DOSEN PEMBIMBING :
H. Wuryantoyo, M.Pd.
DI SUSUN OLEH:
1. Ade Khoirul Ikhsan ( 161120001788 )
2. Nurhana ( 161120001814 )
3. Arum Mutmainah ( 161120001818 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
taufik hidayahNYa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul HAK
ASASI MANUSIA dengan lancar dan baik. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca pada umumnya.
Harapan penulis mudah–mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca. Saya akui makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam kata-kata maupun
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu diharapkan bagi pembaca untuk memberi
masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah yang baik dan benar.
2
Daftar isi
1. JUDUL MAKALAH.............................................................................................. 1
B. Macam-Macam HAM....................................................................................... 7
Saran....................................................................................................... 22
Kesimpulan............................................................................................. 22
7. Daftar Pustaka........................................................................................................ 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan
sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi
dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu
diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita
sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai
manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena
pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak
tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi
diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak
yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak
asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal,
artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun.
Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya
juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada juga
kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana
4
atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi
Manusia, kita wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi
yang juga dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak-
hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak
kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di
dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
Pengertian Hak Asasi Manusia
Macam-Macam HAM
Sejarah dan Perkembangan Hak Asasi Manusia.
Pemahaman ham dalam pancasila
Ham dalam UUD NRI th 1945
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Macam-Macam HAM
3.Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam keadilan
hukum dan pemerintahan(right of legal equality) Contohnya :
7
Hak untuk memilih pendidikan
Hak mendapat pelayana kesehatan
Hak mengembangkan kebudayaan
6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
hukum(procedural right)
Hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan, penangkapan,
peradilan dan pembelaan hukum
Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada
abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat
pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada
waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah
perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat,
yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
Piagam Madinah
Kelahiran Piagam Madinah tidakla lepas dari adanya hijrah Nabi Muhamad
SAW dari Makkah ke Madinah, dan merupakan kepanjangan dari dua perjanjian
sebelumnya yaitu bai’at aqabah 1 dan 2. Dan setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, maka
muncullah masyarakat Islam yang damai, tentram dan sejahtera di Madinah yang
dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar, dan
8
beberapa kabilah arab dari Yahudi dan kaum musyrik Madinah. Dan setelah itu, maka
Madinah menjadi pusat bagi kegiatan keislaman dan perkembangan dunia Islam.
Dengan tercapainya kesepakatan antar kaum di Madinah, maka semakin
heterogenlah masyarakat yang menduduki Madinah. Selain itu, perjanjian ini juga
menjadi sangat penting bagi diri Nabi sendiri. Piagam madinah ini secara tidak langsung
menunjukkan kapasitas Nabi sebagai seorang pemimpin dan politikus yang ulung,
ditandai dengan :
a. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyatukan umat Islam dalam satu
panji, yaitu Islam, dengan mengabaikan perbedaan suku, ras dan kabilah.
Dan menyatukan hati semua kaum muslimin dalam satu perasaan.
b. Menjadikan agama sebagai alasan yang paling kuat, sebagai pengerat
antar umat mengalahkan hubungan antar keluarga.
c. Bahwa ikatan yang terbangun atas dasar agama terdapat didalamnya hak-
hak atas setiap individu, dan tercapainya kedamaian dan ketentraman umat.
d. Adanya kesamaan hak antara kaum muslimin dan yahudi dalam hal
maslahat umum, dan dibukannya pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang
ingin memeluk agama Islam dan melindungi hak-hak mereka.
Pagam madinah sendiri terdiri dari 70 pasal, dan ditulis dalam 4 tahapan yang
berbeda. Pada penulisan pertama terdapat 28 pasal, yang didalamnya mengatur
hubungan antara kaum muslimin sendiri. Pada penulisan yang kedua ada 25 pasal yang
mengatur hubungan antara umat Islam dan Yahudi. Dan penulisan yang ketiga terjadi
setelah terjadinya perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-2 Hijrah, yang merupakan
penekanan atau pengulangan dari pasal pertama dan kedua. Sedangkan pada tahap yang
keempat ini hanya terdapat 7 pasal dan mengatur hubungan antara kabilah yang
memeluk Islam.
Sementara Magna Charta (1215) sering keliru dianggap sebagai cikal bakal kebebasan
warga negara Inggris – piagam ini sesungguhnya hanyalah kompromi pembagian
kekuasaan antara Raja John dan para bangsawannya, dan baru belakangan kata-kata
dalam piagam ini – sebenarnya baru dalam Bill of Rights (1689) muncul ketentuan-
ketentuan untuk melindungi hak-hak atau kebebasan individu.
9
Tetapi perkembangan ini pun harus dilihat dalam konteksnya. Bill of Rights,
sebagaimana diperikan dengan judulnya yang panjang “An Act Declaring the Rights
and Liberties of the Subject and Setting the Succession of the Crown” (Akta Deklarasi
Hak dan Kebebasan Kawula dan Tara Cara Suksesi Raja), merupakan hasil perjuangan
Parlemen melawan pemerintahan raja-raja wangsa Stuart yang sewenang-wenang pada
abad ke-17. Disahkan setelah Raja James II di paksa turun tahta dan William III serta
Mary II naik ke singgasana menyusul “Revolusi Gemilang” (Glorius Revolution) pada
tahun 1688.
Bill of Rights, yang menyatakan dirinya sebagai deklarasi undang-undang yang ada dan
bukan merupakan undang-undang baru, menundukkan monarki di bawah kekuasaan
Parlemen, dengan menyatakan bahwa kekuasaan Raja membekukan dan
memberlakukan seperti yang di klaim oleh Raja adalah ilegal.
Undang-undang ini juga melarang pemungutan pajak dan pemeliharaan pasukan tetap
pada masa damai oleh Raja tanpa persetujuan Parlemen. Dalam analisis Marxis,
Revolusi Gemilang tahun 1688 dan Bill of Rights yang melembagakannya adalah
revolusi borjuis: revolusi ini hanya menegaskan naiknya kelas bangsawan dan pedagang
diatas monarki.(Scott Davidson, Hak Asasi Manusia, PT. Temprint, Jakarta, 1994, hlm.
3)
Kedua pandangan ini ada benarnya, karena Bill of Rights tidak hanya menjamin
kepentingan kaum borjuis, tetapi juga mengatur hal-hal tertentu yang berciri “hak asasi
manusia”, meskipun pada waktu itu tidak disebut demikian. Undang-undang ini secara
khusus menetapkan bahwa “uang jaminan yang berlebih-lebihan tidak boleh
disyaratkan; demikian pula denda yang berlebih-lebihan tidak boleh dikenakan; dan
10
hukuman yang kejam dan tidak lazim tidak boleh dijatuhkan.”. Lebih lanjut undang-
undang ini menetapkan bahwa “para anggota juru harus dipilih dan dilaporkan dengan
cara yang benar” dan, bahwa “semua pemberian dan perjanjian mengenai denda serta
tebusan bagi orang-orang tertentu sebelum dijatuhi hukuman adalah ilegal dan batal.”
Sementara unsur “hak asasi”dari Bill of Rights itu tampak sedikit dan berat sebelah
karena menguntungkan kelas warga negara tertentu, namun seluruh konteks instrumen
ini adalah sangat penting karena ia mencoba menggantikan tindakan yang tidak diduga-
duga dan ekses absolutisme monarki yang sewenang-wenang dengan legitimasi
konstitusional oleh parlemen.
Revolusi Gemilang juga penting, karena revolusi ini merupakan suatu preseden yang
menunjukkan bahwa para penguasa dapat disingkirkan atas kehendak rakyat jika
mereka gagal mematuhi persyaratan legitimasi konstitusional. Dalam pandangan ini
John Locke, filsuf politik Inggris abad ke-18, yang berusaha menemukan dasar teoritis
bagi revolusi-revolusi konstitusional pada abad ke-17 dan 18, pemerintahan yang buruk
melanggar kontrak sosial antara para penguasa dengan orang-orang yang diperintahnya,
dan dengan demikian mendorong yang terakhir ini untuk menyingkirkan mereka.(Ibid,
hlm 4)
Sementara cita-cita luhur untuk melindungi kehidupan, kebebasan dan usaha mengejar
kebahagiaan memadai bagi suatu deklarasi kemerdekaan, namun jelas bahwa hal ini
11
tidak memadai sebagai katalog hak-hak individu yang wajib dilindungi oleh negara.
Deklarasi Hak Asasi Virginia, yang disusun oleh George Mason sebulan sebelum
Deklarasi Kemerdekaan, mencantumkan kebebasan-kebebasan yang spesifik yang harus
dilindungi dari campur tangan negara. Kebebasan ini mencakup, antara lain adalah
kebebasan pers, kebebasan beribadat, dan ketentuan yang menjamin tidak dapat dicabut
kebebasan seseorang kecuali berdasarkan hukum setempat atau berdasarkan
pertimbangan warga sesamanya.( Ibid, hlm. 5 )
Para penyusun naskah Undang-Undang Dasar Amerika Serikat, yang terpengaruh oleh
Deklarasi Virginia rancangan Mason, memasukkan perlindungan hak-hak minimum ini.
Tetapi barulah pada tahun 1791, Amerika Serikat mengadopsi Bill of Rights yang
memuat daftar hak-hak individu yang dijaminnya. Hal ini terjadi melalui sejumlah
amandemen terhadap konstitusi.
12
Sejarah HAM di Prancis
Solusi teoretis terhadap masalah ini, yang ditemukan oleh orang Prancis dengan
mengikuti konsep Amerika mengenai legitimasi rakyat, adalah penentuan nasib sendiri.
Dalil sentral konsep ini: kedaulatan suatu negara terletak di tangan rakyat, dan setiap
pemerintah yang tidak tanggap terhadap tuntutan warga negaranya dapat diubah dengan
pernyataan kehendak rakyat.
Penyelesaian yang terjadi menyusul Revolusi Prancis juga mencerminkan teori kontrak
sosial serta hak-hak kodrati dari Locke dan para filsuf Prancis, Montesquieu dan J.J
Rousseau. Deklarasa Hak Manusia dan Warga negara (1789) memperlihatkan dengan
jelas sekali bahwa pemerintah adalah suatu hal yang tidak menyenangkan yang
diperlukan, dan diinginkan sesedikit mungkin.
Menurut Deklarasi itu, kebahagiaan yang sejati haruslah dicari dalam kebebasan
individu yang merupakan produk dari “hak-hak manusia yang suci, tak dapat dicabut,
dan kodrati”. Jadi, sementara menyatakan dilindunginya hak-hak individu tertentu –
hak atas protes pengadilan yang benar, praduga tak bersalah (presumption of
innocence), kebebasan menganut pendapat dan menganut kepercayaan agama, serta
kebebasan menyampaikan gagasan dan pendapat – deklarasi ini mengantarkan hak-hak
ini dengan filsafat kebebasan yang jelas.
Pasal 2 Deklarasi menyatakan, bahwa “sasaran setiap asosiasi politik adalah pelestarian
hak-hak manusia yang kodrati dam tidak dapat dicabut. Hak-hak ini adalah (hak atas)
Kebebasan (Liberty), Harta (Property), Keamanan (Safety), dan Perlawanan terhadap
Penindasan (Resistance to Oppression).
13
Sejumlah tema dan konsep yang berulang kali muncul dalam undang-undang hak asasi
manusia berasal dari Revolusi Amerika dan Prancis. Yang paling penting diantaranya
adalah, bahwa hak-hak itu secara kodrati inheren, universal dan tidak dapat dicabut;
hak-hak itu dimiliki oleh individu semata-mata karena mereka adalah manusia dan
bukan karena mereka adalah kawula hukum suatu negara.
Kedua, perlindungan terbaik terhadap hak-hak itu terdapat di dalam kerangka yang
demokratis. Konsep penentuan nasib sendiri yang bersifat politis yang dirumuskan oleh
para penyusun Deklarasi Prancis menegaskan bahwa perlindungan hak yang efektif
hanya akan dijumpai di dalam batas-batas legitimasi yang demokratis. Ketiga, bahwa
batas-batas pelaksanaan hak hanya dapat ditetapkan atau dicabut oleh undang-undang,
dan bahwa ketika mencabut atau mengurangi hak-hak individu, pemerintah wajib
mematuhi persyaratan hukum yang konstitusional.
Konsep ini juga mengharuskan pemerintah bertindak sesuai dengan undang-undang, dan
undang-undang yang dijadikan dasar tindakan pemerintah itu tidak bersifat menindas,
sewenang-wenang, atau diskriminatif. Tentu saja, kita tidak boleh melupakan bahwa
revolusi yang melahirkan cita-cita dan asas-asas yang luhur ini juga melahirkan masa
teror.
Pada tanggal 10 Desember setiap tahun diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia.
Momen tersebut diperingati oleh setiap manusia di dunia dengan harapan hak asasi
manusia di tahun mendatang lebih baik dari tahun sebelumnya. Karena ada banyak
kasus pelanggaran hak asasi manusia nasional dan internasional, baik ringan atau berat
tidak ditangani secara optimal.
Dengan sehingga gagasan hak asasi manusia (HAM) itu sendiri adalah hak dasar atau
14
kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak lahir oleh alam yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak dapat disita dan dicabut keberadaa n
dan harus dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara
garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan
HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di
Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ),
periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ). A. Periode Sebelum Kemerdekaan
( 1908 – 1945 ) • Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi
Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan
yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam
bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat. • Perhimpunan Indonesia,
lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri. • Sarekat Islam,
menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas
dari penindasan dan deskriminasi rasial. • Partai Komunis Indonesia, sebagai partai
yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada hak – hak yang bersifat sosial
dan menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat produksi. • Indische Partij,
pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan
serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan. • Partai Nasional
Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan. • Organisasi
Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam
penyelenggaraan Negara.b
15
Meskipun tidak diatur secara khusus ketentuan tentang HAM pada UUD 1945 sebelum
amandemen ke dua, bukan berarti dalam UUD 1945 tidak mengakomodir ketentuan
tentang HAM. Jika dilihat dari lahirnya UUD 1945 lebih dulu lahir daripada Deklarasi
HAM tahun 1948. Ketentuan yang berkaitan dengan HAM dapat dilihat sebagai berikut:
1.Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia..
Dengan demikian perlindungan diberikan kepada seluruh bangsa dan tumpah darah
Indonesia, tidak hanya terbatas atau berdasarkan kepentingan kelompok atau warga
Negara tertentu.
5.Dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa Indonesia adalah Negara
berdasarkan hukum (rechtsstaat bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka/machtsstaat).
Kaitannya dengan HAM adalah salah satu cirri Negara hukum adalah mengakui adanya
HAM.
16
1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama
dan kepercayaannya masing – masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal
tentang HAM pasal 2 dimana terdapat perlindungan HAM (Setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan
tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan,
hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau
kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari
negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang
berada di bawah batasan kedaulatan yang lain).
Sila ini mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Deklarasi HAM PBB
yang melarang adanya diskriminasi. Pasal 7 (Semua orang sama di depan hukum dan
berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas
perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan
Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam
ini).
Sila ini mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan Prinsip HAM dimana
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
Pasal 1 (Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan).
17
4.Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan.
Inti dari sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil
tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal
ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.
Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan
bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.
Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945 yang
diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat masalah HAM.
Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka disebut pada bagian
pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur dalam pasal 28, hak
memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada pasal 30, dan hak mendapat
pendidikan, terdapat pada pasal 31.
Dalam UUD 1945 yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA,
mulai pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B : (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
18
demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa,
dan negaranya.
Pasal 28 D : (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (2) Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E : (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta hendak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuruninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. **)
Pasal 28G
Pasal 28H
19
(1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. **)
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
Pasal 28I
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
20
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis. **
21
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan
HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan
HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
1.2 SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan orang lain. Dan kita juga harus membantu negara dalam mencari
upaya untuk mengatasi atau menanggulangi adanya pelanggaran-pelanggaran HAM
yang ada di Indonesia
22
Daftar pustaka
23