Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

MIOMA UTERI & KARSINOMA SERVIKS

Pembimbing: Devi Permatasari

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Adi Tri Irawan (1702087)
Dwi Novita Wuri A.N (1702099)
Niken Sulastri (1702111)
Teguh Prihatin (1702123)

PRODI D3 KEPERAWATAN 2C
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan
tugas asuhan keperawatan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Keperawatan Maternitas
dengan baik.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah bersedia
memberi pengarahan untuk kami, sehingga tugas asuhan keperawatan ini bisa terselesaikan
dengan baik , kedua untuk teman-teman yang telah membantu mencari literature dan telah
bekerjasama dengan baik.
Pada asuhan keperawatan kali ini kami akan membahas tentang ‘’Asuhan Keperawatan
Mioma dan Karsinoma Uteri’’ .Berbagai sumber telah kami baca dan hasilkan kami ringkas
tertulis dalam makalah ini .Semoga dapat diterima oleh para pembaca .
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca

Klaten, 10 Oktober 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. LATAR BEKALANG.............................................................................................................................. 1
B. TUJUAN ............................................................................................................................................. 1
BAB II KONSEP DASAR ................................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN ..................................................................................................................................... 2
B. ETIOLOGI ........................................................................................................................................... 2
C. KLASIFIKASI/STADIUM....................................................................................................................... 6
D. PATOFISIOLOGI ................................................................................................................................. 8
E. TANDA DAN GEJALA .......................................................................................................................... 9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK............................................................................................................ 10
G. PENATALAKSANAAN ....................................................................................................................... 12
H. PATHWAY ........................................................................................................................................ 14
BAB III KONSEP KEPERAWATAN .................................................................................................................. 16
A. PENGKAJIAN (DATA FOKUS) ............................................................................................................ 16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................................................. 23
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................... 29
SUMBER PUSTAKA ...................................................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BEKALANG
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim pada organ reproduksi
wanita. Kejadian lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Tinggi
terjadinya mioma uteri menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.
Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39-11,7% pada
semua pasien kebidanan yang dirawat. Mioma 3-9 kali lebih sering pada wanita kulit hitam
dibandingkan warna kulit putih. Data statistic menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada
wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali. (Novie Handayani,2012)
Kanker serviks adalah penyebab kematian terbesar wanita di Indonesia. Kematian
setiap tahunnya yang hampir 80% terjadi di Negara berkembang. Kanker rahim terjadi pada area
leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina.

B. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud mioma uteri dan karsinoma serviks.
2. Mengetahui bagaimana mioma uteri dan karsinoma serviks dapat terjadi.
3. Memahami bahaya penyakit mioma uteri dan karsinoma serviks.
4. Memahami cara pencegahan mioma uteri dan karsinoma serviks.

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpang. Sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau
fibroid (Mansjoer,2007).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous(fibromioma uteri, leiomioma,uteri atau uterine fibroid).
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita usia produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang
dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan premature dan
malpresentasi (Crum,2003).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan
ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterin
fibroid. (Prawirohardjo,1996:281). Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas
yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa. (Sylvia A.P, 1994).
Kanker servik adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
(Diananda,2009).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
pertumbuhan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lender pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi,2001).

B. ETIOLOGI
1. Mioma uteri
Faktor risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
a. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro,2005).
b. Hormone endogen
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono,2005).

2
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan mioma uteri. (Parker,2007)
d. Indeks masa tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker,2007)
e. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, setengah matang dan daging babi dapat meningkatkan
mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. (Parker,2007)
f. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. (Manuaba,2003)
g. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multiparan dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 atau 2 kali. (Khashaeva,1992)

Faktor terbentuknya tumor:


a. Faktor Internal
Terjadi kesalahan replikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru.
Merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Bila seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak
serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang
mengalami kesalahan genetic harus mengalami kerusakan lebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Hanya saja individu pembawa sel genetika yang salah,
memang lebih berisiko terkena kanker daripada yang tidak memiliki mutasi gen yang
salah.
Faktor mutasi gen secara internal, tidak dapat di cegah namun faktor eksternal
dapat dicegah. Menurut WHO, 10%-15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan
85%, disebabkan oleh faktor eksternal. Jadi, sekalipun tidak 100%, sebenarnya kanker
dapat kita cegah atau hindari dengan menghindari faktor eksternal.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak gen adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan
pada makanan, seperti pengawet dan bahan makanan. Cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Daging atau ikan yang
dipanggang hingga gosong, mengandung zat kimia seperti benzoaperin,
aminheterosoklik, dioxin dll. Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat
menyebarkan racun, misalnya racun aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
berhubungan dengan kanker hati.

3
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal
menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang
bersifat radikal atau korsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping factor presdiposisi


genetic adalah esterogen, progesterone,dan human pertumbuhan.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopause dan pengangkatan ovarium.
Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%)
dan hiperplasi endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita denga sterilis. 17B hidroxydesigronase: enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas
enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak daripada miomametrium normal.
b. Progesterone
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesigronase dan
menurunkan reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormone pertumbuhan
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan. Tetapi hormone yang
memiliki struktur dan aktivitas biologic serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
member kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

2. Karsinoma Serviks
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadannya disebut kanker serviks.
Factor risiko terjadinya kanker serviks:
a. HPV (human papiloma virus)
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil geneta;is (kandiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah 16,18.
b. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.

4
c. Umur pertama kali berhubungan seksual
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (<18 tahun). Semakin muda wanita
melakukan hubungan seksual semakin besar mendapatkan kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
d. Berganti-ganti pasangan seksual
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
e. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks sering dijumpai dari wanita yang sering partus. Semakin sering partus
semakin besar kemungkinan risiko mendpat karsinoma serviks.
f. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai factor risiko yang besar.
g. Pemakaian DES (diethilstilbestrol)
Pemakaian diethylstilbestrol pada wanita hamil untuk mencegah keguguran dapat
memicu terjadinya kanker serviks.
h. Pemakaian pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka waktu panjang lebih dari 5 tahun dapat
meningkatkan risiko relative 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
i. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Pemakaian AKDR akan akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula pada adanya
erosi di serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
j. Merokok
Pada wanita perokok kontrasepsi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan di dalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
k. Sosial ekonomi
Karsinoam serviks banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah mungkin
factor social ekonomi kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada
golongan social ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
l. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawatt
sehingga banyak kumpulan-kumpilan smegma.

5
C. KLASIFIKASI/STADIUM
1. Mioma uteri
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh.
Klasifikasinya mioma uteri sebagai berikut:
a. Mioma intramural
Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara
lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium. Terdapat di
dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor jaringan otot
sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung ke
kemih atas, sehingga akan menimbulkan keluhan miksi.
b. Mioma subserosa
Merupakan yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar, yaitu serosa dan
tumbuh kearah rongga peritoneum. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau
memiliki dasar lebar. Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Apabila terlepas dari
induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut
wondering atau parasitic vibroid ditemukan kedua terbanyak.
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering
parasitis vibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.
c. Mioma submukosa
Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga menonjol ke
dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasrkan lebar. Dapat tumbuh
bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut
mioma geburt. Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini serig memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan
keluhan pada perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan quretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret dikenal sebagai kuretbump dan dengan pemeriksaan histeroskopi
dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama
pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah

6
mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses diatas.

2. Karsinoma Serviks
a. Stadium klinis
1. Tahap 0
Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel tidak terdapat bukti invasi.
2. Tahap I
Karsinoma yang benar-benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks
walaupun ada perluasan ke korpus uteri
3. Tahap Ia
Karsinoma mikroinvasif, bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stoma lebih dari 1mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
4. Tahap Ib
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks
uteri.
5. Tahap II
Kanker vagina, lesi telah menyebar keluar diluar serviks sehingga mengenai vagina
(buka sepertiga bagian bawah) atau area pada servikal pada salah satu sisi atau
kedua sisi.
6. Tahap IIa
Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb
Penyebaran ke parametrium, unilateral atau bilateral tetap belum sampai pada
dinding panggul.
8. Tahap III
Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu
atau kedua dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor
9. Tahap IIIa
Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang keparametrium tidak
dipersoalkan.
10.Tahap IIIb
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi
antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada tingkata klinik
I dan II, terapi sudah ada gangguan faal ginjal.
11.Tahap IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan
atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah terjadi metastase keluar
panggul atau ketempat-tempat yang jauh.
12.Tahap Iva

7
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum
dan atau kandung kemih.
13.Tahap IVb
Telah terjadi penyebaran jauh

D. PATOFISIOLOGI

1. Mioma uteri
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miomatrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol
ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga
menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi, berkurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi pendarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia bisa menyebabkan kelemahan fisik, kondisi
tubuh lemah, sehingga kebutuhan keperawatan dini tidak dapat terpenuhi. Selain itu
dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan.

2. Karsinoma Serviks
Jika sel karsinoma telah mendesak pada jaringan saraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja system
urinaria menyebabkan hidroureter yang menimbulkan masalah keperawatan risiko
penyebaran infeksi.
Keputihan yang berlebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola
seksual. Gejala dari kanker stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kecemasan tersebut biasa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancama status kesehatan dan mitor masyarakat
bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, 2005)

8
E. TANDA DAN GEJALA
1. Mioma Uteri
Gejala yang mungkin timbul:
a. Perdarahan abnormal, berupa hipermonera, menoragia, dan metroragia. Factor-faktor
yang menyebabkan perdarahan antara lain:
 Terjadinya hiperplasi endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosa
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut miomametrium.
b. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi.
c. Penekanan di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran kemih
(ureter), usus besar (rektum) tau orga rongga panggul lainnya sehingga menimbulkan
gangguan BAB dan BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan
ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).
d. Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal.
e. Gangguan sulit hamil (infertilitas) dapat disebabkan gangguan sumbatan pada saluran
telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi pada
endometrium, ataupun menyebabkan keguguran berulang.
f. Mioma uteri selam kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri berupa kelainan
letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta.
Sebaliknya kehamilan juga dapat merangsang pertumbuhan mioma uteri. Saat hamil,
mioma uteri cenderung membesar seiring dengan meningkatnya kadar hormone wanita
(estrogen) selama kehamilan. Pembesaran yang cepat ini memicu perubahan dari
mioma uteri (degenerasi) yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
2. Karsinoma Serviks
Tanda dan gejala kanker serviks:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
c. Perdarahan yang terjadi di luar senggama
d. Perdarahan spontan saat defekasi
e. Perdarahan diantara haid
f. Rasa berat di bawah dan rasa kering divagina
g. Anemia akibat pendarahan berulang
h. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

9
a. Awal
1. Perdarahan atau bercak pada vagina yang tidak dapat dijelaskan, sifatnya bisa
intermenstruasi atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi
pada stadium selanjutnya. Pada intra servikal perdarahan terjadi lambat. Biasanya
menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
2. Perdarahan pasca coitus
3. Keluar rabas-rabas vagina: berair, purulen atau mukoid
4. Paca coitus, perdarahan pasca-douch
5. Rabas vagina: berair, purulen atau mukoid
b. Stadium lanjut
1. Pada stadium lanjut perdarahan atau keputihan lebih banyak disertai sehingga
cairan yang keluar berbau.
2. Nyeri pelvis iritasi, fulpitis.
3. Gejala perkemihan, kebocoran urine atau feses dari vagina.
4. Anoreksi, penurunan berat badan.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Mioma Uteri
a. Anamnesia
Dari anamnesia dapat ditemukan:
-Timbul benjolan perut di bagian bawah dalam waktu relatif yang lama.
-Kadang-kadang disertai gangguan haid
-Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai atau pecah.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan abdomen
-uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
-terapa benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
-ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal.
2. Pemeriksaan Pelvis
- adanya dilatasi serviks
- uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan membentuk nodul.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose mioma uteri:
1. Ultra sonografi (USG)
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang
mendemostrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga
sangatlah tepat untuk memonitoring perkembangan mioma uteri, untuk

10
menentukan jenis tumor, lokasi mioma, kekebalan endometrium dan keadaan
adneksa dalam rongga pelvis.
2. Magnetic Resonance Imaging(MRI)
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi
alternative ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
3. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP)
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi
ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histerokopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk
pengobatan karena dapat diangkat.
5. Laparoskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk
menilai hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
7. Tes kehamilan
Tes hormon Chorionic gonadotropin,karena bisa membantu dalam mengevaluasi
suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena adanya
suatu mioma uteri yag dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai
kehamilan.

2. Karsinoma Serviks
Pemeriksaan penunjang:
a. Sitologi dengan cara tes PAP (PAP smear atau papanicolaous)
Sitologi adalah cara screening sel-sel serviks yang tampat sehat dan tanpa gejala untuk
kemudian di seleksi. Kanker hanya dapat diagnosis secara histologik.
Tes ini merupakan penapisa untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus) dan
prakanker serviks serta untuk pada mendeteksi perubahan neoplastik. Pulasan yang
abnormal ditindak lanjuti dengan biopsy untuk mendapatkan jaringan yang digunakan
untuk pemeriksaan sitologis.
Keuntungan murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Kolposkopi
Adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan permukaan leher rahim untuk
menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel rahim. Cara pemeriksaan kolposkopi
dengan memasukkan suatu cairan ke dalam vagina dan member warna saluran leher
rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung
sel-sel abnormal terwarnai. Kemudian melihat ke dalam saluran leher rahim melalui
sebuah alat kolposkop.

11
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat
disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya (pembesaran 6-40 kali). Kolpokopi menilai perubahan pola epitel dan vascular
serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolic yang terjadi
di jaringan serviks.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerha yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biobsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
c. Biopsy
Tusuk pada daerah yang terpisah atau biopsy kerucuk (pengambilan bagian jaringan
dengan bentuk kerucuk dari serviks yang hampir semuanya terbentuk dari daerah
perpindahan) seluruh persambungan skuamokolumnar.
Conbiopsi yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel
yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti
untuk memastikan adanya sel-sel yang perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
ahli kandungan.
d. Schillentes
Epitel korsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
e. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir, serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak
tampak kelainan-kelainan yang jelas.

G. PENATALAKSANAAN
1. Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor dan terbagi
atas:
a. Penanganan bila besar tumor <rahim gravid 12 minggu
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan bila besar tumor >rahim gravid 12 minggu
1. Dengan atau tanpa keluhan/komplikasi
Dilakukan tindakan operatif.

12
2. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause, hal ini umum dilakukan bila terdapat kontraindikasi untuk
tindakan operasi.
c. Penanganan operatif
1. Miomektomi
Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Operasi ini dilakukan
untuk wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin
dilakukan histerektomi.
2. Histerektomi
Tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal)
tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri
(Prawirohardjo,2001).

2. Karsinoma Serviks
Penatalaksanaan karsinoma Serviks;
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada risiko medis
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks
Komplikasi irridiasi:
1. Kerentanan kandung kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginalis
b. Operasi
1. Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II.
2. Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
c. Kombinasi
1. Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran san sering menyebabkan fistula, di samping itu juga menambah
penyebaran ke system limfe dan peredaran darah.
2. Cytostatika
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10
minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

13
H. PATHWAY
1. Mioma Uteri

14
2. Karsinoma Serviks

15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN (DATA FOKUS)


 Mioma Uteri
1. Indentitas
a. Indentitas Klien
Identitas yang perlu dikaji pada klien dengan mioma uteri adalah nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnose medis, status marital
dan alamat.
Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35
tahun ke atas. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan mioma uteri adalah timbul benjolan
diperut bagian bawah dalam waktu relative lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan mioma uteri adalah timbul benjolan
diperut bagian bawah dalam waktu relative lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid.
Keluhan yang timbul pada hampir setiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung
24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah: lokasi nyeri, intensitas
nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah pernah mengalami operasi
sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obat-obatan, hipertensi, penyakit system
pernafasan, diabetes mellitus.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikahi dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus, hipertensi,jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
6. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetric pada klien dengan mioma uteri yang perlu diketahui
adalah:
a. Keadaan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan

16
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormone estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya organ kewanitaan.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi
Respirasi bisa meningkat atau menurun.
b. Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kebanyakan klien merasa tidak nafsu makan.
Pada klien dengan post operasi pengangkatan mioma uteri fungsi gastrointestinal
biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek
narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan
untuk menghilangkan gas dalam usus.
c. Eliminasi
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya
baik biasanya kencing setelah 6 samapai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah output
urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh pada operasi, muntah akibat anestesi.
Klien dengan mioma uteri dapat mengalami konstipasi akibat penekanan rectum oleh
mioma uteri. Pada klien dengan post operasi fungsi gastrointertinal biasanya pulih
dalam 24-74 jam setelah pembedahan.
d. Istirahat/tidur
Klien biasanya megalami gangguan dalam istirahat/tidurnya karena nyeri dan
ketidaknyamanan yang dirasakannya.
e. Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan mioma uteri biasanya tidak mengalami gangguan dalam hal
temperature tubuh, suhu tubuh 37®C.
f. Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri, dimana
kebutuhan personal hygiene klien dengan mioma uteri tidak mengalami gangguan.
Sedangkan pada klien post operasi dibantu oleh keluarganya.
g. Aktivitas
Pada klien dengan mioma uteri aktivitasnya tidak terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari-
hari mampu dilakukan maksimal karena keadaannya yang semakin lemah. Sedangkan
pada klien post operasi mioma klien mengalami keterbatasan aktivitas.
h. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akibat adanya trauma
pembedahan.
i. Kebutuhan berpakaian

17
Klien dengan mioma uteri mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
berpakaian tersebut. Sedangkan pada klien post operasi mioma klien mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan berpakaian.
j. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya dan lingkungan.
k. Sosialisasi
Bagaimana klin mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan
emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat perpengaruh terhadap emosional klien
dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambing
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
l. Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran agamanya
ataukah terhambat karena keadaan yang sedang dialami.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Lien dengan infeksi post partum biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain
dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau mmuaskan rasa ingin tahu yang
mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan mioma uteri adalah:
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien biasanya lemah
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis, sedangkan kesadaran klien dengan post
operasi mioma biasanya somnolen sampai composmentis.
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
1. Suhu: normal 37®C
2. Nadi: meningkat (>90 x/menit)
3. Pernafasan: normal/meningkat (>20x/menit)
4. Tekanan darah: normal/meningkat 120/80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala dan rambut
Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau
berketombe, rambut tambak lusuh atau kusut, ada laserasi atau luka.
2. Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit pucat atau tidak, bentuk wajah oral atau tidak.

18
3. Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, knjungtiva anemis atau tidak, bentuk
mata simetris atau tidak.
4. Hidung
Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihannya.
5. Telinga
Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran, kelainan anatomi pada
telinga.
6. Mulut, bibir dan faring
Bentuk bibir simetris atau tidak, kelembaban, kebersihan mulut, ada tidaknya
pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.
7. Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi ada tidaknya peradangan pada gusi
atau carises gigi, karang gigi.
8. Leher
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
9. Integument
Meliputi warna kulit pucar atau tidak, kebersihan turgor, tekstur kulit.
10. Thorax
Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronci, ada tidaknya kolostrum, apakah
putting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor atau tidak.
11. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, bagaimana
dengan bising usus, apakah ada nyeri tekan atau tidak.
12. Genetalia
Dikaji kebersihannya, adakah pengeluaran darah di luar siklus menstruasi.
13. Ekstremitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak ada tidaknya odema.
14. Ekstremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya odema, sianosis, bagaimana pergerakannya, reflex
patella.

 Karsinoma Serviks
1. Indentitas
a. Indentitas Klien
Identitas yang perlu dikaji pada klien dengan mioma uteri adalah nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnose medis,
status marital dan alamat.
Kista ovarium biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada
usia 35 tahun ke atas.
b. Identitas penanggung jawab

19
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan kanker serviks adalah klien biasanya
mengeluh keputihan yang makin banyak dan berbau busuk.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang dirasakan klien dengan kanker serviks adalah klien biasanya
mengeluh keputihan yang makin lama makin banyak dan berbau busuk. Pada saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan adanya perdarahan pasca coitus, keluar rabas-
rabas vagina: barair dan purulen.
4. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti mellitus,
hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
6. Riwayat obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan kanker serviks yang perlu
dilakukan adalah:
a. Keadaan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak
pernah ditemukan sbelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid
adalah salah satu tand gejala kanker leher rahim.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya organ kewanitaan.
7. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi
Respirasi bisa meningkatkan atau menurunkan
b. Nutrisi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Pada klien dengan kanker serviks yang sudah mengalami pengobatan irradiasi dan
cemoterapi biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya dikarenakan adanya mual muntah, penurunan nafsu makan dan adanya
stomatitis.
c. Eliminasi
Klien dengan kanker serviks tidak mengalami perubahan BAK dan BAB, kecuali bila
kanker serviks sudah pada stadium lanjut.
d. Istirahat/tdur

20
Klien biasanya mengalami gangguan dalam istirahat/tidurnya karena
ktidaknyamanan yang dirasakannya.
e. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan kanker serviks biasanya tidak mengalami gangguan dalam hal
temperature tubuh, suhu tubuh 37®C. tidak ada perubahan pada denyut jantung
maupun tekanan darah, kecuali bila kanker serviks sudah pada stadium lanjut.
f. Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri, dimana
kebutuhan personal hygiene klien dengan kanker serviks tidak mengalami
gangguan. Sedangkan pada klien post operasi ataupun pengobatan kemoterapi dan
iradasi pemenuhan kebersihan diri dibantu oleh keluarganya.
g. Aktivitas
Pada klien dengan kanker serviks aktivitasnya terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari-
hari tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaannya yang semakin lemah.
h. Gerak dan kseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena adanya perdarahan pervagina.
i. Kebutuhan berpakaian
Klien dengan kanker serviks tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut. Sedangkan pada klien post operasi ataupun
pengobatan dengan kemoterapi atau irradiasi klien mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan berpakaian.
j. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.
k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan
emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini. Factor stress (pekerjaan, keuangan,
perubahan peran) cara mengatasi stress (keyakinan, merokok, minum alcohol dan
lain-lain).
l. Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran
agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang di alami.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan kanker serviks biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain
dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan klien biasanya lemah

21
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis, sedangkan kesadaran klien dengan post
operasi pengangkatan kista biasanya somnolen sampai composmentis.
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
1. Suhu: normal 37®C
2. Nadi: meningkat (>90 x/menit)
3. Pernafasan: normal/meningkat (>20x/menit)
4. Tekanan darah: normal/meningkat 120/80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala dan rambut
Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau
berketombe, rambut tambak lusuh atau kusut, ada laserasi atau luka.
2. Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak, bentuk wajah
apakah lonjong atau oral.
3. Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, knjungtiva anemis atau tidak,
bentuk mata simetris atau tidak. Biasanya pada klien dengan kista ovarium
konjungtiva anemis dan sclera ikterik.
4. Hidung
Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihannya.
5. Telinga
Kebersihan atau tidaknya kelainan ungsi pendengaran, kelainan anatomi pada
telinga.
6. Mulut, bibir, dan faring
Bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembapan, kebersihan mulut, ada
tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.
7. Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan pada
gusi atau caries gigi, karang gigi.
8. Leher
Yang perlu dikaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau adanya distensi
vena jugularis.
9. Integument
Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor, tekstur kulit.
10. Thorax
Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronchi, ada tidaknya kolostrum,
apakah putting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor atau tidak.
11. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat,
bagaimana dengan bising usus, apakah ada nyeri tekan.

22
Teraba massa, ukuran dan konsisten massa, nyeri tekan, perabaan hepar, ginjal
dan hati.
Sel-sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada saraf-saraf di
seikitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah
tersebut.
12. Panggul
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnormalitas pada organ-organ daerah panggul.
13. Genetalia
Dikaji kebersihannya, adakah pengeluaran darah diluar siklus mestruasi. Pada
klien dengan kanker serviks terdapat adanya perdarahan atau bercak pada
vagina yang tidak dapat dijelaskan, sifatnya. Keluar rabas-rabas vagina: berair,
purulen atau mukoid.
14. Ekstremitas atas
Ekstremitasannya, ujung-ujung jari sianosis atau idak ada tidaknya oedema.
15. Ekstremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, sianosis, bagaimana pergerakannya
reflex patella.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mioma Uteri
No Dx. Keperawatan Tujuan (NIC) Intervensi (NOC)
PRE OPERASI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri:
berhubungan keperawatan 3x24 jam - kaji secara komprehensif tentang
dengan nekrosis diharapkan klien dapat: nyeri, meliputi: lokasi,
atau trauma 1.Mengontrol nyeri karakteristik, onset, durasi,
jaringan dan 2.Menunjukkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
reflex spasme nyeri dan factor presipitasi.
otot sekunder - Observasi isyarat-isyarat non
ditandai dengan verbal dari ketidaknyamanan,
nyeri pada perut khususnya dalam
bagian bawah ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif.
- Gunakan komunikasi terapeutik
agar klien dapat mengekspresikan
nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi
(relaksasi, terapi music, distraksi,
massase)
- Monitor kenyamanan klien
terhadap managemen nyeri
- Libarka keluarga untuk
mengurangi nyeri

23
Pemberian Analgesik:
- Berikan obat dengan prinsip 5
benar
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih anagesik secara tepat
- Berikan analgesic yang tepat
waktu terutama saat nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analgesic, efek
samping.
2. Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok:
hipovolemik keerawatan 3x24 jam - monitor adanya ketakutan,
berhubungan dihaapkan: peningkatan status kecemasan
dengan 1. tanda-tanda vital dalam dan status mental.
perdarahan batas normal - Monitot TTV dan status respirasi.
2. turgor kulit baik - Monitor intake dann output.
3. tidak ada sianosis - Tempatkan klien pada posisi
4. suhu kulit hangat supine untuk meningkatkan
5. tidak ada diaphoresis preload sesuai kebutuhan.
6. membrane mukosa - Pertahankan kepatenan jalan
kemerahan nafas
- Ajarkan klien/keluarga factor
presipitasi dan syok.
- Ajarkan keluarga tanda dan
gejala syok
- Ajarkan keluarga tindakan yang
dapat dilakukan jika syok datang
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan perawatan Pengendalian Infeksi dan
berhubungan 3x4 Jm diharapkan klien dapat perlindungan terhadap infeksi:
dengan meningkatkan pertahanan - Pantau tanda/gejala infeksi
perdarahan tubuh dengan criteria: - Kaji factor yang dapt
1. Klien tidak meningkatkan serangan infeksi
menunjukkan tanda- - Pantau personal hygiene untuk
tanda infeksi perlindungan terhadap infeksi
2. Pemeriksaan TTV - Monitor tanda dan gejala infeksi
normal sistemik.
3. Cairan ketuban tidak - Ajarkan klien dan keluarga
berbau busuk tentang tanda-tanda dan gejala
dari infeksi dan bagaimana
mencegahnya.
- Ganti peralatan klien setiap
selesai tindakan.
- Pertahankan teknik aseptic
INTRA OPERASI
4. Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemik:
hipovolemik keperawatan diharapkan tidak - Kaji adanya perdarahan
berhubungan terjadi syok dengan criteria: - Kaji warna kulit dan tanda-
dengan 1. Tanda-tanda vital tanda vital
perdarahan dalam batas normal - Pertahankan pemberian cairan

24
intrauteri 2. Turgor kulit normal secara vena
3. Tidak ada sianosis - Kelola pemberian transfuse
4. Suhu kulit hangat - Monitor reaksi transfuse sesuai
5. Membrane mukosa kebutuhan
kemerahan - Atur posisi klien trendelenburg
6. Tidak ada diaporesis jika klien hipotensi sesuai
kebutuhan
- Monitor tanda dan gejala
overhidrasi
POST OPERASI
5. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri:
berhubungan keperawatan 3x24 jam - kaji secara komprehensif
dengan diharapkan klien dapat : tentang nyeri
terputusnya 1. Mengontrol nyeri - observasi isyarat non verbal
jaringan saraf - Mengetahui dari ketidaknyamanan
pada daerah penyebaba - gunakan komunikasi terapeutik
luka bekas nyeri agar klien dapat
operasi ditandai - Mampu mengekspresikan nyeri
dengan nyeri menggunakan - ajarkan teknik nafas dalam
perut bekas teknik non - evaluasi tentang keefektifan
operasi farmakologi dari tindakan mengontrol nyeri
untuk yang telah digunakan
mengurangi - berikan dukungan kepada klien
dan dan keluarga
pencegahan - monitor kenyamanan klien
nyeri. terhadap managemen nyeri
- Dapat pemberian analgesik:
melaporkan - tentukan lokasi nyeri,
nyeri berkurang karakteristik, kualitas dan
2. Menunjukkan tingkat keparahan sebelum
nyeri pengobatan
- Melaporkan - berikan obat dengan prinsip 5
nyeri dan benar
pengaruhnya - cek riwayat alergi penyakit
pada tubuh - pilih analgesic secara tepat
- mampu - evaluasi fektivitas analgesic,
mengenal tanda dan gejala
skala,
intensitas,
frekuensi dan
lamanya
episode nyeri
- klien
mengatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
- tanda-tanda

25
vital dalam
batas normal
- ekspresi wajah
tenang
6. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan, Ambulasi:
mobilisasi fisik keperawatan 3x24 jam - kaji kemampuan klien dalam
berhubungan diharapkan: melakukan mobilisasi
dengan nyeri 1. klien melaporkan - observasi penyebab gangguan
luka bekas aktivitas fisik mobilisasi yang dialami klien
operasi ditandai meningkat - monitor dan catat kemampuan
dengan sulit 2. klien melaporkan klien dalam mentoleransi
bergerak, lemah. peningkatan kekuatan aktivitas dan penggunaan
dan kemampuan dalam keempat ekstremitasnya
bergerak - jika memungkinkan observasi
tindakan yang dilakukan untuk
nyerinya sebelum beraktivitas
- ajarkan latihan ROM secara
pasif/aktif sesuai kondisi klien

2. Karsinoma Serviks

No Dx. Keperawatan dan Tujuan Intervensi


tujuan
PRE OPERASI
1. Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri:
berhubungan dengan tindakan keperawatan - kaji secara komprehensif tentang
penekanan sel kanker 3x24 jam diharapkan nyeri, meliputi: lokasi,
pada saraf dan kematian klien dapat: karakteristik, onset, durasi,
sel ditandai dengan klien 1. mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
mengatakan nyeri pada - klien dapat nyeri dan factor presipitasi.
daerah panggul, ekspresi mengetahui - Observasi isyarat-isyarat non
wajah meringis kesakitan. penyebab nyeri, verbal dari ketidaknyamanan,
onset nyeri. khususnya dalam
- Klien mampu ketidakmampuan untuk
menggunakan komunikasi secara efektif.
teknik non - Gunakan komunikasi terapeutik
farmakologi agar klien dapat
untuk mengekspresikan nyeri
mengurangi - Ajarkan teknik non farmakologi
nyeri. (relaksasi, terapi music, distraksi,
- Klien mampu massase)
mengenal tanda- - Monitor kenyamanan klien
tanda pencetus terhadap managemen nyeri
nyeri untuk - Libarka keluarga untuk
mencari mengurangi nyeri
pertolongan. Pemberian Analgesik:
- Klien melaporkan - Berikan obat dengan prinsip 5

26
bahwa nyeri benar
berkurang dengan - Cek riwayat alergi obat
managemen nyeri. - Pilih anagesik secara tepat
2. menunjukkan - Berikan analgesic yang tepat
tingkat nyeri: waktu terutama saat nyeri hebat.
- klien melaporkan - Evaluasi efektivitas analgesic, efek
nyeri dan samping.
pengaruhnya
terhadap tubuh
- klien mampu
mengenal skala,
intensitas,
frekuensi dan
lamanya episode
nyeri.
- Klien mengatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
- Tanda-tanda vital
dalam batas
normal.
- Ekspresi wajah
tenang.

2. Risiko syok hipovolemik Setelah dilakukan Shock Prevention:


berhubungan dengan tindakan keperawatan - Monitor status sirkulasi
perdarahan diharapkan tidak - Monitor tanda-tanda vital
terjadi syok dengan - Tempatkan klien pada posisi
criteria: supine dengan kaki lebih
- Tanda-tanda vital tinggi untuk meningkatkan
dalam batas preload sesuai kebutuhan
normal - Ajarkan klien/keluarga factor
- Turgor kulitnormal presipitasi dari syok
- Tidak ada sianosis - Ajarkan keluarga tanda dan
- Suhu kulit hangat gejala syok
- Membrane - Ajarkan keluarga tindakna
mukosa yang dapat dilakukan jika
kemerahan syok datang.
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pengendalian infeksi:
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Pantau tanda dan gejala
pengeluaran pervaginam selama 3x24 jam infeksinya
(darah,keputihan) diharapkan klien - Kaji factor yang
dapat: meningkatkan serangan
- Klien dapat infeksi
menunjukkan - Pantau personal hygien untuk
tanda-tanda perlindungan terhadap infeksi
infeksi - Monitor sel darah putih

27
- Suhu tubuh - Ajarkan klien dan keluarga
normal bagaimana mencegah infeksi
- Frekuensi nafas - Ganti peralatan klien setiap
normal sekali tindakan
- Tekanan darah - Tingkatkan asupan nutrisi dan
normal cairan
- Tidak keluar - Pertahankan teknik aseptic
rabas vagina yang - Batasi jumlah pengunjung
purulen

28
BAB IV
PENUTUP

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous(fibromioma uteri, leiomioma,uteri atau uterine fibroid).
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita usia produktif. Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan pertumbuhan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan
gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks

29
SUMBER PUSTAKA

Kumalasari, Intan.2015. perawatan anternal internal, postnatal bayi baru lahir dan
kontrasepsi.jakarta:Salemba Medika
Aspiani, Reni Yuli.2017. buku ajar asuhan keperawatan maternitas aplikasi nanda, nic dan noc.
Jakarta: cv.trans info media
Bobak, 2004. Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC
Farrer, H.2001.perawatan mateernitas. Jakarta: EGC
Hadijono, soerjo.2008. ilmu kebidanan. Jakarta: bina pusaka

30

Anda mungkin juga menyukai