Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DIET & GIZI

“PERAN INSTITUSI DALAM KESEHATAN GIZI”

Disusun Oleh :

1. Adi Tri Irawan (1702087)

2. Anwar Sahida (1702091)

3. Diah Prifal Dzuhri (1702095)

4. Dwi Novita Wuri (1702099)

5. Faris Al-Majid (1702103)

6. Kismi Handayani (1702107)

7. Niken Sulastri (1702111)

8. Ratriawan Adi P (1702115)

9. Siti Nur Asiyah (1702119)

10. Teguh Prihatin (1702123)

11. Zogi Pangestu (1702127)

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang peran institusi kesehatan pada
masalah gizi.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Klaten, 17 oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................. iii
BAB I ......................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................................ 2
A. Identifikasi kebutuhan gizi ............................................................................................................................. 2
B. kolaborasi institusi dengan institusi lain ........................................................................................................ 5
C. Peran institusi sebagai motivator dalam masalah gizi .................................................................................. 6
D. peran institusi dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet ............................................ 6
BAB III....................................................................................................................................................................... 7
PENUTUP .................................................................................................................................................................. 7
A. KESIMPULAN .............................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya. Dan secara
menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi era persaingan bebas
diberbagai bidang, maka pelayanan kesehatan harus dipersiapkan secara professional, sehingga
kualitas pelayanan dalam rangka perbaiki pelayanan yang optimal akan dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.

Pelaksanaan pelayanan gizi memerlukan suatu pengelolaan yang baik dan tepat sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat penyembuhan dan menghemat biaya
perawatan

B. Tujuan
1. Menjelaskan identifikasi kebutuhan gizi
2. Menjelaskan kolaborasi institusi dengan institusi lain
3. Menjelaskan peran institusi dalam motivator pelaksaan diet
4. Menjelaskan peran institusi dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identifikasi kebutuhan gizi


Banyaknya energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
hidupnya serta melakukan berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Secara garis besar yang dimaksud dengan kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal
yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat.
Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang
diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan hidup,
melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas fisik,
pemeliharaan tubuh, basal metabolisme, pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan eksresi.
Angka Kebutuhan Gizi dipengaruhi oleh variasi kebutuhan tinggi atau rendah, antara lain faktor
genetika
Angka Kebutuhan Gizi:
Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar individu tersebut dapat hidup
sehat dan produktif.
Sudut pandang yang digunakan adalah individu
Biasanya digunakan pada saat akan menentukan kandungan gizi dari suatu menu yang akan
direkomendasikan pada orang tertentu.
Faktor Pengaruh dan Angka kebutuhan Gizi
Kebutuhan pangan dan gizi berbeda-beda antar individu, karena dipengaruhi oleh beberapa
hal sebagi berikut :
1. Tahap perkembangan, meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak,
remaja, dewasa, dan lansia. Laju pertumbuhan sebelum dan setelah lahir (pre-natal dan post-
natal) serta semasa bayi (<1 tahun) adalah lebih cepat daripada tahap lainnya dari kehidupan.
Setiap unit bobot tubuh pada saat bayi memerlukan zat gizi esensial lebih tinggi
dibandingkan masa lainnya. Usia bayi juga paling rawan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Janin yang sehat mempunyai peluang yang baik untuk memulai kehidupan

2
yang sehat. Dalam usia 6 bulan, bayi yang sehat berat badannya dua kali lipat dari berat
sewaktu lahir. Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung
dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya
meningkat. Oleh karenanya dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan gizi
tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur, fospor sangat penting.
Masa remaja disebut sebagi growth spurt II, dengan kisaran usia 10-19 tahun. Pertumbuhan
seksual terjadi pada usia remaja. Selain itu juga tinggi dan bobotnya bertambah, system
kerangka tubuh pertumbuhannya lengkap, ukuran jantung serta organ percernaan bertambah.
Masa dewasa yaitu usia 20-60 tahun, baik wanita maupun pria terlibat dalam masa kerja fisik
yang tinggi. Pada masa dewasa madya (40-60 tahun) aktivitas mulai menurun, angka
metabolism basal (basal metabolism menurun/BMR) yang diperlukan relative rendah
sehingga zat gizi lebih digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia lanjut (>60 tahun) terjadi
penurunan kegiatan fisik, rentan terhadap penyakit. Zat gizi dimamfaatkan untuk
mengganti/memperbaiki jaringan yang rusak. Dengan demikian kebutuhan energy menurun
dan protei meningkat.
2. Factor fisiologi tubuh, misalnya kehamilan. Pada masa ini, zat gizi diperlukan untuk
pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil yang
tidak bertambah berat badannya mulai bulan ke empat hingga ke tujuh, kemungkinan akan
melahirkan sebelum waktunya atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR< 2,5 kg). begitu pula selama menyusui, kebutuhan gizi lebih tinggi daripada sebelum
hamil karena zat gizi diperlukan ibu untuk menghasilkan ASI.
3. Keadaan sakit dan dalam penyembuhan. Seseorang yang menderita penyakit disertai denag
demam membutuhkan lebih banyak protei. Pada masa ini akan banyak kehilangan nitrogen
yang diperoleh dari perombakan protei.
4. Aktivitas fisik yang tinggi makin bayak memerlukan energy. Pengukuran kebutuhan energy
didasarkan pada pengeluaran energy dengan komponen utama angka metabolism basar
(BMR) dan kegiatan fisik sesuai dengan tingkatannya (ringan,sedang, berat) pada masing-
masing jenis kelamin.
5. Ukuran tubuh ( berat dan tinggi badan ). Pada jenis kegiatan yang sama, orang yang besar
menggunakan lebih banyak energy dari pada yang kecil.

3
Penentuan Kebutuhan Kecukupan Energi
Perhitungan kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan rata-rata patokan berat badan
untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Penyesuaian perbedaan berat badan
ideal dalam AKG dengan berat badan actual, dilakukan berdasarkan rumus :
Keterangan :
Berat badan actual = berat badan berdasarkan hasil penimbangan ( kg)
Berat badan standard = berat badan acuan yang tertera pada label angka
kebutuhan gizi
AKG = angka kebutuhan gizi yang dianjurkan

Cara lain untuk menentukan kebutuhan energi tanpa menggunakan AKG adalah :

1. Teori RBW (teori berat badan relatif ) :


Keterangan :
BB = berat badan (kg)
TB = tinggi badan (cm)
Dimana dengan ketentuan :
a. Kurus jika RBW < 90%
b. Normal jika RBW = 90-100%
c. Gemuk jika RBW > 110% atau < 120%
d. Obesitas ringan RBW 120-130%
e. Obesitas sedang RBW 130-140%
f. Obesitas berat RBW > 140 %
Kebutuhan kalori ( energi ) per hari :
a. Orang kurus BB x 40-60 kalori
b. Orang normal BB x 30 kalori
c. Orang gemuk BB x 20 kalori
d. Orang obesitas (10-15) kalori

2. Energi BMR (Basal Metabolisme Rate)

4
Energi BMR adalah energi minimal untuk menjalankan proses kerja atau proses faal dalam
tubuh dalam kondisi resting bed ( berbaring istirahat di tempat tidur ). Rumus untuk
menghiting energi basal metabolisme adalah sebagai berikut :
Keterangan :
BMR = Energi basal selama 24 jam (kalori)
BB = berat badan (gram)
A = umur (tahun)

Dengan adanya energi baku (standar energi) bagi reference man dan reference woman
indonesia, maka pengukuran atau penentuan energi yang digunakan seseorang dewasa yang
berumur anatara 20 sampai 39 tahun dapat dilakukan dengan :
1. Pengukuran BMR secara langsung
Pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui seseorang untuk mengetahui angka
energi minimal atau basal yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan fisiknya
mencukupi energi baku atau tidak.
2. Pengukuran BMR secara tidak langsung
Maksud dan persyaratan pengukuran sma seperti pengukuran secara langsung.
Tambahan alat yang digunakan yaitu alat pengukuran jumlah gas oksigen dan jumlah gas
karbondioksida yang dihasilkan pada kerja pernafasan (respiration). Dengan
menggunakan alat ini dapat diketahui data jumlah oksigen yang dikonsumsi dan
karbondioksida yang dihasilakan, dan selanjutnya dapat dihitung banyaknya energi yang
dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh orang yang diukur.

B. kolaborasi institusi dengan institusi lain


Institusi dalam hal ini menjalankan perannya sebagai kolaborasi yaitu melaksanakan kerja
sama dengan tim institusi lain dalam masalah gizi yaitu dengan komunitas untuk melaksanakan
pemeriksaan dan menentukan masalah kesehatan yang berhubungan dengan masalah gizi
tersebut. yang bertujuan untuk menentukan diet atau ukuran makanan yang dibutuhkan
komunitas dengan kondisinya.

5
C. Peran institusi sebagai motivator dalam masalah gizi
Monitoring gizi adalah kegiatan mengkaji ulang dan mengukur secara terjadwal indicator
asuhan gizi pasien sesuai dengan kebutuhan yang telah ditemukan. Sedangkan evaluasi gizi
adalah membandingkan secara sistematik data sebelum dilakukan intervensi dengan data setelah
intervensi atau dapat juga nengan menggunakan rujukan/standar.
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi bertujuan untuk mengetahui respon pasien terhadap
intervensi yang telah dilakukan dan keberhasilan intervensi. Kegiatan ini bukan sekadar
mengamati perubahan yang terjadi, tetapi membutuhkan komitmen yang kuat untuk melakukan
pengukuran, pencatatan hasil sesuai dengan diagnosis, dan intervensi gizi.

D. peran institusi dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet
Mahasiswa dalam suatu institusi perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam memberikan
pendidikan tentang nutisi dan diet. Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa, seperti
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat. Misalnya memberikan pengetahuan tentang
pentingnya nurtisi bagi tubuh dan diet yang sehat. mengadakan penyuluhan saja tidak cukup,
karena pada masyarakat yang berpenghasilan rendah akan sulit dalam memenuhi kebutuhan yang
cukup tentang nutrisi bagi tubuh. suatu usaha tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama dari
berbagai pihak. Pemerintah berperan besar dalam masalah tersebut misalnya dengan memberikan
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan
seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan hidup, melakukan
kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan tubuh,
basal metabolisme, pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan eksresi. Angka Kebutuhan Gizi
dipengaruhi oleh variasi kebutuhan tinggi atau rendah.
Peran institusi sebagai motivator sangat memegang peranan dalam pembukaan berhasilnya
sebuah program diet.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraeni. 2011. Asuhan gizi nutritional care process. Penerbit graha ilmu. Yogyakarta.
2. Gutawa, miranti dkk. 2011. Pengembangan konsep nutrition care proses. Proses asuhan
gizi terstandar (PAGT). Abadi publishing dan printing. Jakarta
3. Hardiasyah,dkk. 2014. Ilmu gizi teori dan aplikasi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai