Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)


PUSKESMAS KECAMATAN BANTUR MALANG

Untuk Memenuhi Tugas


Pendidikan Profesi Ners Departemen Jiwa

Kelompok 1

Oleh :
Dwi Setyo Purnomo
NIM. 150070300011004

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
1

1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (higiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAK/BAB
(Fitria, 2009)
Defisit perawatan diri juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu
mengalami suatu kerusakan fungsi kognitif atau fungsi motorik, yang menyebabkan
penurunan kemampuan untu melakukan perawatan diri (NANDA, 2009)
Rentang respon perawatan diri
Adaptif

Maladaptif

Pola perawatan diri seimbang

kadang perawatan diri


Tidak melakukan
kadang tidak
Gambar 1. Rentang Respon Perawatan diri (Tarwoto,2000)
Pola perawatan diri seimbang
Saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif,
maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan

perawatan diri
Kadang melakukan perawatan diri, kadang tidak
Saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang

klien

tidak

memperhatikan perawatan dirinya


Tidak melakukan perawatan diri
Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan
saat stressor

2. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


1. Mandi/higiene
Klien mengalami ketidakmampuan

dalam

membersihkan

badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi (Fitria, 2009).
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik,

melepaskan

pakaian,

menggunakan

kaos

kaki,

mempertahankan

penampilan

pada

tingkat

yang

memuaskan,

mengenakan sepatu (Fitria, 2009).


3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan
mempersiapkan

makanan,

menangani

mengambil

dalam

perkakas,

pakaian,

dan

menelan

makanan,

mengunyah

makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer,


memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta menerima
cukup makanan dengan aman (Fitria, 2009).
4. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar mandi kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar mandi (Fitria, 2009).
3. Tanda dan Gejala serta Batasan Karakteristik
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri.


Batasan karakteristik dari deficit perawatan diri yaitu :
Disorientasi
Kesulitan mengenali benda-benda yang digunakan dalam perawatan
Kotor atau berpakaian tang tidak tepat
Tidak dapat merapikan rambut atau kuku
Tidak makan, makan makanan basi, atau tidak dimasak
(Fitria, 2009)

4. Proses Terjadiya Masalah


Klien dapat mengalami defisit perawatan diri karena beberapa penyebab,
antara lain
3

a) Kelelahan fisik
b) Penurunan kesadaran
c) Faktor predisposisi
- Perkembangan
Keluarga terlalu

melindungi

dan

memanjakan

klien

sehingga

perkembangan inisiatif terganggu


Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri
Kemampuan realitas menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri
d) Faktor presipitasi
Merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
- penurunan motivasi
- kerusakan kognisi atau perseptual
- cemaslelah / lemah yang dialami individu
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan perilaku klien mengalami penurunan
dalam perawatan diri, menjadi kurang memperhatikan kebersihan dirinya.
Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut.
a) Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi
b) Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
c) Makan
Klien mempunyai

ketidakmampuan

dalam

menelan

makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,


menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkpai makan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
4

d) BAB dan BAK (toileting)


Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB dan BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil

5. Pohon Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori halusinasi

Isolasi social

Harga diri rendah kronis

Tidak efektifnya koping individu


Defisit perawatan diri

menurunnya motivasi perawatan diri


(Iyus, 2009)
6. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subjektif
Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS/ di

rumah tidak tersedia alat madi,


Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
Klien mengatakan ingin disuapi makan.
Klien mangatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK

maupun BAB.
Objektif
Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi

kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor atau tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki),
atau tidak berdandan (wanita).
5

Ketidakmampuan makan secra mandiri ditandai dengan ketidakmampuan


mengambil mkanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada

tempatnya.
Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
(Fitria, 2009)

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress
(Stuart & Sundeen, 1998).
a. Faktor Biologis
Penyakit kronis yang

menyebabkan

klien

tidak

mampu

melakukan

perawatandiri seperti stroke.


b. Faktor Psikologis
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu. Pada individu yang mengalami kelemahan untuk
melakukan perawatan diri sering kali keluarga membiarkan individu tersebut
untuk tergantung dengan orang lain saat memenuhi perawatn dirinya
sehingga individu tersebut terbiasa dengan kondisi tersebut.
c. Faktor Sosiobudaya
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatandiri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatandiri.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energi ekstra
untuk koping (Stuart & Sundeen, 1998).
a. Sifat
Sifatnya berupaaspek psikologis

dan

sosial.

Dari

aspek

psikologis

kemungkinan diakibatkan karena seseorang yang menderita penyakit kronis


ataupun gangguan kejiwaan lain sehingga secara psikologis mereka
mengalami penurunan motivasi dan kecemasan. Dari aspek sosial ini berasal
dari keluarga atau lingkungan sekitar. Dari aspek biologis berupa kerusakan
kognisi atau perceptual dan kelemahan.
b. Waktu
Yang perlu dikaji adalah lamanya klien tidak mampu melakukan perawatan
diri. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang telah lama menderita penyakit
kronis.
c. Asal

Sumber penyebab deficit perawatan diri bisa berasal dari faktor internal
seperti keluarga yang memanjakan atau justru malah membiarkan dalam hal
perawatan diri.
d. Jumlah
Pengkajian mengenai kuantitas atau seberapa besar defisit perawatan diri
yang dialami dalam satu periode
Penilaian stressor
Penilaian stressor adalah suatu evaluasi tentang makna stressor bagi
kesejahteraan seseorang di mana stressor mempunyai arti, intensitas dan
kepentingannya (Stuart & Sundeen, 1998).
a. Penilaian Kognitif
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
b. Respon Afektif
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
c. Respon Fisiologik
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
d. Respon Perilaku
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
e. Respon Sosial
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
Sumber koping
Sumber koping adalah evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang (Stuart & Sundeen, 1998).
a. Kemampuan Personal
Kemampuan personal merupakan ketrampilan yang dimiliki klien. Kurangnya
kemampuan seseorang untuk menjaga kebersihan diri biaasnya disebabkan
karena menderita suatu penyakit sehingga mengalami kelemahan untuk
menjaga kebersihan diri.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah dukungan emosional dan bantuan yang didapatkan
untuk penyelesaian tugas Keluarga berperan penting dalam membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri anggota keluarga yang mengalami kelemahan
karena sakit.
c. Asset Materi

Asset materi merupakan modal ekonomi yang dimiliki klien Personal hygiene
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah teknik pertahanan dan motivasi. Adanya keyakinan
bahwa

dengan

menjaga

kebersihan

diri

akan

membantu

proses

penyembuhan suatu penyakit/gangguan.


Mekanisme koping
Mekanisme koping

adalah

tiap

upaya

yang

diarahkan

pada

penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan


mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindingi diri (Stuart & Sundeen,
1998).
1. Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
2. Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling
sederhana dan primitif.
3. Isolasi diri , menarik diri
4. Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
8. Rencana Intervensi
Diagnosa : Defisit perawatan diri
Tujuan umum:
Klien menunjukkan peningkatan perawatan diri
Tujuan khusus
Klien menunjukkan asupan makanan dan minuman yang cukup
Klien memaksimalkan partisipasinya dalam aktivitas higine pribadi, ke toilet,

dan aktivitas berhias


Klien mempertahankan jadwal yang meliputi tidur, istirahat dan aktivitas yang

cukup
Rencana intervensi
- Untuk klien:
Mengkaji kemampuan untuk melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi / membersihkan diri, berpakaian / berhias, makan, dan BAB/BAK
secara mandiri
Memberikan latihan cara melakukan mandi / membersihkan diri,
berpakaian / berhias, makan, dan BAB / BAK, secara mandiri
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
-

kurang perawatan diri.


Untuk keluarga
8

Diskusikan denagn keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang


dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri (sesuai jadwal yang
telah disepakati)
Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien
dalam merawat diri

9. Implementasi
Strategi Implementasi
No.
SP 1

Klien
Kaji kemampuan berinteraksi

Keluarga
Kaji kemampuan keluarga untuk

Bina hubungan saling

berinteraksi
Kaji kemampuan keluarga dalam

percaya dengan prinsip

merawat klien dengan defisit

komunikasi terapeutik
Identifikasi kemampuan klien

perawatan diri.
Buat jadwal

dalam melakukan
kebersihan diri, berdandan,

SP 2

SP 3

makan dan BAK/BAB.


Buat jadwal
Evaluasi SP1
Jelaskan pentingnya

Evaluasi SP 1
Jelaskan pada keluaraga tentang

kebersihan diri, berdandan,

fasilitas kebersihan diri yang

makan dan BAK/BAB


Jelaskan cara menjaga

diperlukan oleh klien.


Sarankan keluarga untuk terlibat /

kebersihan diri, berdandan,

membantu dalam menjaga

makan dan BAK/BAB


Buat jadwal
Evaluasi SP 2
Jelaskan peralatan yang

kebersihan diri klien


Buat jadwal
Evaluasi SP 2
Minta keluarga terlibat dalam

dibutuhkan untuk menjaga

merawat dan membantu klien

kebersihan diri, berdandan,

dalam merawat diri.

makan dan BAK/BAB


Minta klien mempraktekan

Anjurkan keluarga untuk memberi

cara menjaga kebersihan

pujian atas keberhasilan klien


9

diri, berdandan, makan dan

merawat diri.

BAK/BAB.
Buat jadwal

Buat jadwal

10

10. Evaluasi
No.
1.
2.
3.

Tujuan yang tercapai


Klien mampu berinteraksi
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengidentifikasi secara mandiri kemampuannya dalam melakukan

4.

kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB.


Klien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri, berdandan, makan dan

5.

BAK/BAB
Klien mampu menjelaskan cara menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan

6.

BAK/BAB
Klien mamapu menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan

7.

diri, berdandan, makan dan BAK/BAB


Klien mampu mempraktekan cara menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan

8.
9.

BAK/BAB secara mandiri.


Keluaraga mampu dalam merawat klien dengan defisit perawatan diri.
Keluarga mampu menjelaskan tentang fasilitas kebersihan diri yang diperlukan oleh

10.
11.
12.

klien.
Keluarga terlibat untuk membantu klien menjaga kebersihan diri
Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien
Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan

Klien

Keluarga

memberikan pujian atas keberhasilan klien

11

DAFTAR PUSTAKA
Ahyar.

2010. Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Aplikasi


Proses Keperawatan.
"http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-danmekanisme-koping-dalam-proses-keperawatan/feed/" />. Diakses tanggal
7 Oktober 2010 pukul 15.44 WIB

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC :
Jakarta
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika.
Gondohutomo,
Amino.
2008.
Defisit
perawatan
diri.
http://rsamino.jatengprov.go.id/index.php/home-rsj/1-latest-news/1-defisitperawatan-diri. Diakses tanggal 8 Oktober 2010 pukul 16.44 WIB
Stuart, Gail W & Sandra J. Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi
3. EGC. Jakarta
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Wilkinson,J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC, Ed. 7 Alih bahasa Widyawati. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2000. Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions
and NOC Outcomes. Alih bahasa oleh Widyawati, dkk. 2007. EGC.
Jakarta
Yosep,Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai