Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sosiologi banyak memberikan pengetahuan tentang cara-cara berprilaku

seseorang dalam masyarakat sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat

tersebut. Dengan ilmu sosiologi diharapkan seseorang memiliki pengetahuan yang

lebih lengkap tentang bagaimana harus berprilaku dalam melakukan penyesuaian diri

di masyarakat. Obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut

hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam

masyarakat. Kajian ini akan memberikan pengetahuan tambahan bagi siapapun yang

mempelajarinya untuk melengkapi pengetahuan-pengetahuan dalam praktik pergaulan

di dalam masyarakat, dan juga mengenai perilaku yang menyimpang didalam

lingkungan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas ilmu sosiologi mengenai

tidakan perilaku menyimpang.

B. RUMUSAN PEMBAHASAN

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?

2. Apa ciri dan penyebab perilaku menyimpang?

3. Bagaimana dampak perilaku menyimpang?

4. Apa-apa saja teori perilaku menyimpang?

C. TUJUAN

Ada pun tujuan kami dalam makalah ini agar kelak kehidupan dimasyarakat

dapat terkontrol dengan baik dan jauh dari perilaku menyimpang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERILAKU MENYIMPANG

1. Definisi Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma

dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi

pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku

menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal

waktu dan tempat. Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.

Menurut Bruce J Cohen (dalam buku terjemahan Sahat Simamora), Perilaku

menyimpang didefinisikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri

dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Batasan

perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat. Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima di satu

tempat mungkin tidak pantas dilakukan di tempat yang lain

Menurut Robert M.Z Lawang, perilaku menyimpang adalah suatu tindakan

yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system social. Jadi

dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang

bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat.

2. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

2
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan Perilaku dikatakan menyimpang

atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui

penyebabnya.

b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak

selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat,

misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan

penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah

melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu

yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena

perbedaannya hanya pada frekwensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara

umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung

relatif.Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat

laun harus berkompromi dengan lingkungannya Penyimpangan

terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap

peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan

tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap

segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan

budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah

menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari

cenderung banyak dilanggar.

d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal

adalah segenap peraturan hokum yang berlaku dalam suatu kelompok

masyarakat, akan tetapi tidak seorang pun yang patuh terhadap segenap

3
peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dan budaya ideal slalu

terjadi kesenjangan.

e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma

penghindaran adalah polaperbuatan yang dilakukan orang untuk

memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata

kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan

bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.

f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan

sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat

dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

3. Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab

penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat

pembawaan yang dibawa sejak lahir).

b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya

keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak

serasi. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya

penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu :

1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak

sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia

tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi

akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang

tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang

4
tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak

akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

2) Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan

menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang

perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang

disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas

kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan

makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.

3) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan

antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang

menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan

seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu

sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.

4) Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan

beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang

menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku

menyimpang.

5) Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.

Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak

kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses

belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang

4. Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang

a. Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan

1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

5
Ciri-cirinya : a. Bersifat sementara / temporer b. Gaya hidupnya tidak

didominasi oleh perilaku menyimpang c. Masyarakat masih mentolerir /

menerima Contoh: pegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum

alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian

dan pelanggaran lalu lintas.

2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation) Ciri-cirinya : a. Bersifat

permanen / tetap b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang c.

Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut. Contoh:

pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan.

b. Berdasarkan jumlah pelakunya

1) Penyimpangan Individu Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang

dilakukan oleh seseorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang

menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang

dilakukan sendiri.

2) Penyimpangan Kelompok Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan

yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan

menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya

penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang menyimpang

yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia.

3) Penyimpangan Institusi Penyimpangan institusi dilakukan oleh organisasi

yang melibatkan organisasi lainnya yang dilakukan rapih. Sebagai contohnya

tidakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara.

5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang

Secara umum, terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu:

6
a. Penyimpangan yang bersifat positif Penyimpangan yang bersifat positif

adalah penyimpangan yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial

karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif.

Umumnya, penyimpang ini dapat diterima masyarakat karena sesuai

dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi wanita dalam kehidupan

masyarakat yang memunculkan banyak wanita karier.

b. Penyimpangan yang bersifat negatif Dalam penyimpangan yang bersifat

negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah

dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan

pelakunya akan dicela dan tidak diterima masyarakat. Bobot

penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Contoh,

seorang koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang dimilikinya

kepada negara, juga tetap dikenakan hukuman penjara.

6. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

Segala tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk penyimpangan. Bentuk-

bentuk penyimpangan tersebut apabila terus berkembang akan menyebabkan

timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk penyimpangan serta berbagai penyakit sosial yang ada

dalam masyarakat bermacam-macam. Berikut ini berbagai penyakit sosial yang ada

dalam masyarakat,

a. Minuman Keras (Miras)

Minuman keras adalah minuman dengan kandungan alkohol lebih dari 5%.

Akan tetapi, berdasarkan ketetapan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI),

setiap minuman yang mengandung alkohol, berapa pun kadarnya, dapat

7
dikategorikan sebagai minuman keras dan itu diharamkan (dilarang)

penyalahgunaannya. Adapun yang dimaksud penyalahgunaan di sini adalah

suatu bentuk pemakaian yang tidak sesuai dengan ambang batas kesehatan.

Artinya, pada dasarnya boleh digunakan sejauh hanya untuk maksud

pengobatan atau kesehatan di bawah pengawasan dokter atau ahlinya.

Di beberapa daerah di Indonesia, terdapat jamu atau minuman tradisional

yang dapat digolongkan sebagai minuman keras. Sebenarnya, jika digunakan

tidak secara berlebihan jamu atau minuman tradisional yang dapat

digolongkan sebagai minuman keras tersebut dapat bermanfaat bagi tubuh.

Namun, sangat disayangkan jika jamu atau minuman tradisional yang dapat

digolongkan sebagai minuman keras tersebut dikonsumsi secara berlebihan

atau sengaja digunakan untuk mabuk-mabukan. Para pemabuk minuman keras

dapat dianggap sebagai penyakit masyarakat. Pada banyak kasus kejahatan,

para pelaku umumnya berada dalam kondisi mabuk minuman keras. Hal ini

dikarenakan saat seseorang mabuk, ia akan kehilangan rasa malunya,

tindakannya tidak terkontrol, dan sering kali melakukan hal-hal yang

melanggar aturan masyarakat atau aturan hukum. Minuman keras juga

berbahaya saat seseorang sedang mengemudi, karena dapat merusak

konsentrasi pengemudi sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Pada

pemakaian jangka panjang, tidak jarang para pemabuk minuman keras tersebut

dapat meninggal dunia karena organ lambung atau hatinya rusak terpengaruh

efek samping alkohol yang kerap dikonsumsinya.

b. Penyalahgunaan Narkotika

Pada awalnya, narkotika digunakan untuk keperluan medis, terutama

sebagai bahan campuran obat-obatan dan berbagai penggunaan medis lainnya.

8
Narkotika banyak digunakan dalam keperluan operasi medis, karena narkotika

memberikan efek nyaman dan dapat menghilangkan rasa sakit sementara

waktu, sehingga pasien dapat dioperasi tanpa merasa sakit. Pada

pemakaiannya di bidang medis, dibutuhkan seorang dokter ahli untuk

mengetahui kadar yang tepat bagi manusia, karena obat-obatan yang termasuk

narkotika mempunyai efek ketergantungan bagi para pemakainya.

Penyalahgunaan narkotika dilakukan secara sembarangan tanpa memerhatikan

dosis penggunaannya. Pemakaiannya pun dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya dihirup asapnya, dihirup serbuknya, disuntikkan, ataupun ditelan

dalam bentuk pil atau kapsul. Pengguna yang kecanduan, merusak sistem saraf

manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut adalah contoh zat-zat

yang termasuk dalam kategori narkotika.

1) Heroin adalah jenis narkotika yang sangat keras dengan zat adiktif yang

cukup tinggi dan bentuk yang beragam, seperti butiran, tepung, atau pun

cair. Zat ini sifatnya memperdaya penggunanya dengan cepat, baik

secara fisik ataupun mental. Bagi mereka yang telah kecanduan, usaha

untuk menghentikan pemakaiannya dapat menimbulkan rasa sakit

disertai kejang-kejang, kram perut dan muntah-muntah, keluar ingus,

mata berair, kehilangan nafsu makan, serta dapat kehilangan cairan

tubuh (dehidrasi). Salah satu jenis heroin yang banyak disalahgunakan

dalam masyarakat adalah putauw.

2) Ganja mengandung zat kimia yang dapat memengaruhi perasaan,

penglihatan, dan pendengaran. Dampak penyalahgunaan diantaranya

adalah hilangnya konsentrasi, meningkatnya denyut jantung, gelisah,

panik, depresi, serta sering berhalusinasi. Para pengguna ganja biasanya

9
melakukan penyalahgunaan ganja dengan cara dihisap seperti halnya

tembakau pada rokok.

3) Ekstasi termasuk jenis zat psikotropika yang diproduksi secara illegal

dalam bentuk tablet ataupun kapsul. Jenis obat ini mampu mendorong

penggunanya berenergi secara lebih bahkan di luar kewajarannya. Hal

ini menyebabkan pengguna berkeringat secara berlebih juga. Akibatnya,

pengguna akan selalu merasa haus dan bahkan dehidrasi. Dampak yang

ditimbulkan dari pengguna ekstasi, di antaranya diare, rasa haus yang

berlebihan, hiperaktif, sakit kepala, menggigil, detak jantung tidak

teratur, dan hilangnya nafsu makan.

4) Shabu-shabu berbentuk kristal kecil yang tidak berbau dan tidak

berwarna. Jenis zat ini menimbulkan dampak negatif yang sangat kuat

bagi penggunanya, khususnya di bagian saraf. Dampak yang

ditimbulkan dari pengguna shabu-shabu di antaranya penurunan berat

badan secara berlebihan, impotensi, sariawan akut, halusinasi,

kerusakan ginjal, jantung, dan hati, stroke, bahkan dapat diakhiri

dengan kematian. Shabu-shabu dihirup asapnya. Para pecandu biasanya

mengonsumsi shabu-shabu dengan menggunakan alat yang dikenal

dengan sebutan bong.

5) Amphetamin merupakan jenis obat-obatan yang mampu mendorong dan

memiliki dampak perangsang yang sangat kuat pada jaringan saraf.

Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan obat ini, di antaranya

penurunan berat badan yang drastis, gelisah, kenaikan tekanan darah

dan denyut jantung, paranoid, mudah lelah dan pingsan, serta

penggunanya sering bertindak kasar dan berperilaku aneh.

10
6) Inhalen merupakan salah satu bentuk tindakan menyimpang dengan

cara menghirup uap lem, thinner, cat, atau sejenisnya. Tindakan ini

sering dilakukan oleh anak-anak jalanan yang lazim disebut dengan

ngelem. Penyalahgunaan inhalen dapat memengaruhi perkembangan

otot-otot sarat, kerusakan paru-paru dan hati, serta gagal jantung.

c. Perkelahian Antarpelajar

Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta,

Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian tersebut tidak hanya

menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan satu, melainkan

perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan senjata tajam serta

dilakukan secara berkelompok. Banyak korban berjatuhan, bahkan ada yang

meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi, kebanyakan korban perkelahian

tersebut adalah mereka yang justru tidak terlibat perkelahian secara langsung.

Mereka umumnya hanya sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran

pengeroyokan. Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak

psikis dan traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada

umumnya mereka menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka menjadi

terhambat. Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dari semua kalangan

sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan kondusif khususnya bagi

masyarakat usia sekolah.

d. Perilaku Seks di Luar Nikah

Perilaku seks di luar nikah selain ditentang oleh norma-norma sosial, juga

secara tegas dilarang oleh agama. Perilaku menyimpang ini dapat dilakukan

oleh seorang laki-laki dan perempuan yang belum atau bahkan tidak memiliki

ikatan resmi. Dampak negatif dari perilaku seks di luar nikah, antara lain,

11
lahirnya anak di luar nikah, terjangkit PMS (penyakit menular seksual),

bahkan HIV/AIDS, dan turunnya moral para pelaku.

e. Berjudi

Berjudi merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial. Hal ini

dikarenakan berjudi mempertaruhkan harta atau nafkah yang seharusnya dapat

dimanfaatkan. Seseorang yang gemar berjudi akan menjadi malas dan hanya

berangan-angan mendapatkan banyak uang dengan cara-cara yang sebenarnya

belum pasti. Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang adanya

perjudian, sehingga seluruh kegiatan perjudian di Indonesia adalah kegiatan

illegal yang dapat dikenai sanksi hukum. Akan tetapi, dalam beberapa kasus,

aparat keamanan masih menolerir kegiatan perjudian yang berkedok budaya,

misalnya perjudian yang dilakukan masyarakat saat salah seorang warganya

mempunyai hajatan. Langkah ini sebenarnya kurang tepat, mengingat

bagaimana pun juga hal ini tetap merupakan bentuk perjudian yang dilarang

agama.

f. Kejahatan (Kriminalitas)

Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar

norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Sementara itu

secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan

dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, sifatnya

asosiatif dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Tindak kejahatan

bisa dilakukan oleh siapa pun baik wanita maupun pria, dapat berlangsung

pada usia anak, dewasa, maupun usia lanjut. Tindak kejahatan pada umumnya

terjadi pada masyarakat yang mengalami perubahan kebudayaan yang cepat

yang tidak dapat diikuti oleh semua anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi

12
penyesuaian yang sempurna. Selain itu tindak kejahatan yang disebabkan

karena adanya tekanan mental atau adanya kepincangan sosial. Oleh karena itu

tindak kejahatan (kriminalitas) sering terjadi pada masyarakat yang dinamis

seperti di perkotaan. Tindak kejahatan (kriminalitas) misalnya adalah

pembunuhan, penjambretan, perampokan, korupsi, dan lain-lain.

g. Dampak Penyimpangan Sosial

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan

membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada

umumnya.

1) Dampak Bagi Pelaku

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang

individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa

dampak tersebut.

a) Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta

tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari

kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.

b) Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.

c) Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan

dosa.

d) Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.

2) Dampak Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat

Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain

atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya

adalah meliputi hal-hal berikut ini.

13
a) Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan

dalam masyarakat.

b) Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang

berlaku di masyarakat.

c) Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga

pelaku.

d) Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur

perilaku individu dalam kehidupan masyarakat. Dampak yang

ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik

terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah

bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum,

perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun

demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak

serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya,

perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi

kehidupan masyarakat.

Adapun beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang

bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini :

a) Perilaku menyimpang memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam

masyarakat. Bahwa setiap perbuatan baik merupakan lawan dari

perbuatan yang tidak baik. Dapat dikatakan bahwa tidak akan ada

kebaikan tanpa ada ketidak-baikan. Oleh karena itu perilaku

penyimpangan diperlukan untuk semakin menguatkan moral

masyarakat.

14
b) Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas

moral. Dengan dikatakan seseorang berperilaku menyimpang, berarti

masyarakat mengetahui kejelasan mengenai apa yang dianggap benar

dan apa yang dianggap salah.

c) Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan

kesatuan masyarakat. Setiap ada perilaku penyimpangan masyarakat

pada umumnya secara bersama-sama akan menindak para pelaku

penyimpangan. Hal tersebut menegaskan bahwa ikatan moral akan

mempersatukan masyarakat.

d) Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para

pelaku penyimpangan senantiasa menekan batas moral masyarakat,

berusaha memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan

mendorong berlangsungnya perubahan. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa perilaku menyimpang yang terjadi saat ini akan

menjadi moralitas baru bagi masyarakat di masa depan.

B. TEORI-TEORI PERILAKU MENYIMPANG

Ada 7 (tujuh) Perilaku Menyimpang, yaitu :

1. Teori asosiasi diferensiasi ( edwin sutherland) Asumsi dasarnya

bahwasanya orang belajar untuk melakukan penyimpangan, perilaku

menyimpang terjadi karena norma-norma yang ada di sekitarnya

menyimpang atau karena orang berasal dari kelompok non komformitas.

Sumber penyimpangan : keluarga, teman sebaya, hunian, subkultur,

penjara.

2. Teori pengendalian sosial ( walter rickles) Asumsi dasarnya yaitu perilaku

menyimpang membutuhkan pengendalian sosial. Pengendalian sosial bisa

15
dibedakan menjadi dua : pengendalian batiniah (inner control) berupa

iman, sopan, etika, moral. Yang kedua adalah pengendalian luar seperti

polisi, orang tua, guru, petugas keamanan.

3. Teori labelling (gresham sykes dan david matza) Asumsi dasarnya orang

melakukan penyimpangan karena adanya signifikasi label lokal yang

membentuk konsep diri yang menyebabkan orang menyimpang .

Signifikasi berupa nama panggilan, reputasi yang membentuk konsep diri

dan mendorong seseorang untuk menyimpang. Label bisa menghasilkan

kekuatan label yang membuat seseorang menyimpang, Ada 5 teknik

menyangkal labeling tersebut: a) Penyangkalan tanggung jawab b)

Penyangkalan cedera : mengakui salah, mengatakan benar

c) Penyangkalan terhadap korban : mentralisir agar korban tidak menuntut

balasan. d) Penyangkalan balik para pengutuk : saling menghina, seperti

dirjen pajak dan polisi yang sama-sama menuduh korupsi. e) Mengangkat

tinggi nilai kesetiaan. Ex: demo atas nama negara tapi perilakunya

menyimpang dengan membakar dan merusak fasilitas.

4. Teori Fungsional (perspektif fungsional) oleh emile durkeim Melihat

penympangan dalam masyarakat secara fungsinya.

Fungsi perilaku menyimpang :

a) Mempertegas batasan moral dan norma

b) Mempromosikan integritas social

c) Menyeimbangkan struktur

d) Mengaktifkan peran lembaga masyarakat dalam menangani

perilaku menyimpang.

16
5. Teori ketegangan Penyimpangan terjadi karena ketegangan-ketegangan

seperti frustasi ekonomi lemah (sebagai tujuan budaya).

6. Teori kelas dan kejahatan. Yaitu masing-masing kelas memiliki gaya dan

karakter penyimpangan yang berbeda-beda sesuai dengan kelasnya

7. Perspektif Konflik Penyimpangan terjadi karena ketidaksetaraan atau

konflik. Contoh kejahatan yang dilakuakn oleh kapitalis kepada kelas

ploretar yang menyebabkan ketidak setaraan dan konflik.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma

dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi

pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku

menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal

waktu dan tempat. Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.

Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang Penyimpangan harus dapat didefinisikan.

Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Penyimpangan relatif dan

penyimpangan mutlak. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.

Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Penyimpangan sosial

bersifat adaptif (menyesuaikan). Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang Faktor subjektif

adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa

sejak lahir). Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).

Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang

tidak serasi.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

18

Anda mungkin juga menyukai