Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aliya Rafa Salsabila

NIM : 1204040012

Kelas : PMI/ 5A

Matkul : Patologi Sosial

Dosen : Drs. Wiryo Setiana M, Si

Resume Patologi Sosial

Pertemuan 7

1. Pengertian Sanksi Sosial


Sanksi sosial adalah salah satu hukuman yang kerap diterima para pelanggar
norma di masyarakat dan atau diterima oleh para pelaku tindak pidana. Di masyarakat
modern, fenomena ini juga dikenal dengan "cancel culture", di mana hukuman berupa
penolakan publik atau pemboikotan dijatuhkan kepada seseorang yang kebanyakan
berasal dari kalangan figur publik, seperti selebritis atau tokoh politik. Sanksi langsung
yang dikenakan pada orang-orang yang dianggap mempunyai stigma sosiopatik yang
dikarenakan oleh masyarakat pada umumnya, ialah membatasi partisipasi sosial; yaitu
dihalang-halangi keikutsertaannya dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya dikucilkan dalam
masyarakat, atau bahkan diusir dan dikucilkan dari lingkungan sekitarnya. Sanksi sosial
adalah bentuk teguran kepada kalangan tertentu yang melakukan tindakan yang telah
menyimpang dari aturan yang ada. Hal ini dilakukan oleh masyarakat yang sudah lama
hidup bersama-sama serta memiliki pandangan yang sama. Sanksi akan senantiasa
diberikan agar seseorang memiliki efek jera atas hal-hal yang telah dilakukan.
Adapun pengertian sanksi sosial menurut para ahli antara lain sebagai berikut.
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sanksi sosial adalah tindakan berupa
hukuman yang memaksa seseorang untuk mengikuti segala jenis aturan untuk
mematuhi undang-undang yang berlaku.
2. Menurut Subekti dan Tjitroosoedibyo. Sanksi sosial adalah alat yang digunakan untuk
memaksa. Sanksi memaksa seseorang yang melanggar aturan harus ditegakkan.
Segala aturan yang berlaku berkaitan dengan norma hukum yang ada.
3. Menurut Duhaime’s Law Dictionary. Sanksi sosial berarti mempercayai atau
menyetujui tetapi dapat diartikan juga dengan menghukum. Apabila dilihat dari
hukum aktual maka hukuman berupa denda atau hukuman penjara.
4. C. T Simorangkir, Ruby T. Erwin dan AJ. T. Prasetyo. Sanksi sosial berasal dari
bahasa Belanda, yang memiliki arti sebuah alat yang memaksa untuk mematuhi
undang-undang yang berlaku dalam suatu negara.
2. Macam-macam sanksi sosial
1. Kafewambaki
Salah satu hukuman yg diberikan pada seseorang yg melaksanakan pelanggara.
Sanksi bukan ditempat yg terpisah dgn penduduk tetapi malah didepan masyarakat.
Orang yg ada disekitar membicarakan kejelakan di depan umum. Semua orang
mengenali kesalahan yg dilakukannya.
2. Dosambili kamokulano
Kita tahu kesalahan yg dikerjakan tak hanya disebabkan oleh orang tersebut
melainkan dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satu hal yg biasa disebut oleh
masyarakat tatkala seseorang melaksanakan kesalahan yakni orang tua akan disebut.
Tatkala banyak orang yg menyalahkan orang tua atas perbuatannya dibutuhkan
mampu menjadi sanksi sosial tesendiri.
3. Okatangri
Cara ini merupakan salah satu cara yg baik untuk dilaksanakan. Masyarakat tak
menghakimi tetapu menawarkan nasehat dgn aneka macam pandangan. Nasehat
tersebut dibutuhkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.
4. Adapun contoh dari sanksi sosial tersebut ialah:
1. Membersihkan selokan. Salah satu eksekusi yg diberikan ialah membersihkan
lingkungan sekitar. Hukuman ini biasa diberikan pada siswa yg membangkang.
Pembangkangan di sekolah umumnya diberikan hukuman yg ringan &
memberikan makna tersendiri baik bawah umur yang melakukan pelanggaran.
2. Terisolasi dengan cara sosial. Orang yang melaksanakan pelanggaran akan dijauhi
oleh penduduk sekitar. Orang akan merasa was was bersahabat dengan orang
tersebut lantaran sudah memiliki persepsi negatif dari orang lain. Pandangan jelek
itu akan kian membuat sesorang yang melakukan kesalahan sendirian & tak
mampu bergaul dengan lingkungan mirip dulu. Akibatnya hal ini mengakibatkan
dirinya mengamalkan arti isolasi pada pergaulan.
3. Penyesalan. Orang yang menyesal merupakan salah satu sanksi sosial yang mesti
ditanggung tatkala melaksanakan penyimpangan. Penyimpangan yang sudah di
nilai buruk oleh masyarakat. Mengembalikan persepsi orang pada diri kita
merupakan sesuatu yang sukar untuk menerima.
4. Dipaksa mematuhi aturan. Konsekuensi yang harus ditanggung oleh seseorang
yang melanggar aturan ialah kembali mempelajari apa yang mesti dijalankan
selaku orang yang baik.
5. Dicemooh. masyarakat pasti ada yang mempunyai karakter suka mengunjing baik
didepan orang yang melaksanakan penyimpangan atau dibelakang pelaku. Hal ini
tentu menawarkan tekanan yang berat bagi pelaku. Tatkala melaksanakan
kegiatan apapun serasa diawasi oleh siapa pun.
6. Dipermalukan didepan umum. Menyebutkan kesalahan di depan umum
merupakan salah satu hukuman yang diharapkan mampu menawarkan imbas jera.
Cemooh dari orang disekitar menjadi eksekusi yang berat & tak akan
menciptakan kesalahan yang sama dimasa yang akan datang.
5. Perubahan Sosio-Kultur
Samuel Koening mendefinisikan perubahan sosial adalah sebuah modifikasi yang
terjadi karena sebuah pola-pola kehidupan sosial. Penyebab dari perubahan ini karena
adanya faktor internal yang berasal dari diri manusia itu sendiri, dan juga faktor
eksternal yang berasal dari luar diri manusia.
Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi pada sistem sosial,
struktur, dan fungsi masyarakat. Perubahan merupakan sebuah transformasi dari
keadaan saat ini menuju yang diharapkan di masa akan datang, suatu keadaan yang
lebih baik dari saat ini. Selo Soemardjan mendefinisikan Perubahan sosial adalah
perubahan yang sering kali terjadi pada lembaga kemasyarakatan, sehingga
mempengaruhi sistem sosial. Sistem sosial ini berupa nilai, normal, dan perilaku yang
ada di masyarakat.
Dikutip dari buku ‘Teori dan Strategi Perubahan Sosial’ karya Agus Suryono,
penyebab perubahan sosial budaya dapat bersumber dari masyarakat itu sendiri
(Internal). Namun, ada juga faktor yang berasal dari luar masyarakat (Eksternal).
Berikut penjelasannya:
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi perubahan, di antaranya faktor
inovasi dan invasi, perubahan struktur dan jumlah penduduk, gerakan sosial baru
(new social movement) serta konflik sosial dalam masyarakat.
a. Adanya inovasi dan invasi

b. Adanya perubahan struktur dan jumlah penduduk

c. Adanya gerakan sosial baru

Faktor Eksternal Perubahan sosial budaya juga disebabkan oleh faktor-faktor


dari luar masyarakat (faktor eksternal), di antaranya sebagai berikut :

a. Adanya inovasi pada bidang komunikasi informasi dan teknologi


b. Adanya peperangan
c. Adanya perubahan lingkungan atau ekologi
d. Adanya pengaruh dari kebudayaan masyarakat lain

Setiap anggota masyarakat yang sosiopatik, baik yang menjadi dari satu
organisasi manapun yang beroperasi secara individual, anggota pasti mendapatkan
sanksi-sanksi sosial dalam bentuk hambatan. Yaitu dihambat oleh norma-norma dan
larangan dalam memainkan peranan sosial. Seperti kantor kepolisian akan sulit
mengeluarkan surat keterangan kelakuan baik kepada orang-orang yang sering
melakukan kejahatan.

Di desa-desa terpencil dan terisolir, setiap individu mengenal individu lain, juga
dimana tradisi dan kontrol sosial mempunyai kekuasaan mengatur terhadap semua
tingkah laku, maka perilaku sosiopatik itu hampir tidak ada, atau sangat terbatas
sekali. Kalau ada kejahatan, maka pelakunya biasanya adalah orang-orang luar
(pendatang). Sebaliknya, di kota-kota besar, sebagai tempat pencampuran
(heterogen) macam-macam suku bangsa, adat kebiasaan dan kebudayaannya, dengan
sanksi sanksi dan norma-norma sosial yang longgar, bermacam-macam peranan
sosial dan kesempatan, maka penyimpangan tingkah laku mudah berjangkit dan
berkembang, seperti melalui proses identifikasi, peniruan, penularan, ikut ikutan,
paksaan, ataupun sadar atas kemauan sendiri.

6. Reaksi Sosial
Penyimpangan dalam kelompok masyarakat atan lingkungan sosial itu biasanya
menimbulkan bermacam-macam reaksi dan sikap. Semuanya tergantung pada derajat
atau kualitas penyimpangan, dan penampakannya; juga tergantung pada harapan dan
tuntutan-tuntutan yang dikenakan oleh lingkungan sosial. Reaksi sosial itu antara lain
berupa kekaguman, pujian, penolakan, hukuman, kebencian, kemarahan, tindakan-
tindakan kongkrit. Reaksi reaksi sosial itu berkembang dari sikap menyukai, nig raga,
aparis, acuh tak acuh, sampai sikap menolak dengan heb. Kemudian, Kartini Kartono
membagi reaksi tersebut kedalam tiga fase, yaitu:
1. Fase mengetahui dan menyadari adanya penyimpangan.
2. Fase menentukan sikap dan kebijaksanaan.
3. Fase mengambil tindakan, dalam bentuk: reaksi reformatif, reorganisasi, hukuman
(memberikan hukuman) dan sanksi-sanksi.
7. Organisasi Sosiopatik dan Kebudayaan Eksploitatif
Organisasi-organisasi menyimpang, juga individu-individu "buangan dan daerah-
daerah yang dihuni oleh para penyimpang itu, mungkin termasuk lingkungan lembaga
pemasyarakatan (LP) pada umumnya dikarenakan sanksi sebagai berikut: lokalisasi,
penutupan total dan isolasi. Namun di samping itu, organisasi-organisasi deviasi yang
setengah atau tidak legal itu sering juga dieksploitir oleh kelompok kelompok politik
dan sosial lainnya. Disebabkan oleh kondisi para penyimpang yang sosiopatik, dan
olch statusnya yang ekstra legal, illegal, ambisius, meragukan, sangat lemah, atau
mempunyai aspirasi-aspirasi untuk mendapatkan "status normal", maka mereka itu
sering dijadikan objek eksploitasi. Banyak orang memeras dan menipu pihak yang
lemah dengan dalih: menjadi orang tua angkat mereka menjadi patron (pelindung,
pembela), majikan, induk semang pemberi kerja, mempermudah kesempatan naik
haji, dan macam-macam promosi "dagang". Khususnya orang yang kurang
pendidikannya dan orang-orang desa yang sering kali dijadikan "santapan empuk"
oleh orang. Beberapa teknik eksploitatif di sini antara lain adalah: propaganda melalui
media massa, televisi, radio, periklanan, pituahan dan pemerasan.

Anda mungkin juga menyukai