Anda di halaman 1dari 4

DEFISIENSI GIZI

Gizi adalah suatu suatu proses organisme yang menggunakan makananyang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, dan
tranfortasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankankehidupan dan fungsi normal dari organ-organ
sertamenghasilkan energy (supariasa, 2001).

Status gizi merupakan keadaan atau kondisi tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan dari penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan menjadi status gizi
buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006). Pengertian lain status
gizi menurut Supariasa (2004) yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Menurut Waryana (2010) status gizi adalah keadaan

keseimbangan dalam variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Gibson (1990) dalam Waryana (2010) menyatakan status gizi
adalah keadaan tubuh yang merupanan hasil akhir dari keseimbangan antara zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya.
Menurut Moehji, S (2003) gizi kurang adalah kekurangan bahan- bahan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Faktor yang mempengaruhi gizi kurang berdasarkan pendapat Soekirman dalam


Materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional (Departemen Kesehatan RI, 2000) dalam
Waryana (2010), penyebab kurang gizi
adalah :
1. Penyebab langsung
Penyebab langsung timbulnya masalah gizi yaitu makanan yang dikonsumsi anak
dan penyakit infeksi anak. Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang
kurang tetapi juga karena
penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang
diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang
makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,
sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah
terkena gizi kurang. Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang
kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
2. Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan
pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi
lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor
yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta
makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan
sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin
kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.
Faktor langsung maupuan tidak langsung sangat terkait dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan maka akan semakin tinggi ketahanan pangan
keluarga. Makin baik pola pengasuhan anak makin baik memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada. Ketahanan pangan juga terkait dengan ketersediaan pangan,
harga pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
(Waryana, 2010).

Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2010), menganalisis bahwa faktor
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama :

a. Faktor-faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi perubahan perilaku yang
menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap suatu perilaku. Faktor ini
meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi
perilaku individu atau organisasi termasuk tindakan/ ketrampilan.. Faktor ini meliputi
ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan
komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan
kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Faktor ini memberikan penghargaan/ insentif untuk ketekunan atau
pengulangan perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas
kesehatan, guru, keluarga dan sebagainya.

Penyakit Kronis
2.1.1 Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang
yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis
(Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-
hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).
2.1.2 Etiologi Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi,
dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat
permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan
organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis
dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh
negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah
mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius
lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat
kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang
berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit
kronis (Smeltzer & Bare, 2010).

2.1.3 Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut.
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor
genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit
kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan
pemeriksaan diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak
dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam
jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam
batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam
mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penur
2.1.4 Kategori Penyakit Kronis
Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu
seperti di bawah ini.
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan
individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit
dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko
penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan
penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

2.1.5 Tanda dan Gejala


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan
fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna
(Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam
yang berlangsung lama, sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare
berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan warna kulit abnormal (Heru,
2007).
2.1.6 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan
penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009).
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis
besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan
kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada
orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan
sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi
dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan
untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya
pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ
yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
2.1.7 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri
dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan
sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam
beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan
teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis
(Smeltzer & Bare, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/78b8ae893e64b1ef02093820eb4d429
7.pdf

https://www.scribd.com/document/332754478/Defisiensi-Gizi

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-srilestari-7541-3-babii.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-heripraset-7275-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai