Anda di halaman 1dari 8

1.

1 pengertian translasi atau deviasi program kebijakan kesehatan

Kebijakan adalah rangkaian asas dan konsep yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kpemimpinan dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintah, organisasi dan kelompok
sektor swasta , serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum.
Jika hukum dapat memaksa atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum
yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

Program merupakan suatu kegiatan yang multidiplin, yang berorientasi


pada tujuan, yang dirancang oleh berbagai macam tugas, dengan hasil yang telah
ditentukan, untuk dicapai pada kurun waktu tertentu, dan dengan keterbatasan
sumber daya yang ada.

Dalam kehidupan masyarakat muncul dan berkembang suatu karakteristik,


nilai dan norma yang diyakini dan dianut oleh masyarakat tersebut yang mengatur
dan membatasi perilaku individu. Namun tidak jarang dalam kehidupan
masyarakat tersebut terjadilah penyimpangan dan perbedaan dalam berperilaku.
Kartini Kartono (2007:11) mengartikan deviasi atau penyimpangan merupakan
tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik
rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi. Dalam Kamus Besar Indonesia,
perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan atau tanggapan
seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan
hukum yang ada di dalam masyarakat.

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama


penyimpangan sosial hakikatnya merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
(agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada
makhluk sosial. Sejalan dengan pendapat di atas Hendropuspito (1989)
mengartikan deviasi ialah suatu tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau
kelompok di luar, melawan kaidah sosial yang berlaku di masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa deviasi atau
perilaku menyimpang adalah perilaku yang dilakukan individu yang
bertentangan/menyimpang dari ciri karakteristik masyarakat kebanyakan dan
norma/nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Sebagai contoh
deviasi/perilaku menyimpang adalah perkawinan di bawah umur,
homoseksualitas, alkoholisme kronis, anak usia 7 tahun yang tidak bersekolah dan
lain sebagainya.

Aspek-Aspek Tingkah Laku yang Menyimpang

Aspek lahiriah, bisa diamati dengan jelas. Aspek ini dibagi dalam dua
kelompok, yaitu :

Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk : kata-kata makian, slang (logat, bahasa
populer), kata-kata kotor yang tidak senonoh dan cabul, sumpah serapah, dialek-
dialek dalam dunia politik dan dunia kriminal, ungkapan-ungkapan sandi dan lain-
lain. Misalnya, penamaan “babi” untuk pegawai negeri atau pemerintahan “singa”
untuk tentara “serigala”, untuk polisi “kelinci”, untuk orang-orang yang bisa
dijadikan mangsa (dirampok atau dicopet, digarong) dan seterusnya.

Deviasi lahiriah yang non verbal : semua tingkah laku yang non verbal
yang nyata kelihatan. Aspek-aspek simbolik yang tersembunyi. Mencakup sikap-
sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen dan motivasi-motivasi yang
mengembangkan tingkah laku menyimpang. Berupa mens rea (pikiran yang
paling dalam dan tersembunyi) atau berupa iktikad kriminal dibalik semua aksi-
aksi kejahatan dan tingkah laku menyimpang. Hendaknya selalu diingat, bahwa
sebagian besar dari tingkah laku penyimpangan (ex : kejahatan, pelacuran,
kecanduan narkoba dan lain-lain) itu tersamar dan tersembunyi sifatnya, tidak
kentara atau bahkan tidak bisa diamati.

Macam-Macam Deviasi dan Lingkungannya

Deviasi/penyimpangan tingkah laku itu sifatnya bisa tunggal, misalnya


hanya kriminal saja dan tidak alkoholik atau mencandu bahan-bahan narkotik.
Namun juga bisa jamak sifatnya, misalnya seorang wanita tunasusila sekaligus
juga kriminal. Deviasi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu :

- Individu-individu dengan tingkah laku bermasalah yang merugikan bagi


orang lain, akan tetapi tidak merugikan diri sendiri.

- Individu-individu dengan tingkah laku menyimpang yang menjadi


masalah bagi diri sendiri, tetapi tidak untuk orang lain.

- Individu-individu dengan deviasi tingkah laku yang menjadi masalah bagi


diri sendiri dan bagi orang lain.

- Deviasi tingkah laku selalu berlangsung dalam satu konteks sosio kultural
dan antar personal. Sehubungan dengan lingkungan sosio kultural ini,
deviasi tingkah laku dapat dibagi menjadi :

Deviasi Individual. Beberapa deviasi ditimbulkan oleh ciri-ciri yang unik dari
individu yang berasal dari anomali-anomali, variasi-variasi biologis dan kelainan-
kelainan psikis tertentu yang sifatnya ada sejak lahir. Kelainan ciri juga
disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan. Devisasi jenis ini sifatnya simptomatik
yaitu disebabkan oleh konflik-konflik intra psikis yang kronis dan sangat dalam
atau berasal dari konflik-konflik yang ditimbulkan oleh identifikasi-identifikasi
yang kontroversal bertentangan satu sama lain. Individu yang termasuk deviasi
individual misalnya : anak-anak luar biasa, fanatisi, idiot savant dan individu-
individu psikotis.

Deviasi Situasional. Deviasi jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-


macam kekuatan situasional/sosial di luar individu atau oleh pengaruh situasi,
dimana pribadi yang bersangkutan menjadi bagian integral dari dirinya. Situasi
dan kondisi sosial atau sosio kultural yang selalu berulang-ulang dan terus-
menerus akan mengkondisionisasi dan memperkuat deviasi-deviasi sehingga
kumulatif sifatnya. Deviasi sosial yang kumulatif itu merupakan produk dari
konflik cultural yaitu produk dari periode-periode dengan banyak konflik cultural.
Konflik budaya atau cultural ini dapat diartikan sebagai :
- Konflik antara individu dengan masyarakat.

- Konflik antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari atau lebih kelompok-


kelompok sosial.

- Konflik-konflik introjeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang


hidup dalam lingkungan sosial penuh dengan nilai dan norma-norma yang
bertentangan.

Apabila tingkah laku menyimpang ini berlangsung secara meluas dalam


masyarakat, maka dapat menyebabkan deviasi situasional kumulatif. Berikut
beberapa contoh deviasi situasional :

- Kebudayaan korupsi.

- Pemberontakan anak remaja.

- Adolescent revolt.

Deviasi Sistematik. Deviasi sistematik pada hakikatnya adalah satu subkultur


atau satu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal,
peranan-peranan, nilai-nilai, rasa kebanggaan, norma dan moral tertentu yang
semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang
menyimpang dari norma umum, kemudian dirasionalisasi atau dibenarkan oleh
semua anggota kelompok dengan pola yang menyimpang itu. Sehingga
penyimpangan tingkah laku deviasi-deviasi itu berubah menjadi deviasi yang
terorganisasi atau deviasi sitematik. Pada umumnya, kelompok-kelompok deviasi
itu mempunyai peraturan-peraturan yang sangat ketat, sangsi dan hukum-hukum
yang sangat berat yang diperlukan untuk bisa menegakkan konformitas dan
kepatuhan anggota-anggotanya. Kelompok-kelompok deviasi itu pada umumnya
memiliki pola organisasi yang unik, kode-kode etik, norma-norma dan kebiasaan-
kebiasaan yang aneh untuk menegakkan gengsi dan status sosialnya. Biasanya
organisasi-organisasi demikian merupakan pecahan organisasi induknya, yang
kemudian menyimpang dari pola aslinya, karena alasan-alasan menolak kebekuan
dalam organisasi induknya. Proses perpecahan atau pembelahan semacam ini
tidak hanya berlangsung pada organisasi-organisasi saja, akan tetapi juga
berlangsung disegenap lapisan masyarakat. Penyebab deviasi sistematik, yaitu :

- Kesulitan untuk berkomunikasi.

- Tidak adanya urgensi serta kurangnya motivasi untuk mengorganisasi diri.

Selain macam deviasi di atas, terdapat macam deviasi yang lain berdasarkan
sifatnya, yaitu :

Deviasi Postif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif


terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif dan
memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima
masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita
dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.

Deviasi Negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial


yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bentuk
penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut :

- Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah


penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer
dan tidak berulang-ulang.

- Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder


adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang
terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk

1.2 program kesehatan JKN/BPJS dan KB

1.2.1 Keluarga Berencana (KB)

KB adalah program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan


mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara. Program KB juga secara
khusus dirancang demi menciptakan kemajuan, kestabilan dan kesejahteraan
ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia
diatur dalam UU NO 10 Tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh badan
kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN).

Wujud dari program keluarga berencana adalah pemakaian alat kontrasepsi untuk
menunda/mencegah kehamilan. Berikut alat kontrasepsi yang paling sering
digunakan :

1. Kondom
2. Pil KB
3. IUD
4. Suntik
5. KB implan/susuk
6. Vasektomi dan tubektomi (KB permanen)

Program KB terbukti turunkan angka kelahiran di Indonesia

Mencatut berbagai sumber, data survei demografi dan kesehatan


Indonesia (SDKI) terbaru dari BKKBN menyebutkan tren angka kelahiran total
( TFR/ Total Fertility Rate) di Indonesia nyatanya memang mengalami penurunan
sejak tahun 1991. Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat mencapai
3%. Catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di Indonesia berhasil
diturunkan dari 2,6 anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4 anak per wanita pada
2017.

Penurunan tren ini sejalan beririnan dengansemakin meningkatnya jumlah


pemakaian alat kontrsepsi (alat KB) dari 62% pada tahun 2012 menjadi 66%
hingga 2017 silam. Namun, meski angka total kelahiran dinyatakan menurun,
angka tersebut diakui oleh KBBN belum mencapai sasaran renstra (rencana
strategis) yang bertujuan untuk menurunkan TFR hingga 2,28 anak per
wnita.itulah kenapa pemerintah berencana untuk kembali melanjutkan kampanye
program keluarga berencana dan mencapai target tersebut pada akhir 2019.

Manfaat Keluarga Berencana

- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan


- Mengurangi resiko aborsi
- Menurunkan angka kematian ibu
- Mengurangi angka kematian bayi
- Membantu mencegah HIV/AIDS
- Menjaga kesehatan mental keluarga

1.2.2 jaminan kesehatan nasional (JKN)/Badan Penyelenggaraan Sosial


Kesehatan)

Jaminan kesehatan nasional adalah program jaminan sosial yang


diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
equitas dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Prinsip asuransi soosial meliputi : 1) kegotongroyongan antara yang kaya


dan miskin yang sehat dan sakit yang tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan
rendah, 2) kepesertaan yang bersifat wajib dan bersifat selektif, 3) iuran
berdasarkan presentase upah/penghasilan., 4) bersifat nirlaba. Prinsip ekuitas yaitu
kesamaan dalam meperolah pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang
tidak berkaitan dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.

BPJS Kesehatan (badan penyelenggaraan sosial kesehatan) merupakan


penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan yang merupakan salah
satu dari lima program sistem jaminan sosial nasional (SJSN), yaitu jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hri tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian sebagaimana teercantum dalam Undang-undang nomor 40
tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.

Bpjs kesehatan juga menjalankan fungsi pemerintahan (governing


function) di bidang pelayanan umum (public services) yang sebelumnya sebagian
dijalankan oleh badan usaha milik negara dan sebagian lainnya oleh lembaga
pemerintahan. Gabungan antara kedua fungsi badan usaha dan fungsi
pemerintahan itulah, yang dewsa ini, tercermin dalam status BPJS kesehatan
sebagai badan hukum publik yang menjalankan fungsi pelayanan umum di bidang
penyelenggaraan jaminan sosial nasional.

DAPUS :

https://id.m.Wikipedia.org (18 april 2020)

ecodevzone.blogspot.com

hellosehat.com (risky candra swari dan dan dr.tania savitri; 03 maret 2019)

https://djsn.go.id
tambahan ltar belakang :

pemerintah merupkan pemimpin masyarakat yang tentu akan melakukan


upaya-upaya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Termasuk dengan
membentuk program, salah satunya yaitu dalam bidang kesehatan. Namun, seperti
yang kita ketahui bahwa tidak ada hal yang hasilnya sempurna dan tetu ada saja
masalah dan kendala serta pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi dalam
sebuah kebijakan. Dalam kebijakan program kesehatan, kerap kali terjadi
pelanggaran dan penyimpangan baik itu oleh masyarakat maupun oleh pelaksana
program atau tenaga pelayanan dalam program tersebut.

Dalam sebuah kebijakan, tidak kan lepas dari translasi atau deviasi. Entah
itu kehendak sendiri atau orang lain, untuk keuntungan sendiri atau kelompok dan
hal-hal lain yang mendukung seseorang atau sekelompok orang melakukan
penyimpangan terhadap kebijakan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai