Anda di halaman 1dari 16

KODE ETIK

Dosen Pengampu : Rudi Masrukhin, M.Pd.


Disusun Oleh :

1. Akhmad Khoirul Rohman


2. M. Rendra Yusuf Fata

PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM (BKPI) INSTITUT


AGAMA ISLAM AL-FALAH ASSUNIYYAH

Alamat : Kampus Hijau jl.Semeru No. 09 Kencong Jember -68167

Kencong Jember
Tahun 2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ilahi robbi, yang
telah memberikan rahmat taufiq serta hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan
trimakasih kepada Bapak Dosen Rudi Masrukhin, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah “KODE ETIK” dan Teman-Teman yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan
seoptimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak
sengaja, untuk itu bagi para pembaca yang budiman sangat kami harapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
khususnya bagi kami serta memperoleh ridho Allah Swt.
Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Mlokorejo, 24 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3
A. Latar Belakang...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4
A. Membedakan hak dan kewajiban.......................................................................... 4
B. Mencari pelanggaran kode etik .............................................................................9
C. Menjaga dan menjelaskan kerahasiaan dan hak-hak klien................................. 15
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 25
A. Kesimpulan........................................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................................... 9
DAFAR PUSTAKA...................................................................................................... 10

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial
(Kunkel dalam Walgito, 2006:13). Sebagai makhluk individu manusia mempunyai
potensi-potensi yang harus dikembangkan. Sementara sebagai makhluk sosial manusia
akan berinteraksi dengan manusia yang lainnya, dan juga hidup secara berkelompok.
Sejak dari lahir dan sampai akhir hidupnya manusia akan selalu berinteraksi dengan
kelompok masyarakat, hal ini bertujuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam
kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah bagaimanakah
gambaran tahap perkembangan kelompok pada kelompok organisasi informal?
C. Tujuan
1. Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui gambaran tahap perkembangan
kelompok pada kelompok organisasi informal.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEMBEDAKAN HAK DAN KEWAJIBAN
1. PENGERTIAN HAK
Pengertian Hak adalah segala sesuatu yang seharusnya kita dapatkan. Hak
merupakan segala sesuatu yang dapat dimiliki, hak ini dapat bersifat universal.
Sebagai contoh adalah hak asasi manusia. Dalam hak asasi manusia, setiap
manusia berhak untuk memiliki:
 Hak untuk hidup
 Hak untuk mendapat pengakuan
 Hak tidak diperbudak
 Hak untuk meraih kebebasan
 Hak mendapatkan kesamaan perlakuan
 Hak bebas dari diskriminasi segala bentuk penindasan
 Hak untuk mengembangkan diri
 Hak untuk memilih agama dan kepercayaan
 Hak untuk memutuskan masa depan
 Hak mendapatkan sandang, pangan dan papan
 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak
 Hak mendapatkan perlindungan hukum
Dan masih banyak lagi hak dasar manusia, selain hak asasi di atas, manusia juga
memiliki hak bergantung pada status yang kita miliki. Sebagai seorang anak, kita
mendapatkan hak untuk memperoleh sandang, pangan, papan dan pendidikan dari
orang tua kita. Sebagai seorang pekerja kita memiliki hak untuk mendapatkan
gaji.
2. PENGERTIAN HAK MENURUT AHLI ;
a. Hak menurut Srijanti
Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. (Srijanti,2007:121)
b. Hak menurut Prof. Dr. Notonegoro
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan

4
oleh pihat lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa olehnya. (Prof. Dr. Notonegoro,2010:30)
c. Hak menurut Soerjono Soekanto
Soerjono Soekanto membedakan Hak menjadi 2 bagian yaitu:
1) Hak searah atau relatif
Pada umumnya hak ini muncul dalam hukum perikatan atau perjanjian.
Contohnya hak menagih atau hak melunasi prestasi.
2) Hak jamak arah atau absolut
Hak jenis ini terdiri dari:
 Hak dalam HTN (Hukum Tata Negara) pada penguasa menagih
pajak, pada warga hak asasi.
 Hak kepribadian, hak atas kehidupan, hak tubuh, hak kehormatan
dan kebebasan.
 Hak kekeluargaan, hak suami istri, hak orang tua, hak anak.
 Hak atas objek imateriel, hak cipta, merek dan paten.
d. Hak menurut salmond
Salmond mengartikan Hak menjadi beberapa bagian, antara lain:
1) Hak dalam arti yang sempit yaitu :
 Hak yang melekat pada seseorang sebagai pemilik suatu hal.
 Hak yang tertuju kepada orang lain sebagai pemegang suatu
kewajiban, diantara hak dan kewajiban yang korelatif.
 Hak yang bisa berisi kewajiban pada pihak yang lainnya supaya
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukan perbuatan.
 Hak bisa memiliki objek yang muncul
dari comission dan omission.
 Yang mempunyai titel atau gelar, yang dimana suatu peristiwa
menjadi dasar sehingga hak tersebut melekat pada pemiliknya.
2) Hak kemerdekaan
Adalah hak yang memberi kemerdekaan pada seseorang dalam
melakukan kegiatan yang diberikan oleh hukum, tetapi tidak
mengganggu, melanggar dan menyalahgunakan sehingga dapat
melanggar hak orang lain, dan juga pembebasan dari hak orang lain.
3) Hak kekuasaan

5
Merupakan hak yang diberikan untuk melalui jalan dan juga cara
hukum, dalam mengubah hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban
lainnya, dalam hubungan hukum.
4) Hak kekebalan/imunitas
Adalah hak untuk dibebaskan dari kekuasaan hukum orang lain.
e. Hak Menurut Curzon
Curzon mengelompokkan Hak menjadi lima macam, yaitu:
1) Hak sempurna
Contoh hak yang bisa dilaksanakan dan dipaksakan dengan melalui
hukum, dan hak yang tak sempurna. Contohnya hak yang dibatasi
oleh kadaluwarsa.
2) Hak utama
Adalah hak yang diperluas oleh hak lainnya, hak tambahan dan hak
yang melengkapi hak utama.
3) Hak Publik
Adalah hak yang ada di dalam masyarakat, negara serta hak perdata
yang ada pada seseorang
4) Hak positif
Merupakan hak yang menuntut dilakukannya suatu perbuatan, hak
negatif supaya tidak melakukan suatu hal.
5) Hak milik
Adalah hak yang berhubungan dengan barang dan hak pribadi yang
berhubungan dengan kedudukan seseorang.
Berdasarkan sumbernya, manusia memiliki dua kategori jenis Hak
 Hak Legal
Hak legal merupakan hak yang diatur dalam undang-undang maupun
payung hukum yang diakui dalam suatu wilayah, misalnya negara. Hak
ini diatur dalam undang-undang seperti hak tidak mendapatkan
diskriminasi, hak mendapatkan pendidikan, dan hak mempertahankan
kemerdekaan.
 Hak Moral
Hak moral adalah hak yang didasarkan pada prinsip budaya, etika
maupun norma yang berlaku dalam masyarakat. Setiap anak berhak
6
mendapatkan perlakuan yang sama dengan saudara-saudaranya dalam
lingkungan keluarga. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari
anggota masyarakat lain jika mendapat kekerasan di lingkungan tempat
tinggalnya.
3. PENGERTIAN KEWAJIBAN
Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dikerjakan dan dituntaskan
manusia dalam kehidupannya, sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap
atribut yang dimilikinya. Seorang pelajar berkewajiban untuk belajar dan
mengikuti pembelajaran dengan baik. Seorang pekerja wajib untuk bekerja
dengan penuh dedikasi dan sesuai peraturan yang berlaku.
a. Kategori kewajiban
Sebahgaimana hak, kewajiban juga dibagi menjadi dua yakni
kewajiban hukum serta kewajiban moral
b. Kewajiban hukum

Merupakan bentuk tanggung jawab manusia sebagai subyek hukum


suatu negara. Kewajiban tersebut umumnya diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang memuat tata cara pelaksanaan kewajiban dan
sanksi bagi yang melanggar. Misalnya, kewajiban untuk mentaati peraturan
lalu lintas. Pelanggaran terhadap kewajiban hukum biasanya dikenakan sanksi
baik denda maupun pidana.
c. Kewajiban Moral
Kewajiban moral merupakan bentuk tanggung jawab pribadi kepada
masyarakat akan pemenuhan norma yang berlaku. Kewajiban normal ini
biasanya tidak memiliki bentuk baku dalam bentuk peraturan seperti
kewajiban hukum, meski demikian kewajiban ini bersifat mengikat dan
berlaku sebagai kesepakatan bersama masyarakat.
4. PENGERTIAN KEWAJIBAN MENURUT AHLI
a. Pengertian Kewajiban menurut Prof. Dr. Notonegoro
Kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak
lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang
berkepentingan. (Prof. Dr. Notonegoro, 2010:31)

7
b. Pengertian Kewajiban menurut Curzon
Menurut Curzon kewajiban dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :
1) Kewajiban Mutlak
Yaitu kewajiban yang tertuju kepada diri sendiri maka tidak
berpasangan dengan hak dan nisbi, yang melibatkan hak di lain
pihak.
2) Kewajiban Publik
Di dalam hukum publik yang berkorelasi dengan hak publik adalah
wajib mematuhi hak publik dan juga kewajiban perdata, yang
muncul dari perjanjian yang berkolerasi dengan hak perdata.
3) Kewajiban Positif
Adalah hal yang menghendaki yang dilakukan dengan sesuatu dan
kewajiban yang negatif, yang tidak melakukan sesuatu.
4) Kewajiban Universal/Umum
Adalah kewajiban yang ditujukan pada semua warga negara, atau
secara umum yang ditujukan kepada golongan tertentu dan
kewajiban yang khusus dan muncul dari bidang hukum tertentu.
5) Kewajiban Primer
Kewajiban ini tidak muncul dari perbuatan melawan hukum.
Contohnya adalah kewajiban yang tidak mencemarkan nama baik,
dan kewajiban yang sifatnya membesi sangsi, timbul dari sebuah
perbuatan melawan hukum contohnya membayar kerugian di dalam
hukum perdata.1
5. PERBEDAAN HAK DAN KEWAJIBAN
Dari urain diatas kita bisa memahami paearbedaan antara Hak dan
Kewajiban, selain itu perbedaan perbedaan Hak dan kewajiban juga bisa di
uraikan berdasarkan point berikut ;
a. Perbedaan Hak dan Kewajiban Berdasarkan Fungsi
 Hak berfungsi untuk didapatkan atau dimiliki oleh individu
 Kewajiban berfungsi sebagai tanggung jawab individu untuk
memenuhinya
b. Perbedaan Obyek Hak dan kewajiban

1
https://artikelpendidikan.id/pengertian-hak-dan-kewajiban/
8
 Hak adalah segala sesuatu yang kita dapatkan dari pihak lain
 Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus kita berikan kepada
pihak lain
c. Perbedaan Hak dan Kewajiban dari segi Hukum
 Hak dapat berpotensi untuk dipertahankan dan ditentang dalam
pengadilan, misalnya dalam kasus persidangan perdata dan pidana
 Kewajiban kita sebagai individu, warga negara, tidak dapat ditentang
oleh pengadilan
d. Perbedaan Hak dan Kewajiban Sebagai Sebab Akibat
 Hak dapat merupakan implikasi dari kewajiban yang kita tunaikan
(gaji, penghargaan), atau merupakan sesuatu yang kita dapatkan
secara langsung sebagai manusia (hak hidup, hak bebas dari
diskriminasi).
 Kewajiban yang tidak dilaksanakan dengan baik dapat menyebabkan
menurunnya hak yang kita terima (pemotongan gaji).
 Setiap pemenuhan kewajiban akan menghasilkan pemenuhan hak,
sementara tidak semua pemenuhan hak berasal dari pemenuhan
kewajiban2
B. MENCARI PELANGGARAN KODE ETIK
1. KODE ETIK KONSELOR
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia adalah norma-norma, sistem nilai
dan moral yang merupakan aturan tentang apa yang harus atau perlu dilakukan, tidak
boleh dilakukan, dan tidak dianjurkan untuk dilakukan atau ditugaskan dalam bentuk
ucapan atau tindakan atau perilaku oleh setiap pemangku profesi layanan bimbingan dan
konseling dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupan bermasyarakat dalam
rangkaian budaya Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia adalah
kaidah-kaidah nilai dan moral yang menjadi rujukan bagi anggota organisasi dalam
melaksanakan tugas, atau tanggung jawabnya dalam melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling kepada konseli. Kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, ditegakkan, diamalkan, dan diamankan
oleh setiap anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Oleh karena itu kode etik ini wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh pengurus
dan anggota ABKIN tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Kode etik profesi

2
https://perbedaan.net/perbedaan-hak-dan-kewajiban/
9
dinyatakan dalam bentuk seperangkat standar, peraturan, dan/atau pedoman yang
mengatur dan mengarahkan ucapan, tindakan, dan/atau perilaku konselor atau guru
bimbingan dan konseling sebagai pemegang kode etik yang bekerja pada berbagai sektor
dalam interaksi mereka dengan mitra kerja dan sasaran layanan atau konseli serta anggota
masyarakat pada umumnya.3
Hal-hal yang dimuat oleh Kode Etik BK di Indonesia menurut ABKIN (2006: 69)
yaitu sebagai berikut: a.KuaIifikasi; a) niIai, sikap, keterampiIan, pengetahuan dan
wawasan mengenai Bimbingan dan KonseIing harus dimiliki oelh konselor, b) konselor
harus diakui secara resmi sesuai kemampuan dan wewenangnya. b.Informasi, testing dan
riset; a) menyimpan dan menggunakan informasi, b) testing, diberikan kepada KonseIor
yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasiInya, c) riset, menjaga prinsip-
prinisp sasaran riset serta kerahasiaan. c.Proses pada peIayanan; hubungan daIam
memberikan peIayanan dan kIien. d.Relasi dengan rekan kerja atau ahIi Iain; a) manfaat
relasi dengan rekan kerja; b) melimpahkan kepada ahli yang lain jika tidak dapat
menyelesaikan permasalahan yang dialami klien. e.Hubungan keIembagaan; memuat
mengenai aturan peIaksanaan Iayanan konseIing yang berhubungan dengan keIembagaan.
f.Praktik mandiri dan Iaporan kepada pihak Iain; 1) konseIor melakukan praktik mandiri,
terkait aturan daIam peIaksanaan kerahasiaan konseIing, 2) memberikan Iaporan kepada
pihak Iain. g.Profesi yang dipatuhi, 1) melaksanakan hak dan kewajiban, serta 2)
peIanggaran terhadap kode etik.4
2. TUJUAN KODE ETIK BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA
Tujuan disusunnya kode etik konseling Indonesia yaitu: 1) Memberikan panduan sikap
atau perilaku yang berkarakter dan profesional bagi anggota dalam memberikan layanan;
2) Membantu dalam memberikan pelayanan yang profesional; 3) Mendukung visi dan
misi organisasi profesi; 4) Menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang datang
dari anggota profesi; 5) Melindungi konselor dari konseli (PBABKIN, 2018). Kode etik
konselor juga bisa meningkatkan akuntabilitas dan integritas organisasi profesi konselor
(Juhnke, dan Nielsen dalam Masruri (2016)) dan pelaksanaan pelayanan konseling
menjadi lebih efektif. Kode etik profesi bimbingan konseling Indonesia disusun oleh
ABKIN dan dituangkan dalam SK no: 009/SK/PBABKIN/VIII/2018. Kode etik tersebut
memuat hal sebagai berikut: 1) Kualifikasi dan kompetensi konselor yang mencakup; a)
nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang bimbingan konseling,

3
PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA Sekretariat: Lab.
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta ; Alamat: Jl. Colombo
No.1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Telepon :0812-2707-448 dan 0812-
5297-599; email: pengurusbesar@abkin.org
4
JUMRAWARSI1,2, MUDJIRAN3 , NEVIYARNI4 , HERMAN NIRWANA5, KODE ETIK KONSELING
SERTA PERMASALAHAN DALAM PENERAPANNYA, Ensiklopedia of Journal, Vol.3, Juli 2021, Hal. 54-55.
10
b) adanya pengakuan atau legitimasi kemampuan dan kewenanganya sebagai konselor; 2)
Kegiatan profesional yang mencakup; a) praktek pelayanan konseling secara umum, b)
praktek pada unit atau lembaga, c) praktek mandiri, d) dukungan teman sejawat, e)
informasi dan riset, f) assesmen atau penilaian; 3) Pelaksanaan pelayanan memuat; a)
penghargaan dan keterbukaan, b) kerahasiaan dan berbagi informasi, c) setting layanan
konseling, d) tanggung jawab konselor; 4) Pelanggaran dan sanksi memuat; a) bentuk
pelanggaran, b) sanksi pelanggaran, c) mekanisme penerapan sanksi. 5
3. PELANGGARAN KODE ETIK
Konselor atau guru bimbingan dan konseling wajib memperhatikan apa yang seharusnya
dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, dan apa yang dianjurkan untuk dilakukan
kepada konseli. Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik akan merugikan diri konselor
sendiri, konseli, lembaga dan pihak lain yang terkait, serta profesi Bimbingan dan
Konseling. Pelanggaran Kode Etik akan mendapatkan sanksi, baik secara moral
berkenaan dengan kerugian diri konselor sendiri, konseli dan pihak lain, serta sanksi
secara formal dari organisasi profesi
a. BENTUK PELANGGARAN
1) Pelanggaran umum
Melanggar nilai dan norma yang mencemarkan nama baik profesi Bimbingan dan
Konseling dan organisasinya, yaitu ABKIN, dan Melakukan tindak pidana yang
mencemarkan nama baik profesi Bimbingan dan Konseling
2) Pelanggaran terhadap Konseling
a) Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait
dengan kepentingan konseli.
b) Melakukan perbuatan asusila, seperti pelecehan seksual, perselingkuhan,
affair, penistaan agama, rasialis terhadap konseli, dan merugikan konseli.
c) Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.
d) Melakukan praktik profesional yang tidak sesuai standar profesi bimbingan
dan konseling.
e) Tidak memberikan pelayanan atau mengabaikan permintaan konseli untuk
mendapatkan pelayanan.
f) Melakukan referal kepada pihak lain yang tidak sesuai dengan masalah
konseli dan merugikan konseli
3) Pelanggaran Terkait dengan Lembaga Kerja

5
Aniswita1 , Neviyarni2 , Mudjiran3 & Herman Nirwana4, KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN
PRAKSIS, Vol. 8, Inovasi Pendidikan, Juli 2021, Hal: 4-5
11
a) Melakukan tindak kesalahan terhadap lembaga berkenaan dengan tanggung
jawabnya sebagai konselor yang bekerja di lembaga yang dimaksudkan.
b) Melakukan kesalahan pidana terhadap lembaga yang dimaksud yang
dikenai sanksi/hukum yang mencemarkan nama baik profesi
Bimbingan dan Konseling.
4) Pelanggaran terhadap Rekan Sejawat
a) Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik antar sejawat
konselor, seperti penghinaan, menolak untuk bekerja sama, sikap
arogan.
b) Berebut konseli untuk dilayani antar sesama konselor
5) Pelanggaran terhadap Organisasi Profesi
a) Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi profesi.
b) Mencemarkan nama baik profesi dan organisasi profesinya. 6
4. PERMASALAHAN PRAKSIS KODE ETIK KONSELOR
Kode etik konselor dalam tataran praksis masih menyisakan banyak masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Suhertina (2010) terkait dengan implementasi
kode etik bimbingan konseling. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Guru
bimbingan konseling atau konselor sekolah masih banyak memiliki pemahaman
yang relatif rendah terkait dengan kode etik profesi. Temuan yang sangat
mengejutkan yakni sebagian konselor sekolah tidak mengenal adanya kode etik
bimbingan konseling (Sujadi, 2018). Hal ini terjadi karena kesalahpahaman
tentang bimbingan konseling khususnya bimbingan konseling di sekolah (Prayitno
& Erman Amti, 2004). Secara garis besar permasalahan kode etik dapat dibagi
dua, yaitu:
a. Pelanggaran Kode Etik
Menurut Hunainah (2016); Nuzliah (2019) minimal terdapat tiga
kasus pelanggaran kode etik yang sering terjadi dalam pelaksanaan
layananan koseling diantaranya adalah: 1) Pelanggaran yang dilakukan
terhadap konseli. Contohnya, membuka rahasia konseli, melakukan
perbuatan asusila dan melakukan tindak kekerasan atau kesalahan dalam
6
PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA Sekretariat: Lab.
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta ; Alamat: Jl. Colombo
No.1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Telepon :0812-2707-448 dan 0812-
5297-599; email: pengurusbesar@abkin.org. Hal.21.
12
memberikan layanan; 2) Pelanggaran terhadap organisasi profesi.
Contohnya tidak melaksanakan aturan yang telah ditetapkan dan
mencemarkan nama baik organisasi profesi; 3) Pelanggaran terhadap rekan
sejawat atau profesi lain yang terkait. Contohnya tindakan yang tidak
menyenangkan.
Isu pelanggaran kode etik paling mutahir dikemukakan Gladding
yaitu: 1) Pelanggaran terkait kepercayaan; 2) Layanan yang diberikan
melampaui tingkat kompetensi profesional; 3) Konselor melakukan
kelalaian dalam memberikan layanan; 4) Konselor mengklaim kompetensi
yang tidak dimilikinya; 5) Konselor memaksakan referensi, nilai atau
prinsip pada konseli; 6) Konselor membuat konseli tergantung dan tidak
mandiri; 7) Melakukan aktivitas asusila atau pelecehan terhadap konseli; 8)
Adanya konflik kepentingan, seperti konselor berperan ganda yaitu sebagai
konselor sekaligus peran lain baik dalam hubungan pribadi ataupun
hubungan profesional; 9) Adanya kesepatan yang kurang jelas seperti
masalah finansial atau adanya bayaran tambahan; 10) Adanya pengiklanan
yang tidak pada tempatnya; 11) Plagiasi.
Pelanggaran kode etik ini umumnya terjadi disebabkan oleh: 1)
Tidak adanya mekanisme atau prosedur yang jelas untuk menyampaikan
keluhan terkait pelanggaran kode etik. Hal ini mengakibatkan kontrol atau
pengawasan dari masyarakat tidak berjalan dengan baik; 2) Pengetahuan
masyarakat yang minim tentang substansi kode etik profesi konselor; 3)
Belum adanya kesadaran etis dari konselor untuk menjaga harkat dan
martabat profesinya; 4) Adanya hubungan kekerabatan antara pelanggar
kode etik dengan pihak yang berwenang menegakkan kode etik; 5)
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia sehingga pelaku pelanggaran
kode etik profesi tidak bisa dijerat hukum (Hunainah, 2016). Jadi secara
umum semua terjadi karena kurangnya tanggung jawab profesional dari
pelanggar kode etik (oknum konselor).
b. Dilema legal dan etik dalam konseling
Permasalahan praksis kode etik selain pelanggaran kode etik adalah
adanya dilema legal dan etik dalam konseling yang membuat konselor
kesulitan atau dilematis untuk menegakkan kode etik profesi konselor. Tim

13
Bond menjelaskan beberapa bentuk dilema etik dalam bimbingan konseling,
diantaranya adalah: 1) Adanya kemampuan dan pengawasan serta
kepercayaan yang harus dijaga oleh konselor (power, control and trust); 2)
Adanya kesepakatan (contracting) antara pihak konselor dengan konseli; (3)
Kerahasiaan data konseli yang harus dijaga (confidentiality); (4) Adanya
kasus konseli berniat untuk bunuh diri (suicidal intent); dan (5) Adanya
bahaya atau ancaman terhadap orang lain (danger to others).7

7
Aniswita1 , Neviyarni2 , Mudjiran3 & Herman Nirwana4, KODE ETIK KONSELING: TEORITIK DAN
PRAKSIS, Vol. 8, Inovasi Pendidikan, Juli 2021, Hal: 5-6.
14
C. Menjaga Dan Menjelaskan Kerahasiaan dan Hak Hak Klaien
Saat seseorang pergi untuk melakukan konseling kepada konselor / psikolog
tentu saja mgninginkan jaminan kerahasiaan mengenai apa yang mereka
konsultasikan. 
Konselor menyadari bahwa kepentingan sasaran layanan atau konseli
terhadap konselor merupakan hal yang paling utama dalam praktik pelayanan
bimbingan dan konseling. Konselor menyikapi dan melayani konseli melalui
penampilan pribadi yang altruistik. Cara-cara yang diterapkan untuk membantu
konseli dengan penuh perhatian dan penghargaan atas harkat dan martabat konseli
serta sepenuhnya untuk pencapaian kemaslahatan konseli.
Adapun tahapan pelaksanaan layanan :
a. Penghargaan dan keterbukaan
b. Kerahasiaan dan berbagi informasi
c. Seting layanan
d. Tanggung jawab

8
Kode Etik BIMBINGAN KONSELING, https://abkin.org/upload/KODE_ETIK_ABKIN.pdf,
https://masoemuniversity.ac.id/berita/pentingnya-konselor-psikolog-menjaga-kerahasiaan-klien.phpp
15

Anda mungkin juga menyukai