Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

Sejarah adalah uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan
bahan analisa untuk disimpulkan manfaat dan mudaratnya bagi pijakan untuk kegiatan
masa kini dan yang akan datang. Di sini sejarah lebih mempunyai arti ke depan.

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan


setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International
Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu
dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health
Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada
waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-
istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social
Marketing), Mobilisasi Sosial, dll.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu


oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di
Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi Unit Health
Promotion. Nama organisasi profesi internasional juga sudah berubah menjadi
International Union for Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi
kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan
kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang Promosi Kesehatan, pada
pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya
sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui
serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external
secara lintas program dan lintas sektor.
Beberapa hal yang dapat disarikan tentang pokok-pokok Promosi Kesehatan (Health
Promotion) adalah bahwa :

Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan


masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya lebih luas dari
Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/
Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian
penting (core) dari Promosi Kesehatan.

Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau


perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku
di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang
sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang
bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak
jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada
promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak
dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya
digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan
upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan)
dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata sekundair (yaitu mereka yang
dikategorikan sebagai para pembuat opini).

Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali
masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi
oleh masyarakat)

Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat


melalui pendekatan edukatif ,promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan yaitu di
rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where
we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana
kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat,
sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dll yang mengarah pada kawasan sehat
seperti desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, dll sampai ke Indonesia Sehat.

Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit).
Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih
menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak
kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau
peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu
dan frekwensi kegiatan seperti advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.

Promosi Kesehatan Di Era Reformasi Dan Desentralisasi

Lahirnya semangat reformasi yang ditingkahi dengan terjadinya pergantian pemerintahan


pada tahun 1998 telah membawa perubahan fundamental dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Angin reformasi yang bertiup kencang sejak lengsernya Presiden Soeharto
memperoleh wadahnya dalam sidang-sidang MPR, yang merupakan lembaga tertinggi
negara. Akhirnya dilakukan amandemen terhadap UUD 1945, sesuatu yang “diharamkan”
pada era sebelumnya. Amandemen tersebut bahkan dilakukan beberapa kali, antara lain
menyangkut tentang penghapusan lembaga Dewan Pertimbangan Agung, dibentuknya
Mahkamah Konstitusi, ada Dewan Perwakilan Daerah (DPD), pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden RI secara langsung oleh rakyat, dll.

Salah satu perubahan yang mendasar adalah bergantinya sistem pemerintahan sentralisasi
menjadi desentralisasi, atau otonomi daerah. Semangat inilah yang mengilhami
diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah serta UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
diberlakukan pada tahun 2001. Sesuai dengan UU tersebut, maka Gubernur, Bupati dan
Walikota kini dipilih langsung oleh rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang
sangat menentukan, termasuk dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan personilnya.
Sementara itu lembaga legislatif, baik DPR di Pusat maupun DPRD di daerah mempunyai
kewenangan yang lebih besar (bahkan sangat besar) dalam penyusunan anggaran keuangan
baik Pusat maupun Daerah. Berkaitan dengan itu, partai-partai politik mempunyai peranan
yang sangat menentukan, melalui wakil-wakilnya yang duduk di pemerintahan (ekskutif) dan
lembaga perwakilan (legislatif), baik di Pusat maupun di daerah.

Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan
menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada bulan Juli
2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih sungguh-sungguh
terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya.
Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat
dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota
DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.

Demikian pula dengan tujuan yang sama beberapa kali pertemuan khusus juga digelar di
daerah, paling tidak di beberapa propinsi, seperti Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Sumatera Barat, dll. Belum lagi panduan tertulis tentang penanganan program-program
kesehatan termasuk promosi kesehatan di daerah.

Selanjutnya dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah, setelah dilakukan pembahasan
dan sosialisasi dengan daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Stándar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Salah satu SPM bidang
kesehatan tersebut adalah tentang Penyuluhan perilaku sehat, yang harus mencakup
setidaknya: Rumah tangga sehat (65%) dan Desa Posyandu Purnama (40%). Selain itu juga
ditetapkan bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilakukan
di Puskesmas.

Era Globalisasi Dan Promosi Kesehatan

Kurun waktu 2000 an ini juga merupakan era globalisasi. Batas-batas antar negara menjadi
lebih longgar. Persoalan menjadi lebih terbuka. Berkaitan dengan era globalisasi ini dapat
menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Di satu pihak arus informasi dan
komunikasi mengalir sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dunia
menjadi lebih terpacu dan maju. Di pihak lain penyakit menular yang ada di satu negara dapat
menyebar secara cepat ke negara lain apabila negara itu rentan atau rawan. Misalnya AIDS,
masalah merokok, penyalahgunaan NAPZA, dll sudah menjadi persoalan dunia. Demikian
pula budaya negatif di satu bangsa/negara dengan cepat juga dapat masuk dan mempengaruhi
budaya bangsa/negara lain.
Sementara itu khususnya di bidang Promosi Kesehatan, dalam era globalisasi ini Indonesia
memperoleh banyak masukan dan perbandingan dari banyak negara. Melalui berbagai
pertemuan internasional yang diikuti, setidaknya para delegasi memperoleh inspirasi untuk
mengembangkan promosi kesehatan di Indonesia. Beberapa pertemuan itu adalah sebagai
berikut :

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan.Konferensi ini bersifat resmi, para utusannya


diundang oleh WHO dan mewakili negara. Selama kurun waktu 1995-2005 ada tiga kali
konferensi internasional, yaitu: the 4th International Conference on Health Promotion,
Jakarta, 1997, the 5th International Conference on Health Promotion, Mexico City, 2000, dan
the 6th Global Conference on Health Promotion, Bangkok, 2005. Pada pertemuan di
Bangkok istilah International Conference diganti dengan Global Conference, a.l. karena
dengan istilah “Global” tersebut menunjukkan bahwa sekat-sekat antar negara menjadi lebih
tipis dan persoalan serta solusinya menjadi lebih mendunia.

Konferensi internasional Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Konferensi ini bersifat


keilmuan. Utusannya datang atas kemauan sendiri dengan mendaftar lebih dahulu.
Penyelenggaranya adalah Organisasi Profesi yaitu International Union for Health Promotion
and Education. Dalam kurun waktu ini sebenarnya ada empat kali pertemuan, tetapi
Indonesia hanya hadir di tiga pertemuan yaitu di Ciba, Jepang, tahun 1995 di Paris, Perancis,
tahun 2001 dan Melbourne, Australia, 2004. Indonesia tidak hadir pada pertemuan di
Pourtorico, tahun 1998, karena situasi tanah air yang tidak memungkinkan untuk pergi.
Dengan mengikuti konferensi seperti ini, selain menambah wawasan dan gagasan, juga
menambah teman dan jaringan.

Pertemuan-pertemuan WHO tingkat regional dan internasional. Pertemuan seperti ini


biasanya diikuti oleh kelompok terbatas, antara 20-30 orang. Sifatnya merupakan pertemuan
konsultasi atau juga pertemuan tenaga ahli (expert). Pesertanya adalah utusan yang mewakili
unit Promosi Kesehatan di masing-masing negara, atau perorangan yang dianggap ahli, yang
diundang oleh WHO. Dalam kurun waktu 1995-2005 beberapa kali diselenggarakan
pertemuan konsultasi di New Delhi, India, di Bangkok, Thailand, di Jakarta, Indonesia, dan
beberapa kali di Genewa, Swis, khususnya dalam kaitannya dengan Mega Country Health
Promotion Network. Pertemuan-pertemuan seperti ini juga memacu perkembangan promosi
kesehatan di Indonesia. Khusus dalam Mega country network ini diupayakan
penanggulangan penyakit tidak menular secara bersama melalui upaya aktivitas fisik, makan
gizi seimbang dan tidak merokok.

Pertemuan regional ASEAN. Pertemuan ini diselenggarakan oleh negara-negara anggota


ASEAN. Pertemuan seperti ini diselenggarakan beberapa kali, tetapi yang menyangkut
promosi kesehatan diselenggarakan pada tahun 2002 di Vientiane, Laos. Pertemuan ini
menghasilkan Deklarasi Vientiane atau Kesepakatan Menteri Kesehatan ASEAN tentang
“Healthy ASEAN Lifestyle” (antara lain ditandatangani oleh Dr. Achmad Suyudi selaku
Menkes RI) yang pada pokoknya merupakan kesepakatan untuk mengintensifkan upaya-
upaya regional untuk meningkatkan gaya hidup sehat penduduk ASEAN. Dalam kesepakatan
itu ditetapkan antara lain tentang visinya, yaitu bahwa pada tahun 2020 semua penduduk
ASEAN akan menuju kehidupan yang sehat, sesuai dengan nilai, kepercayaan dan budaya
lingkungannya.

Pertemuan-pertemuan internasional atau regional lainnya, seperti: International Conference


on Tobacco and Health di Beijing, 1997; International Conference on Working Together for
better health di Cardiff, UK, 1998; dan masih banyak pertemuan lainnya, misalnya tentang
HIV/AIDS di Bangkok, Manila, dll; pertemuan tentang kesehatan lingkungan di Nepal;
pertemuan tentang Health Promotion di Bangkok, di Melbourne, dll. Ini semua memperkuat
jaringan dan semakin memantapkan langkah di Indonesia.

http://sejarahpromosikesehatan.blogspot.com/2009/10/sejarah-promosi-kesehatan-sejarah.html

“Sejarah Promosi Kesehatan”

Promosi kesehatan sama halnya dengan Pendidikan Kesehatan lain yang


memiliki perjalanan panjang sehinga dapat muncul sebagai salah satu bentuk
intervensi yang berperan dalam peningkatan derajat kesehatan. Berikut merupakan
sejarah singkat dari promosi kesehatan.
1. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaansampai
1960an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk
usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan
mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi
apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian
meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di
sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah
gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.
Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
1. Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
- Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960
- Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
2. Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-
1995)
- Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)
- Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
- Munculnya Posyandu
- Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dll)

2. Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya
istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi
Kesehatan, yaitu : (1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan
(healthy public policy); (2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive
environment); (3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action); (4)
Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan (5) Menata
kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia
(1988)Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu: (1) Mendukung
kesehatan wanita; (2) Makanan dan gizi; (3) Rokok dan alkohol; dan (4)
Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval,
Swedia (1991).Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1)
Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat; (2) Memberdayakan
masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya
melalui pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan (4) Menjadi
penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial
dalam kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan,
Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan
dan memberdayakan masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi
kesehatan.

ardhykaudis@yahoo.com

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN DAN RUANG LINGKUP PROMOSI


KESEHATAN
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN DAN RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN


Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan
memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984)

Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)

Jadi, promosi kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap
manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.

B. SEJARAH PROMOSI KESEHATAN


Sejarah kesehatan masyarakat (public health) mengisahkan tentang dua tokoh metologi Yunani, yaitu
Asclepius (dalam literatur lain juga disebut Asculapius) dan Higiea. Berdasarkan mitors Yunani yang
dikisahkan Asculapius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai. Ia dapat mengoati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur tertentu dengan baik.

Selanjutnya Higiea adalah asistennya yang kemudian menjadi istri Asclepius, juga memberikan jasa
berupa melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan penyakit. Upayanya berupa mengajarkan
masyarakat untuk berprilaku hidup bersih. Ia menekankan bahwa penyakit tidak akan terjadi jika
manusia dapat menjalankan hidup seimbang dan kebersihan diri, antara lain menghindari makanan
dan minuman kotor, beracun, makan makanan yang bergizi, dan cukup istirahat. Apabila orang telah
jatuh sakit, Higiea menganjutkan melakukan upaya-upaya secara alamiah antara lain memperkuat
tubuhnya dengan makanan yang baik, dari pengobatan.

Dari mitos tersebut dilihat adanya perbedaan dalam konsep kesehatan, tetapi justru saling
melengkapi.
Apabila Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit maka Higiea dengan pencegahan
penyakit. Perkembangan selanjutnya mitos ini melahirkan dua aliran ilmu yang berbeda, yaitu
Asclepius cenderung menunggu terjadinya penyakit dengan metode pendekatan kuratif atau
pengobatan. Kelompok ini melahirkan ilmu kedokteran dengan profesinya sebagai dokter, dokter gigi,
perawat, perawat gigiy, dan lain-lain. Sedangkan aliran Higiea cenderung melakukan pendekatan
dengan pencegahan penyakit serta upaya peningkatan atau promosi kesehatah. Aliran ini melahirkan
ilmu kesehatan masyarakat (public health) dengan profesi-profesi terkait, yaitu sanitarian, ahli gizi,
dan profesi lain yang melakukan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Cerita di atas merupakan embrio dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat. Namun,
sebelum berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan masih melewati berbagai fase.

1. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan sampai 1960an)

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa
pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk
membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing
tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini
kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di
sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.
Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
- Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960
- Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-1995)
- Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)
- Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
- Munculnya Posyandu
- Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dll)
Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi
kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988). Konferensi ini
menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:
(1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
(2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya
melalui pendidikan dan pemberdayaan;
(3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.

C. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :


Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui
upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang
/sektor, sesuai keadaan).
Ruang lingkup atau bidang garapan promosi kesehatan baik sebagai ilmu (teori) maupun sebagai seni
(aplikasi) mencakup berbagai bidang atau cabang keilmuan lain. Ilmu-ilmu yang dicakup promosi
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 bidang yaitu:
Ilmu perilaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku manusia terutama
psikologi, antropologi dan sosiologi.
Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku (pembentukkan dan perubahan perilaku ),
antara lain pendidikan komunikasi, manajemen, kepemimpinan dan sebagainya.
Disamping itu, promosi kesehatan juga didasarkan pada dimensi dan tempat pelaksanaannya. Oleh
sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan pada dua dimensi, yaitu dimensi aspek
sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau tatanan
(setting).
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis besarnya
terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:
Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar
kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini
dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
Pelayanan promotif
Sasaran : Kelompok orang sehat
Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yg benar-benar sehat (Survei di negara berkembang) sehingga
memelihara kesehatannya sehingga jumlahnya dapat dipertahankan
Pelayanan preventif
Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk (bumil, bayi, obesitas, PSK dan lain-lain)
Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit
Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok
ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. pada prinsipnya pelayanan jenis ini
dilakukkan profesio kedokteran.
Pelayanan kuratif
Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC, Hipertensi)
Tujuan : Mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah
Pelayanan rehabilitatif
Sasaran : Para penderita penyakit yg baru sembuh (recovery) dr suatu penyakit
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan seminimal mungkin

Ruang lingkup promosi keseahatan berdasarkan tatanana (tempat pelaksanaan):


Promosi kesehatan pada tatanan keluarga
Promosi keluarga pada tatanan sekolah
Promosi kesehatana pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat-tempat umum.
Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
Promosi Kesehatan.
Perlindungan khusus (specific protection).
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
Pembatasan cacat (disability limitation)
Rehabilitasi (rehabilitation).

DAFTAR PUSTAKA
Amri Kausar, Muhammad. 2012. Sejarah Promosi Kesehatan.
http://ml.scribd.com/doc/180469776/Sejarah-Promosi-Kesehatan (Online). Diakses tanggal 25 April
2014
Andres Tiva , Merlita. 2012. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.
http://mimpibesarku.blogspot.com/2012/05/ruang-lingkup-promosi-kesehatan.html (Online).
Diakses tanggal 24 April 2014
Purwaningsih. -. Konsep Promosi Kesehatan.
http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf (Online). Diakses tanggal 25
April 2014
Notoatmojo, Soekijo. 2010. Higiea, Sejarah Promosi Kesehatan. http://brokenmind-
blog.blogspot.com/2010/09/higiea-sejarah-promosi-kesehatan.html (Online). Diakses tanggal 25
April 2014

Anda mungkin juga menyukai