LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA
Ny.T DI RUANG SEMBODRO RSJ GHRASIA YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH :
ANDI HARTONO
3215001
Disusun Oleh :
Andi Hartono
3215001
Tangggal
Pembimbing Klinik
Mahasiswa
(Ayunita P, S.ST)
(Andi Hartono,.S.Kep)
Pembimbing Akademik
Perceptor
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang
tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan
(Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health
Nursing, 1987).
B. Jenis- Jenis Halusinasi
Menurut Depkes (1983) halusinasi dapat terjadi pada seseorang dengan
gangguan otak (kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik) atau gangguan
jiwa (psikosis atau histeria). Halusinasi yang sering didapatkan adalah :
a. Halusinasi dengar (akustik, auditirik). Individu itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek , menertawakan atau mengancam padahal tidak
ada suara disekitarnya.
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Pikiran logis
Distorsi pikiran
Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
Ilusi
Halusinasi
Emosi konsisten
Dengan pengalaman
atau kurang
Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai
Isolasi sosial
Berhubungan social
Menarik diri
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan kecemasan berat yang berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan.
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi
realita. Dapat ditemukan atropi otak, pembesaran ventrikel perubahan besar
dalam bentuk sel kortikal dan limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia.
Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang anggota keluarga
nya ada yang menderita skizofrenia, dan akan lebih tinggi jika kedua orang
tua menderita skizofrenia.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat besumber dari internal maupun eksternal, yang terdiri
dari :
1)
2)
Faktor biokimia
Berbagaipenelitian tentang dopamine . norepineprine, andolamin, zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas.
3)
Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan
gangguan
mengatasi
orientasi
masalah
realitas.Pasien
memungkinkan
mengembangkan
berkaembangnya
koping
untuk
4)
Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan : proses pikir, efektif, persepsi, motorik, dan
sosial.
Masalah utama
Intoleransi aktivitas
Faktor pesdiposisi
Faktor prespitasi
Kerusakan interaksi
Penyebab
Sindrom defisit
Perawatan diri :
Mandi / kebersihan
Berpakaian / berhias
sosial :
menarik diri
keparahannya. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam empat
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
Karakteristik
Fase I : Comforting
Ansietas Sedang
Halusinasi
menyenangkan
Perilaku Klien
Tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai
Menggerakakan bibir tanpa
suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
jika sedang asyik
Diam dan asyik sendiri.
Meningkatnya tanda-tanda
system syaraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan
denyut jantung, pernafasan
dan tekanan darah.
Rentang perhatian
menyempit
Asyik dengan pengalaman
sensori
dan
kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan realita
Kemauan yang dikendalikan
halusinasi akan lebih diikuti
Kesuksesan
berhubungan
dengan orang lain
Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit.
Ada
tanda-tanda
fisik
ansietas berat: berkeringat,
tremor,tidak
mampu
mematuhi perintah.
Perilaku teror akibat panik
Potensi kuat suicide atau
homicide
Aktivitas fisik merefleksikan
melebur
beberapa jam atau hari jika
menjadi dalam tidak ada intervensi terpeutik.
halusinasinya
Psikotik Berat.
suatu
tindakan
yang
kemungkinan
dapat
melukai
atau
Clorpromazine (CPZ)
Indikasi :
Untuk sidrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diari terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu,
berdaya
berat
dalam
fungsi-fungsi
mental:
waham,
Sedasi
2.
Gangguan
otonomi
(hipotensi,antikolinergik/parasimpatik,mulut
kering,kesulitan
dalam
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung).
3.
Gangguan
ekstra
piramidal
(distonia
akut,
5.
Metabolik (jaundice).
6.
Hematologik,
agranulosis,
biasanya
untuk
jantung,
febris,
hati,
penyakit
darah,
epilepsi,
kelainan
Haloperidol (HP)
Indikasi:
11
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Mekanisme kerja:
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine
sinaptik neuron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
Efek sampig:
1.
2.
Gangguan
otonomik
(hipotensi,
hati,
penyakit
darah,
epilepsy, kelainan
jantung,
febris,
Trihexyphenidil (THP)
Indikasi:
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya rserpina dan fenotiazine.
Mekanisme kerja:
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik
lainnya.
Efek samping:
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardi. Dilatasi, ginjal, retensi urin.
Kontra indikasi:
Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl, glaucoma sudut sempit,psikosis
berat, psikoneurosis, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna.
Sedangkan Ingram (1993) menambahkan Trifluoperazin (stelazine)
dimana indikasi sama dengan chlorpromazine namun lebih kuat dan kurang
sedative. Efek samping pada dosis rekomendasi atau pada dosis yang lebih
tinggi, sering ada gejala ekstra piramidalis dan perlu diterapi.
12
: Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis
II
: Gangguan kepribadian
Retardasi mental
Aksis
III
Aksis
IV
Aksis
Keterangan :
1.
2.
b.
Mencakup
informasi
yang
c)
13
d)
Pengertian
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat dalam melakukan praktik keperawatan., menyelesaikan masalah
keperawatan klien dan atau mmenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis
sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya proses keperawatan merupakan
salah satu teknik penyelesaian masalah/problem solving (Keliat, 1998).
Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan
terorganisir melalui enam langkah dalam mengenali masalah-masalah klien,
namun merupakan suatu metode pemecahan masalah (problem solving) baik
secara episodik maupun linier sehingga masalah dapat teridentifikasi dengan
baik dan tepat dengan cara pengkajian, kemudian dapat dirumuskan diagnosa
keperawatannya, dan cara pemecahan masalah, oleh karena itu proses
keperawatannya selalu diikuti dengan pemecahan masalah (Fortinash dalam
Nurjanah, 2004).
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak
dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan
gejala yang berbeda dan memperoleh muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian
masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala
yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat
menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dari
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah
juga bervariasi (Keliat,1998)
14
2.
data dan
Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan orientasi realitas dipengaruhi oleh multi faktor baik
internal maupun eksternal yang terdiri dari :
a)
Faktor perkembangan
Hambatan dalam perkembangan akan menggangu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
b)
15
Berbagai
faktor
dimasyarakat
yang
membuat
seseorang
c)
Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan kecemasan berat yang
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d)
Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realita. Dapat ditemukan atropi otak, pembesaran ventrikel
perubahan besar dalam bentuk sel kortikal dan limbik.
e)
Faktor genetic
Gangguan orientasi realitas umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
anggota keluarga nya ada yang menderita skizofrenia, dan akan lebih
tinggi jika kedua orang tua menderita skizofrenia.
2)
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat besumber dari internal maupun eksternal, yang
terdiri dari :
a) Faktor sosial budaya.
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting atau
diasingkan dari kelompok.
b) Faktor biokimia.
Berbagaipenelitian tentang dopamine . norepineprine, andolamin,
zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas.
c) Faktor psikologis.
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya
kemampuan
16
mengatasi
masalah
memungkinkan
4)
Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
b)
c)
17
c. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Resiko mencederai diri Tujuan umum:
1.1
Intervensi
Bina hubungan
Rasional
- Hubungan saling
saling percaya
percaya sebagai
dasar interaksi
dengan
menggunakan/
pendengaran.
komunikasi
masalah yang
lingkungan.
Tujuan khusus:
TUK 1:
Klien dapat
perkenalkan nama
- Menghindari waktu
membina hubungan
perawat, tanyakan
saling percaya
menyebabkan
KH : Ekspresi wajah
timbulnya
bersahabat, klien
disukai, jelaskan
halusinasi.
tujuan pertemuan,
- Halusinasi harus
berjabat tangan,
kenal terlebih
membalas salam,
janji, bersikap
dahulu agar
empati dan
intervensi efektif
perawat.
TUK 2:
adanya.
Klien dapat
1.2
Dorong klien
mengenal
mengungkapkan
halusinasinya.
perasaannya.
18
- Mengetahui
- Meningkatkan
realita klien dan
rasa percaya klien.
- Peran serta aktif
klien membantu
KH : klien dpat
1.3
Dengarkan
dalam melakukan
menyebutkan waktu,
intervensi
timbulnya
perhatian dan
keperawatan.
halusinasi,
empati.
mengidentifikasi
kapan frekuensi
- Dengan
diketahuinya faktor
predisposisi
membantu dalam
halusinasi, dan
perilaku klien
mengontrol
mengungkapkan
halusinasi.
perasaanya saat
verbal yang
muncul halusinasi
berhubungan
tindakan yang
TUK 3:
dengan halusinasi.
dilakukan dalam
Klien dapat
- Mengetahui
mengontrol
mengontrol
halusinasi.
KH : Klien dapat
pengetahuan klien
menyebutkan
tentang cara
memutuskan
dilakukan apabila
halusinasi.
halusinasinya
menimbulkan dan
tidak menimbulkan
menunjukkan cara
situasi.
baru untuk
halusinasinya.
- Meningkatkan
dijelaskan.
mengontrol
klien faktor
halusinasi
predisposisi
TUK 4:
terjadinya
Klien mendapat
halusinasi.
pengetahuan klien
Diskusikan dengan
keluarga dalam
klien tentang
mengontrol
tindakan yang
halusinasinya. KH :
dilakukan bila
Klien mendapat
halusinasinya
sistem pendukung
1.1
19
- Meningkatkan harga
diri klien.
- Meningkatkan
- Mengetahui
sistem pendukung
timbul.
tindakan yang
Berikan
dilakukan oleh
TUK 5:
reinforcement
keluarga dalam
Klien dapat
positif atas
merawat klien.
memanfaatkan obat
keberhasilan klien
dalam mengontrol
menyebutkan
pengetahuan
halusinanya.
kembali cara
keluarga tentang
KH : Keluarga dapat
memutuskan
membina hubungan
halusinasinya.
keluarga
1.2
saling percaya
1.3
dengan perawat,
Diskusikan dengan
klien tentang cara
memutuskan
halusinasinya.
1.4
Dorong klien
menyebutkan
kembali cara
memutuskan
halusinasi.
1.5
Berikan
reinforcement
positif atas
keberhasilan klien
menyebutkan
kembali cara
memutuskan
halusinasinya.
1.1
Kaji kemampuan
keluarga tentang
tindakan yg
dilakukan dalam
merawat klien bila
halusinasinya
20
- Meningkatkan
timbul.
1.2
Diskusikan juga
dengan keluarga
tentang cara
merawat klien yaitu
jangan biarkan
klien menyendiri,
selalu berinteraksi
dengan klien,
anjurkan kepada
klien untuk rajin
minum obat, setelah
pulang kontrol 1 x
dalam sebulan.
1.3
Diskusikan juga
dengan keluarga
tentang cara
merawat klien yaitu
jangan biarkan
klien menyendiri,
selalu berinteraksi
dengan klien,
anjurkan kepada
klien untuk rajin
minum obat, setelah
pulang kontrol 1 x
dalam sebulan
halusinasinya.
1.1 Bina hubungan
saling percaya
Tujuan umum:
Klien dapat
21
- Hubungan saling
percaya sebagai
pendengaran
berhubungan dengan
menarik diri.
berhubungan
dengan orang lain
untuk mencegah
timbulnya
halusinasi.
Tujuan khusus:
TUK 1:
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
Ekspresi wajah
bersahabat, klien
nampak tenang, mau
berjabat tangan,
membalas salam,
mau duduk dekat
perawat.
TUK 2:
Klien dapat
mengenal penyebab
menarik diri. Klien
dapat menyebutkan
penyebab menarik
diri pada dirinya.
TUK 3:
Klien dapat
mengetahui manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
Klien dapat
mengungkapkan
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain.
TUK 4:
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara bertahap.
Klien dapat
menyebutkan cara
berhubungan
22
dengan klien
dengan
menggunakan/
komunikasi
terapeutik yaitu
sapa klien dengan
ramah, baik secara
verbal maupun non
verbal, perkenalkan
nama perawat,
tanyakan nama
lengkap klien dan
panggilan yang
disukai, jelaskan
tujuan pertemuan,
jujur dan menepati
janji, bersikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
1.2 Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya.
1.3 Dengarkan klien
dengan penuh
perhatian dan
empati
2.1 Kaji Pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri.
2.2 Dorong klien untuk
menyebutkan
kembali penyebab
menarik diri.
2.3 Beri reinforcement
positif atas
keberhasilan klien
dalam
mengungkapkan
penyebab menarik
diri.
dasar interaksi
perawat dan klien.
Mengetahui
masalah yang
dialami oleh klien.
Agar klien merasa
diperhatikan.
Untuk mengetahui
tingkat pengetahuan
klien tentang
menarik diri.
Membantu
mengetahui
penyebab menarik
diri sehingga
membantu dlm
melaksanakan
intervensi
selanjutnya.
Meningkatkan harga
diri klien.
Meningkatkan
pengetahuan klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
Mengetahui tingkat
pemahaman klien
tentang informasi yg
diberikan.
Meningkatkan harga
diri klien.
Mencegah
timbulnya
halusinasi.
Meningkatkan
pengetahuan klien
cara yang yg
dilakukan dalam
berhubungan
dengan orang lain.
Meningkatkan harga
23
diri klien.
Untuk mengetahui
perasaan klien
setelah berhubungan
dengan orang lain.
Mengetahui
pengetahuan klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
Meningkatkan harga
diri klien.
Agar terbina rasa
percaya keluarga
kepada perawat.
Meningkatkan
pengetahuan
keluarga tentang
menarik diri dan
cara merawatnya.
Agar klien merasa
diperhatikan.
perasaan manfaat
berhubungan orang
lain.
6.1 Bina hubungan
saling percaya
dengan keluarga.
6.2 Diskusikan dengan
anggota keluarga
perilaku menarik
diri, penyebab
perilaku menarik
diri dab cara
keluarga
menghadapi klien.
6.3 Anjurkan kepada
keluarga secara
rutin dan bergantian
datang menjenguk
klien (1 x
seminggu).
Tujuan umum:
1.1 Bina hubungan
Klien dapat
saling percaya
berhubungan
dengan klien
dengan orang lain
dengan
tanpa merasa rendah
menggunakan/
diri.
komunikasi
2). Tujuan khusus:
terapeutik yaitu
TUK 1:
sapa klien dengan
Klien dapat
ramah, baik secara
membina hubungan
verbal maupun non
saling percaya.
verbal, perkenalkan
Ekspresi wajah
nama perawat,
bersahabat, klien
tanyakan nama
nampak tenang, mau
lengkap klien dan
berjabat tangan,
panggilan yang
membalas salam,
disukai, jelaskan
mau duduk dekat
tujuan pertemuan,
perawat.
jujur dan menepati
TUK 2 :
janji, bersikap
Klien dapat
empati dan
mengidenfikasi
menerima klien apa
kemampuan dan sisi
adanya.
24
- Hubungan saling
percaya sebagai
dasar interaksi
perawat dan klien.
- Mengetahui
masalah yang
dialami oleh klien.
- Agar klien merasa
diperhatikan.
- Untuk mengetahui
sampai dimana
realitas dari harapan
klien.
- Membantu klien
membentuk harapan
yang realitas.
- Mengingatkan klien
bahwa tidak
selamanya dia
gagal.
- Klien dapat
menyebutkan
positif yang
dimiliki. Klien dapat
menyebutkan citacita dan harapan
sesuai dengan
kemampuannya.
TUK 3:
Klien dapat
menyebutkan
keberhasilan yang
pernah dialaminya.
Klien dapat
mengevaluasi
dirinya.
TUK 4:
Klien dapat
membuat rencana
yang realistis. Klien
dapat menyebutkan
tujuan yang ingin
dicapai.
TUK 5:
Klien dapat
memanfaatkan
system pendukung
keluarga. Keluarga
memberi dukungan
dan ujian.
25
kegagalan yang
pernah terjadi pada
dirinya
Mengetahui sejauh
mana kegagalan yg
dialami oleh klien.
Agar klien tetap
realistis dengan
kemampuan yang
dimilikinya.
Klien dapat
membuat keputusan
dalam mencapai
tujuan.
Menghargai
keputusan yang
dipilih oleh klien.
Meningkatkan harga
diri.
Untuk
meningkatkan
pengetahuan
keluarga tentang
cara merawat klien
dengan harga diri
rendah.
Meningkatkan peran
serta keluarga dalam
merawat klien di
rumah.
klien untuk
melakukan kegiatan
yang telah dipilih.
4.2 Motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan yang telah
dipilih.
4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan yang
telah dilakukan.
5.1 Beri pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentan cara
merawat klien
dengan harga diri
rendah.
5.2 Bantu keluarga
memberikan
dukungan selama
klien dirawat.
5.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
Tujuan umum:
1.1 Bina hubungan
Klien dapat
saling percaya
meningkatkan
dengan klien
motivasi dalam
dengan
mempertahankan
menggunakan/
kebersihan diri.
komunikasi
2). Tujuan khusus:
terapeutik yaitu
TUK 1:
sapa klien dengan
Klien dapat
ramah, baik secara
membina hubungan
verbal maupun non
saling percaya.
verbal, perkenalkan
Ekspresi wajah
nama perawat,
bersahabat, klien
tanyakan nama
nampak tenang, mau
lengkap klien dan
berjabat tangan,
panggilan yang
membalas salam,
disukai, jelaskan
mau duduk dekat
tujuan pertemuan,
perawat.
jujur dan menepati
26
- Hubungan saling
percaya sebagai
dasar interaksi
perawat dan klien.
- Mengetahui
masalah yang
dialami oleh klien.
- Agar klien merasa
diperhatikan.
- Meningkatkan
pemahaman klien
tentang kebersihan
diri.
- Mengetahui
pemahaman klien
ttg kebersihan diri.
- Meningkatkan harga
diri klien.
Klien dapat
mengenal
pentingnya
perawatan diri.
2.1 Klien dapat
menyebutkan tanda
kebersihan diri yaitu
badan tidak bau,
rambut rapi, bersih
dan tidak bau, gigi
bersih dan tidak bau,
baju rapi tidak bau,
kuku pendek.
TUK 3:
Klien dapat
melakukan
kebersihan diri
secara mandiri
maupun bantuan
perawat.
3.1 Klien berusaha
untuk memelihara
kebersihan diri.
TUK 4:
Klien dapat
mempertahankan
kebersihan diri
secara mandiri.
Klien selalu rapi dan
bersih.
TUK 5:
Klien mendapat
dukungan keluarga
dalam melakukan
kebersihan diri
5.1 Keluarga selalu
mengingat hal-hal
yang berhubungan
dengan kebersihan
diri.
27
janji, bersikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
1.2 Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya.
1.3 Dengarkan klien
dengan penuh
perhatian dan
empati.
2.1 Diskusikan
bersama klien
pentingnya
kebersihan diri
dengan cara
menjelaskan
pengertian tentang
aarti bersih dan
tanda-tanda bersih.
2.2 Dorong klien untuk
menyebutkan
kembali tandatanda kebersihan
diri.
2.3 Berikan pujian atas
kemampuan klien
menyebutkan
kembali tandatanda kebersihan
diri.
2.4 Klien dapat
menyebutkan
tentang pentingnya
dalam perawatan
diri, memberi rasa
segar, mencegah
penyakit mulut dan
memberikan rasa
nyaman
2.5 Beri penjelasan
kepada klien
- Meningkatkan
pemahaman klien
tentang kebersihan
diri.
- Mengetahui
pemahaman
informasi yang telah
diberikan.
- Agar klien
melaksanakan
kebersihan diri.
- Memberikan
kesegaran.
- Meningkatkan harga
diri sendiri.
- Untuk memberi
penjelasan kepada
keluarga tentang
penyebab
kurangnya
kebersihan pada
klien.
- Klien dapat
mengetahui tentang
tindakan perawatan
diri yang mampu
dilakukan oleh
klien.
tentang pentingnya
dalam melakukan
perawatan diri.
2.6 Dorong klien untuk
menyebutkan
kembali manfaat
dalam melakukan
perawatan diri.
3.1 Motivasi dan
bimbingan klien
untuk memelihara
kebersihan diri.
3.2 Anjurkan untuk
mengganti baju.
3.3 Beri Reinforcement
positif jika klien
berhasil melakukan
kebersihan diri.
3.4 Jelaskan pada
keluarga tentang
penyebab kurang
minatnya klien
menjaga kebersihan
diri.
3.5 Diskusikan bersama
keluarga tentang
tindakan yang
dilakukan klien
selama di RS dalam
menjaga
kebersihan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Tim MPKP Keperawatan Jiwa RS. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, 2006,
Pelatihan Nasional Asuhan Keperawatan Profesional jiwa dan komunikasi
Terapeutik Keperawatan, Program Studi Ilmu
Keperawatan,
FKUI.
Brawijaya, Malang.
Komite Medik RS. Grhasia Propinsi DIY. 2005. Buku Standar Pelayanan Medik.
Yogyakarta.
Maramis, W.F., 1995, Catatan Umum Kedokteran Jiwa, Airlangga university
Press,
Surabaya
Maslim, R., 2002, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III,
Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Depkes RI, Jakarta.
Nurjannah, I, 2008, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa : Manajemen
Proses Keperawatan Dan Hubungan Terapeutik Perawat- Klien. Cetakan
Pertama, Penerbit Mocomedia, Yogyakarta.
Nursalam, 2008, Proses Keperawatan Konsep dan Praktik. Ed 1, Salemba Medika,
Jakarta
Rasmun, 2005, Keperawatan Kesehatah Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga, Ed.1, Fajar Interpratama, Jakarta.
Stuart,G.W. and Sundeen., 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Ed.III, EGC,
Jakarta.
29
30