Anda di halaman 1dari 5

Perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan


sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan,
baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun
pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan


sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih
kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku
pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong,
mencuri, dan mengganggu siswa lain.

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi


(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut
devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab


penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).

2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dijelaskan secara lebih rinci sebab
terjadinya perilaku menyimpang. Berikut adalah sebab-sebab terjadinya perilaku
menyimpang:

1. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah pencurian
dan saling ejek.
2. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Karena ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadiannya maka seorang individu
tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi
masyarakat di sekitarnya.

3. Sikap mental yang tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau
menyesali perilakunya yang dianggap menyimpang.

4. Kriminolog Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan


dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas,
tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang
abnormal.

5. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan


menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku
menyimpang. Hal itu dapat membuat seseorang ingin meniru tokoh yang ada di
tayangan tersebut walaupun itu adalah termasuk perilaku menyimpang.

6. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang.


Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan
dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi
perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang
bertentangan dengan tata tertib masyarakat.

7. Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku


seseorang. Biasanya orang akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan
pergaulannya walaupun itu sudah termasuk perilaku menyimpang.

8. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara


kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal
itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.

9. Banyaknya pemuda yang putus sekolah menyebabkan hilangnya kesempatan untuk


mencari kerja. Akibatnya mereka harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
uang walaupun itu termasuk perilaku menyimpang seperti mengemis atau mencuri.

10. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang biasanya berhubungan dengan
beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut
akan cenderung membuatnya mengidentifikasi diri dengan kelompokyang paling
dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh pola-pola sikap dari
perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut menyimpang maka
kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.

11. Ketidakharmonisan keluarga memicu stres terutama pada anak remaja. Mereka
menjadi semakin labil karena tidak mendapat perhatian dari orangtuanya.

12. Mencari perhatian juga menjadi sebab terjadinya perilaku menyimpang.


Kemungkinan itu disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orangtua dan gurunya
sehingga dia selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain walaupun
itu menyimpang.

13. Dorongan ekonomi biasanya menjadi faktor utama untuk melakukan suatu
perilaku menyimpang. Contoh adalah seperti orang yang mencuri karena terdesak
dengan kebutuhan pokoknya yang tidak terpenuhi.

14. Kegagalan dalam proses sosialisasi. Keluarga inti maupun keluarga luas
bertanggung jawab terhadap penanaman nilai dan norma pada anak. Kegagalan
proses pendidikan dalam keluarga menyebabkan terjadinya penyimpangan.

15. Labelling. Faktor pelabelan pertama kali di ungkapkan oleh Edwin M. Lemert
dalam teori pelabelan. Menurutnya seseorang melakukan perilaku menyimpang diberi
cap (label negatif) oleh masyarakat.

Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa


dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.

1. Dampak Penyimpangan sosial Bagi Pelaku

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu


akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut.

a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan


mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau
dijauhi dari pergaulan.

b. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.

c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.

d. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.


2.Dampak Penyimpangan sosial Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat

Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan
masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut
ini.

a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam


masyarakat.

b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di
masyarakat.

c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.

d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku


individu dalam kehidupan masyarakat.

3. Dampak positif yang ditimbulkan akibat perilaku penyimpangan sosial

Menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan


masyarakat baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah
bersifat negatif.

Akan tetapi, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang juga


memilikikontribusi positif bagi kehidupan masyarakat.

Beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi
masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.

a. Perilaku menyimpang memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat.

Bahwa setiap perbuatan baik merupakan lawan dari perbuatan yang tidak baik.
Dapat dikatakan bahwa tidak akan ada kebaikan tanpa ada ketidak-baikan. Oleh
karena itu perilaku penyimpangan diperlukan untuk semakin menguatkan moral
masyarakat.

b. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas moral.

Dengan dikatakan seseorang berperilaku menyimpang, berarti masyarakat


mengetahui kejelasan mengenai apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap
salah.
c. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan
masyarakat.

Setiap ada perilaku penyimpangan masyarakat pada umumnya secara bersama-


sama akan menindak para pelaku penyimpangan. Hal tersebut menegaskan bahwa
ikatan moral akan mempersatukan masyarakat.

d. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial.

Para pelaku penyimpangan senantiasa menekan batas moral masyarakat,


berusaha memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan mendorong
berlangsungnya perubahan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perilaku menyimpang yang terjadi saat
ini akan menjadi moralitas baru bagi masyarakat di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai