cara
- Pasien ingin mencoba berkenalan dengan orang berkenalan dengan satu orang
- memasukkan kegiatan
5. Memasukkan ke kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
berbincang bincang dengan
dalam kegiatn harian
teman satu wisma
Hasil:
- Pasien ingin mencoba berbincang-bincang dengan orang lain

Jam 08.50 WIB S:


- Pasien mengatakan kurang
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien menjalin hubungan baik
dengan teman satu wisma,
2. Mengidentifikasi perubahan perilaku klien komunikasi sekedarnya dan
3. Menganjurkan klien untuk mencoba menghargai orang lain dan selalu ingin sendiri
mengungkapkan perasaannya kepada orang lain O:
- Klien tampak banyak tidur
- Klien tampak malu ketika
berinteraksi kepada orang lain
- Pandangan tidak fokus
A:
Hambatan interaksi sosisal belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi perubahan
perilaku klien
- Menganjurkan klien untuk
mencoba menghargai orang
lain dan mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain
Tanggal : 5-5-2021 Jam: 08.00 S:
- Pasien mengatakan sudah jarang
1. Membina hubungan interpersonal dan saling percaya dengan mendengar suara halusinasinya
klien.
Hasil : - Pasien mengatakan namanya
- Pasien dapat menyebut nama Ny.I Ny. I
O:
2. Mencatat perilaku klien yang menunjukkan halusinasi. - Pasien masih kelihatan
Hasil : sesekali melamun dan
- Pasien tampak mondar mandir tertunduk
- Pasien sesekali melamun dan tertunduk - Pasien kelihatan menutup
- Tatapan Pasien kosong telinga lalu memegang
- Pasientampak menutup telinga lalu memegang kepala kepala
- Pasientampak sesekali senyum dan tertawa sendiri - Pasien mampu menyebutkan
- Paien bisa memperagakan cara menghardik namanya ketika ditanya oleh
perawat
A:
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi: Masalah halusinasi teratasi
- Menghardik sebagian
Hasil: Klien bisa memperagakan cara menghardik P:
Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi cara mengahardik
- Ajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan teman
- Membuat jadwal harian
Jam 08.30 WIB S:
- Pasien mengatakan sudah
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara (menjelaskan tidak marah marah lagi
maksud dan tujuan interaksi, jelaskan tentang kontrak yang - Pasien mengatakan bisikan
akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati) sudah tidak sering muncul.
- Pasien mengatakan sudah
jarang mendengar bisikan
2. Melatih Pasien melakukan cara mengontrol marah meliputi: yang menyuruhnya memukul
orang
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam - Pasien mengatakan
- Memukul bantal melakukan teknik nafas
dalam ketika emosi muncul
O:
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien tampak sedikit tenang
- Pasien melakukan teknik
tarik nafas dalam
- Pasien tampak sudah bisa
mengontrol emosinya
A:
- Risiko perilaku kekerasan
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Evaluasi teknik napas
dalam
- Evaluasi teknik memukul
bantal
- Mengajarkan cara menolak
marah dengan cara
mengungkapkan kata-kata
yang baik

Jam: 08.45 WIB S:


- Pasien mengatakan akan
1. Mendiskusikan bersama dengan pasien tentang keuntungan mencoba berinteraksi kepada
berinteraksi dengan orang lain orang lain
Hasil:
- Pasien mau untuk mencoba melakukan interaksi O:
2. Mendiskusikan bersama pasien tentang kerugian berinteraksi dengan - Pasien kelihatan mencoba
orang lain untuk berinteraksi kepada
Hasil: orang lain
- Pasien mau mendengarkan kerugian berinteraksi - Pasien tampak masih sedikit
3. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang takut berinteraksi dengan orang
Hasil: lain
- Pasien ingin mencoba berkenalan dengan orang
A:
4. Memasukkan ke kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
Masalah isolasi soasial teratasi
dalam kegiatn harian
sebagian
Hasil:
P:
Pasien ingin mencoba berbincang-bincang dengan orang lain
Intervensi dilanjutkan
- mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang
- memasukkan kegiatan
berbincang bincang dengan
teman satu wisma
Jam 08.50 WIB S:
- Pasien mengatakan
1. Membantu membuat jadwal aktifitas sehari-hari berinteraksi dengan terimakasih
orang lain - Klien mengatakan akan
mencoba bercerita ketika ada
2. Melibatkan teman sebaya satu wisma untuk memberikan umpan balik
interaksi masalah
O:
3. Mengajari sikap asertif jika ada masalah dan menganjurkan - Klien tampak interaktif dan
memperbanyak interaksi atau bercerita kepada teman satu wisma atau komunikatif saat diajak
perawat ngobrol oleh perawat dan
teman satu wisma
- Klien masih banyak diam dan
menungu pertanyaan
A:
Hambatan interaksi sosisal teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi perubahan
perilaku klien
- Libatkan orang lain/teman
sebaya dalam mendukung
interaksi sosial
Tanggal : 6-5-2021 Jam: 08.00 S:
- Pasien mengatakan sudah
1. Membina hubungan interpersonal dan saling percaya dengan berkurang mendengar
klien.
suara-suara atau bisikan-
bisikan
2. Melatih klien cara mengontrol halusinasi: - Pasien mengatakan sudah
- Menghardik bercakap-cakap dengan
Hasil: Klien bisa memperagakan cara menghardik orang lain
- Pasien mengatakan jika
suara bisikan muncul
pasien sudah
menghardik
- Pasien mengatakan
memilih menggambar
sebagai kegiatan yang
dipilih untuk dimasukan
ke dalam jadwal
kegiatan

O:
- Pasien tampak lebih
tenang
- Pasien sesekali
melamun
- Pasien tampak bisa
memperagakan cara
menghardik
- Pasien tampak
bercakap-cakap dengan
pasien lan
A:
Masalah halusinasi teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi kembali untuk
beberapa intervensi dan
melakukan kembali
- Motivasi dan beri pujian
jika klien dapat
melakukan kegiatan-
kegiatan
Jam 08.30 WIB S:
- Pasien mengatakan sudah
3. Membina hubungan saling percaya dengan cara (menjelaskan tidak marah marah lagi
maksud dan tujuan interaksi, jelaskan tentang kontrak yang - Pasien mengatakan bisikan
akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati) sudah tidak muncul.
- Pasien mengatakan jika
sedang emosi pasien
4. Melatih Pasien melakukan cara mengontrol marah meliputi: memukul bantal
- Pasien mengatakn jika
- Teknik relaksasi tarik nafas dalam
sedang emosi pasien
- Memukul bantal beristighfar
O:
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasien melakukan teknik
tarik nafas dalam
- Pasien tampak sudah bisa
mengontrol emosinya
- Pasien tampak sudah mampu
berkata dengan baik jika
ingin menyampaikan sesuatu
A:
- Risiko perilaku kekerasan
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Evaluasi kembali
intervensi bila perlu
lakukan intervensi ulang
untuk pasien
- Evaluasi teknik nafas
dalam
- Evaluasi teknik memukul
bantal cara menolak marah
dengan cara
mengungkapkan kata kta
baik
- Mengajarkan teknik
mengontrol marah dengan
beribadah dan
mengkonsumsi obat secara
teratur
Jam: 08.45 WIB S:
- Pasienmengatakan sudah
1. Mendorong pasien untuk mampu menyebutkan penyebab menarik diri berinteraksi kepada orang lain
Hasil: - Klien mengatakan sudah
- Pasien pasien mampu menyebutkan penyebab pasien sering mengobrol kepada teman
sendiri wismanya
2. Mendiskusikan bersama dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain O:
Hasil: - Pasientampak kooperatif
- Pasien mau untuk mencoba melakukan interaksi - Klien tampak sedang
3. Mendiskusikan bersama pasien tentang kerugian berinteraksi dengan mengobrol kepada teman
orang lain wismanya
Hasil:
- Pasien mau mendengarkan kerugian berinteraksi A:
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang Masalah isolasi soasial teratasi
Hasil: sebagian
- Pasien ingin mencoba berkenalan dengan orang
P:
5. Memasukkan ke kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
Intervensi dilanjutkan
dalam kegiatn harian
- Evaluasi intervensi yang
Hasil:
sudah diberikan bila perlu
Pasien ingin mencoba berbincang-bincang dengan orang lain
lakukan pengulangan

Jam 08.50 WIB S:


- Klien mengatakan sudah
1. Membantu membuat jadwal aktifitas sehari-hari berinteraksi mencoba bercerita kepada
dengan orang lain
teman ketika ada masalah
2. Melibatkan teman sebaya satu wisma untuk memberikan umpan balik O:
interaksi - Klien tampak interaktif dan
komunikatif saat diajak
Mengajari sikap asertif jika ada masalah dan menganjurkan memperbanyak ngobrol oleh perawat dan
interaksi atau bercerita kepada teman satu wisma atau perawat
teman satu wisma
- Klien tampak sudah mulai
banyak berinteraksi kepada
orang lain
A:
Hambatan interaksi sosisal teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Evaluasi intervensi dan lakukan
pengulangan intervensi jika
diperlukan
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya 99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

FORM LAPORAN ANALISA JURNAL

ANALISA JURNAL HASIL PENELITIAN

Judul Artikel : EFEKTIFITAS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI


TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI
PENDENGARAN PASIEN RUANG CEMPAKADI RSJ PROF. DR.
ILDREM MEDAN
Sumber artikel : Diakses melalui google scholar
https://jurnal.suryanusantara.ac.id/index.php/jurkessutra/article/view/64/59
pada tanggal 03 Mei 2021
1. Analisa PICO
Tabel 1. Analisa PICO
No Kriteri Jawab Pembenaran dan Critical Thingking
a

1 P Populasi Populasi dalam penelitian adalah pasien halusinasi


pendengaran yang dirawat di Cempaka rumah sakit
jiwa Prof. Dr. Ildrem Tahun 2019 yang berjumlah
19 orang.
2 I Intervensi Intervensi yang dilakukan pada jurnal adalah Terapi
Aktifitas Kelompok stimulasi persepsi terhadap
kemampuan pasien mengontrol halusinasi
pendengaran mempunyai nilai rata-rata sebelum
(Terapi Aktifitas Kelompok) (Pre-test) sebesar
7,25% dan setelah dilakukan (Terapi Aktifitas
Kelompok) (Post-test) sebesar 11.5, dengan
perbedaan standar deviasi Pre-test dan Post-post
sebesar 3.495.
3 C Controling/Comparing Tidak ada kelompok pembanding, tetapi paling
tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test)
yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahanperubahan yang terjadi setelah adanya
eksperiment (perlakuan).

4 O Outcome Hasilnya adalah TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)


efektif terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran

1. Analisa Kritis
a. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based?
Jawab: penelitian ini reliabel dan dapat dibuktikan karena instrument dari
penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi karateristik responden serta
hasil pengukuran halusinasi pendengaran dan pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode observasi (pengamatan) terhadap pasien halusinasi
pendengaran dengan menggunakan format sesi TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
yang sudah ada.. Penelitian menggunakan analisis univariat untuk
mendiskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti.
b. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel?
Jawab: Menggunakan jenis penelitian pra-experiment yang menggunakan
rancangan one group pre-test dan postest, dimana rancangan ini tidak ada
kelompok pembanding, tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama
(pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahanperubahan yang
terjadi setelah adanya eksperiment (perlakuan).
c. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi di lapangan?
Ya, hasil penelitian ini relevan dengan pasien kami, yaitu pasien degan halusinasi
pendengaran dengan kurangnya pengetahuan mengontrol masalah halusinasi
pendengaran.
d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan?
Etika penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang berlaku,
meliputi: lembar persetujuan menjadi responden tanpa nama, kerahasiaan.
e. Bagaimana implikasi dalam keperawatan?
Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan yaitu
pengetahuan tentang TAK merupakan suatu bentuk agar dapat mengontrol
halusinasi pendengaran dan terhindar dari berbagai masalah gangguan kejiwaan.
TAK yang teratur dapat membantu mengontrol masalah halusinasi pendengaran
dari masalah gangguan kejiwaan.

2. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian adalah TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) :
Halusinasi mempunyai efektifitas yang signifikan terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien di ruang Cempaka dan Sipisopiso
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem pada setiap sesi, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh, yaitu dengan menggunakan uji-t dependent saat Pre-
Test dan Post-Test diperoleh perbedaan dengan hasil uji statistik didapat p adalah
0,1 (p<0,05)
b. Saran
1. RSJ Prof. Dr. Ildrem.
Bagi RSJ Prof. Dr. M. Ildrem, hendaknya mempertimbangkan untuk membuat
kebijakan (peraturan) baru kepada perawat, khususnya perawat ruangan untuk
melakukan TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) secara kontiniu, yang bertujuan
untuk penurunan frekuensi pasien gangguan jiwa.
2. Bagi Tenaga Keperawatan Diharapkan kepada perawat, khususnya perawat
ruangan yang bekerja di RSJ TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) yang telah
dilakukan oleh peneliti mengingat TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
merupakan terapi

DAFTAR PUSTAKA

1. Aritonang Mursni. 2019. Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Terhadap


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pasien Ruang Cempaka Di RSJ
Prof. DR. Irdrem Medan. Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya 99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

FORM LAPORAN ANALISA JURNAL

ANALISA JURNAL HASIL PENELITIAN

Judul Artikel : TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM BERPENGARUH


TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL MARAH KLIEN
SKIZOFRENIA
Sumber artikel : Diakses melalui google scholar
Jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/viewFile/318/104
pada tanggal 03 Mei 2021
1. Analisa PICO
Tabel 1. Analisa PICO
No Kriteri Jawab Pembenaran dan Critical Thingking
a

1 P Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh klien


dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Jambi sebanyak 17 orang.
2 I Intervensi Intervensi yang dilakukan pada jurnal adalah
memberikan tindakan pre test dan post test
pemberian relaksasi nafas dalam. Dengan nilai
pretest posttest dengan nilai rata-rata mean adalah -
9,00000 yang menunjukan nilai sig 0,0000 dengan
derajat kemaknaan 0,05
3 C Controling/Comparing Tidak ada kelompok pembanding, tetapi paling
tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test)
yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperiment (perlakuan).

4 O Outcome Hasilnya adalah nilai sig 0,000<0,05 yang artinya


ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
mengontrol marah klien skizofrenia dengan resiko
periaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi

2.Analisa Kritis
c. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based dalam hirarki evidence
based?
Jawab: penelitian ini reliabel dan dapat dibuktikan karena instrument dari
penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi karateristik responden serta
hasil pengukuran pretest dan post test setelah di berikan tindakan relaksasi nafas
dalam. Penelitian menggunakan analisis univariat untuk mendiskripsikan
karakteristik masing-masing variable yang diteliti.
d. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel?
Jawab: Menggunakan jenis penelitian yang menggunakan rancangan one group
pre-test dan postest, dimana rancangan ini tidak ada kelompok pembanding, tetapi
paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan
peneliti dapat menguji perubahanperubahan yang terjadi setelah adanya
eksperiment (perlakuan).
e. Apakah hasil penelitian ini reliable dan relevan dengan kondisi di lapangan?
Ya, hasil penelitian ini relevan dengan pasien kami, yaitu pasien dengan resiko
perilaku kekerasan yang belum mengetahui bagaimana cara mengontrol emosi
f. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan?
Etika penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang berlaku,
meliputi: lembar persetujuan menjadi responden tanpa nama, kerahasiaan.
g. Bagaimana implikasi dalam keperawatan?
Hasil dari penelitian dapat kita implimintasikan dalam keperawatan yaitu
pengetahuan teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan untuk mengontrol emosi pada pasien gangguan jiwa dengan resiko
perilaku kekerasan.
3. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian adalah menunjukan kemampuan responden
mengontrol marah sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi didapatkan nilai mean 13,0588. Kemampuan responden
mengontrol marah sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam di Rumah Sait Jiwa
Daerah Provinsi Jambi didapatkan nilai rata-rata 22,0588 . Hasil Uji pada
kelompok pretest-posttest diketahui nilai rata-rata mean adalah -9,0000 yang
artinya ada perbedaan mengontrol marah sebelum dan sesudah dilakukan reaksasi
nafas dalam terhadap mengontrol marah pada pasien Skizofrenia
b. Saran
1. RSJ Daerah Provinsi Jambi
Bagi RSJ Daerah Provinsi Jambi dapat memfasilitasi dalam penerapan
teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan resiko marah pada pasien
dengan resiko perilaku kekerasan dan dapat menjadi jadwal kegiatan rutin
tentang teknik relaksasi nafas dalam tersebut
2. Bagi Tenaga Keperawatan
Diharapkan bagi tenaga keperawatan bisa menerapkan teknik relaksasi
nafas dalam sebagai intervensi untuk mengontrol marah

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutinah, dkk. 2019. Teknik Relaksasi Nafas Dalam Berpengaruh Terhadap


Kemampuan Mengontrol Marah Klien Skizofrenia. Journal of Health Care
Technology and Medicine Vol. 5 No. 1 April 2019

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Nn.I dengan masalah utama
gangguan persepsi: halusinasi penyusun menyimpulkan :
1. Pengkajian keperawatan pada Nn.I dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan
selama asuhan keperawatan diberikan yang meliputi data gangguan sensori persepsi yang
terjadi akibat adanya gangguan penyerapan panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat terjadi pada pasien penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu
itu penuh dan baik. Dengan kata lain pasien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh pasien dan tidak dapat dibuktikan.

2. Diagnosa yang muncul pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Nn.I dengan
Skizofenia sudah sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa yang muncul pada pasien Tn. I
adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.

3. Fokus pemberian asuhan keperawatan atau rencana tindakan keperawatan pada Nn.I
adalah sebagai upaya untuk mengeksplorasikan perasaannya kepada orang lain, sehingga
dapat mengatasi masalah halusinasi yang dialaminya.

4. Implementasi keperawatan pada Nn.I sesuai dengan perencanaan berdasarkan tinjauan


teori. Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam (3 hari) pasien dapat
mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya.

5. Evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Nn.I adalah dengan melakukan penilaian hasil
tindakan keperawatan yang diberikan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yaitu
kemampuan pasien mengontrol atau mengendalikan halusinasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, bukan beberapa saran sebagai pertimbangan dalam


meningkatkan asuhan keperawatan, khususnya pada pasien dengan halusinasi
pendengaran, Yaitu :

1. Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Jiwa sebagai wadah dalam membantu program pemerintah untuk
meningkatkan serta mempertahankan kesehatan masyarakat, diharapkan pihak rumah sakit
membuat Jadwal kunjungan keluarga agar proses pemberian intervensi pada keluarga dapat
dilakukan. Selain itu, diharapkan pihak manajemen agar memperhatikan sarana dan
prasarana yang ada dan melengkapi seluruh peralatan medis proses penyembuhan pasien.
Serta diharapkan pihak manajemen lebih proaktif untuk melakukan home visite ke rumah
rumah pasien khususnya pasien pasien yang ditelantarkan oleh keluarganya.
2. Mahasiswa keperawatan
Mahasiswa merupakan calon perawat, sehingga diharapkan agar mampu memanfaatkan
waktu yang ada pada saat praktik semaksimal mungkin, agar ilmu yang didapatkan tidak
hanya di ruang kelas sekolah melainkan juga di lapangan.
3. Perawat
Perwat dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya mengikuti langkah-langkah
proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya yang dilakukan secara
sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Perawat harus
selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan berkelanjutan
maupun kegiatan ilmiah seperti seminar workshop dan pelatihan yang dapat mendukung
kemampuan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa
khususnya yang mengalami halusinasi pendengaran.
4. Keluarga
Diharapkan keluarga mampu untuk melakukan tindakan yang mandiri untuk perawatan
pasien dirumah dan strategi pelaksanaan halusinasi dan pasien diharapkan untuk mandiri
dalam melakukan strategi pelaksanaan untuk mengendalikan halusinasi terkhususnya untuk
rutin minum obat.
5. Masyarakat
Diharapkan masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien dapat mendukung dan ikut
serta dalam melakukan perawatan pasien dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi,
untuk menerima pasien seperti masyarakat pada umumnya dan tidak mengencilkan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info

Media

2. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
3. Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan

Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

4. Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika Form Evaluasi Mahasiswa Stase Keperawatan Jiwa. Program Studi Profesi

Ners.Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta.2020-

2021.www.almaata.ac.id

5. Aritonang Mursni. 2019. Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Terhadap

Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pasien Ruang Cempaka Di RSJ Prof.

DR. Irdrem Medan. Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

6. Sutinah, dkk. 2019. Teknik Relaksasi Nafas Dalam Berpengaruh Terhadap Kemampuan

Mengontrol Marah Klien Skizofrenia. Journal of Health Care Technology and Medicine

Vol. 5 No. 1 April 2019

Anda mungkin juga menyukai