Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku menyimpang

2.1.1 Pengertian perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang adalah tindakan yang yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku.

2.1.1.1 Menurut KBBI

Perilaku menyimpang adalah suatu tindakan memisah

(membelok, bercabang), dari tindakan yang sebenarnya.

2.1.1.2 Menurut kamus sosiologi

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai

dengan norma-norma,yang ada di dalam masyarakat.

2.1.1.3 Menurut para ahli

2.1.1.3.1 Bruce.J.Cohen

Perilaku menyimpang adalah setiap peilaku yang

tiadak berhasil menyesuaikan dengan kehendak-kehendak

masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

4
2.1.1.3.2 Paul.B.Horton

Penyimpangan adalah setiap perilaku yang

dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap noma-norma

kelompok atau masyarakat.

2.1.1.3.2 Robert.M.Z.Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang

menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem

sosial,dan menimbulkan usaha dari mereka yang

berwenang dalam sistem itu,untuk memperbaiki perilaku

menyimpang. menurutnya,perilaku menyimpang dapat

dikategorikan sebagai berikut :

1. Perilaku menyimpang yang dianggap suatu kejahatan,

seperti perampokan dan pemerkosaan.

2. Penyimpangan berupa perilaku yang berbeda dengan

orang pada umumnya, seperti gay atau lesbian.

3. Penyimpangan berwujud konsumsi yang berlebihan,

atau menyalahi aturan. Misalnya, alkoholisme atau

penyalagunaan narkoba atau napza.

4. Penyimpangan gaya hidup seperti hedonisme dan

konsumenisme.

5
2.1.2 Teori perilaku menyimpang

2.1.2.1 Teori Deferential Association

Teori pergaulan yang berbeda (deferential association),

dikemukakan oleh Edwin.H.Suterland (seorang ahli sosiologi dari

Amerik Serikat). Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari

pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.

Penyimpangan diproleh melalui alih budaya (cultural transmission).

Melalui proses ini, seseorang mempelajari suatu sub kebudayaan

menyimpang (deviant subculture).

2.1.2.2 Teori Labeling

Menurut Edwin. H. Lemert (sosiologi dari Amerika Serikat),

seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling yang

diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya, pemberian julukan,

cap, stigma (biasa negatif) kepada seseorang. Sebagai tanggapan

atas julukan, cap, atau stigma tersebut Pelaku tersebut kemudian

mengidentifikasi dirinya sebagai penyimpangan dan mengulangi

lagi tindakannya, sehingga akhirnya akan menganut suatu gaya

hidup menyimpang, dan penyimpangan itu pun menjadi suatu

kebiasaan.

2.1.2.3 Teori Anomie

Robert. K. Merton (sosiologi Amerika), mencoba

menjelaskan penyimpangan menurut struktur sosial. Menurut

6
Merton, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang

konformis (sesuai dengan norma), tetapi juga perilaku menyimpang

(tidak mengindahkan norma). Struktur sosial yang berlaku bisa

menyebabkan, terjadinya penyimpangan. Dalam struktur sosial

dijumpai adanya tujuan dan kepentingan. Tujuan tersebut adalah

hal-hal yang pantas dan baik.Selain itu, diatur juga untuk meraih

tujuan tersebut. Perilaku menyimpang akan terjadi kalau tidak ada

kaitan antara tujuan (cita-cita), yang ditetapkan dan cara untuk

mencapainya.

2.1.2.4 Teori konflik

Menurut teori konflik, kejahatan terkait erat dengan

perkembangan kapitalisme. Perilaku menyimpang diciptakan oleh

kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi

kepentingan sendiri. Hukum merupakan, cerminan kepentingan

kelas yang berkuasa dan sisem peadilan pidana, mencerminkan

kepentingan mereka. Orang miskin yang melakukan pelanggaran

tidak dibawa ke pengadilan. Demikian pendapat Karl Marx.

2.1.2.5 Teori fungsi

Menurut teori fungsi, keseragaman dalam kesadaran moral

semua warga masyarakat, tidak mungkin ada karena setiap individu

berbeda dengan lain. Oleh karena itu, orang yang berwatak jahat,

akan selalu ada dimasyarakat manapun. Bahkan menurut Durkeim,

7
kejehatan perlu bagi masyarakat sebab dengan adanya kejahatan,

moralitas dan hukum akan berkembang secara normal.Dengan

demikian, perilaku menyimpang memiliki fulngsi yang positif.

2.1.3 Bentuk dan tipe perilaku menyimpang

2.1.3.1 Bentuk-bentuk perilaku menyimpang

Menurut Edwin. H. Lemert (sosiolog), perilaku menyimpang

atau penyimpangan terbagi atas dua bentuk sebagai berikut :

a. Penyimpangan primer

Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang

dilakukan oleh seseorang, tetapi masyarakat masih menolerasinya,

sehingga pelaku masih tetap diterima oleh masyarakat.

Ciri penyimpangan primer yaitu :

1. Bersifat sementara (temporer), dan

2. tidak dilakukan berulang-ulang.

b. Penyimpangan sekunder

Penyimpangan yang berwujud tindak kejahatan atau

kriminalitas, sehingga masyarakat tidak lagi bisa menerimanya.

Pelaku di dominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena

merupakan tindakan penggulangan dari penyimpangan

sebelumnya.

2.1.3.2 Tipe-tipe perilaku menyimpang

8
Merton mengindentifikasi lima tipe cara adaptasi terhadap

situasi tertentu.

a. Cara adaptasi konformitas (conformity)

Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang mengikuti tujuan

yang ditentukan masyarakat.

b. Cara adaptasi inovasi (innovation)

Pada cara adaptasi ini, perilaku seorang mengikuti tujuan

yang ditentukan masyarakat, akan tetapi ia memakai cara

yang dilarang oleh masyarakat.

c. Cara adaptasi ritualisme (ritualism)

Bentuk adaptasi ini, perilaku seseorang telah meninggalkan

tujuan budaya, tetapi berkembang pada cara yang telah

ditetapkan oleh masyarakat.

d. Cara adaptasi retreatisme (retreatism)

Bentuk adaptasi ini, perilaku seseorang tidak mengikuti

tujuan dan cara yang dikehendaki. Pada adaptasi ini

menurut Merton dapat dilihat orang yang mengalami

gangguan jiwa, gelandangan,pemabok dan pada pecandu

obat bius.

e. Cara adaptasi pemberontakan

Pada bentuk adaptasi terakhir ini orang tidak lagi mengikuti

struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan struktur

9
sosial yang baru. (Dra.Lum Maryati dan Juju Suryawati, S.

Pd. 2001, p : 123-124)

2.1.4 Sifat dan macam perilaku menyinpang

2.1.4.1 Sifat-sifat perilaku menyimpang

a. Penyimpangan positif

Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang terarah pada

nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan). Awalanya cara atau

tindakan yang dilakukan itu bisa jadi tampak menyimpang dari

norma-norma yang berlaku.Pada kemudian hari tindakan

tersebut dapat membawa dampak positif atau kemajuan dalam

kelompok maupun masyarakat.

b. Penyimpangan negatif

Penyimpangan negatif merupakan kecenderungan bertindak ke

arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dari akibatnya pun

selalu buruk. (Fritz Hotman.J.Damanik.2010,p:176)

2.1.4.2 Macam-macam perilaku menyimpang

a. Tindakan kriminal

Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan

norma hukum,norma sosial dan norma agama yang berlaku di

masyarakat.

10
b. Penyimpangan seksual

Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim

dilakukan.

c. Pemakaian dan obat terlarang

Penyimpangan dalam bentuk pemakaian dan pengedaran obat

terlarang merupakan bentuk penyimpangan dari nilai dan norma

sosial maupun agama.

d. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup

Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya

antara lain sikap arogansi dan eksentrik. Sikap arogansi antara

lain kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya. Sikap

eksemtrik ialah perbuatan yang menyimpang dari biasanya

sehingga dianggap aneh. (Dra.Lun Maryati dan Juju

Suryawati.S,pd,2001,p:130-133)

2.1.5 Ciri-ciri perilaku menyimpang

Penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:

a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan.

b. Penyimpangan dapat juga ditolak atau juga diterima.

c. Penyimpangan ada yang bersifat relatif dan mutlak.

d. Penyimpangan ada kalanya terjadi akibat adanya kesenjangan antara

budaya nyata dan budaya ideal.

e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.

11
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). (Fritz

Hotman.S.Damanik,2010,p:174)

2.2 Moral

2.2.1 Pengertian Moral

Moral merupakan perbuatan atau tingkah laku atau seseorang dalam

berinteraksi dengan manusia.Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai

dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima

serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai

mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.

2.2.1.1 Menurut KBBI

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima

umumnya mengenai akhlak, akhlak dan budi pekerti, kondisi mental

yang mempengaruhi seseorang tetap menjadi bersemangat, berani,

disiplin, dsb. (Umi Chulsum.S,pd dan Windy Novia.S,pd.2006)

2.2.1.2 Menurut kamus sosioogi

Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan

susila. (Agung Tri Haryanto dan Eko Sujatmiko.2012)

12
2.2.1.3 Menurut para ahli

2.2.1.3.1 W.J.S Poerdarmonta

Mengatakan bahwa moral merupakan ajaran tentang

baik buruknya perbuatan dan kelakuan.

2.2.1.3.2 Dewey

Mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang

berhubungan dengan nilai-nilai susila.

2.2.1.3.3 Baron Dkk

Mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang

berhubungan dengan larangan dan tindakan yang

membicarakan salah atau benar.

2.2.1.3.4 Magnis – Susino

Mengatkan bahwa moral selalu mengacu pada baik

buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral

adalah bidang kehidupan manusia dari segi kebaikannya

sebagai manusia.

2.2.2 Nilai- Nilai moral

2.2.2.1 Nilai moral bersumber agama

13
Kepatutan yang bersumber pada agama sehingga hal ini

tergantung dari ajaran masing-masing agama. Contohnya adalah

mencuri, berdusta, ingkar janji, memfitnah, tindakan asusila dll.

2.2.2.2 Nilai moral bersumber dari ideologi

Kepatutan yang bersumber dari ideologi atau paham

seseorang, ,isalnya seseorang bersih kuku agar tidak merokok

selama hidupnya.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian remaja secara etimologis

Kata remaja berasal dari terjemahan bahasa inggris “Adole scence“

dan bahasa latin “Adole scere” yang berarti “Tumbuh” atau “Tumbuh

menjadi dewasa”. ( Imam Ratrioso, psi, 2008, p : 14 )

2.3.1.1 Menurut KBBI

Remaja adalah etape usia mulai dewasa: sudah hampir umur

untuk kawin: mudah, pemuda. ( Umi chulsum, S. Pd dan Windy

Novia, S. Pd )

2.3.1.2 Menurut kamus sosiologi

Remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkatan

yang sama. ( Agung Tri Haryanto dan Eko sujadmiko, 2012 )

14
2.3.2 Ciri-ciri remaja

Hurlock menerangkan ciri masa remaja itu antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada prinsipnya, semua tahapan perkembangan yang dilalui manusia

adalah penting. Namun derajat kepentingan antara masing-masing

tahapan perkembangan itulah yang tidak sama. Ada tahap

perkembangan yang lebih penting dari pada tahapan perkembangan

lainnya. Masa remaja boleh dapat dikatakan sebagai periode yang lebih

penting daripada masa akhir anak-anak karena perubahan yang terjadi

pada masa remaja ini lebih banyak mempengaruhi sikap dan perilaku

remaja secara langsung dan cepat dibandingkan dengan masa akhir

anak-anak.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Yang dimaksud peralihan adalah perpindahan dari suatu masa

sebelumnya ke masa berikutnya. Masa remaja berarti meninggalkan

masa kanak-kanak dan bersiap-siap memasuki masa dewasa. Peralihan

ini meninggalkan suasana ketidakjelasan dan keraguan, baik di dalam

pribadi remaja sendiri, maupun orang-orang dewasa yang memandang

remaja dari luar.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Jika masa bayi adalah periode terjadinya perubahan yang radikal

dengan titik berat pada perubahan fisik, maka masa remaja adalah

periode perubahan yang merata dan sama beratnya. Apabila perubahan

15
yang terjadi secara fisik diiringi dengan bersamaan dan sama berat

kualitasnya dengan perubahan mental, sikap, dan perilaku.

Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal:

1. Perubahan emosi

Remaja menjadi lebih sensitif dan emosional dibandingkan dengan

anak-anak,rasa sensitif dan emosionalini bisa langsung di tampakan

dalam perilaku, dan ada juga yang dipendam sendiri.

2. Perubahan minat tubuh minat dan peran

Perubahan tubuh terjadi pada awal remaja tepatnya saat puber, yakni

ketika terjadi kematangan fisik yang menandai kemampuan

reproduksi. Perubahan ini cukup mengagetkan dan menyulitkan

remaja, khususnya di masa awal remaja. Perubahan ini pula yang

kemudian mengubah minat dan peran yang ingin dikerjakan oleh

remaja.

3. Perubahan nilai-nilai

Seiring dengan perubahan minat dan oeran berubah pula nilai-nilai

yang sebelumnya dipercaya pada msa anak-anak.

4. Ambivalensi

Ambivalensi adalah sikap yang mendua atau mau-mau tapi juga

tidak mau.Di satu sisi remaja banyak memiliki tuntutan,tapi disisi

lain rasa takut akan akibat dari tuntutan itu juga besar.

16
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Dengan adanya masa peralihan dan perubahan seperti yang diuraikan

sebelumnya, maka tak aneh bila masa remaja di sebut sebagai usia

bermasalah yang sulit diadaptasi.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Masa remaja dikatakan sebagai masa mencari identitas karena remaja

ingin melepaskan diri dari bayang-bayang orang tua dan orang dewasa

yang selama ini dianggap telah melindungi dan melakukan campur

tangan terlalu jauh terhadap kehidupan pribadinya. Dalam pencarian

identitas ini remaja akan menyeleksi figur-figur idola yang dianggap

telah mewakili semua yang menjadi impiannya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Yang dimaksud dengan usia yang meninggalkan ketakutan. Ketakutan

adalah adanya stereotip (penyamarataan) yang berlaku di masyarakat

bahwa remaja adalah masa yang penuh masalah dan kenegatifan

sehingga menimbulkan rasa takut dikalangan orang dewasa untuk dapat

mengatasi masalah remaja.

g. Masa remaja sebagai masa tidak realistuk

Yang dimaksud dngan masa tidak realistik adalah bahwa remaja

cenderung melihat segala sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan

tidak sebagaimana adanya.

17
h. Masa remaja sebagai ambang masa remaja

Ambang masa remaja adalah batas-batas antara masa remaja dan masa

dewasa. Batas-batas samar yang menjembatani peralihan dua masa

yang berbeda ini semakin memaksa remaja untuk segera

mengidentifikasikan diri sebagai orang yang benar-benar siap menjadi

dewasa.

2.3.3 Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan adalah pekerjaan atau perilaku yang harus

dilakukan oleh seorang remaja selama berada dalam masa remajanya.

Tugas-tugas perkembangan masa remaja itu diantaranya adalah:

a. Menerima keadaan fisik

Keadaan fisik yang dimiliki remaja hampir sebagian besar tidak sesuai

dengan harapan mereka, kecuali beberapa remaja yang memang

menjalankan disiplin diri dalam menjaga bentuk dan keadaan fisiknya.

b. Menikmati kemandirian emosi dan orangtuanya

Yang dimaksud dengan kemandirian emosi dari orang tua adalah

kemampuan untuk bisa mandiri mengendalikan emosi tanpa campur

tangan orang tua.

c. Menjalani hubungan dengan lawan jenisnya

Tugas perkembangan ini harus kamu lewati dengan mulus. Sebagai

remaja laki-laki atau wanita, kamu memang perlu belajar beradaptasi

lagi saat akan melakukan hubungan dengan lawan jenis kamu, karena

18
kondisi saat ini berbeda dengan masa anak-anak dulu yang cenderung

cuek dan masa bodoh.

d. Mengetahui kemampuan diri sendiri

Mengetahui kemampuan diri sendiri adalah tugas perkembangan

penting yang harus kamu lakukan.

e. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab

Perilaku sosial adalah perilaku dimana remaja melibatkan diri dalam

lingkungan sosial dan belajar bertanggung jawab.

19

Anda mungkin juga menyukai