Anda di halaman 1dari 30

PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DI INDONESIA

Nama Kelompok:
Farras Nur Rizky
Khalid Akbar Suryakusuma
Maulana Bido Supito
Nova Ardiansyah
Rufaida Laila Handayani
Wisnugroho Krishando Murti

STEM AKAMIGAS
TAHUN AJARAN 2014/2015

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................

Hal
i
ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...
1.2. Identifikasi Masalah .....
1.3. Tujuan Masalah
1.4. Batasan Masalah ..

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HAM .
2.2. Ciri Pokok Hakikat HAM
2.3. Hak Asasi Manusia (HAM) pada Tataran Global
2.4. Perkembangan Pemikiran HAM ..
2.4.1. Pemikiran HAM .
2.4.2. Perkembangan Pemikiran HAM Dunia .
2.4.3. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia
2.4.4. HAM dalam Tinjauan Islam ..
2.5. HAM dalam Perundang-Undangan Nasional
2.6. Penegakan HAM di Indonesia ..
2.7. Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM .
2.8. Penanggung Jawab dalam Penegakan,Pemajuan,Perlindungan dan Pemenuhan HAM
2.9. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
2.10. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM ..
2.11. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran HAM

BAB III UPAYA-UPAYA PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HAM DI INDONESIA


3.1. Upaya Pemerintah dalam Penegakan HAM .
3.2. Pengakuan dan Upaya Menegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
3.3. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ..

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran-Saran

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1
2
2
3

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan nikmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kewarganegaraan ini, yang diberikan oleh Bapak
Bambang selaku dosen Pembimbing Kewarganegaraan.
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kami terlatih dalam pembuatan makalah serta
dapat mengungkapkan ide-ide dan dapat memecahkan suatu permasalahan yang sesuai dengan
judul yang diberikan. Makalah ini berjudul Pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku
yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara
langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami
yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus
diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era pasca
reformasi dari pada sebelum reformasi.
Pasca runtuhnya kekuasaan rezim otoriter orde baru dan masuknya era reformasi
menjadikan semakin meningkatnya tuntutan terhadap penyelesaian berbagai pelanggaran HAM
yang terjadi dan adanya perubahan di tataran instrumental untuk mendorong penegakan hukum
dan penghormatan atas hak asasi manusia. Salah satu instrumen penting yang lahir dalam masa
reformasi ini adalah munculnya mekanisme penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia
melalui pengadilan Hak Asasi Manusia (Pengadilan HAM).
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap
orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi. Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian HAM
Perkembangan HAM
HAM dalam tinjauan Islam
Contoh-contoh pelanggaran HAM
Penegakan HAM di Indonesia
6. Pengadilan HAM
7.
Upaya pemerintah dalam hal penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia
1.3. Tujuan Masalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas saya dapat membuat suatu tujuan masalah:
1. Untuk mengetahui pengertian HAM dan bagian-bagiannya.
2. Untuk mengetahui sejarah HAM
3. Untuk mengetahui HAM dalam tinjauan Islam
4. Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran HAM
5. Untuk mengetahui bagaimana penegakan HAM di Indonesia
6. Untuk mengetahui pengadilan HAM di Indonesia
7.

Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia

1.4. Batasan Masalah

Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan
dalam hal pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada
ruang lingkup HAM dan penegakannya di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HAM
a)

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia.

b)

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh nagara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

c)

Menurut Jan Materson dari komisi HAM PBB, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat
pada setiap manusia, yang tanpa hak-hak tersebut manusia mustahil dapat hidup sebagai
Teaching human Rights, yang merumuskan HAM dengan pengertian, Human Right could be
generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which can not live
as human being.

d)

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa, bukan pemberian dari manusia atau pengusaha. Hak Asasi Manusia sifatnya
sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan manusia yang bersifat kodrati yakni tidak bisa
terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.
2. 2. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa
ciri pokok hakikat HAM, yaitu:

a) HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b)

HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agam, etnis, pandangan

politik atau asal-usul social dan bangsa.


c) HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seoarangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

2.3 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global


Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM
,yaitu:
A. HAM menurut konsep Negara-Negara Barat;
1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
B. HAM menurut konsep sosialis;
1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
C. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika;
1) Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
2) Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga
3) Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat.
D.HAM menurut konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Rooseveltdan
secara resmi disebut Universal Decralation of Human Rights.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Hak untuk hidup


Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama

i.
j.
k.
l.
m.

Hak untuk mendapat pekerjaan


Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

2.4.Perkembangan Pemikiran HAM


2.4.1. Pemikiran HAM
a) Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan
politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
b) Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial,
ekonomi, politik, dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan
pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak
ekonomi, dan hak politik.
c) Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan
terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya yang dilanggar.
d) Generasi keempat yang mengkritik peranan Negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negatif
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.

2.4.2. Perkembangan Pemikiran HAM Dunia

a)

Magna Charta
Pada umum nya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa
dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang
tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabanannya dimuka hukum.

b)

The American Declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration
of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan montesquuieu. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila
sesudah lahir ia harus dibelenggu.

c)

The French Declaration


Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (deklarasi perancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of
Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang
ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

d)

The Four Freedom


Ada empat hak kebebasan bebicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya, hak kebebasan dari kemiskinan dan
pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi
pendudukanya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan,
sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan
terhadap Negara lain .

2.4.3. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia


a)

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan.

b)

Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4

periode, yaitu:
c) Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945.
d) Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
e)
f)

Serikat.
Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950.
Periode 5 juli sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.
2.4.4. HAM dalam Tinjauan Islam
Ide mengenai HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah tertuang dalam syariah sejak
diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ajaran tauhid. Tauhid dalam islam mengandung
arti bahwa hanya ada satu pencipta bagi alam semesta. Ajaran dasar pertama dalam Islam adalah
la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah SWT). Seluruh alam dan semua yang ada
dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah, semua manusia, hewan, tumbuhan dan benda tak
bernyawa berasal dari Allah. Dengan demikian, dalam tauhid terkandung ide persamaan dan
persaudaraan seluruh manusia.
Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia tersebut, timbullah kebebasankebebasan manusia, seperti kebebasan dari perbudakan, kebebasan beragama, kebebasan
mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Dari situ pulalah timbul hak-hak asasi manusia, seperti hak
hidup, hak memiliki harta, hak berbicara, hak berpikir dan sebagainya.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak
boleh diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi
tersebut, melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak
tersebut.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan manusia,
lewat syariah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syariah, manusia adalah makhluk
bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan
kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa
pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan
penghormatan terhadap sesama manusia.Artinya,Islam memandang semua manusia sama dan

mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia
atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kaum adalah yang paling taqwa.
Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam memberikan penghargaan
yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Quran sebagai sumber hukum pertama bagi umat
Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul
pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuanketentuan yang terdapat dalam Al-Quran, antara lain :
1. Dalam Al-Quran terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan
sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, Al-Quran juga
berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat. Al-Quran juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat
2.
3.

tentang ciptaan dan makhluk-makhluk.


Serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13.
Al-Quran telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang berbuat
zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang diungkapkan
dengan kata-kata : adl, qisth dan qishash.
Dalam Al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa
untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya yang
dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29. Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi
Muhammad SAW telah memberikan tuntunan dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan
terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara
hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan, walaupun terhadap orangyang berbeda agama, melalui
sabda beliau. Barang siapa yang menzalimi seseorang muahid (seorang yang telah dilindungi
oleh perjanjian damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas
kesanggupannya atau mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku
lawannya di hari kiamat. Pengaturan lain mengenai HAMdapat juga dilihat dalam Piagam
Madinah dan Khutbah Wada. Kedua naskah yang berkenaan dengan Nabi ini kemudian menjadi
masterpeacenya HAM dalam perspektif Islam.

Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai golongan di Madinah dalam
menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan. Adapun golongan masyarakat di Madinah
pada masa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu golongan Islam yang terdiri dari golongan Anshar
dan Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-tengah pluralitas
masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun tatanan kehidupan bersama yang dapat
menjamin hidup berdampingan secara damai dan sejahtera. Prakteknya, Nabi Muhammad SAW
mempererat persaudara Muhajirin dan Anshar berdasarkan ikatan akidah.
Sedangkan terhadap mereka yang berlainan agama, beliau mempersatukannya atas ikatan
sosial politik dan kemanusiaan. Bukti konkretnya adalah adanya kesepakatan yang tertuang
dalam piagama Madinah tersebut. Adapun inti dari Piagam Madinah ini meliputi prinsip-prinsip
persamaan, persaudaraan, persatuan, kebebasan, toleransi beragama, perdamaian, tolong
menolong dan membela yang teraniaya serta mempertahankan Madinah dari serangan musuh.
Berikut adalah substansi ringkasan dari Piagam Madinah .Deklarasi Islam Universal tentang Hak
Asasi Manusia Deklarasi ini disusun dalam Konferensi Islam di Mekkah pada tahun 1981.
Deklarasi ini terdiri dari 23 pasal yang menampung dua kekuatan dasar, yaitu keimanan kepada
Tuhan dan pembentukan tatanan Islam. Dalam pendahuluan deklarasi ini dikemukakan bahwa
hak-hak asasi manusia dalam Islam bersumber dari suatu kepercayaan bahwa Allah SWT, dan
hanya Allah sebagai hukum dan sumber dari segala HAM.Salah satu kelebihan dari deklarasi ini
adalah bahwa teksnya memuat acuanacuan yang gamblang dan unik dari totalitas peraturanperaturan yang berasal dari Al-Quran dan Sunnah serta hukum-hukum lainnya yang ditarik dari
kedua sumber tersebut dengan metode metode yang dianggap sah menurut hukum Islam.
Dalam deklarasi ini antara lain dijelaskan bahwa :
1.
2.

Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama di depan hukum (pasal IV a).
Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara yang tersedia untuk

3.

melawan pelanggaran dan pencabutan hak ini (pasal IV c dan d).


Setiap orang tidak hanya memiliki hak, melainkan juga mempunyai kewajiban memprotes

4.

ketidakadilan (pasal IV b).


Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap perintah yang
bertentangan dengan hukum, siapa pun yang memerintahkannya (pasal IV e).
2.5. HAM dalam Perundang-Undangan Nasional

Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yangmemuat


aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR
(TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-Undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundangundangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat
karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui
amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi
hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI
yang masih bersifat global.

Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-

Undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami


perubahan.
2.6. Penegakan HAM di Indonesia
Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat senantiasa menjunjung tinggi
penghargaan tehadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan melalui tindakan progresif baik secara
nasional maupun internasional. Namun manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi
suatu kaum atau bangsa dalam suatu Negara, status manusia individual akan menjadi status
warga Negara. Pemberian hak sebagai warga Negara diatur dalam mekanisme kenegaraan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Berikut ini langkah-langkah dalam upaya penegakan HAM di Indonesia adalah:


Mengadakan langkah kongkret dan sistematik dalam pengaturan hukum positif
Membuat peraturan perundang-undangan tetntang HAM
Peningkatan penghayatan dan pembudayaan HAM pada segenap elemen masyarakat
Mengatur mekanisme perlindungan HAM secara terpadu
Memacu keberanian warga untuk melaporkan bila ada pelanggaran HAM
Meningkatkan hubungan dengan lembaga yang menangani HAM
Meningkatkan peran aktif media massa
Dalam penegakan HAM di Indonesia perangkat ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus
dijadikan acuan pokok, karena secara terpadu nilai-nilai dasar yang ada di dalamnya merupakan
The Indonesia Bill Of Human Right.
Ada sejumlah kemajuan positif yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
kerangka penegakan HAM, khususnya terkait dengan upaya perbaikan pada kerangka hukum
dan institusi untuk mempromosikan HAM. Telah nampak dalam kerangka hukum, pemerintah
Indonesia telah melahirkan beberapa kebijakan menyangkut HAM yang cukup positif.

Pembuatan Undang-Undang (UU) HAM serta UU Perlindungan Saksi Mata, adalah beberapa
kebijakan yang dilihatnya dapat memberi sentimen positif pada persoalan perlindungan HAM di
Indonesia. Dibentuknya beberapa institusi penegakan HAM di Indonesia, seperti pengadilan
HAM ad-hoc, Komisi Nasional HAM, Komnas Perempuan serta sejumlah organisasi HAM
lainnya, juga merupakan usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya penegakan HAM.
Adapun program penegakkan hukum dan HAM (PP No.7 tahun 2005) meliputi
pemberantasan korupsi, antiterorisme, serta pembasmian penyalagunaan narkotika dan obat
berbahaya. Oleh sebab itu, penegakkan hukum dan HAM harus di lakukuan secara tegas, tidak
diskriminatif dan konsisten.
Dalam upaya penegakan penegakan hak asasi manusia di Indonesia, dibutuhkan sarana
dan prasarana. Sarana dan prasarana penegakan HAM di Indonesia dapat dikategorikan menjadi
dua bagian yaitu:
1. Sarana yang terbentuk institusi atau kelembagaan seperti lembaga advokasi tentang HAM yang
dibentuk oleh LSM, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Nasional
2.

HAM Perempuan dan institusi lainnya.


Sarana yang berbentuk peraturan atau Undang-Undang, seperti adanya beberapa pasal dalam
konstitusi UUD 1945 yang memuat tentang HAM, UU RI No. 39 Tahun 1999, keputusan
Presiden RI No. 50 Tahun 1993, Keputusan Presiden RI No. 129 Tahun 1998, Keputusan
Presiden RI No. 181 tahun 1998 dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Kesemua prangkat
hukum tersebut merupakan sarana pendukung perlindungan HAM di Indonesia.
2.7. Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat Negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat
itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis

dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisikatau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran
atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur maupun bukan aparatur
Negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap
pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur Negara, tetapi juga
pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur Negara. Penindakan terhadap pelanggaran
HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi
harus bersifat non-deskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum.
Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas
pelanggaran HAM kategori berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan
diberlakukan asas retroaktif. Dengan demikian, pelanggaran HAM kategori berat dapat diadili
dengan membentuk Pengadilan HAM ad hoc. Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan keputusan Presiden dan berada di lingkungan
Pengadilan Umum.
Berdasarkan UU No. 26/2000, Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada dibawah peradilan umum dan merupakan lex specialis dari Kitab Undang Hukum Pidana.

Pengadilan ini dikatakan khusus karena dari segi penamaan bentuk pengadilannya sudah secara
spesifik menggunakan istilah Pengadilan HAM dan kewenangan pengadilan ini juga mengadili
kejahatan-kejahatan tertentu. Kejahatan-kejahatan yang merupakan yurisdiksi pengadilan HAM
ini adalah kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang keduanya merupakan
pelanggaran HAM yang berat. Penamaan Pengadilan HAM yang mengadili kejahatan terhadap
kemanusiaan dan kejahatan genosida ini dianggap tidak tepat, karena Pelanggaran HAM yang
berat dengan dua jenis kejahatan tersebut adalah kejahatan yang merupakan bagian dari hukum
pidana internasional (international crimes) sehingga yang digunakan adalah seharusnya
terminologi pengadilan pidana.
Selain pengadilan HAM ad hoc, dibentuk juga Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi
(KKR). Komisi ini dibentuk sebagai lembaga ekstrayudisial yang bertugas untuk menegakan
kebenaran untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM pada masa
lampau, melaksanakan rekonsiliasi dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa.
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang berat yang dilakukan seseorang berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
Dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Pengadilan HAM.
Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat juga melibatkan peran serta masyarakat
umum. Kepedulian warga negara terhadap pelanggaran HAM dapat dilakukan melalui upayaupaya pengembangan komunitas HAM atau penyelenggaraan tribunal (forum kesaksian untuk
mengungkap dan menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam) tentang pelanggaran HAM.
2.8.

Penanggung

Jawab

dalam

Penegakan,

Pemajuan,

Perlindungan

dan

PemenuhanHAM
Tanggung jawab penegakan, pemajuan, perlindungan danpemenuhan HAM tidak saja
dibebankan kepada Negara, melainkan juga kepada individu warga Negara. Artinya Negara dan
individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh Negara
kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran
HAM secara horizontal.
2.9. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik
dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal
55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu
konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati,
kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum
dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk mematuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.
9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
2.10. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
1. Terjadinya pengaiyaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga
sangat rentai terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisional yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM
ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus
kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang
anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
6. Orang tua yang tidak menginginkan anaknya mengambil agama yang lain selain agama
yang orang tua tersebut.
7. Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang artinya hak
untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
8. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya
sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan
korupsi, proses hukum nya sangatlah lama

9. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan
dari majikannya

2.11.

Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran HAM


Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Kasus pelanggaran HAM ini

bukan semata-mata terjadi karena kesalahan pemerintah yang masih belum mampu melakukan
penegakan HAM di negara kita ini. Namun dalam kenyataannya, kasus pelanggaran HAM terjadi
karena ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran HAM.
Beberapa faktor yang menyebabkan pelanggaran HAM, yaitu:
1. Ketidak tahuannya tentang masalah penghormatan HAM orang lain
2. Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam kepentingan umum
(dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme)
3. Kurang berfungsinya lembaga lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan)
4. Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun militer
5. Kekuasan yang tidak seimbang
6. Masayarakat warga yang belum berdaya
7. Good Governence masih bersifat retorika
8. Corporete Governence masih bersifat retorika
9. Masih kuatnya budaya korup
10. Masih kuatnya budaya paternalistik dan feodal
11. Terjadinya praktekpraktek penyalahgunaan kekuasaan
12. Interprestasi dan penerapan yang salah dari normanorma agama dan perintah (intruksi)

BAB III
UPAYA-UPAYA PEMERINTAH
DALAM PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
3.1 Upaya Pemerintah dalam Penegakan HAM
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham
individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai
hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik,
agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang
berasumsi negatif terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui bahwa
pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari
upaya pemerintah sebagai berikut;
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di
seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap pelanggaran HAM
internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di
beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga
memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan
menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah
ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan
pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan
Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan

3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia , Undangundang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang
belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.

Menjadi titik berat adalah hal-hal yang tercantum dalam UU nomor 39 tahun 1999 tentang hak
asasi manusia adalah sebagai berikut;
1. Hak untuk hidup.
2. Hak berkeluarga.
3. Hak memperoleh keadilan.
4. Hak atas kebebasan pribadi.
5. Hak kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman.
7. Hak atas kesejahteraan.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
9. Hak wanita
10. Hak anak
Hal-hal tersebut sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak main-main dalam penegakan
HAM.

3.2 Pengakuan dan Upaya Menegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Meskipun Republik Indonesia lahir sebelum diproklamirkannya UDHR, beberapa hak
asasi dan kebebasan fundamental yang sangat penting sebenarnya sudah ada dan diakui dalam
UUD 1945, baik hak rakyat maupun hak individu, namun pelaksanaan hak-hak individu tidak
berlangsung sebagaimana mestinya karena bangsa Indonesia sedang berada dalam konflik
bersenjata dengan Belanda. Pada masa RIS (27 Desember 1949-15 Agustus 1950), pengakuan
dan penghormatan HAM, setidaknya secara legal formal, sangat maju dengan dicantumkannya
tidak kurang dari tiga puluh lima pasal dalam UUD RIS 1949. Akan tetapi, singkatnya masa
depan RIS tersebut tidak memungkinkan untuk melaksanakan upaya penegakan HAM secara
menyeluruh.
Kemajuan yang sama, secara konstitusional juga berlangsung sekembalinya Indonesia
menjadi negara kesatuan dan berlakunya UUDS 1950 dengan dicantumkannya tiga puluh
delapan pasal di dalamnya. Pada masa berlakunya UUDS 1950 tersebut, penghormatan atas
HAM dapat dikatakan cukup baik. Patut diingat bahwa pada masa itu, perhatian bangsa terhadap
masalah HAM masih belum terlalu besar. Di masa itu, Indonesia menyatakan meneruskan
berlakunya

beberapa

konvensi

Organisasi

Buruh

Internasional

(International

Labor

Organization/ILO) yang telah diberlakukan pada masa Hindia Belanda oleh Belanda dan
mengesahkan Konvensi Hak Politik Perempuan pada tahun 1952.
Sejak berlakunya kembali UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959, bangsa Indonesia
mengalami kemunduran dalam penegakan HAM. Sampai tahun 1966, kemunduran itu terutama
berlangsung dalam hal yang menyangkut kebebasan mengeluarkan pendapat. Kemudian pada
masa Orde Baru lebih parah lagi, Indonesia mengalami kemunduran dalam penikmatan HAM di
semua bidang yang diakui oleh UUD 1945. Di tataran internasional, selama tiga puluh dua tahun

masa Orde Baru, Indonesia mengesahkan tidak lebih dari dua instrumen internasional mengenai
HAM, yakni Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(1979) dan Konvensi tentang Hak Anak (1989).
Pada tahun 1993 memang dibentuk Komnas HAM berdasarkan Keputusan Presiden No.
50 tahun 1993, yang bertujuan untuk membantu mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan HAM dan meningkatkan perlindungan HAM guna mendukung tujuan
pembangunan nasional. Komnas HAM dibentuk sebagai lembaga mandiri yang memiliki
kedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya dan berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Meskipun Komnas HAM yang dibentuk
itu dinyatakan bersifat mandiri karena para anggotanya diangkat secara langsung oleh presiden,
besarnya kekuasaan presiden secara de facto dalam kehidupan bangsa dan negara serta kondisi
obyektif bangsa yang berada di bawah rezim yang otoriter dan represif, pembentukan Komnas
HAM menjadi tidak terlalu berarti karena pelanggaran HAM masih terjadi di mana-mana.
Sejak runtuhnya rezim otoriter dan represif Orde Baru, gerakan penghormatan dan
penegakan HAM, yang sebelumnya merupakan gerakan arus bawah, muncul ke permukaan dan
bergerak secara terbuka. Gerakan ini memperoleh impetus dengan diterimanya Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang HAM. Pembuatan peraturan perundang-undangan sebagai perangkat
lunak berlanjut dengan diundang-undangkannya UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM yang memungkinkannya dibentuk pengadilan HAM ad hoc guna mengadili pelanggaran
HAM yang berat yang terjadi sebelum UU tersebut dibuat.
Pada masa itu dikenal transitional justice, yang di Indonesia tampak disepakati sebagai
keadilan dalam masa transisi, bukan hanya berkenaan dengan criminal justice (keadilan
kriminal), melainkan juga bidang-bidang keadilan yang lain seperti constitutional justice

(keadilan konstitusional), administrative justice (keadilan administratif), political justice


(keadilan politik), economic justice (keadilan ekonomi), social justice (keadilan sosial), dan
bahkan historical justice (keadilan sejarah). Meskipun demikian, perhatian lebih umum lebih
banyak tertuju pada transitional criminal justice karena memang merupakan salah satu aspek
transitional justice yang berdampak langsung pada dan menyangkut kepentingan dasar baik dari
pihak korban maupun dari pihak pelaku pelanggaran HAM tersebut. Di samping itu, bentuk
penegakan transitional criminal justice merupakan elemen yang sangat menentukan kualitas
demokrasi yang pada kenyataannya sedang diupayakan.
Upaya penegakan transitional criminal justice umumnya dilakukan melalui dua jalur
sekaligus, yaitu jalur yudisial (melalui proses pengadilan) dan jalur ekstrayudisial (di luar proses
pengadilan). Jalur yudisial terbagi lagi menjadi dua, yaitu Pengadilan HAM dan Pengadilan
HAM Ad Hoc. Pengadilan HAM ditujukan untuk pelanggaran HAM berat yang terjadi setelah
diundangkannya UU No. 26 tahun 2000, sedangkan Pengadilan HAM Ad Hoc diberlakukan
untuk mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum disahkannya UU No. 26 tahun
2000.
Sedangkan jalur ekstrayudisial melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional
(KKRN) ditempuh untuk penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM pada masa lampau
dan pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum diundangkannya UU No. 26 tahun 2000.
Upaya penyelesaian melalui jalur demikian haruslah berorientasi pada kepentingan korban dan
bentuk penyelesaiannya dapat menunjang proses demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta merupakan upaya penciptaan kehidupan Indonesia yang demokratis dengan ciriciri utamanya yang berupa berlakunya kekuasaan hukum dan dihormatinya hak asasi dan
kebebasan fundamental.

3.3 Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia


Pendekatan keamanan yang terjadi di era Orde Baru dengan mengedepankan upaya
represif tidak boleh terulang kembali. Untuk itu, supremasi hukum dan demokrasi harus
ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka
melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat
penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil
kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan
hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan
hukum.
Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini perlu dibatasi. Desentralisasi melalui
otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah perlu dilanjutkan. Otonomi daerah sebagai jawaban untuk mengatasi
ketidakadilan tidak boleh berhenti, melainkan harus ditindaklanjuti dan dilakukan pembenahan
atas kekurangan yang selama ini masih terjadi.
Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi pelayan
masyarakat dengan cara melakukan reformasi struktural, infromental, dan kultural mutlak
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah. Kemudian, perlu juga dilakukan
penyelesaian terhadap berbagai konflik horizontal dan konflik vertikal di tanah air yang telah
melahirkan berbagai tindak kekerasan yang melanggar HAM dengan cara menyelesaikan akar
permasalahan secara terencana, adil, dan menyeluruh.

Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan yang sama di
semua bidang. Anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa harus mendapatkan manfaat
dari semua jaminan HAM yang tersedia bagi orang dewasa. Anak-anak harus diperlakukan
dengan cara yang memajukan martabat dan harga dirinya, yang memudahkan mereka
berinteraksi dalam masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan perlindungan hukum dalam
rangka menumbuhkan suasana fisik dan psikologis yang memungkinkan mereka berkembang
secara normal dan baik. Untuk itu perlu dibuat aturan hukum yang memberikan perlindungan
hak asasi anak.
Selain hal-hal tersebut, perlu adanya social control (pengawasan dari masyarakat) dan
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya penegakan
HAM yang dilakukan oleh pemerintah. Diperlukan pula sikap proaktif DPR untuk turut serta
dalam upaya perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM sesuai yang ditetapkan
dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
Dalam bidang penyebarluasan prinsip-prinsip dan nilai-nilai HAM, perlu diintensifkan
pemanfaatan jalur pendidikan dan pelatihan dengan, antara lain, pemuatan HAM dalam
kurikulum pendidikan umum, dalam pelatihan pegawai dan aparat penegak hukum, dan pada
pelatihan kalangan profesi hukum.
Mengingat bahwa dewasa ini bangsa Indonesia masih berada dalam masa transisi dari
rezim otoriter dan represif ke rezim demokratis, namun menyadari masih lemahnya penguasaan
masalah dan kesadaran bahwa penegakan HAM merupakan kewajiban seluruh bangsa tanpa
kecuali, perlu diterapkan keadilan yang bersifat transisional, yang memungkinkan para korban
pelanggaran HAM di masa lalu dapat memperoleh keadilannya secara realistis.

Pelanggaran HAM tidak saja dapat dilakukan oleh negara (pemerintah), tetapi juga oleh
suatu kelompok, golongan, ataupun individu terhadap kelompok, golongan, atau individu
lainnya. Selama ini perhatian lebih banyak difokuskan pada pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh negara, sedangkan pelanggaran HAM oleh warga sipil mungkin jauh lebih banyak, tetapi
kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu perlu ada kebijakan tegas yang mampu menjamin
dihormatinya HAM di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
2. Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.
3. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat
agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing.
4. Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat
dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

4.2 Saran-Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar
dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra. 2008. Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Edisi
Ketiga Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madan.ICCE UIN Jakarta: Jakarta.
Majda, El-Muhtaj. 2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta : Kencana
Muzaffar ,Chandra . 1993. Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru. Bandung : Mizan
pustaka.
Prasetyohadi, Wisnuwardhani, Savitri. 2008. Penegakan HAM Dalam 10 Tahun Reformasi.
Jakarta : Komnas HAM
Sayuti, Wahdi dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi,HAM& Masyarakat
Madani. Jakarta : IAIN Press
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wikipedia Indonesia. 2011. Hak Asasi
Manusia.Id.wikipedia.org/wiki/Hak_Asasi_Manusia-26k. Diakses 10 desember 2011.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia-ham/
http://www.docstoc.com/docs/48057826/Makalah-Hak-Asasi-Manusia
http://dhanielalu.blog.com/makalah-ham-dan-pandangan-islam-tentang-ham/

Anda mungkin juga menyukai