OLEH :
a. Menyendiri a. Manipulasi
b. Otonomi b. Curiga
c. Bekerjasama c. Ketergantungan
(mutualisme) (dependent)
d. Saling tergantung d. Menarik diri
(interdependent) e. Narcissisme
3. Etiologi
Penyebab terjadinya resiko bunuh diri salah satunya adalah karena
gangguan konsep diri: harga diri rendah. Menurut Schult & Videbeck (2003)
gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri
dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2009).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut Carpenito dan Keliat yang termasuk tanda dan gejala seseorang
dengan harga diri rendah yakni :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan
4. Akibat
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Tanda dan gejala:
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
3. Pohon masalah
4. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko bunuh diri
5. Intervensi Keperawatan
Tgl/ No Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan
jam Dx
1 TUM:
Klien tidak
melakukan
percobaan
bunuh diri
TUK 1: Setelah diberikan askep 1. BHSP dengan
Klien dapat selama 1x15 menit selama menggunakan
membina 2x pertemuan diharapkan: prinsip komunikasi
hubungan ekspresi wajah bersehabat, terapiutik:
saling percaya menunjukkan rasa senang, a. Sapa klien dengan
ada kontak mata, mau nama baik verbal
berjabat tangan, mau maupun non verbal
menyebutkan nama, mau b. Perkenalkan diri
menjawab salam, mau dengan sopan
duduk berdampingan c. Tanyakan nama
dengan perawat, mau lengkap klien dan
mengutarakan masalah nama panggilan
yang dihadapi. yang disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
g. Berikan perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien
6. Impelementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dirumuskan.
7. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan
terhadap kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat
dalam merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Keliat, B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.