Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aliya Rafa Salsabila

NIM : 1204040012

Kelas : PMI/5A

Matkul : Patologi Sosial

Dosen : Drs. Wiryo Setiana M. Si

Resume Patologi Sosial

Pertemuan 6

A. Deviasi Sosial
Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari
tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dan kebiasaan atau adat masyarakat.
Yang jelas, deviasi tingkah laku itu tidak pernah berlangsung dalam isolasi; tidak
berlangsung sui generis (unik khas satu-satunya). Akan tetapi selalu berlangsung dalam
satu konteks kultural dan antar personal. Jadi, sifatnya bisa organismis atau juga bisa
pakis, interpersonal, antar personal dan kultural. Menurut Kartini Kartono, deviasi atau
penyimpangan merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-
ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan / populasi. Dalam Kamus Besar
Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan
hukum yang ada di dalam masyarakat. Secara umum, deviasi adalah suatu bentuk
penyimpangan dari peraturan, terutama bentuk perilaku yang menyimpang atau melawan
dari norma dan nilai sosial yang telah ditetapkan. Karena deviasi memiliki makna
penyimpangan, maka selalu dikonotasikan secara negatif sebagai suatu tindakan atau
perilaku yang dianggap salah dan tidak semestinya
Adapun deviasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.
a) Menurut Bruce j. Cohen. Deviasi adalah perilaku penyimpangan sosial
merupakan setiap perilaku negatif yang dihasilkan dari ketidak berhasilan
penyesuaian diri seseorang atau kelompok dengan kehendak masyarakat atau nilai
dan norma yang berlaku.
b) Menurut James W. Van Der Zanden. Deviasi adalah perilaku penyimpangan
sosial merupakan suatu perilaku atau tingkah laku yang oleh sebagian besar
anggota masyarakat dianggap sebagai perilaku yang tercela dan diluar batas
toleransi.
c) Menurut Paul B. Horton. Deviasi adalah penyimpangan sosial merupakan setiap
perilaku individu maupun kelompok yang dianggap atau dinyatakan melanggar
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
d) Menurut Hendropuspito (1989). Deviasi adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh perorangan atau kelompok di luar, melawan kaidah sosial yang berlaku di
masyarakat.

Deviasi tingkah laku dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

1. Deviasi Individual
Deviasi individual merupakan gejala personal, pribadi sebab ditimbulkan oleh
ciri-ciri yang khas unik dari individu itu sendiri. Deviasi ini berasal dari
penyimpangan hukum, kelainan-kelainan, variasi-variasi biologis dan kelainan
psikis tertentu, yang sifatnya ada sejak lahir. Ciri kelainan tingkah laku bisa juga
disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan. Jika tidak ada diferensiasi biologis, maka
deviasi-deviasi itu pasti disebabkan oleh pengaruh sosial dan kultural, yang
"membatasi" dan merusak kualitas-kualitas psiko-fisik individu.
Deviasi jenis ini sering kali sifatnya simptomatik (disebabkan oleh konflik-
konflik intrapsikis yang kronis dan sangat dalam), atau berasal dari konflik-konflik
yang ditimbulkan oleh identifikasi yang kontroversial satu sama lain. Konflik-
konflik semacam ini mengakibatkan keterbelahan pribadi. Pribadi-pribadi
sedemikian ini pada dasarnya sudah memiliki kecenderungan menyimpang, baik
secara biologis maupun psikis, yang kemudian diperhebat oleh rangsangan sosial,
dan rangsangan kultural dari lingkungan hidupnya.
2. Deviasi Situasional
Deviasi situasional disebabkan oleh pengaruh sosial di luar individu, atau
pengaruh situasi dimana pribadi yang bersangkutan menjadi bagian integral
daripadanya. Sistem tadi memberikan pengaruh yang memaksa, sehingga individu
tersebut terpaksa harus melanggar peraturan dan norma-norma umum atau hukum
formal. Maka, situasi sosial yang eksternal itu memberikan tekanan tekanan serta
paksaan-paksaan tertentu, dan mengalahkan faktor-faktor internal (pikiran,
pertimbangan akal, hati nurani), sehingga muncullah deviasi situasional tadi, maka
ruang dan waktu merupakan dimensi dimensi pokok dari situasi sosial, yang
memberikan pengaruh situasi sosial yang "menekan memaksa", dapat kita ketahui
apabila individu yang menyimpang itu dipindahkan ke dalam situasi sosial lain.
Namun kekhawatirannya adalah apabila situasi dan kondisi sosial atau sosio-
kultural yang selalu berulang-ulang dan terus menerus, akan mengkoordinir dan
memperkuat deviasi-deviasi, sehingga terjadi deviasi yang kumulatif (bertimbun,
bertumpuk) sifatnya. Deviasi kumulatif sedemikian itu bisa menjelma menjadi
"disorganisasi sosial" atau "disintegrasi-sosial". Adapun contoh dari deviasi
situasional ini seperti kebudayaan korupsi, pemberontakan/ perkelahian anak
remaja, penyimpangan seksual, peristiwa homoseksual.
3. Deviasi Sistematik
Deviasi sistematik ini pada hakikatnya adalah satu sub kultur atau satu sistem
tingkah laku menyimpang oleh organisasi-organisasi, baik formal maupun non-
formal seperti, organisasi pemerintahan, swasta, LSM dan seterusnya. Segala
pikiran dan perbuatan yang menyimpang dari norma umum, kemudian
dirasionalisasi atau dibenarkan oleh semua anggota kelompok dengan pola
menyimpang, sehingga penyimpangan tingkah lakunya berubah menjadi deviasi
yang terorganisir atau deviasi sistematik. Deviasi ini memiliki hukuman yang berat
atau ketat bagi yang melanggarnya. Deviasi ini dilakukan oleh kalangan-kalangan
yang profesional. Tingkah laku deviasi sistematik, yang dianggap sebagai masala
bisa juga berkembang dan menyebar di tanah air kita melalui difusi/penyebaran
kultural. Dengan kata lain, tingkah laku patologis dan organisasi sosiopatik yang
sistematis, yang aslinya berasal dari luar.

Ada juga penyebab dari deviasi ini. Menurut Ahmad Mubarok dalam bukunya Al-
Irsyad An-Nafsy atau Konseling Agama Teori dan Kasus, penyebab perilaku
menyimpang pada diri seseorang dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor bawaan adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Sedangkan faktor penyebab terjadinya penyimpangan atau deviasi secara umum,


yaitu sebagai berikut.

1. Gagal nya seseorang atau ketidak sanggupan seseorang dalam menyerap nilai
dan norma sosial serta kebudayaan yang berlaku dalam lingkungan
masyarakatnya, sehingga tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah.
2. Ketidak berhasilan dalam proses sosialisasi, baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat.
3. Adanya kesenjangan sosial yang menyebabkan munculnya perasaan iri
sehingga menimbulkan suatu tindak kriminal yang menyimpang dari norma
hukum masyarakat.
4. Kendornya nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat yang
mungkin disebabkan oleh perubahan sosial dan perkembangan zaman.
5. Proses belajar yang menyimpang juga dapat menyebabkan timbulnya suatu
perilaku penyimpangan sosial, karena mulai banyaknya contoh perilaku
menyimpang yang mudah dilihat maupun dibaca dan dipelajari.

Dalam permasalahan deviasi adapun contoh-contoh penyimpangannya seperti kenakalan


remaja, pernikahan sesama jenis, tindakan-tindakan kriminal.

B. Deviasi Primer
Deviasi primer atau biasa disebut dengan penyimpangan primer adalah penyimpangan
yang masih bisa diterima dan ditoleransi oleh masyarakat. penyimpangan primer adalah
penyimpangan yang bersifat sementara dan cenderung tidak terulang kembali. Individu
yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima secara sosial, karena hal yang
dilanggar tidak terlalu berat dan belum sering melakukan tindakan menyimpang.
Contohnya seperti melanggar lalu lintas, membolos sekolah, ngebut dijalanan.
C. Deviasi Sekunder
Deviasi sekunder atau penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang
dilakukan secara berulang-ulang dan hal yang dilanggar cenderung berat. Lalu,
masyarakat secara umum sangat tidak menginginkan adanya penyimpangan ini.
Contohnya seperti perjudian, penyalahgunaan narkotika, perampok, pembunhan,
pemabuk, dll
Adapun urutan peristiwa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan sekunder adalah:
1. Dimulai dengan deviasi primer dan kemunculan reaksi sosial, hukuman, dan sanksi.
2. Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer.
3. Timbul reaksi dan penolakan yang lebih luas dari masyarakat.
4. Timbul sikap bermusuhan dan dendam kebencian terhadap masyarakat yang
menghukum mereka.
5. Timbul pengambilan berbagai tindakan keras dari masyarakat.
6. Perlawanan dari masyarakat atas perilaku menyimpang tersebut, semakin menguatkan
keberadaan perilaku tersebut.
7. Pada akhirnya, masyarakat menerima perilaku menyimpang tersebut menjadi sebuah
status sosial.

Anda mungkin juga menyukai