Anda di halaman 1dari 41

OM SWASTYASTU

NAMA KELOMPOK

1. Ida Ayu Jumpung Putri Adnyaswari (17C10086)


2. Kadek Sumiyanti Diantari (17C10091)
3. Ni Kadek Della Natalia (17C10097)
4. Ni Kadek Yully Yanthi (17C10108)
5. I Gede Eka Saputra (17C10120)
6. Luh Kadek Rya Ratna Novita (17C10123)
RISIKO BUNUH DIRI
PENGERTIAN RISIKO BUNUH DIRI

• Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri


sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan
seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya
dengan berbagai cara.
ETIOLOGI (PENYEBAB)

A. Faktor predisposisi
• Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
• Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
• Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.

• Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

• Faktor Biokimia
pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang
terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
B. Faktor presipitasi
• Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh
diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya.
• Mekanisme koping
beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri,yaitu denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Perilaku bunuh diri
menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Bunuh diri yang
terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif
pada diri seseorang.
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Menurut fitria,nita (2009) :


• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
• Impulsif.
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
• Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
• Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
• Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
• Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
• Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
• Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
• Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
• Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
• Pekerjaan.
• Konflik interpersonal.
• Latar belakang keluarga.
• Orientasi seksual.
• Sumber-sumber personal.
RENTANG RESPON PADA RISIKO BUNUH
DIRI
A. Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri.
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.

2. Beresiko destruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri.
3. Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

5. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
B. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri
1. Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada
kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku
destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku
berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226).

2. Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :


• Merokok
• Mengebut
• Berjudi
• Tindakan kriminal
• Penyalahgunaan zat
• Perilaku yang menyimpang secara sosial
• Prilaku yang menimbulkan stress.
• Ketidakpatuhan pada tindakan medis
JENIS-JENIS BUNUH DIRI

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1.Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)


Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi
dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah
lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan
mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
PENATALAKSANAAN RISIKO BUNUH DIRI
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh
diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut
(videbeck, 2008), obatobat yang biasanya digunakan pada klien resiko
bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor)
(fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75225 mg/hari per oral),
nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per
oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut
sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang
tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan
resiko bunuh diri adalah (Keliat, 2009) :

1) Klien tetap aman dan selamat


2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
Konsep Dasar Asuhan keperawatan Pada Pasien
Risiko Bunuh Diri
A. Pengkajian
1. Riwayat masa lalu :
a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang
baru dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan
prilaku dari individu dengan gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku
bunuh diri.
8. Identifikasi symptom yang menyertainya
9. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan
pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang
mengalami resiko bunuh diri :
• Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
• Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
• Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi
terbuka
• Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien
• Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
• Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
• Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
Masalah keperawatan :

• Risiko bunuh diri


• Keputus asaan
• Ketidak berdayaan
• Gangguan konsep diri : HDR
• Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
• Kecemasaan.
• Berduka disfungsional
• Koping individu tak efektif.
• Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
• Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
Penatalaksanaan

Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana


keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat
juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai
kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan.
Diagnosa Keperawatan :

Diagnosa keperawatan utama yang dapat


diambil pada klien dengan resiko bunuh
diri adalah: Resiko bunuh diri
RENCANA TINDAKAN
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan utuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga

Risiko bunuh diri SP 1 p SP 1 k


1. Menemani pasien terus-menerus 1. Menganjurkan keluarga untuk ikut
sampai dia dapat dipindahkan mengawasi pasien serta jangan
ketempat yang aman pernah meninggalkan pasien
2. Menjauhkan semua benda yang sendirian
berbahaya (misalnya pisau, silet, 2. Menganjurkan keluarga untuk
gelas, tali pinggang) membantu perawat menjauhi barang-
3. Dengan lembut menjelaskan barang berbahaya disekitar pasien
pada pasien bahwa saudara akan 3. Mendiskusikan dengan keluarga
melindungi pasien sampai tidak perlunya melibatkan pasien agar tidak
ada keinginan bunuh diri sering melamun sendiri
Masalah Keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga
SP II p SP II k
1. Mengidentifikasikan aspek positif 1. Mengajarkan keluarga tentang
yang dimiliki klie tanda dan gejala bunuh diri
2. Mendorong klien untuk berpikir 2. Menanyakan keluarga tentang
positif erhadap diri tanda dan gejala bunuh diri yang
3. Mendorong klien untuk penah muncul pada pasien.
menghargai diri sebagai individu 3. Mendiskusikan tentang tanda dan
yang berharga gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
4. Mengajarkan keluarga cara
melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri
Masalah keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk
pasien keluarga

SP III p SP III k
1. Memberi kesempatan pasien 1. Menganjurkan keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya mengantarkan pasien
2. Berikan pujian bila pasien dapat berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatakan perasaan yang positif. mengatasi masalah bunuh dirinya.
3. Meyakinkan pasien bahwa dirinya 2. Menganjurkan keluarga untuk
penting membantu pasien minum obat sesuai
4. Membicarakan tentang keadaan prinsip lima benar yaitu benar
yang sepatutnya disyukuri oleh orangnya, benar obatnya, benar
pasien dosisnya, benar cara
5. Merencanakan aktifitas yang penggunakannya, benar waktu
dapat pasien lakukan penggunaannya
• Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien.
• Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Jika tidak tercapai perlu ditindak
lanjuti dengan penerapan bagian intervensi lama yang belum tercapai
atau memikirkan intervensi baru.
KASUS FIKTIF
A. Kasus
Tn.K berusia 30 tahun merupakan penulis terkenal yang memiliki banyak penggemar.
Kesuksesannya tidak diimbangi dengan keharmonisan keluarga yang diidamkan setiap
keluarga. Tn.K memiliki riwayat masa lalu yang bisa dikatakan suram. Ketika dia duduk di
sekolah dasar, ibunya menikah lagi dengan laki-laki kasar yang suka memukul. Hampir setiap
hari dia, kakak dan ibunya dipukul oleh ayah tirinya tersebut. Sampai pada akhirnya ketika
Tn.K dipukul oleh ayahnya, kakaknya marah dan mengambil pisau, dan setelah terjadi
beberapa kali perdebatan, sang ayah tertusuk pisau dan meninggal. Karena sang kakak ingin
melindungi adiknya maka dia rela dipenjara, akan tetapi ternyata hukuman yang dijatuhkan
lama dan akhirnya sang kakak menghabiskan waktu 13 tahun dipenjara. Karena kejadian
itu,kakak Tn.K memiliki dendam kepada adiknya yang pada akhirnya pada saat keluar penjara
kakak Tn.K menyerang Tn.K dengan menusuknya.
Sejak kejadian itu, Tn.K mempunyai teman anak SMA yang mengaku fansnya yang
ternyata memiliki kisah yang sama dengan dirinya yaitu sering dipukul oleh
ayahnya. Setelah teman-temannya menyelidiki, ternyata anak yang dimaksud Tn.K
hanyalah teman khayalan yang dia ciptakan sendiri. Dan karena teman khayalannya
tersebut, Tn.K sering kali melukai dirinya sendiri demi menyelamatkan anak SMA
tersebut, sampai pernah kejadian dia menabrakkan mobilnya untuk melindungi anak
SMA tersebut dari bahaya. Sehingga Tn.K seringkali mengalami bahaya sampai
orang melihatnya Tn.K seperti bunuh diri karena sering membahayakan dirinya
sendiri. Dan Tn.K tidak mempercayai ketika teman-temannya mengatakan bahwa
anak SMA itu tidak nyata. Sehingga dia dipaksa untuk dibawa di rumah sakit dan
ternyata didiagnosis skizofrenia.
B. Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
1). Diagnosis psikiatri
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia
2). Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah
adanya teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya dengan
mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahayakan.
3). Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba dibunuh
oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya mengalami dendam
terhadapnya
4). Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya

5). Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminan dirinya tersebut karena dia ingin
teman khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa
bersalah dengan apa yang terjadinya pada kakaknya sehingga dia juga
tertekan. Tn.K akan selalu berusaha melindungi dengan cara yang
membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut. Karena pada dunia
Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu perlindungannya.
6). Sosiokultural
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang
baik dan Tn.K merupakan tokoh yang diidolakan karena karya
bukunya. Akan tetapi, hubungan Tn.K dengan kakaknya sangat tidak
baik. Dan hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi apa yang
dialaminya sekarang.

B. Faktor presipitasi
Factor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah
terhadap kakaknya, dan adanya persaan dendam dari kakaknya yang
terus ingin menyerang Tn.K, sehingga teman khayalan Tn.K muncul
sebagai cerminan dirinya.
C. Respon terhadap stress
1). Kongnitif
Kongnitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu kemampuan
menulisnya sangat menurun dan cenderung mengulang tulisan yang sudah
pernah dia tulis sebelumnya.
2). Afektif
Tn.K seringkali merasakan cemas akan serangan dari kakaknya, dan selain itu,
bayangan dari masa lalunya terus aja datang membayanginya.
3). Fisiologis
Tn.K sering kali merasakan keringat dingin dan susah tidur ketika bayangan dari
masa lalunya sudah mulai ada, dan Tn.K selalu mencemaskan teman
bayangannya
4). Perilaku
Tn.K sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.K sering
melihat Tn.K mengobrol sendiri seolah ada orang lain didepannya yang
diajak mengobrol. Selain itu, Tn.K sering berprilaku yang
membahayakan seperti menabrakkan mobilnya sendiri dan menjatuhkan
dirinya sendiri seperti orang yang sedang dipukuli.

5). Social
Hubungan social Tn.K dengan sekitar baik, tidak mengalami gangguan
D. Kemampuan mengatasi masalah atau sumber coping

1). Kemampuan personal


Tn.K kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut dengan teman
bayangannya, sehingga menurut orang sekitar Tn.K sering melakukan hal-hal yang
membahayakan dirinya
2). Dukungan social
Pada awalnya, keluarga dan temannya tidak mengetahui apa yang sedang dialami Tn.K, akan
tetapi ketika mengetahui Tn.K sedang sakit keluarga dan temannya memberikan dukungan
penuh pada Tn.K agar cepat sembuh
3). Asset material
Tn.K merupakan penulis terkenal, sehingga memiliki penghasilan yang cukup untuk
kehidupannya dan keluarganya.
4). Keyakinan positif
Tn.K memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya akan sembuh dengan keyakinan padanya,
selain itu dukungan dari keluarga dan orang sekitar juga menjadi penyemangat tersendiri
baginya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Risiko Bunuh Diri


INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Resiko Bunuh Diri 1. Pengendalian diri terhadap bunuh 1. Membantu klien untuk mengenali masalah yang sedang dialami.
diri 2. Manajemen perilaku
a. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri dengan cara:
1). Kaji tingkatan resiko yang dialami klien, tinggi, sedang, rendah.
2). Kaji level long-term risk: lifestyle, dukungan social, tindakan yang bisa
membahayakan dirinya.
b. bantu klien untuk meningkatkan harga diri
1) tidak menghakimi dan bersikap empati
2) mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
3) berikan jadwal aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control
impils yang rendah
4) lakukan terapi kelompok dan terapi kognitif serta perilaku bila
diindikasikan
3. Surveillance: safety
a. Berikan lingkungan yang aman (safety)
1) Tempatkan klien di ruang perawatan yang mudah di pantau
2) Mengidentifikasi dan mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
klien
3) Berikan ruangan yang nyaman, dan aman yaitu dengan situasi lingkungan yang
cukup cahaya dan jendela yang tidak terbuka lebar untuk menghindari
kemungkinan klien lari dari ruang perawatan
4) Ketika memberikan obat oral, damping klien dan pastikan semua obat telah
diminum
5) Monitor keadaan klien secara continue
Implementasi

• Melakukan apa yang sudah direncanakan di


intervensi kepada klien
Evaluasi

S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien


a. Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-olah selalu
meminta bantuannya.
O : Klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah ada lawan bicara didepannya
A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang
a. Klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada mencederai diri
dengan alasan melindungi temannya
b. Klien masih sering mengobrol sendiri
c. Klien masih menganggap bahwa temannya itu nyata
P : Lanjutkan intervensi no 2,4,5,6
Any Question ???

Anda mungkin juga menyukai