Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UTS

NAMA : DEWI RATNA SARI


NIM : 23142012020

PROGRAM STRATA I (S1)


UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN
2024
Soal uts
1. Apakah yang dimaksud dengan gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kondisi mental yang mempengaruhi perasaan, pikiran, dan
perilaku seseorang secara signifikan sehingga memengaruhi kehidupan sehari-hari dan interaksi
sosial mereka. Gangguan tersebut dapat meliputi depresi, kecemasan, skizofrenia, dan gangguan
bipolar, di antara yang lainnya.
Para ahli mendefinisikan gangguan jiwa sebagai gangguan psikologis atau perilaku yang
signifikan yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam berfungsi secara normal
dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa meliputi gangguan mood seperti depresi dan bipolar,
gangguan kecemasan, gangguan psikotik seperti skizofrenia, dan gangguan kepribadian, di
antara yang lainnya. Gangguan jiwa juga seringkali melibatkan kombinasi faktor genetik,
biologis, psikologis, dan lingkungan.

2. Seperti apakah perlakuan ganggu jiwa di Indonesia pada zaman dulu


Di Indonesia, perlakuan terhadap gangguan jiwa pada zaman dulu bervariasi tergantung
pada budaya dan masyarakat di setiap daerah. Beberapa cara yang umum dilakukan meliputi:

Pengobatan Tradisional: Banyak masyarakat menggunakan pengobatan tradisional seperti dukun


atau orang pintar untuk mengobati gangguan jiwa. Metode ini seringkali melibatkan upacara
adat, ramuan herbal, atau praktik spiritual.
Isolasi: Penderita gangguan jiwa sering diisolasi dari masyarakat karena dianggap "tidak
normal". Mereka sering kali dipinggirkan atau bahkan dipasung untuk mencegah mereka
melukai diri sendiri atau orang lain.
Pengobatan Spiritual: Di beberapa tempat, gangguan jiwa dianggap sebagai gangguan spiritual,
sehingga pengobatannya melibatkan ritual atau upacara keagamaan.
Penyembuhan dengan Keberhasilan Sosial: Beberapa masyarakat percaya bahwa penderita
gangguan jiwa bisa sembuh melalui pernikahan, memiliki anak, atau mencapai prestasi tertentu
dalam kehidupan.

3. Sebutkan tanda dan gejala dari gangguan jiwa


Menurut para ahli, tanda dan gejala gangguan jiwa dapat mencakup:
1. *Perubahan Mood:*
 Perasaan sedih yang berkepanjangan atau kehilangan minat dalam aktivitas yang biasa
dinikmati (depresi).
 Perasaan euforia yang berlebihan atau tingkat energi yang tinggi (mania).

2. *Gangguan Kecemasan:*
 Perasaan cemas atau khawatir yang berlebihan.
 Gejala fisik seperti gemetar, keringat dingin, atau jantung berdebar.

3. *Gangguan Psikotik:*
 Halusinasi: mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak ada.
 Delusi: keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya keyakinan bahwa
seseorang sedang dikejar-kejar.

4. *Gangguan Makan:*
 Pola makan yang tidak sehat, seperti makan berlebihan atau malnutrisi.
 Obsesi dengan berat badan atau penampilan fisik.

5. *Gangguan Tidur:*
 Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia).
 Mimpi buruk atau gangguan tidur lainnya.

6. *Perubahan Perilaku:*
 Perubahan dalam kebiasaan atau perilaku, seperti menjadi lebih agresif atau menarik
diri dari interaksi sosial.
 Penyalahgunaan zat atau alkohol.

7. *Gangguan Kepribadian:*
 Pola perilaku yang tidak stabil atau tidak biasa, seperti impulsivitas yang berlebihan
atau ketidakstabilan emosional.
 Kesulitan dalam memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
8. *Gangguan Fisik Tambahan:*
 Gejala fisik yang tidak terkait dengan penyakit medis, seperti nyeri tubuh atau sakit
kepala.
 Penurunan energi atau kelelahan yang tidak wajar.
Tanda dan gejala ini dapat muncul dalam berbagai kombinasi dan tingkat keparahan, dan
seringkali memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang. Jika Anda atau seseorang yang Anda
kenal mengalami gejala-gejala ini secara terus-menerus, penting untuk mencari bantuan
profesional untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut.
4. Sebutkan 5 rumah sakit jiwa terbesar di Indonesia
-RSJ Dr. Wadjiman Wediodiningrat
-RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi
-RSJ Dr.Soerojo
-RSJ Amino Gondohutomo
-RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI

PROGRAM STRATA I (S1)


UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN
2024
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
A. Pengertian
1. Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada
saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan
oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah pengalaman paska indra tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara – suara, bisikan dari telinga padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu. ( Hawari, 2001 )
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu penuh atau baik ( nasutiaon, 2003)
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.( stuart,
2007 )
Kesimpulannya halusinasi adalah presepsi klien melalui panca indra terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2. Macam – Macam Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Penyebab
a. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a.) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b.) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a.) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b.) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c.) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
4. Tanda dan Gejala
a. Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat. Klien : tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal
yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.Perilaku klien :
meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik,
potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari
satu orang.
5. Pengertian TAK
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama – sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang di pimpin atau di arahkan oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih ( Pedoman Rehabilitasi Pasien
Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007 ). Terapi kelompok adalah
teraapi psikologi yang dilakukan secara untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan linterpersonal ( Yosep, 2008 ).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) dibagi empat yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktivitas stimulasi sensori, terapi aktivitas
orientasi relita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi ( keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok ( TAK ) stimulasi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok ( keliat, 2004 ).
6. Aktivitas TAK
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi perepsi : Mengenal halusinasi seperti waktu
terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, perasaan saat terjadi halusinasi.
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mencegah halusinasi dengan
bercakap – cakap.
e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh
paparan stimulasi kepadanya.
2. Tujuan khusus:
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

C. Karakteristik Klien
a. Nama : Yogi
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 24 tahun
Alamat : Kroya
Hobi : Memasak, Menyanyi
Riwayat Halusinasi : Satu minggu sebelum dibawa kerumah sakit, kakak pasien
meninggal dunia dan pasien sering mendengar suara kakak yang sudah meninggal
memangil – manggil namanya.
b. Nama : Rosi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Alamat : Cilacap
Hobi : Menyanyi, Membaca, Menari
Riwayat Halusinasi : Empat hari sebelum dibawa ke rumah sakit pasien bertingkah
aneh, pasien sering melihat wanita cantik yang mengikutinya.
c. Nama : Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Alamat : Kesugihan
Hobi : Menyanyi, Menari
Riwayat Halusinasi : Dua hari sebelum dibawa kerumah sakit pasien bertingkah aneh,
pasien merasa seluruh badannya di gerumuti belatung.
d. Nama : Fatimah
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Kroya
Hobi : Membaca, Menari
Riwayat Halusinasi : Lima hari sebelum dibawa kerumah sakit anak pasien meninggal
dunia, dan pasien merasa melihat anaknya yang sudah meninggal.
e. Nama : Nonik Ratna Palupi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Alamat : Maos
Hobi : Nonton film, Menyanyi, Menari
Riwayat Halusinasi : Tiga hari sebelum dibawa ke rumah sakit pasien bertingkah aneh,
pasien mendengar suara – suara yang menyuruhnya membunuh.
D. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan menurut keliat dkk ( 2005 ) menerangkan bahwa empat masalah
keperawatan pada gangguan halusinasi, diantaranya adalah resiko mencederai diri, gangguan
sensori atau persepsi, isolasi sosial: menarik diri, gangguan pemeliharaan kesehatan.
E. Kreteria Evaluasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi , kemampuan yang diharapkan adalah mengenal halusinasi,
waktu terjadinya, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi dan
masukkan ke dalam formulir evaluasi pada tabel.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi s.
Klien mampu menyebutkan isi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi
(jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
FORMULIR EVALUASI
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
No Nama Klien Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
Isi halusinasi waktu terjadi situasi perasaan saat
halusinasi terjadi halusinasi
halusinasi
1. Yogi Hernawan ( Yogi )

2. Rosiana Saputri ( Rosi )

3. Dewi Fatull Mutoharoh ( Dewi )

4. Fatimah ( Fatimah )

5. Nonik Ratna Palupi ( Nonik )

Sumber: Keliat dan Akemat (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi aktivitas kelompok.Jakarta:EGC.

Petunjuk pengisian:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu, situasi, dan
perasaan.
3. Jika klien mampu beri tanda √
4. Jika klien tidak mampu beri tanda
X
F. Pengorganisasian Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapis
a. Leader : Rizka Nurmala Sari
b. Co Leader : Noti Mardiana Majid
c. Fasilitator :
1.) Nurul Laela Istiqomah
2.) Ani Safitri
3.) Halima Tusadiah
2. Peran Fungsi
a. Tugas Leader :
1. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2. Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan jalannya terapi
aktivitas kelompok
3. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
4. Memimpin diskusi kelompok
5. Memberikan informasi
6. Menutup acara
b. Tugas Co Leader :
1. Mendampingi leader
2. Mengambil posisi leader jika pasif
3. Mengarahkan kembali posisi peminpin kepada leader
4. Menjadi motivator
c. Tugas Fasilitator :
1. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai anggota
kelompok
2. Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika kegiatan
kelompok berlangsung
3. Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan terapi
aktivitas kelompok
3. Seleksi Klien
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh :
1. Klien yang tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami proses fikir
3. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol
4. Klien yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik.
4. Nama Klien yang Ikut
1. Yogi Hermawan ( Yogi )
2. Rosiana Saputri ( Rosi )
3. Dewi Fatull Mutoharoh ( Dewi )
4. Fatimah ( Fatimah )
5. Ani Safitri ( Ani )
5. Waktu
Terapi Aktivitas Kelompok akan dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : Senin, 6 Juni 2016
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Tempat : Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Serulingmas
6. Tempat
Setting tempat pada Terapi Aktivitas Kelompok

L CL
K
K

F
F

K K

K
F

Keterangan Gambar :
L : Leader

CL : Co Leader

K : Klien/ Pasien

F : Fasilitator

7. Alat – alat :
a. Spidol
b. Papan tulis/whiteboard/flipchart
c. Papan nama
d. Balon
e. Peniti
f. Musik Box / Speaker
g. Kabel Pc
G. Proses Terapi Aktivitas Kelompok
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1.) Leader memberikan salam kepada semua klien
2.) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti co leader,
fasilitator dan observer serta menyebutkan nama panggilan leader dan
anggotanya (pakai papan nama)
3.) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
1.) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1.) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
pengalaman halusinasi.
2.) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a. Lamanya kegiatan 45 menit
b. Leader membacakan tata tertib
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. Fase Kerja
a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal halusinasi
tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, perasaan klien pada saat terjadi
halusinasi dan jenis halusinasi.
b. Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi
yang membuat terjadi, perasaan klien saat terjadi halusinasi. Klien di tunjuk dengan
permainan musik balon, yaitu pasien berdiri dibelakang garis yang di tentukan,
setelah itu co leader akan memainkan lagu dan pasien akan berjoged, saat musiknya
berhenti pasien berlari ke depan dan meletuskan balon yang ada di depannya,
pasien yang bisa memecahkan balon akan menceritakan pengalaman halusinasinya,
permainan musik balon akan dimainkan secara berurutan sampai semua klien
mendapat giliran, hasilnya akan ditulis di whiteboard .
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari pengalaman
halusinasinya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1.) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.) Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
1.) Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya
jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.
2.) Menyepakati waktu dan tempat.
H. Antisipasi Masalah
a. Tata Tertib
1.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
2.) Peserta berpakaian rapi dan bersih
3.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi
aktivitas kelompok
4.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok
berlangsung
6.) Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara
setelah dipersilahkan oleh leader
7.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8.) Anggota harus bersikap terbuka
9.) Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati

I. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“ Selamat pagi semuanya ?”
“ Perkenalkan kami mahasiswa akper serulingmas cilacap, nama saya Rizka
Nurmala Sari saya paling suka di panggil Rizka, dari ujung kanan ada Ani Safitri
dia paling suka di panggil Ani, di sebelahnya ada Nurul Laela Itiqomah paling suka
di panggil Nurul, di sebelah Nurul ada Halima Tusadiah dia paling suka di panggil
Halimah, terakhir disebelah saya ada Noti Mardiana Majid, dia paling suka di
panggil Noti ( Memakai Papan Nama )“
“Saya ingin tahu siapa nama kalian semua, dari ujung kanan siapa namanya? Dan
paling suka di panggil siapa ? ( diberi nama )”
b. Evaluasi atau Validasi
“ Bagus semuanya, ngomong – ngomong bagaimana perasaan kalian semuanya
pagi ini ?”
“Apakah kalian masih ingat dengan kami dan janji kita kemarin, yaitu tentang
kegiatan terapi kelompok ?”
c. Kontrak
“Bagus kalian masih mengingatnya, baiklah pada Terapi Aktivitas Kelompok kali
ini kita akan mengenal pengalaman halusinasi”
“Baiklah semuanya saya akan membacakan peratutan aktivitas hari ini
1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktifitas kelompok
2. Peserta berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi
aktivitas kelompok
4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok
berlangsung
6. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara
setelah dipersilahkan leader
7. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8. Anggota harus bersikap terbuka
9. Waktu sesuai dengan yang sudah di sepakati yaitu 45 menit
2. Fase Kerja
“ Baiklah Semuanya kegiatan ini kita mulai”
“Kami akan Membagikan kertas dan spidol kepada kalian, kemudian kalian tuliskan
pengalaman halusinasi seperti menyebutkan isi halusinasi, waktu halusinasi, situasi saat
halusinasi, perasaan saat halusinasi”
“ Bagus sekali semuanya sudah mengisi kertas yang kami bagikan, sekarang kita mulai
untuk membacakan pengalaman halusinasi yang sudah kalian tulis, nanti kalian maju
satu – satu dengan permainan musik balon, nanti kalian berdiri di belakang garis yang
sudah kami buat, kemudian kami akan bagi peniti untuk memecahkan balon yang
terpasang di dinding, ingat peniti itu untuk memecahkan balon, setelah itu teman saya
noti akan menyalakan musik setelah musik menyala kalian harus berjoged, setelah
musiknya berhenti kalian maju ke depan dan memecahkan balon dengan peniti, peserta
yang berhasil memecahkan balon akan membacakan pengalaman halusinasinya di
depan, permainan musik balon ini akan dimainkan secara berurutan sampai semua
peserta mendapat giliran membacakan hasil pengalaman halusinasi di depan, bagaimana
kalian setuju?”
“Baiklah kalau kalian setuju kita mulai permainannya”
“Terima kasih semuanya karena sudah membacakan pengalaman halusinasi, dan semua
yang kalian bacakan itu sangat baik”
“ Baiklah kalau pengalaman halusinasi muncul lagi kalian bisa melakukan merhardik
dengan cara jika kalian melihat atau mendengar sesuatu kalian harus berbicara dengan
keras husss... pergi dari saya,,, jangan dekat – dekat saya kalian palsu atau ketika sedang
makan kemudian pengalaman halusinasi kalian datang kalian harus bilang makanan ini
enak, sangat... sangat enak, begitu di ulang – ulang sampai suara dan bayangan itu tidak
terdengar atau tidak nampak lagi, apakah kalian paham.“
“Bagus kalau kalian paham, coba kalian peragakan! Nah begitu,....bagus!Coba lagi,
Bagus kalian semua sudah bisa menghardik, ingat kalau pengalaman halusinasi kalian
muncul lagi lakukan menghardik seperti yang kami ajarkan.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti kegiatan ini”
“Tepuk tangan untuk kalian semua, kalian semua sangat bagus”
“Mungkin dari kalian yang masih memiliki pengalaman halusinasi yang belum di tulis,
untuk itu sekarang kalian boleh menulisnya”
“Mas. Mas... Mba..mba besok kita ada akan ada terapi aktivitas kelompok sseperti ini
lagi dengan kegiatan mempraktekan cara menghardik dan cara mengontrol halusinasi
kalian semua dan dapat diterapkan dirumah sakit dan sampai kalian pulang ke rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dirjen Yanmed

Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat. 2011. Kumpulan materi keperawatan jiwa. RSJ Jawa

Barat

Stuart & Sunden. 1998. Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :NUHA

MEDIKA

Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai