Disusun Oleh :
Siti kurnia wati
P2002058
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial
Menurut Mustika Sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu:
a. Kurang spontan
b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
c. Ekpresi wajah kurang berseri
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada
g. Mengisolasi
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
i. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Aktivitas menurun kurang energi
k. Harga diri rendah
l. Menolak hubungan dengan orang lain.
3. Rentang Respon
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara
yang dapat diterima oleh noma-norma masyarakat. Menurut sujono & teguh
(2009) respon adaptif meliputi :
a. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Autonomu atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social. individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarat.
menurut sujono & teguh (2009) respon maladatif tersebut adalah :
a. Manipulasi
Gangguan social dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. tingkah laku mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat
menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon social yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
c. Narkisisme
Respon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina interpersonal yang positif. Individu
juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya penceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.
5. Sumber Koping
Hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music, ataua tulisan
(Ernawati Dalami dkk,2009, hal 10)
6. Mekanisme Koping
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara
lain proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan
identifikasi proyeksi.
7. Pohon Masalah
Effect 3. Gangguan Persepsi Sensorik
1. Isolasi sosial
Core Problem
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan dibuktikan dengan merasa ingin sendiri
3. Harga diri rendah kronis berhubungan kurangnya pengakuan dari orang lain
dibuktikan dengan merasa tidak mampu melakukan apapun
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu melakukan
interaksi dengan orang lain (Rawlins, 1993). Klien sering menunjukan tanda dan
gejala seperti kurang spontan, apatis, akspresi wajah kurang berseri, afek datar,
kontak mata kurang, komunikasi verbal menurun, mengisolasi diri (menyendiri),
posisi (ceritakan kondisi klien , gambaraan pasiennya seperti apa)
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial Menarik Diri
3. Tujuan
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diriKlien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
c. Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi hambatan klien dalam bersosialisasi
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
1) Memberikan pasien kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
2) Memberikan reinforcement
3) Merencanakan aktivitas bersama klien
c. Meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah, dengan:
1) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah
2) Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? Apakah S merasa sendirian? Siapa saja yang
S kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?” ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Kota Bangun, hobi memasak”
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta.
ECG Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama. Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta
Timur: TIM.