Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
Hak Asasi Manusia (HAM)

DISUSUN OLEH:
ANDI DIANDRA RISKA AULIA
ARYA ADHI PRASETYA
SELFIRA

KELAS KEWARGANEGARAAN B
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya khususnya bagi penulis yang telah menyelesaikan

makalah ini dengan judul “Hak Asasi Manusia”.

Dalam menulis karya ilmiah ini, alhamdulillah penulis tidak

mendapatkan banyak kendala sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan

dengan lancar. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Fatmawati sebagai dosen, orang tua, teman-teman dan semua orang yang

terlibat dalam pemberian dorongan serta motivasi sehingga makalah ini dapat

selesai dengan tepat waktu.

Di sini, penulis juga ingin menyampaikan bahwa jika seandainya dalam

penulisan makalah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan,

maka penulis dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga

apa yang diharapkan penulis dapat dicapai dengan sempurna. Aamiin.

Makassar, 16 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam
era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat
dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil
kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata
karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian
negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia
lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari
Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak
dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang
tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena
itu, bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan
tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk
melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai
landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu, selain ada hak asasi manusia,
ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan
demi terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam
menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan
oleh hak-hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat
berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan
hak asasi manusia.
B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:


1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. Contoh-contoh pelanggaran HAM

C. Tujuan

Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan yaiut :


1. Agar mahasiswa mengerti tentang HAM
2. Mengerti makna HAM dilihat dari Konsep Islam
3. Agar mahasiswa tidak salah persepsi mengenai makna HAM itu sendiri
4. Agar mahasiswa mengerti dan memahami dan menerapkan HAM dalam
kehidupan sehari hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

a. Pengertian

- HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya (Kaelan: 2002).
- Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
- John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
(Mansyur Effendi, 1994).
- Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

b. Ciri Pokok Hakikat HAM

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan


tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
- HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
- HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
- HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

B. Perkembangan Pemikiran HAM

a. Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

- Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat


pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama
pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang
dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
- Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan
juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM
generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan
hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang
mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak
sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
- Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak
melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran
HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
- Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi
dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek
kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan
tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983
melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the
basic Duties of Asia People and Government.

 Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:

a) Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain
memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute
(raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum
yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).

b) The American declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan
Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di
dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus
dibelenggu.
c) The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat
dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan
tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of
innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

d) The Four Freedom


Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap
bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi
penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha,
pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam
posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain (Mansyur
Effendi,1994).

 Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada
Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah
berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD
1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

C. HAM Dalam Tinjauan Islam


Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam
sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan
mulia.Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia
merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya
terhadap sesama manusia tanpa terkecuali.Hak-hak yang diberikan Allah itu
bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu
A’la Almaududi, 1998).Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni
hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu
sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam
aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut,
misalnya sholat.
Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia
berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya.
Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan
teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan
syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa.
Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid.
Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia.
Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk
yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide
perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang
HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative,
juga terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak
Darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut
dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya
bahkan hilang harkat kemanusiaannya.Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar
maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang
bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak
seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan
mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak
yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F.
Mas’udi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al
Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga
negara adalah:
1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama
dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan
alasan-alasan yang sah dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa
dilanggar kecuali setelah melalui proses pembuktian yang
meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada
tertuduh untuk mengajukan pembelaan
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan
masing-masing
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara
tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban
zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan
pokok warga negara.
 HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis
yang memuat aturan tentang HAM.Pertama, dalam konstitusi (UUD
Negara).Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-
undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan
lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang
sangat kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam
konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang
sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum,
sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat
aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI
yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk
Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada
kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

 Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk
pelanggaran HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan
genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran
atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar
(asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan,
perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional,
penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara
maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya
ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan
bukan oleh aparatur negara.Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai
dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang
terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.Pengadilan HAM
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.
Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),
perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM
tidak saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga
negara. Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab
terhadap pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.Karena itu,
pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada
rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan
pelanggaran HAM secara horizontal.

C. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih


pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun
2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada
suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM
ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM
terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki
berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para
pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan
lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada
suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM
terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.
Judul Studi Kasus : “Kejelasan Kasus Novel Baswedan”

Berikut perjalanan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan


berdasarkan data yang dihimpun :

1. Kasus Terjadi Sejak April 2017

Novel Baswedan diserang dua orang tak dikenal sepulang dari salat subuh
berjamaah di Masjid Ihsan di dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kedua orang yang berboncengan dengan sepeda motor itu dengan sengaja
menyiramkan air keras ke wajah penyidik yang banyak mengusut kasus
korupsi besar ini.

Akibatnya, dua mata Novel terancam buta. Mata kiri novel rusak hingga 95
persen. Novel harus menjalani operasi berkali-kali di Singapura.

2. Presiden Diminta Membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta

Sehari sejak Novel diserang, KPK meminta Presiden Joko Widodo membentuk
tim gabungan untuk mengusut perkara ini. Mantan Ketua KPK Busyro
Muqoddas meminta Jokowi langsung membentuk tim gabungan untuk
mengusut penyerang Novel. "Presiden harus turun tangan langsung
membentuk tim gabungan dari unsur Polri, NGO, dan kampus," kata Busyro,
12 April 2017.

Desakan juga datang dari Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Fakultas Hukum
Universitas Andalas yang mendesak Jokowi turun tangan. "Secara
konstitusional, Presiden bertanggung jawab memberikan keamanan kepada
seluruh warga, apalagi aparat penegak hukum," ujar peneliti Pusako, Feri
Amsari dua tahun lalu.

Wadah Pegawai KPK dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras) pun mendesak Jokowi membentuk tim independen
karena informasi tentang penyerangan ini sudah banyak sehingga tergantung
polisi akan membongkar kasus ini atau tidak. "Kalau tidak ada niat ke sana,
maka sebaiknya dibentuk tim independen. Kasus teror ini harus tuntas," kata
Haris Azhar dari Kontras.
3. Komnas HAM Siapkan Tim Pencari Fakta

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyiapkan pembentukan TGPF untuk


kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan. Hasil investigasi pendahuluan
oleh tim dari Sub Komisi Pemantauan Komnas HAM menemukan indikasi
pelanggaran hak asasi manusia dalam teror yang menimpa penyidik utama
KPK itu.

"Hingga 55 hari sejak kejadian, kepolisian tak berhasil menemukan para


pelakunya. Dengan begitu, pembentukan TGPF menjadi relevan," kata Ketua
tim investigasi dari Sub-Komisi Pemantauan Komnas HAM, Maneger Nasution
kepada Tempo, Juni 2017.

Dalam pembentukan tim ini, Komnas HAM menggandeng koalisi masyarakat.


Beberapa tokoh dari koalisi masyarakat itu di antaranya pengajar di Program
Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia, Bambang Widodo
Umar; mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto; dan mantan Ketua
KPK, M. Busyro Muqoddas. Maneger mengatakan para tokoh ini dianggap
paham soal peta dinamika di KPK dan Polri.

4. Polisi Rilis Sketsa Pelaku Penyerangan

Kepolisian RI mempublikasikan sketsa wajah satu dari dua orang yang


dicurigai sebagai pelaku penyerangan terhadap Novel pada 1 Agustus 2017.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan timnya merilis sketsa dari
penyempurnaan tiga sketsa sebelumnya. "Ini statusnya (hasil sketsa) baik.
Artinya mendekati wajah yang dilihat saksi," kata Tito di Istana Kepresidenan,
Agustus 2017.

Sketsa wajah pelaku kedua diumumkan pada November 2017 bersama sketsa
terduga pelaku pertama. Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham
Azis mengatakan dua sketsa itu dibuat berdasarkan pemeriksaan dua saksi
kunci yang sempat melihat para pelaku sebelum serangan air keras ke wajah
Novel. "Ini sudah lebih dari 90 persen sesuai dengan wajah terduga pelaku.
Mereka yang menyerang," ujar Idham.

5. Pengusutan Kasus Novel Setahun Jalan di Tempat

Setahun berlalu, pelaku penyerangan Novel belum juga ditangkap kepolisian.


Koalisi masyarakat sipil kembali menagih janji Presiden untuk menuntaskan
kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.
Koalisi juga mendesak Jokowi segera membentuk TGPF yang selama setahun
lalu urung terbentuk. "TGPF sangat mendesak karena sudah satu tahun tak
ada kemajuan," kata Koordinator Kontras, Yati Andriyani, kepada Tempo, April
2018.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Alghiffary Aqsa, juga


mengatakan ada banyak informasi dan bukti yang cukup bagi polisi untuk
menetapkan status tersangka kepada sejumlah terduga pelaku. Menurut dia,
polisi bahkan belum mengembangkan isi kesaksian Novel saat diperiksa di
Kedutaan Besar Indonesia di Singapura. "Apakah orang yang disebut Novel
sudah diperiksa?" katanya.

Koalisi masyarakat juga sempat menyebut adanya upaya kepolisian


mengabaikan kasus penyerangan Novel. Hasil investigasi yang dilakukan
Koalisi menemukan bahwa polisi mempunyai sketsa wajah lain terduga pelaku
yang tak dipublikasikan ke khalayak. "Padahal sketsa yang tidak diumumkan
itu paling mirip dengan wajah pelaku," kata Haris Azhar, penasehat hukum
Novel Baswedan, saat menggelar aksi setahun penyerangan Novel di depan
Istana Negara.

6. Polisi Bentuk TGPF Setelah Hampir Dua Tahun Kasus Mandek

Markas Besar Kepolisian RI akhirnya membentuk tim gabungan untuk


menindaklanjuti kasus Novel Baswedan awal 2019. Kepala Divisi Humas
Mabes Polri Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal mengatakan tim gabungan
itu merupakan tidak lanjut dari rekomendasi Komnas HAM akhir Desember
2018.

Dalam surat tugas Kapolri, anggota dalam tim gabungan kasus Novel
Baswedan ini berjumlah 65 orang terdiri dari perwakilan KPK 6 orang,
perwakilan pakar 7 orang, dan sisanya dari kepolisian sebanyak 52 orang.
Beberapa nama tokoh perwakilan dari pakar dalam tim gabungan ini yakni
mantan Wakil Ketua KPK periode Februari-Desember 2005 Indriyanto Seno
Adji, guru besar Fakultas Hukum UI. Ada pula Hermawan Sulistyo dari LIPI.

Pegiat HAM juga turut dilibatkan. Mereka adalah Ketua Setara Institute
Hendardi, mantan Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti, serta bekas
Komisioner Komnas HAM periode 2007-2012 yaitu Ifdhal kasim.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan
umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Lasa dkk.LKS Gita SMU PPKn. Hak Asasi Manusia. PT. Pabelan. Surakarta.

Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi


Manusia-26k.Diakses 02 Desember 2011

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusia


http://kumpulan-makalahkita.blogspot.com/2012/08/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan.html

Anda mungkin juga menyukai