Sejarah adalah uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan
bahan analisa untuk disimpulkan manfaat dan mudaratnya bagi pijakan untuk kegiatan
masa kini dan yang akan datang. Di sini sejarah lebih mempunyai arti ke depan.
Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang Promosi Kesehatan, pada
pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya
sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui
serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external
secara lintas program dan lintas sektor.
Beberapa hal yang dapat disarikan tentang pokok-pokok Promosi Kesehatan (Health
Promotion) adalah bahwa :
Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang
bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak
jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada
promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak
dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya
digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan
upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan)
dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata sekundair (yaitu mereka yang
dikategorikan sebagai para pembuat opini).
Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali
masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi
oleh masyarakat)
Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit).
Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih
menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak
kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau
peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu
dan frekwensi kegiatan seperti advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.
Salah satu perubahan yang mendasar adalah bergantinya sistem pemerintahan sentralisasi
menjadi desentralisasi, atau otonomi daerah. Semangat inilah yang mengilhami
diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah serta UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
diberlakukan pada tahun 2001. Sesuai dengan UU tersebut, maka Gubernur, Bupati dan
Walikota kini dipilih langsung oleh rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang
sangat menentukan, termasuk dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan personilnya.
Sementara itu lembaga legislatif, baik DPR di Pusat maupun DPRD di daerah mempunyai
kewenangan yang lebih besar (bahkan sangat besar) dalam penyusunan anggaran keuangan
baik Pusat maupun Daerah. Berkaitan dengan itu, partai-partai politik mempunyai peranan
yang sangat menentukan, melalui wakil-wakilnya yang duduk di pemerintahan (ekskutif) dan
lembaga perwakilan (legislatif), baik di Pusat maupun di daerah.
Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan
menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada bulan Juli
2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih sungguh-sungguh
terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya.
Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat
dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota
DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.
Demikian pula dengan tujuan yang sama beberapa kali pertemuan khusus juga digelar di
daerah, paling tidak di beberapa propinsi, seperti Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Sumatera Barat, dll. Belum lagi panduan tertulis tentang penanganan program-program
kesehatan termasuk promosi kesehatan di daerah.
Selanjutnya dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah, setelah dilakukan pembahasan
dan sosialisasi dengan daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Stándar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Salah satu SPM bidang
kesehatan tersebut adalah tentang Penyuluhan perilaku sehat, yang harus mencakup
setidaknya: Rumah tangga sehat (65%) dan Desa Posyandu Purnama (40%). Selain itu juga
ditetapkan bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilakukan
di Puskesmas.
Kurun waktu 2000 an ini juga merupakan era globalisasi. Batas-batas antar negara menjadi
lebih longgar. Persoalan menjadi lebih terbuka. Berkaitan dengan era globalisasi ini dapat
menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Di satu pihak arus informasi dan
komunikasi mengalir sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dunia
menjadi lebih terpacu dan maju. Di pihak lain penyakit menular yang ada di satu negara dapat
menyebar secara cepat ke negara lain apabila negara itu rentan atau rawan. Misalnya AIDS,
masalah merokok, penyalahgunaan NAPZA, dll sudah menjadi persoalan dunia. Demikian
pula budaya negatif di satu bangsa/negara dengan cepat juga dapat masuk dan mempengaruhi
budaya bangsa/negara lain.
Sementara itu khususnya di bidang Promosi Kesehatan, dalam era globalisasi ini Indonesia
memperoleh banyak masukan dan perbandingan dari banyak negara. Melalui berbagai
pertemuan internasional yang diikuti, setidaknya para delegasi memperoleh inspirasi untuk
mengembangkan promosi kesehatan di Indonesia. Beberapa pertemuan itu adalah sebagai
berikut :
http://sejarahpromosikesehatan.blogspot.com/2009/10/sejarah-promosi-kesehatan-sejarah.html
ardhykaudis@yahoo.com
Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)
Jadi, promosi kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan terhadap
manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Selanjutnya Higiea adalah asistennya yang kemudian menjadi istri Asclepius, juga memberikan jasa
berupa melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan penyakit. Upayanya berupa mengajarkan
masyarakat untuk berprilaku hidup bersih. Ia menekankan bahwa penyakit tidak akan terjadi jika
manusia dapat menjalankan hidup seimbang dan kebersihan diri, antara lain menghindari makanan
dan minuman kotor, beracun, makan makanan yang bergizi, dan cukup istirahat. Apabila orang telah
jatuh sakit, Higiea menganjutkan melakukan upaya-upaya secara alamiah antara lain memperkuat
tubuhnya dengan makanan yang baik, dari pengobatan.
Dari mitos tersebut dilihat adanya perbedaan dalam konsep kesehatan, tetapi justru saling
melengkapi.
Apabila Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit maka Higiea dengan pencegahan
penyakit. Perkembangan selanjutnya mitos ini melahirkan dua aliran ilmu yang berbeda, yaitu
Asclepius cenderung menunggu terjadinya penyakit dengan metode pendekatan kuratif atau
pengobatan. Kelompok ini melahirkan ilmu kedokteran dengan profesinya sebagai dokter, dokter gigi,
perawat, perawat gigiy, dan lain-lain. Sedangkan aliran Higiea cenderung melakukan pendekatan
dengan pencegahan penyakit serta upaya peningkatan atau promosi kesehatah. Aliran ini melahirkan
ilmu kesehatan masyarakat (public health) dengan profesi-profesi terkait, yaitu sanitarian, ahli gizi,
dan profesi lain yang melakukan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Cerita di atas merupakan embrio dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat. Namun,
sebelum berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan masih melewati berbagai fase.
1. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan sampai 1960an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa
pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk
membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing
tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini
kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di
sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.
Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
- Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960
- Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-1995)
- Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)
- Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
- Munculnya Posyandu
- Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dll)
Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi
kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988). Konferensi ini
menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:
(1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
(2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya
melalui pendidikan dan pemberdayaan;
(3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amri Kausar, Muhammad. 2012. Sejarah Promosi Kesehatan.
http://ml.scribd.com/doc/180469776/Sejarah-Promosi-Kesehatan (Online). Diakses tanggal 25 April
2014
Andres Tiva , Merlita. 2012. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.
http://mimpibesarku.blogspot.com/2012/05/ruang-lingkup-promosi-kesehatan.html (Online).
Diakses tanggal 24 April 2014
Purwaningsih. -. Konsep Promosi Kesehatan.
http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf (Online). Diakses tanggal 25
April 2014
Notoatmojo, Soekijo. 2010. Higiea, Sejarah Promosi Kesehatan. http://brokenmind-
blog.blogspot.com/2010/09/higiea-sejarah-promosi-kesehatan.html (Online). Diakses tanggal 25
April 2014