Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh:
DHIAPRIFAL DZUHRI
1702095

DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayanan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa
dari rentang sehat sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia.Salah satu
pilar model keperawatan profesional adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan
sistem pemberian asuhan keperawatan(patient care delivery system)Dan sistem pemberian
asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan.Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri .
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya ,kesehatan dan kesejahteraan sesuai
kondisi kesehatannya ,klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri.
Manusia sebagai makhluk hidup holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam
dirinya dan lingkungan luar baik keluarga ,kelompok maupun komunitas .Dalam
berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang
efektif agar mampu beradaptasi .
Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami
dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan
mental,gangguan mental tersebut sangat bervariatif tergantung dari berat ringannya
sumber tekanan ,perbedaan antar individu ,dan latar belakang individu yang bersangkutan.
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa .Ada bebrapa aspek yang
mempengaruhi kesehatan jiwa misalnya kualitas sumber daya manusia dalam mengawasi
emosional,kemudian aspek sosial yakni kejadian dilingkungan yang berdampak pada
gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman saat ini lebih dari 450
juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa .

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori tentang defisit perawatan diri?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan defisit perawatan diri?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit
perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang
asuhan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang pengertian defisit perawatan diri.
b. Mengetahui rentang respon defisit perawatan diri.
c. Mengetahui faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
d. Mengetahui mekanisme koping defisit perawatan koping .

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai informasi dalam pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan tetang asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri di masa
yang akan datang. Serta menambah wawasan dan mengetahui lebih dalam tentang
asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memberikan perawatan yang optimal
pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri.
2. Manfaat praktis
Dapat melakukan pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan defisit perawatn
diri sesuai dengan pedoman keperawatan jiwa yang ada.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2011). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2014).
Menurut Poter. Perry (2015), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2010 ).
Defisitperawatandirimerupakankeadaanketikaindividumengalamihambatankema
mpuanuntukmelakukan / menyelesaikanaktivitassehari-hari (towsend, 2010)
Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2014, 79 ).

4
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan Kesadaran

C. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan kadang perawatan diri tidak melakukan


Diri seimbang kadang tidak diri pada saat stress

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor (Novriadi, 2012).
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

5
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri (Tarwoto
dan Wartonah, 2013).

E. FAKTOR PRESIPITASI
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut (Ade, 2011), Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga
diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

F. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR


Pada umumnya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan oranglain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam
situasi baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada
mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik,psikologis, perilaku atau kognitif)

G. PSIKODINAMIKA
Banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan
perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi biologis,
psikologis, sosial budaya. Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab-sebab
gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau
beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Melalui psikodinamika, akan

6
dikaitkan beberapa faktor baik internal maupun eksternal individu dengan
menggunakan model stress adaptasi Stuart & Laraia, sedangkan psikopatologi pada
defisit perawat diri terdapat pada konteks penilaian terhadap stressor sebagai tanda
dan gelajanya (Stuart & Laraia, 2005). Keterbatasan perawatan diri biasanya
diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik hal mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB dan BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah
resiko tinggi DEFISIT PERAWATAN DIRI (Herman, 2011).

H. SUMBER KOPING
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan ketrampilan
3. Teknik defensif
4. Dukungan sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Dukungan spiritual
8. Keyakinan positif
9. Ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial
10. Sumber daya sosial dan material
11. Kesejahteraan fisik

I. MEKANISME KOPING
1. Regresi
Adalah kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2. Penyangkalan
Penyangkalan merupakan mekanisme koping / pertahanan untuk mengurangi
kesulitan untuk meneggakan diagnosis.
3. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau
menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan) dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan juga mengandung unsur penipuan diri.

7
4. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi
situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara
analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila
individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan
dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu
terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi,
manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan
bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau
permasalahan secara obyektif (Gladys, 2013).

J. PENATALAKSANAAN (MEDIS dan PSIKOTERAPI)


1. Medis
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi
netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexyphenidyl (THP)
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan
idiopatik.
Efek samping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
2. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat. Therapy kerja baik sekali untuk
mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik

8
diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.

K. POHON MASALAH

Effect Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Care Defisit Perawatan Diri

Causa Isolasi Sosial : Menarik Diri

9
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri dan pakaian / berhias, berhubungan dengan penurunan motivasi perawatan diri.
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri

M. INTERVENSI

Intervensi
Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil
Keperawatan
Paisen Keluarga

Defisit Perawatan Setelah dilakukan 1. Pasien mampu SP I SP I


Diri tindakan keperawatan mengidentifikasi 1. Diskusikan masalah yang
1. Identifikasi masalah
selama…x…jam masalah dirasakan dalam merawat
perawatan diri:
diharapkan : perawatan diri: pasien
kebersihan diri,
1. Pasien kebersihan diri, 2. Jelaskan pengertian, tanda
berdandan,
meningkatkan berdandan, & gejala, dan proses
makan/minum,
motivasi makan/minum, terjadinya deficit
BAB/BAK
perawatan BAB/BAK perawatan diri (gunakan
dirinya. 2. Pasien mengerti 2. Jelaskan pentingnya booklet)
2. Pasien mampu pentingnya kebersihan diri 3. Jelaskan cara merawat
mempertahankan kebersihan diri deficit perawatan diri
kebersihan 3. Pasien mampu 3. Jelaskan cara dan alat 4. Latih dua cara merawat:

10
dirinya. mendiskusikan kebersihan diri kebersihan diri dan
cara perawatan berdandan
4. Latihan cara menjaga
diri yang benar 5. Anjurkan membantu
kebersihan diri: mandi
pasien sesuai jadwal dan
dang anti pakaian,
memberikan pujian.
sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku

5. Masuk pada jadwal


kegiatan untuk latihan
mandi, sikat gigi (2
kali per hari), cuci
rambut (2 kali per
minggu), potong kuku
(1 kali per minggu)

SP II SP II
1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan
dalam merawat/melatih
kebersihan diri, beri
pasien kebersihan diri beri
pujian
pujian
2. Jelaskan cara dan alat 2. Latih dua (yang lain) cara

11
untuk berdandan merawat: makan &
minum, BAB&BAK
3. Latih cara berdandan
3. Anjurkan membantu
setelah kebersihan
pasien sesuai jadwal dan
diri: sisiran, rias muka
memberi pujian.
untuk perempuan,
sisiran, cukuran untuk
pria

4. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan
berdandan.
SP III
SP III 1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih
1. Evaluasi kegiatan
pasien kebersihan diri dan
kebersihan diri dan
berdandan, beri pujian
berdandan, beri pujian
2. Bombing keluarga
2. Jelaskan cara dan alat merawat kebersihan diri
makan dan minum dan berdandan dan makan
& minum pasien
3. Latih cara makan dan

12
minum yang baik 3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
4. Masukkan pada
berikan pujian.
jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan
diri, berdandan dan
makan & minum yang
baik.
SP IV

SP IV 1. Evaluasi kegiatan keluarga


dalam merawat/melatih
1. Evaluasi kegiatan pasien kebersihan diri,
kebersihan diri, berdandan,
berdandan, makan & makan&minum, beri
minum, beri pujian pujian
2. Bombing keluarga
2. Jelaskan cara BAB &
merawat BAB dan BAK
BAK yang baik
pasien
3. Latih caraq BAB dan 3. Jelaskan follow up ke
BAK yang baik RSJ/PKM, tanda kambuh
rujukan
4. Masukkan pada
4. Anjurkan membantu
jadwal kegiatan untuk

13
latihan kebersihan pasien sesuai jadwal dan
diri, berdandan, memberikan pujian.
makan & minum, dan
BAB&BAK.
SP V
SP V
1. Evaluasi kegiatan keluarga

1. Evaluasi kegiatan dalam merawat/melatih

latihan perawatan diri: pasien dalam perawatan

kebersihan diri, diri: kebersihan diri,

berdandan, makan & berdandan, makan &

minum, BAB & BAK, minum, BAB & BAK, beri

beri pujian pujian


2. Nilai kemampuan keluarga
2. Latih kegiatan harian merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
3. Nilai kemampuan
melakukan control ke
yang telah dimiliki
RSJ/PKM.
4. Nilai apakah
perawatan diri telah
baik

14
Isolasi Sosial Setelah dilakukan 1. Pasien mampu SP I SP I
tindakan keperawatan mengidentifikasi 1. Diskusikan masalah yang
1. Identifikasi penyebab
selama…x…jam penyebab isolasi dirasakan dalam merawat
isolasi social: siapa
diharapkan: social: siapa yang pasien
yang serumah, siapa
1. Pasien dapat serumah, siapa 2. Jelaskan pengertian , tanda
yang dekat, yang tidak
berinteraksi yang dekat dan & gejala dan proses
dekat, dan apa
dengan orang lain yang tidak dekat, terjadinya isolasi social
sebabnya
sehingga tidak dan apa sebabnya (gunakan booklet)
terjadi halusinasi 2. Pasien mampu 2. Keuntungan punya 3. Jelaskan cara merawat
2. Terjalin mengidentifikasi teman dan bercakap- isolasi social
hubungan keuntungan cakap 4. Latih dua cara merawat
interpersonal punya teman dan berkenalan, berbicara saat
yang lebih erat bercakap-cakap 3. Kerugian tidak punya melakukan kegiatan harian
3. Pasien mampu punya teman dan tidak 5. Anjurkan membantu
mengidentifikasi bercakap-cakap pasien sesuai jadwal dan
kerugian tidak memberikan pujian saat
4. Latih cara berkenalan
punya teman dan besuk
dengan pasien dan
tidak bercakap-
perawat antar tamu
cakap
4. Pasien mampu 5. Masukkan pada
berkenalan jadwal kegiatan untuk

15
dengan oranglain latihan berkenalan
secara bertahap
SP II
5. Pasien mampu SP II
melakukan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
aktivitas sambil berkenalan (beberapa dalam merawat/melatih
bercakap-cakap orang), beri pujian pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan
2. Latih cara berbicara kegiataan harian, beri
saat melakukan pujian
kegiatan harian (latih 2. Jelaskan kegiatan rumah
2 kegiatan) tangga yang dapat
melibatkan pasien
3. Masukkan pada
berbicara (makan, sholat
jadwal kegiatan untuk
bersama) dirumah
latihan berkenalan 2-3
3. Latih cara membimbing
orang pasien, perawat
pasien berbicara dan
dan tamu, berbicara
memberi pujian
saat melakukan
4. Anjurkan membantu
kegiatan harian.
pasien sesuai jadwal saat
besuk

16
SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan
dalam melatih/merawat
latihan berkenalan
pasien berkenalan,
(beberapa orang) &
berbicara saat melakukan
bicara saat melakukan
kegiatan harian, beri
dua kegiatan harian.
pujian
Beri pujian
2. Jelaskan cara melatih

2. Latih cara berbiacara pasien melakukan kegiatan

saat melakukan social seperti berbelanja,

kegiatan harian (2 meminta sesuatu, dll

kegiatan baru) 3. Latih keluarga mengajak


pasien belanja saat besuk
3. Masukkan pada 4. Anjurkan membantu
jadwal kegiatan untuk pasien sesuai jadwal dan
latihan berkenalan 4-5 berikan pujian saat besuk.
orang, berbicara saat
melakukan 4 kegiatan
harian

17
SP IV SP IV
1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan
dalam merawat/melatih
latihan berkenalan,
pasien berkenalan,
berbicara saat
berbicara saat melakukan
melakukan empat
kegiatan harian/RT,
kegiatan harian, beri
berbelanja, beri pujian
pujian
2. Jelaskan follow up ke

2. Latih cara berbicara RSJ/PKM, tanda kambuh,

social: meminta rujukan

sesuatu, menjawab 3. Anjurkan membantu

pertanyaan pasien sesuai jadwal


kegiatan dan memberikan
3. Masukkan pada pujian.
jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalana
>5 orang, orang baru,
berbicara saat
melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi.

18
SP V SP V
1. Evaluasi kegiatan
1. Evaluasi kegiatan
keluargaq dalam
latihan berkenalan,
merawat/melatih pasien
berbicara saat
berkenalan, berbiacara saat
melakukan kegiatan
melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi,
harian/RT,
beri pujian
berbelanja&kegiatan lain

2. Latih kegiatan harian dan follow up, beri pujian


2. Nilai kemampuan keluarga
3. Nilai kemauan yang merawat pasien
telah mandiri 3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke
4. Nilai apakah isolasi
RSJ/PKM
social teratasi.

19
STRATEGI PELAKSANAAN
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
b. Diagnose keperawatan : defisit perawatan diri
c. Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai
berikut : ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, klien
bersedia berjabat tangan, klien bersedia menyebutkan nama, ada
kontak mata, klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat,
klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
2) Mengidentifikasi kebersihan diri: berdandan, makan dan BAK/BAB
3) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
4) Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri
dan cara melakukan kebersihan diri
5) Memasukkan dalam kegiatan klien
d. Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapeutik
2) Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri,
berdandan, makan dan BAB/BAK
3) Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan
penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya minta
klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri
4) Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
5) Masukkan dalam kegiatan klien
2. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
1) “ assalamualaikum, selamat pagi, perkenalkan nama saya DHIAPRIFAL
DZUHRI bisa dipanggil PRIFAL, saya dari stikes muhammadiyah klaten,
kalau boleh tau namanya siapa? Senangnya dipanggil siapa?
2) Evaluasi/ validasi data
“ Bagaimana perasaan hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada
keluhan tidak?

20
3) Kontrak ( topic, waktu, tempat )
“ Apakah tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya? Kita ngobrol
tentang apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri?
Berapa lama kira-kira? Maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10
menit?
“ Dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu atau dimana?
b. Fase kerja
“ berapa kali membersihkan diri dalam sehari?
“ apakah suka berdandan?
“ alat apa yang digunakan pada saat makan, menggunakan tangan atau sendok?
“ apakah selalu ke kamar mandi jika ingin BAB/BAK?
“ apakah tau pentingnya kebersihan diri ?
“ bagaimana cara menjaga kebersihkan diri?
“ apakah tau tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?
“ bagaimana cara membersihkan diri?
“ bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri
“ pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan air ketubuh secara
menyeluruh. Gunakan sabun secara merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas
sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handuk dan
ganti pakaian dengan pakaian yang bersih.”
c. Fase terminasi
“ bagaimana perasaan setelah mengobrol tadi?
“ setelah kita berdiskusi tadi, coba sekarang simpulkan pembicaraan kita tadi,coba
sebutkan cara menjaga kebersihan diri?
“ kalau sudah tau cara membersihkan diri, nanti saat jam 16.00 coba dipraktekan
penjelasan saya tadi.
“ bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga
kebersihan mulut.”
Kira-kira waktunya kapan? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB ?
“ tempatnya disini saja ya? Sampai jumpa, assalammu’alaikum.”

21
DAFTAR PUSTAKA

Depkes.2011.Standar Pedoman Perawat jiwa.

Nurjanah Intansari S.kep .2014.Pedoman Penanganan Pada Gangguan

Jiwa.yogyakarta.Nomedia

Budi, K. (2011). Management kasus gangguan jiwa. Jakarta: EGC.

Perry.Potter .2015.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Jakarta: EGC.

Dermawan, d. R. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa .

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hawaris. (2017). Dalam Online Jurnal Of Natural Science.

22

Anda mungkin juga menyukai