Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU MENYIMPANG DAN

PENGENDALIAN SOSIAL
PERTEMUAN KEENAM

SYAIFUL. H., S.Psi., M.Psi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS – SURABAYA
Konsep Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah segala bentuk tindakan dari
individu ataupun kelompok yang tidak sesuai, bahkan menentang, aturan ataupun
nilai-nilai norma sosial dalam masyarakat.

Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tak bisa
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak di masyarakat. Sedangkan James
Vander Zander mendefinisikan perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap
sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

Adapun Robert M.Z. Lawang menjelaskan, perilaku menyimpang adalah semua


tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku tersebut.

Teori tentang perilaku menyimpang dapat dijelaskan pula dari segi mikroantropologi
dengan mencari akar penyimpangan pada interaksi sosial. Penyimpangan sosial pun
bisa dijelaskan dari segi makroantropologi dengan mencari sumber penyebabnya di
struktur sosial. Selain itu, ada pula teori biologi dan psikologi (seperti psikoanalisis
Freud) yang juga menjelaskan mengapa seseorang melakukan perilaku menyimpang.
Teori Perilaku Menyimpang
(Differential Association )

Teori Differential Association (Edwin H. Sutherland)  penyimpangan sosial


dianggap terjadi karena pergaulan berbeda. Maka itu, perilaku menyimpang dipahami
terjadi karena proses alih budaya (cultural transmission). Melalui proses tersebut,
seseorang mempelajari suatu deviant subculture (suatu sub kebudayaan
menyimpang).

Contoh yang diajukan Sutherland ialah perilaku mengisap ganja (mariyuana), tetapi
proses yang sama berlaku pula dalam mempelajari beraneka jenis perilaku
menyimpang lainnya.

Menurut Sutherland, semua perilaku dipelajari. Karena itu, perilaku menyimpang juga
merupakan hasil dari proses belajar dari individu. Proses belajar tersebut bisa terjadi
karena intensitas kontak dengan orang yang menyimpang, atau hubungan dengan
orang yang menyimpang. Adapun sumber penyimpangan dalam teori Sutherland
adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan hunian, subkultur, bahkan penjara.
Teori Perilaku Menyimpang
(Labeling)

Teori Labeling (Edwin M. Lemert)  penyimpangan bisa terjadi karena masyarakat


memberikan cap/label negatif kepada seseorang yang telah melakukan
penyimpangan primer (primary deviation).

Seorang yang telah dicap sebagai pencuri, penipu, pendusta, perampok, dan lain
sebagainya, akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya (penyimpangan
sekunder/secondary deviation), karena masyarakat tidak mempercayainya lagi
sebagai orang baik-baik.

Lemert memperkenalkan konsep penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.


Penyimpangan primer ialah pengalaman yang terhubung dengan perilaku yang
terbuka. Adapun penyimpangan sekunder: peran yang diciptakan untuk menangani
kecaman masyarakat terhadap perilaku.
Toeri Perilaku Menyimpang
(Anomie )

Teori Anomie (Robert K. Merton)  menjelaskan penyebab perilaku


menyimpang merupakan pencerminan tidak adanya kaitan antara aspirasi
yang ditetapkan kebudayaan dan cara yang dibenarkan struktur sosial untuk
mencapai tujuan itu. Merton berpendapat, struktur sosial dapat
menghasilkan tekanan sehingga mendorong seseorang melakukan
penyimpangan.

Jadi, teori Anomie menjelaskan bahwa penyimpangan merupakan akibat


dari berbagai ketegangan dalam struktur sosial. Perilaku menyimpang terjadi
sebab adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara
yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.
Toeri Perilaku Menyimpang
(Agent of Change effect)

Agent of Change effect (Emile Durkheim), adalah dorongan invidu untuk melakukan
hal yang berbeda yang dipandang lebih baik, bermanfaat, dan lebih praktis untuk
dirinya. Dorongan tersebut merupakan kesadaran moral setiap individu berbeda satu
dengan yang lain karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlainan, seperti
faktor keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Karena, perilaku menyimpang
akan tetap ada kapan pun dan semua tempa, sekaligus sangat sulit dihilangkan.
Namun, dengan adanya berbagai penyimpangan, moralitas dan hukum beserta
lembaga penegaknya dapat berkembang secara normal.

Jadi perilaku menyimpang dalam pandangan Durkheim, justru bisa berfungsi:


memperkokoh nilai dan norma sosial; memperjelas batas-batas moral di masyarakat;
mendorong perubahan sosial; serta melahirkan solidaritas masyarakat untuk
menghadapi penyimpangan sosial.
MAPPING KONSEP PERILAKU PENYIMPANGAN

FAKTOR PENYEBAB
1. Proses Sosialisasi Tidak BENTUK PENYIMPANGAN
Sempurna (tidak ada INDIVIDU
keteladanan) 1. Primer  Sementara dan
2. Perilaku kelompok (sub dapat diterima masyarakat
budaya) bertentngan 2. Sekunder  Terus menerus
dengan nilai Tata tertib meski nmendapatkan
masyarakat KELOMPOK sanksi
3. Proses belajar dati
perubahan peradaban

AKIBAT
Folkways  norma sehari-hari Dampak Positif
yang tidak menimbulkan banyak Berdampak pada
keributan . kehidupan yang ideal
KONFLIK DAN
Mores (Moral) menimbulkan
DIS-INTEGRASI SOSIAL
kemarahan dan perdebatan Dampak Negatif
Laws (hukum)  munculnya Berdampak Buruk pada
aturan resmi dan kesepakatan kehidupan yang ideal
disertai sanksi
Hubungan Penyimpangan Sosial dan Norma
Masyarakat
Secara umum, perilaku penyimpang atau penyimpangan sosial dikaitkan dengan
pelanggaran satu atau lebih norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma adalah
aturan perilaku yang memandu tindakan orang.
Sumner (1906) memecah norma menjadi tiga kategori: folkways, mores, dan laws.

1. Folkways adalah norma sehari-hari yang tak menimbulkan banyak keributan jika
dilanggar.
2. Mores merupakan norma "moral" yang dapat menghasilkan lebih banyak
kemarahan jika dilanggar.
3. Laws (hukum) dianggap sebagai norma terkuat karena didukung adanya sanksi
resmi (atau respons formal) dari lembaga penegaknya.

Penyimpangan terjadi saat pelanggaran terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di


masyarakat itu dilanggar. Pelanggaran itu bisa sepele dan juga bisa serius. Namun,
penyimpangan justru dilihat dengan sudut pandang berbeda di konsepsi
konstruksionisme sosial. Perspektif ini menilai perilaku menyimpang terjadi karena
definisi penyimpangan diterapkan pada perbuatan itu.
Jenis-jenis penyimpangan sosial berdasarkan
kekerapananya
1. Penyimpangan Sosial Primer
Pengertian penyimpangan sosial primer merupakan penyimpangan yang sifatnya
sementara atau temporer. Orang yang melakukannya atau pelaku masih tetap akan
bisa diterima oleh kelompok sosialnya sebab hal menyimpnag tersebut tidak terus
menerus melanggar aturan.
Sebagai contoh, orang yang melanggar rambu lalu lintas ataupun orang yang pernah
meminum minuman keras di dalam suatu pesta.

2. Penyimpangan Sosial Sekunder


Pengertian penyimpangan sosial sekunder merupakan perilaku penyimpangan sosial
yang dilakukan oleh seseorang individu secara terus menerus meskipun pernah
mendapatkan berbagai sanksi. Oleh sebab itu, setiap pelaku secara umum akan
dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Contoh dalam penyimpangan
jenis ini yaitu seseorang yang setiap hari minum minuman keras, siswa SMA atau MA
yang terus menyontek teman kelasnya, ataupun yang lainnya.
Jenis-jenis penyimpangan sosial berdasarkan
jumlah orang yang terlibat

1. Penyimpangan Individu
Sesuai dengan namanya, penyimpangan individu merupakan penyimpangan yang
dilakukan oleh seorang diri tanpa ada hubungannya dengan orang lain.
Individu tersebut melanggar norma dan aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat. Sehingga tak heran jika pelaku penyimpangan seringkali akan di
asingkan oleh warga setempat atau bahkan bisa dipenjara.

2. Penyimpangan Kelompok
Sesuai dengan namanya, penyimpangan kelompok merupakan penyimpangan yang
dilakukan secara bersama-sama di dalam suatu kelompok tertentu.
Jenis-jenis penyimpangan sosial berdasarkan
sifatnya
1. Penyimpangan Bersifat Negatif
Penyimpangan bersifat negatif merupakan penyimpangan sosial yang berwujud
tindakan menuju arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah sekaligus tercela sebab
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku atau hidup.

2. Penyimpangan Bersifat Positif


Penyimpangan bersifat positif merupakan penyimpangan sosial yang mempunyai
dampak positif pada sistem sosial sebab dianggap ideal dalam masyarakat.
Penyebab Perilaku Menyimpang
1. Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna
Sebab ketidaksanggupan dalam menyerap norma-norma kebudayaan masuk ke dalam
kepribadin seseorang. Maka seorang individu tak mampu dalam membedakan perilaku
yang pantas dan tidak untuk dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan seseorang
telah menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna di mana para agen sosialisasi tidak
mampu dalam menjalankan perannya sekaligus fungsinya dengan baik.

2. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang


Subkebudayaan merupakan suatu kebudayaan khusus yang dimana normanya
bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan atau umum. Unsur budaya
menyimpang dapat berupa perilaku serta nilai-nilai yang dipunyai oleh berbagai anggota
kelompok yang tidak sejalan dengan tata tertib masyarakat.

3. Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang


Proses belajar ini dapat melalui interaksi sosial yang terjadi terhadap orang lain, terutama
dengan orang-orang yang memiliki perilaku yang menyimpang dan orang tersebut telah
berpengalaman. Penyimpangan ini pun bisa terjadi dengan belajar dari proses belajar
seseorang lewat media baik buku, majalah, koran, televisi dan yang lainnya.
Bentuk Perilaku Menyimpang
1. Penyalahgunaan Narkoba. Adalah bentuk penyelewengan terhadap nilai,
norma sosial dan juga agama. Dampak negatif yang muncul akan menimbulkan
berkurangnya produktivitas seseorang selama si pelaku memakai obat tersebut.
Dan akibat yang paling parah akan dapat dapat menyebabkan kematian.
2. Penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual merupakan perilaku seksual
yang pada umumnya tidak lazim untuk dilakukan. Penyebab dari penyimpangan
seksual diantaranya yaitu pengaruh dari film-film porno, buku dan juga majalah
porno.
3. Alkoholisme. Racun protoplasmik atau yang biasa kita kenal sebagai alkohol
memiliki efek depresan dalam sistem syaraf jika seseorang mengkonsumsinya.
Orang yang mengkonsumsinya atau pecandu nantinya akan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis, ataupun
sosial. Sehingga para alkoholik atau pemabuk melakukan keonaran,
perkelahian, hingga pembunuhan secara tidak sadar atau setengah sadar.
4. Kenakalan Remaja. Gejala kenakalan remaja akan nampak pada masa
pubertas, yaitu sekitar umur 14 hingga 18 tahun, sebab dalam masa ini jiwa
dari seorang remaja masih dalam keadan labil sehingga akan mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif.
DEFINISI PENGENDALIAN SOSIAL

Pengendalian sosial adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk


mencegah dan mengatasi berbagai macam bentuk perilaku menyimpang. Pasalnya,
perilaku menyimpang mengganggu tatanan dan keteraturan masyarakat. Padahal,
kondisi masyarakat yang tenang, aman, dan teratur adalah dambaan setiap
masyarakat.

Pengendalian sosial sendiri memiliki beberapa ciri, diantaranya; suatu cara atau
metode tertentu terhadap masyarakat, bertujuan mencapai keserasian antara
stabilitas dan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu masyarakat,
dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain atau dilakukan oleh suatu
kelompok terhadap individu, serta dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang
tidak disadari oleh kedua belah pihak.

Pengendalian sosial atau kontrolisasi sosial adalah suatu konfigurasi untuk mencegah penyimpangan
sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan
nilai yang berlaku
SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL

Menurut sifatnya, terdapat dua macam pengendalian sosial, yaitu


pengendalian kuratif dan pengendalian partisipatif.

Pengendalian sosial kuratif dilakukan dalam bentuk pembinaan atau


penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku menyimpang.
Contohnya, rehabilitasi pengguna narkoba dan minuman keras.

Pengendalian sosial partisipatif, dilakukan dengan mengikutsertakan


pelaku untuk menyembuhkan atau memperbaiki perilaku masyarakat.
contohnya, mantan pengguna narkoba yang ditugaskan menjadi duta anti
narkoba sehingga dalam diri mereka tumbuh keinginan untuk menjadi baik
dan meninggalkan kebiasaan yang lama.
Jenis Pengendalian Sosial
Pengendalian preventif, dilakukan sebelum terjadi penyimpangan perilaku.
Contohnya, nasihat, anjuran, patroli keamanan, dan penjagaan-penjagaan oleh
aparat keamanan yang berwenang. Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran.

Pengendalian represif merupakan pengendalian yang dilakukan setelah terjadi


pelanggaran atau penyimpangan perilaku. Contohnya, teguran, peringatan lisan
dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan hukuman penjara. Pengendalian ini
bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi pelanggaran.

Pengendalian formal
Jenis pengendalian sosial berdasarkan petugas pelaksananya yang pertama
adalah pengendalian formal yang biasanya dilakukan oleh berbagai lembaga
resmi yang mencanangkan peraturan serta nilai dan norma secara resmi di dalam
sebuah lingkungan yang ada.
Pengendalian informal
Jenis pengendalian sosial berdasarkan petugas pelaksananya yang kedua adalah
pengendalian informal yang biasanya dibuat dalam sebuah kelompok masyarakat
yang memiliki sifat tidak resmi serta peraturan ataupun nilai dan norma yang ada
tidak tertulis. Pengendalian informal pada umumnya dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari, seperti kita berkumpul dengan keluarga ataupun bersama
teman. Pengendalian informal ini juga pada umumnya tidak direncanakan dan
terjadi secara spontan.

Pengendalian sosial kuratif


Jenis pengendalian sosial berdasarkan sifatnya yang pertama adalah
pengendalian sosial kuratif yang merupakan bentuk pengendalian sosial yang
dilakukan melalui berbagai pembinaan serta penyembuhan kepada pelaku
penyimpangan sosial untuk mengubah nilai dan norma yang ada pada dirinya.
Pengendalian sosial kuratif dapat kita lihat melalui rehabilitasi yang diberikan
kepada para pengguna obat terlarang atau narkoba serta minuman keras
beralkohol.
Pengendalian sosial partisipatif

Jenis pengendalian sosial berdasarkan sifatnya yang kedua adalah pengendalian


sosial partisipatif yang merupakan bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan
mengajak atau mengikutsertakan pelaku penyimpangan sosial yang sudah merubah
dirinya untuk membantu memperbaiki nilai dan norma pelaku penyimpangan sosial
yang lain.

Pengendalian sosial partisipatif dapat kita lihat melalui bagaimana seorang mantan
pengguna obat terlarang atau narkoba yang dijadikan sebagai duta anti narkoba untuk
mengajak masyarakat lainnya yang masih melakukan hal tersebut untuk memiliki
keinginan untuk berubah dan menjadi lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai