Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun oleh:
DHIAPRIFAL DZUHRI
1702095

DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial
pada berbagai tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim, biasa sampai
hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam
menghadapi dan mengatasi berrbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan
lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan
interpersonal yang memuaskan. (Direja, Agus. 2011)
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, tercantum bahwa
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyedari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekaanan, dapat bekerja secara produkif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Untuk mencapai
tingkat kesehatan jiwa, seperti yang dituangkan dalam UU No. 18 Tahun 2014
tentang kesehatan Ban II pasal 4 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa
dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. (UU RI,
2014)
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam
proses berhuungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon
lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan
timbal balik yang sinkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi
sepanjang rentang tergantung (dependent) dan mandiri (independent) artinya
suatu saat individu tergantung pda orang lain dn suatu saat orang lain tergantung
pada individu. (Widayanti, Nurul. 2016)
WHO (2014) memperkirakan sebanyak 450 juta orang di seluruh dunia
mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13
% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi
25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih
dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa.
Gangguan jiwa ditemukan di semua Negara, pada perempuan dan laki-laki, pada
semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun
perkotaan mulai dari yang ringan sampai berat (Yoseph, 2014).
Data WHO (2014) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, dimana panic dan cemas adalah gejala paling ringan.
Gambaran gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2014 memiliki
prevalensi sebesar 4.6 permil, artinya bahwa dari 1000 penduduk Indonesia
terdapat empat sampai 5 diantaranya menderita gangguan jiwa berat (Puslitbang
Depkes RI,2014). Penduduk Indonesia pada tahun 2007 (Puslitbang Depkes
RI,2014) sebanyak 225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada
tahun 2014 diperkirakan 1.037.454 orang. Provinsi Jawa Barat didapatkan data
individu yang mengalami gangguan jiwa sebesar 0.22% (Riskesdas,2014).
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakmampuan individu
terdapat proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon
lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya
dan keinginan untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain).
(Widayanti, Nurul. 2016)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas didapat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana teori pada pasien dengan isolasi sosial?
2. Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep dan asuhan keperawatan jiwa
dengan masalah isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan isolasi sosial
b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
c. Membuat rencana keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Mengetahui tentang konsep dan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan isolasi sosial berdasarkan referensi dan sumber
2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi referensi dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya
secara wajar dalam hal layaknya sendiri yang tidak realistis (Ermawati, dkk.
2009). Menurut Iyus dan Titin (2014) Isolasi sosial adalah keadaan diamana
seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhungan secara spotan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian,dan tidak sanggup
berbagi pengalaman.(Balitbang, 2007 dalam Direja 2011).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,2011).
Adapun kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu
hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan
kegagalan. Klien mempunyai kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasikan diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Direja
2011).
Jadi Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya, tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.

B. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari -hari terabaikan (Ade Herman Surya Direja, 2011).
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma sosial dan budaya dari lingkungannya. Respon
yang sering ditemukan :

1. Manipulasi : orang lain berkelakukan sebagai objek, hubungan terpusat


pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan
bukan pada orang lain.
2. Impulsif : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalama, tidak dapat diandalkan.
3. Narcissism : harga diri rapuh berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian sikap egosentrisme, pencemburu, marah bila orang lain tidak
mendukung.
C. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Menarik diri


2. Otonomi 2. Dependensi 2. Ketergantungan
3. Bekerjasam a 3. Ciruga 3. Manipulasi
4. Interdependen 4. Curiga

1. Respon adaptif
a. Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya(Iyus dan Titin, 2014).
b. Otonomi
Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide – ide
pikirandan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk memberi dan menerima (Ermawati dkk, 2009).
d. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal (Ermawati dkk, 2009).
2. Respon maladaptif
a. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu (Ermawati dkk, 2009).
b. Manipulasi
Adalah hubungan social yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri pada tujuan,
bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina
hubungan social secara mendalam (Ermawati dkk, 2009).
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki (Ermawati dkk, 2009).
d. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak(Iyus dan Titin, 2014).
e. Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sifat egoisentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung(Iyus dan Titin, 2014).

D. Faktor Presdiposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas – tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
Tahap Perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangakan otonomi dan awal
perilaku mandir
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang
tua dan teman, mencari pasangan, menikah
dan mempunyai anak

2. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga mrupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(dauble bind) yaitu suatu keadaan dimana seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh normal -normal yang salah dianut oleh keluarga, dimana
setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit
kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, mislnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel – sel dalam limbic dan daerah kortikal (Keliat, 2011).

E. Faktor Presipitasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alam perasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk


kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep
persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi
terutama pada wanita.
Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan ( Ernawati, dkk.2009)
F. Penilaian Terhadap Stressor
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stressor biokimia
a. Teori dopamine : kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractur saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b. Menurut MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkat
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai
enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat
merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c. Faktor endokrin : jumlah FHS dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d. Vira hipotesis : beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala – gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV
3. Stressor biologik dan lingkungan sosial
Bebeapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizefrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunkan kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut Purba, dkk.(2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strateegi koping yang sering digunakan pada masing
-masing tingkah laku adalah sebagi berikut:
a. Tingkah laku curiga : proyeksi
b. Dependency : reaksi formal
c. Menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, Waham, halusinasi : proyeksi, denial
e. Manipulatif : regrasi, represi, isolasi (Purba, dkk. 2008)

G. Psikodinamika
Struktur kepribadian terdiri dari :
1. Das Es
Das Es yang dalam bahasa inggris disebut the ide adalah aspek kepribadian
yang dimiliki individu sejak lahir.Jadi Das Es merupakan faktor pembawaan,
Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadia yang berupa dorongan-
dorongan instintif yang fungsinya untuk mempertahankan konstansi atau
keseimbangan misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh
membutuhkan makanan dan minuman.Dengan muculnya rasa lapar dan haus
individu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan
berusaha memperoleh makanan dan minuman.
2. Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa inggris disebut the ego merupakan aspek
kepribadian yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya.Msenurut Freud Das Ich merupakan aspek psikologis dari
kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas atas dasar
prinsip realitas.Misal ketika individu lapar secara realitis hanya dapat diatasi
dengan makan. Dalam hal ini Das Ich mempertimbangkan bagaimana cara
memperoleh makanan. Dan jika kemudian terdapat makanan, apakah
makanan tersebut layak untuk dimakan atau tidak. Dengan demikian Das Ich
dalam berfungsinya melibatkan proses kejiwaan yang tidak simple dan untuk
itu Freud menyebut perlengkapan untuk berfungsinya Das Ich dengan proses
sekunder.
3. Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian,
yang isinya berupa nila-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya
normatif.Menurut Freud Das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-
nilai dari figure-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.
Aspek kepribadian ini memiliki fungsi :
a. Sebagai pengendali Das Es agar dorongan-dorongan Das Es disalurkan
dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima di masyarakat
b. Mengarahkan Das Ich pada tujuan-tujuab yang sesuai dengan prinsip-
prinsip moral
c. Mendorong individu kepada kesempurnaan (Widayanti, Nurul. 2016)

H. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap
pengaruh ganngguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti
model intelegensia atau kreatifitas yang tinggi orang tua harus secara aktif
mendidik anak dan dewasa muda tentang ketramppilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan
tenaga serta kemampuan memberikan dukungan secara berkesinambungan.
Ada 5 sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan
stresor yaitu ketrampilan dan kemampuan, ekonomi, teknik pertahanan
dukungan sosial dan komunikasi (Rasmun, 2010 )

I. Mekanisme Koping
1. Perilaku curiga : regresi, proeksi, represi
2. Perilaku dependen : regresi
3. Perilaku manipulasi : regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri : regresi, represi, isolasi
(Gail.W. Stuart. 2008)
J. Penatalaksanaan (Medis dan Psikoterapi)
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kempuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal sosial dan titik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental : faham, halusinasi.
Gangguan perasaan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidpan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari – hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikai terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey,2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, retensi urine. Kontraindikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey,2010).

2. Terapi individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiritiga SP dengan masing- masing strategi
pertemuan yang berbeda – beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi
penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukan kegiatan latihan berbincang- bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukan kegiatan
berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009). Aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
dengan pemenuhan kebutuhn sehari -hari yang meliputi :
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku / perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2) Buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah laku / perbuatan
yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan
kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain – lain.
7) Menjaga keselamatn diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti tidak
menggunakan / menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang
positif.
b. Tingkah laku sosial
Adanya tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi :
1) Kontrak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontrak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan
sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan satun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang
lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya,
seprti tidak meludah sebarangan, tidak membuang putung rokok
sembarangan dan sebagainya.
K. Pohon Masalah
Defisit Perawatan Diri
(Effect)
Motivasi menurun
Isolasi Sosial
(Core Problem)

Harga Diri Rendah(Causa)


(Andrey, 2010)
L. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Harga diri rendah
M. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL PASIEN KELUARGA
1. Isolasi sosial Setelah dilakukan SP 1 SP 1
tindakan keperawatan 1) Identifikasi penyebab isolasi 1) Diskusikan masalah yang dirasakan
selama kurang lebih sosial : siapa yang serumah, siapa dalam merawat pasien
18xinteraksi masing- orang terdekat, yang tidak dekat, 2) Jelaskan pengertian, tanda dan
masing selama 15 dan apa sebabnya gejala dan proses terjadinya isolasi
menit, pasien tidak 2) Keuntungan punya teman dan social (gunakan booklet)
mengalami isolasi bercakap-cakap 3) Jelaskan cara merawat isolasi social
sosial, dengan kriteria 3) Kerugian tidak punya teman dan 4) Latih dua cara merawat berkenalan,
hasil: bercakap-cakap berbicara saat melakukan kegiatan
a. Membina 4) Latih cara berkenalan dengan harian
hubungan saling pasien dan perawat atau tamu 5) Anjurkan membantu pasien sesuai
percaya dengan 5) Memasukkan dalam kegiatan jadwal dan memberikan pujian saat
perawat untuk latihan berkenalan besuk
b. Mengidentifikasi SP 2 SP 2
penyebab isolasi 1) Evaluasi kegiatan berkenalan 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam
sosial (berapa orang). Beri pujian, merawat atau melatih pasien
c. Mengetahui 2) Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
keuntungan melakukan kegiatan harian (latih melakukan kegiatan
mempunyai teman dua kegiatan) 2) Harian. Berikan pujian
dan bercakap- 3) Masukkan pada jadwal kegiatan 3) Jelaskan kegiatan rumah tangga
cakap untuk latihan berkenalan 2-3 yang dapat melibatkan pasien
d. Mengetahui orang berbicara (solat, makan bersama)Di
kerugian tidak 4) Pasien, perawat dan tamu, rumah.
punya teman dan berbicara saat melakukan 4) Latih cara membimbing pasien
bercakap-cakap kegiatan harian berbicara dan member pujian
e. Berlatih berkenalan 5) Anjurkan membantu pasien sesuai
dan berbicara saat jadwal saat besuk
melakukan SP 3 SP 3
kegiatan 1) Evaluasi kegiatan latihan 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan (berapa orang) dan marawat atau melatih pasien
beicara saat melakukan 2 berbicara saat melakukan kegiatan
kegiatan harian. Beri pujian. harian. Beri pujian
2) Latih cara berbicara saat 2) Jelaskan cara melatih pasien
melakukan kegiatan harian (2 melakukan kegiatan social seperti
kegiatan baru) berbelanja, meminta sesuatu
3) Masukkan pada jadwal kegiatan 3) Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 belanja saat besuk
orang, berbicara saat melakukan 4) Anjurkan membantu pasien sesuai
4 kegiatan harian. jadwal dan berikan pujian saat
besuk
SP 4 SP 4
1) Evaluasi kegiatan latihan 1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan, bicara saat merawat atau melatih pasien
melakukan 4 kegiatan harian. berkenalan, berbicara sat
Beri pujian. melakukan kegiatan harian / RT ,
2) Latih cara berbicara sosial : berbelanja. Beri pujian
meminta sesuatu, menjawab 2) Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
pertanyaan. tanda kambuh, rujukan.
3) Masukkan pada jadwal kegiatan 3) Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan lebih dari 5 orang, jadwal kegiatan dan memberikan
orang baru, berbicara sat pujian
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan SP 1 SP 1
tindakan keperawatan 1) Mengidentifikasi kemampuan 1) Mendiskusikan masalah yang
selama kurang lebih 18 melakukan kegiatan dan aspek dirasakan dalam merawat pasien
kali interaksi masing- positif pasien (buat daftar 2) Menjelaskan pengertian tanda dan
masing selam 15 menit, kegiatan) gejala dan proses terjadinya harga
pasien tidak 2) Membantu pasien menilai diri rendah
menagalami haraga diri kegiatan yang dapat dilakukan 3) Mendiskusikan kemampuan atau
rendah dengan kriteria saat ini (pilih dari daftar aspek positif pasien yang pernah
hasil, pasien mampu : kegiatan) : buat daftar kegiatan dimiliki sebelum dan setelah sakit
a. Mengidentifikasi yang dapat dialkuakan saat ini 4) Menjelaskan cara merawat pasien
kemampuan 3) Membantu pasien memilih salah harga diri rendah teruatam
melakukan satu kegiatan yang dapat memberikan pujian semua hal
kegiatan dan aspek dilakukan saat ini untuk dilatih positif pada pasien
positif 4) Melatih kegiatan yang dipilih 5) Melatih keluarga memberi
b. Menilai kegiatan (alat dan cara melakukan) tanggung jawab kegiatan pertama
yang dapat 5) Memasukkan pada jadwal yang dipilih pasien : bimbing dan
dilakukan kegiatan untuk latihan 2 kali beri pujian
c. Memilih kegiatan sehari 6) Menganjurkan dan membantu
yang dapat SP 2 pasien sesuai jadwal dan
dilakukan 1) Mengevaluasi kegiatan pertama memberikan pujian
d. Berlatih kegaiatan yang telah dilatih dan berikan SP 2
yang dipilih , pujian 1) Mengevaluasi kegiatan keluarga
melalui alat dan 2) Membantu pasien memilih dalam membimbing pasien
cara kegiatan kedua yang akan dilatih melaksanakan kegiatan pertama
3) Melatih kegiatan kedua (alat dan yang dipilih dan dilatih pasien beri
cara) pujian
4) Masukkan pada jadwal kegiatan 2) Bersama keluarga melatih pasien.
untuk latihan ; dua kegiatan 3) Dalam melakukan kegiatan kedua
masing- masing 2 kali sehari yang dipilih pasien
SP 3 4) Menganjurkan membantu pasien
1) Mengevaluasi kegaiatn pertama sesuai jadwal dan memberikan
dan kedua yang telah dialtih dan pujian
diberikan pujian SP 3
2) Membantu pasien memilih 1) Mengevaluasi kegiatan keluarga
kegiatan ketiga yang akan dilatih dalam membimbing pasien
3) Melatih kegiatan ketiga (alat dan melaksanakan kegiatan pertama dan
cara) kedua yang telah dilatih beri pujian
4) Memasukkan pada jadwal 2) Bersama kelurga melatih pasien
kegiatan untuk latihan : tiga melakukan kegiatan ketiga yang
kegiatan masing-masing dua kali dipilih
sehari 3) Menganjurkan membantu pasien
SP 4 sesuai jadwal dan memberikan
1) Mengevaluasi kegiatan pertama, pujian
kedua, ketiga yang telah dilatih SP 4
dan berikan pujian 1) Mengevaluasi kegiatan keluarga
2) Membantu pasien memilih dalam membimbing pasien
kegiatan keempat yang akan melaksanakan kegiatan pertama,
dilatih kedua dan ketiga, beri pujian.
3) Melatih kegiatan keempat (alat Bersama keluarga melatih pasien
dan cara) melakukan kegiatan keempat yang
4) Memasukkan pada jadwal dipilih
kegiatan untuk latihan ; 4 2) Menjelaskan follow up ke RSJ atau
kegiatan masing-masing 2 kali PKM, tanda kambuh.
sehari 3) Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian.
STRATEGI PELAKSANAAN

1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
b. Diagnose keperawatan : isolasi social berhubungan dengan menarik diri
c. Tujuan khusus
1) Klien mampu mengungkapkan hal-hal yang melatarbelakangi
terjadinya isolas social
2) Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3) Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi
dengan orang lain
4) Klien mampu mempraktekan cara berkenalan dengan satu orang
d. Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan factor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
social
2) Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3) Mendiskusikan kerugian berinteraksi dengan orang lain
4) Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
2. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientas
1) Salam terapeutik
“assalammualaikum, selamat pagi, perkenalkan saya DHIAPRIFAL
DZUHRI, bias dipanggil PRIFAL, saya dari stikes muhammadiyah
klaten. Siapa namanya?Biasa dipanggil siapa? Wah bagus sekali
namanya
2) Evaluasi / validasi data
“bagaimana perasaan hari ini? Apa keluhaan hari ini?
3) Kontra (topic, waktu, tempat)
“ bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman? Mau dimana kita bercakap-cakap?Bagaimana kalau diruang
ini?Mau berapa lama?Bagaimana kalau 15 menit?
b. Fase kerja
( jika pasien baru )
“ siapa saja yang tinggal serumah? Siapa anggota keluarga yang paling
dekat?Siapa yang jarang bercakap-cakap?Apa yang membuat jarang
bercakap-cakap dengannya?
( jika dengan pasien sudah lama di rawat)
“ apa yang dirasakan selama dirawat di rumah sakit ini? Siapa saja yang
dikenal diruangan ini? Kegiatan apa saja yang dilakukan bersama teman
yang dikenal? Apa yang menghambat dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan teman? Apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman?
Wah apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) nah, kalau
kerugian tidak mempunyai teman apa ya? Ya, apa lagi? ( sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa ) jadi banyak ruginya tidak punya teman ya,
kalau begitu marilah berkenalan dengan orang lain? “ bagus, bagaimana
kalau sekarang kita belajarberkenalan dengan orang lain. Begini, untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka, asal kita dan hobi. Contoh : nama saya DH
biasa dipanggil D asal saya dari klaten, hobi mendengarkan music,
selanjutnya menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini : namanya siapa? Suka dipanggil apa? Aslinya darimana? Hobinya
apa?
“ ayo dicoba! Misalnya saya belum kenal, coba berkenalan dengan saya!”
Ya, bagus sekali.Coba sekali lagi. Bagus sekali!
“ setelah berkenalan dengan orang tersebut, lalu melanjutkan percakapan
dengan hal-hal yang menyenangkan. Misalnya tentang cuaca,pekerjaan,
atau keluarga.
c. Fase terminasi
“ bagaimana perasaan setelah kita latihan berkenalan?”
Tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali” “
selanjutnya, dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi sehingga
lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. “ mau mempraktekkan ke
pasien lain? Mau jam berapa? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
harian”
“ besok pagi jam 09.00 saya akan dating kesini untuk mengajak
berkenalan dengan teman saya perawat S, bagaimana mau kan?
“ baiklah, sampai jumpa
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC) 5 th Indonesia


edition.
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5 th Indonesia
edition.
Direja, Agus Herman Surya . 2011 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa .
Yogyakarta : Nuha Medika
Widayanti, Nurul Yuanita . 2016 . Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. P Dengan
Isolasi Sosial Di Ruang Geranium RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Tengah . Karya Tulis Ilmiah Diploma III Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten
Yosep, H. Iyus dan Titin Sutini . 2014 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan
Advance Mental Health Nursing . Bandung : PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai