Anda di halaman 1dari 23

ANOMIE,DEVIASI, DEFERENSI, dan

DISORGANISASI

Ainu Rizki
Fazlurrahman Albahriyyi
ANOMIE

• Anomie dalam kamus ilmiah yang disusun oleh Soesilo Riwayadi, dimaknai
sebagai ketidak pedulian terhadap sesuatu

• Menurut Wikipedia, Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Emile
Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini
berasal dari bahasa Yunani a yang berarti “tanpa”, dan nomos yang berarti
“hukum” atau “peraturan”.
DEVIASI
• Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang
dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari kebiasaan atau
adat masyarakat.

• Kartini Kartono (2007:11) mengartikan deviasi atau penyimpangan merupakan


tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik
rata-rata dari rakyat kebanyakan / populasi.

• Dalam Kamus Besar Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah


laku, perbuatan atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
•Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap
baik oleh masyarakat.

•Dapat disimpulkan bahwa deviasi atau perilaku menyimpang adalah perilaku


yang dilakukan individu yang bertentangan/menyimpang dari ciri karakteristik
masyarakat kebanyakan dan norma/nilai yang berkembang dalam masyarakat
tersebut. Sebagai contoh deviasi/perilaku menyimpang adalah perkawinan di
bawah umur, homoseksualitas, alkoholisme kronis, anak usia 7 tahun yang tidak
bersekolah dan lain sebagainya.
Bentuk-bentuk Deviasi
1.   Deviasi social dilihat dari kadar penyimpangannya, terbagi menjadi dua, yaitu:

      

a) Deviasi Primer

Deviasi primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku penyimpangan ini umumnya
tidak menyadari bahwa dirinya melakukan penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan
tidak secara terus menerus (insidental saja) dan pada umumnya tidak begitu merugikan
orang lain, misalnya mabuk saat pesta, mencoret-coret tembok tetangga, ataupun balapan
liar di jalan. Penyimpangan jenis ini bersifat sementara (temporer), maka orang yang
melakukan penyimpangan primer, masih dapat diterima oleh masyarakat.
b) Deviasi Sekunder

Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya perilaku


penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang dan terus
menerus meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk penyimpangan ini
mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan, perampokan, dan
pencurian. Penyimpangan jenis ini sangat merugikan orang lain, sehingga
pelakunya dapat dikenai sanksi hukum atau pidana.
2.         Berdasarkan pelaku penyimpangan, terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Penyimpangan individu (individual deviation)

Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan


orang lain. Contohnya seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang
melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami atau
istri yang selingkuh, dan anak yang durhaka terhadap orang tua, pencuri di
suatu tokok, mabuk-mabukan di tempat umum. Dilihat dari kadarnya
penyimpangan perilaku yang bersifat individual, menyebabkan pelakunya
mendapat sebutan seperti pembandel, pembangkang, pelanggar, bahkan
penjahat.
b.      Penyimpangan kelompok (group deviation)

Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang yang secara bersama-
sama melakukan tindakan yang menyimpang. Contohnya pesta narkoba yang
dilakukan kelompok satu geng, geng motor yang meresahkan warga,
perkelahian massal yang dilakukan antarkelompok suku, ataupun
pemberontakan. Penyimpangan kelompok biasanya sulit untuk dikendalikan,
karena kelompok-kelompok tersebut umumnya mempunyai nilai-nilai serta
kaidah-kaidah sendiri yang berlaku bagi semua anggota kelompoknya
c.       Penyimpangan campuran (mixture of both deviation)

Penyimpangan campuran diawali dari penyimpangan individu. Akan tetapi,


seiring dengan berjalannya waktu, ia (pelaku penyimpangan) dapat
memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang
seperti halnya dirinya. Contoh penyimpangan campuran adalah sindikat
narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang menjadi
amuk massa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi deviasi social

Terjadinya perilaku penyimpangan dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.

1.      Tidak mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Kondisi semacam ini lazim disebut sebagai hasil proses sosialisasi
yang tidak sempurna. Akibatnya, ia tidak bisa membedakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk, benar
atau salah, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya.

2.      Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan yang sering terjadi
tindak penyimpangan, seperti prostitusi, perjudian, mabuk-mabukan, dan sebagainya.

3.      Proses bersosialisasi yang negatif, karena bergaul dengan para pelaku penyimpangan sosial,
seperti kelompok preman, pemabuk, penjudi, dan sebagainya.

4.      Ketidakadilan, sehingga pihak-pihak yang dirugikan melakukan protes, unjuk rasa, bahkan bisa
menjurus ke tindakan anarkis.
Sifat-sifat Deviasi
Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1.      Deviasi bersifat positif

Penyimpangan yang bersifat positif merupakan suatu bentuk penyimpangan


atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap dirinya maupun masyarakat.
 

2.      Deviasi bersifat negative

Penyimpangan yang bersifat negatif merupakan penyimpangan yang cenderung


mengarah pada tindakan yang dipandang rendah, berdampak buruk serta
merugikan bagi pelaku dan juga masyarakat.  
Faktor-faktor Penyebab Deviasi
• Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Sosial Menurut  James W. Van Der
Zanden adalah sebagai berikut:

1.      Longgar dan tidak adanya nilai dan norma

Ukuran perilaku menyimpang bukan pada    ukuran baik dan buruk,benar atau
salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar
tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat.

2.      Sosialisasi yang tidak sempurna

Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak  sempurna,sehingga


menimbulkan perilaku yang menyimpang.

3.         Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang


Menurut Casare Lambroso Penyimpangan Sosial disebabkan oleh faktor-faktor :

1.      Faktor Biologis

Orang melakukan penyimpangan sosial karena didukung oleh bentuk-bentuk


biologis yang mendukungnya.

2.      Faktor Psikologis

Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan   kepribadian


retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk melakukan  
penyimpangan.

3.      Faktor Sosiologis

Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya dengan


sosialisasi yang kurang tepat.
DEFERENSI SOSIAL
• Secara umum, pengertian diferensiasi sosial adalah perbedaan pada anggota
masyarakat secara horizontal. Maksudnya, pembeda ini masih memiliki derajat
maupun tingkatan yang sama.

• Contohnya seperti perbedaan yang ada pada masyarakat yang didasarkan pada
perbedaan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, etnis maupun pekerjaannya.

• Di Indonesia sendiri, terdapat bermacam contoh gender yang semuanya dibahas


di dalam buku Keberagaman Gender di Indonesia.
Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial
1. Ciri Fisik
Ciri fisik pada diferensiasi sosial merupakan ciri yang berhubungan dengan ras,
warna kulit, warna mata, bentuk rambut, bentuk hidung dan lain sebagainya.

2. Ciri Sosial 
Ciri sosial pada diferensiasi sosial merupakan ciri yang memiliki hubungan
dengan fungsi individu pada setiap aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Fungsi
dari ciri sosial sendiri berkaitan dengan profesi maupun pekerjaan yang dimiliki
oleh masing-masing individu.

3. Ciri Budaya
Ciri budaya pada diferensiasi sosial merupakan ciri yang memiliki hubungan
dengan kebudayaan serta adat istiadat masyarakat di suatu negara atau wilayah.
Bentuk dari Diferensiasi Sosial
1. Jenis Kelamin
Bentuk pertama dari diferensiasi sosial adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini
tergolong sebagai bentuk diferensiasi sosial karena tidak dapat menunjukan
perbedaan tingkatan atau dapat dibedakan secara horizontal.

2. Klan 
Klan yang dimaksud pada bentuk diferensiasi sosial di sini adalah suatu satuan
sosial dengan anggota yang memiliki hubungan kekerabatan.

3. Suku Bangsa
Suku bangsa merupakan bentuk ketiga dari diferensiasi sosial. Suku bangsa
terbentuk karena kesadaran individu yang ditandai dengan adanya kesatuan pada
karakteristik, pola perilaku, adat istiadat, asal usul serta kebudayaan.
4. Ras
Setiap individu lahir dari orang tua dengan latar belakang ras tertentu serta memiliki
ciri fisik yang sifatnya khas.

Terdapat beberapa macam ras yang perlu anda ketahui. Berikut penjelasannya:
1) Ras Australoid merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yaitu tubuh
sedang dengan rambut keriting, mata yang hitam, bibir tebal serta kulit
berwarna hitam.
2) Ras Mongoloid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik rambut lurus,
mata yang sipit, memiliki kulit berwarna kuning dan bibir tipis.
3) Ras Cucasaois merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yang
umumnya dimiliki oleh penduduk asli di wilayah Eropa maupun Asia Utara.
4) Ras Negroid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik yang umumnya
dimiliki oleh penduduk asli dari wilayah Afrika serta sebagian wilayah
Asia.
Jenis-Jenis Diferensiasi Sosial
1. Diferensiasi Tingkatan atau Rank Differentiation
Jenis diferensiasi tingkatan ini muncul karena adanya ketimpangan pada
penyaluran barang maupun jasa di suatu daerah. Ketimpangan tersebut dapat
menyebabkan barang maupun jasa memiliki perbedaan harga.

2. Diferensiasi Fungsional atau Functional Differentiation


Jenis diferensiasi yang kedua merupakan pembagian kerja yang muncul karena
adanya orang atau individu yang melakukan suatu pekerjaan yang berbeda atau
berlainan. Hal ini dapat dilihat di suatu lembaga sosial.

3. Diferensiasi Kultural atau Cultural Differentiation


Jenis ketiga dari diferensiasi sosial ini muncul dikarenakan aturan berperilaku
yang tepat serta berbeda menurut situasi tertentu. Peraturan berperilaku ini
disebut pula dengan norma yang memiliki tujuan untuk mengatur ketertiban
dalam bermasyarakat dan kemungkinan berbeda di setiap daerahnya. 
Dampak Diferensiasi Sosial 
Diferensiasi sosial memiliki beberapa dampak serta pengaruh pada kehidupan
bermasyarakat, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Diferensiasi dapat memunculkan primordialisme yaitu merupakan anggapan


yang dimiliki oleh setiap individu bahwa kelompoknya merupakan yang paling
unggul daripada kelompok lainnya.

2. Diferensiasi sosial dapat memunculkan etnosentrisme, yaitu merupakan


anggapan dari individu yang meyakini bahwa suku bangsanya lebih baik
dibandingkan suku bangsa lainnya.

3. Diferensiasi sosial memunculkan prasangka terhadap individu yang terlihat


atau berbeda dari diri sendiri.

4. Diferensiasi dapat memunculkan sikap diskriminatif seseorang terhadap suatu


kelompok minoritas.
Disorganisasi sosial

Dalam perspektif disorganisasi sosial, ada 2 faktor yang mendorong, yaitu


sebagai

(1)jawaban terhadap keadaan yang terjadi pada tingkat masyarakat luas;

(2)jawaban terhadap perubahan dalam lapangan sosiologi secara khusus.


• Ada perbedaan antara perspektif patologi sosial dan perspekti disorganisasi
Sosial, yaitu bahwa pada perspektif disorganisasi Sosial lebih kompleks dan
lebih sistematik, karena hasil kemajuan sosiologi yang semakin berkembang.

• Perbedaan yang paling penting adalah bahwa perspektif patologi sosial


berangkat dari anggapan bahwa masalah itu disebabkan oleh kegagalan, baik
pada individu maupun masyarakat, sedangkan perspektif disorganisasi sosial
mulai dengan penelitian mendalam atas peranan dari aturan atau kebiasaan
yang merupakan tatanan baru suatu kehidupan.
Beberapa karya ilmiah penganut disorganisasi sosial diantaranya adalah sebagai
berikut;

1. sosial change and sosial disorganizationoleh Robert E. Park, mengemukakan


gagasannya bahwa dasar bagi suatu organisasi sosial adalah tradisi dan
kebiasaan. Keluarga, tetangga, masyarakat yang stabil merupakan lembaga yang
mampu menjalankan pengendalian sosial. Namun masyarakat modern yang
komplek seperti urbanisasi, migrasi, industrialisasi yang berlangsung cepat
karena teknologi (komunikasi dan transportasi) berdampak pada disorgansasi
sosial di masyarakat.

2. The ecology of urban disorganizationoleh Robert E.L.Farist dan H.Warren


Dunham yang mengungkapkan bahwa ternyata lebih banyak permasalahan yang
berhubungan dengan struktur ekologis disbanding dengan masalah urbanisasi dan
disorganisasi sosial.
3. Family disorganization oleh W.I Thomas dan Florian Znaniecky yang
mengemukakan bahwa inti permasalahan disorganisasi keluarga adalah adanya
sikap we(kekitaan) dan sikap I (keakuan) dalam struktur masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai