Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

STASE KEPERAWATAN JIWA


RSJ SAMBANG LIHUM

Oleh :
NADIA ISRIANA DEWI
NPM : 1814901210165

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang dari
luar. Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang muncul dari berbagai indera
(Stuart & Laraia, 2005 dalam Trimelia, 2011).

II. Rentang Respons


Respons Adaptif Respons Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


Persepsi akurat menyimpang pikir/delusi/waham
Emosi konstan Ilusi Ketidakmampuan
dengan Reaksi untuk mengalami
pengalaman emosional emosi
Perilaku sesuai berlebih/kurang ketidakteraturan
Hubungan Perilaku ganjil Isolasi sosial
sosial harmonis Menarik diri Halusinasi

III. Faktor Predisposisi


1) Faktor perkembangan : rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress adalah merupakan salah
satu tugas perkembangan yang terganggu.
2) Faktor sosiokultural : individu yang merasa tidak diterima lingkungannya
akan merasa tersingkirkandan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia : adanya stress yang berlebihan dialami individu maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP).
4) Faktor psikologis : tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung
jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.
5) Faktor genetik : penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
IV. Faktor Presipitasi
1) Biologis : stressor biologis mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
2) Pemicu gejala : Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode
baru suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respons neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
individu.

V. Tanda Gejala Halusinasi


Munurut Stuart & Sundeen (1998) dan Carpenito (1997) dalam Trimelia
(2011), data subjektif dan objektif pasien halusinasi yaitu:tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,
respons verbal lamban atau diam, dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan,
berbicara sendiri, menggerakkan bola mata dengan cepat, bergerak seperti
membuang atau mengambil sesuatu, duduk terpaku, kemudian memandang
sesuatudan tiba-tiba lari keruangan lain, disorientasi (waktu, tempat, orang),
perubahan kemampuan dalam memecahkan masalah, perubahan perilaku dan
pola komunikasi, gelisah, ketakutan, ansietas, peka rangsang, melaporkan
adanya halusinasi.

VI. Pohon Masalah


Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

VI. Proses Keperawatan


6.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada halusinasi menurut Fitria (2014):
- Subjektif : Pasien mengatakan mendengar sesuatu, melihat bayangan putih,
seperti disengat listrik, mencium bau yang tidak sedap (seperti feses),
kepalanya melayang diudara, dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda
pada dirinya.
- Objektif : pasien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji, bersikap
seperti mendengarkan sesuatu, berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu, disorientasi, konsentrasi rendah, pikiran
cepat berubah-ubah, kekacauan alur pikiran
6.2 Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut :
- Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan keperawatan
1. Membantu klien mengenal halusinasi
Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat berdiskusi
dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat atau dirasa),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan terjadinya halusinasi, dan respon klien saat halusinasi itu
muncul.
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta klien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain fokus perhatian klien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain. Anjurkan atau ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu
yang diperkirakan saathalusinasi tersebut muncul maka kien diharapkan
langsung mencari teman untuk bercakap-cakap.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
 Melatih klien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas mulai dari
bangun pagi sampai dengan tidur malam.
d. Minum obat secara teratur
Jelaskan kegunaan obat, akibat putus obat, cara mendapatkan
obat/berobat, cara minum obat dengan prinsip 6B plus.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta: TIM
Banjarmasin, September 2019

Ners Muda,

(Nadia Isriana Dewi)

Preseptor Akademik,

( Linda, Ns.,M.Kep )

Anda mungkin juga menyukai