Anda di halaman 1dari 19

HAK DAN ASASI MANUSIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Deva Leonard Mokesh


230110150194
Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DA ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang
telahmelimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Hak dan Asasi Manusia. Salawat serta salam semoga
selalu tercurah pada nabi Muhammad serta keluarga dan para sahabatnya sampai
akhir zaman.
Dengan keja keras dibaringi dengan rasa tanggung jawab tinggi akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini. Isi ataupun materi dalam
makalah ini penulis kutip dari beberapa buah buku.
Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir dari
penulisan. Tetapi, merupakan langkah awal yang masih perlu perbaikan.
Jadi,kritik dan saran konstuktif yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dariberbagai pihak, demi penyempurnaan tulisan ini di masa yang akan
datang.

Jatinangor, 19 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
BAB II..................................................................................................... 5
HAK ASASI MANUSIA (HAM)....................................................................5
2.1 Pengertian HAM...................................................................................5
2.2 Ciri Pokok Hakikat HAM.......................................................................5
2.3 Perkembangan Pemikiran HAM..............................................................6
2.4 Pelaksanaan HAM Di Indonesia...............................................................8
2.5 Penegakan HAM Di Indonesia...............................................................10
2.6 HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional............................................14
2.7 Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM.................................................14
BAB III.................................................................................................. 17
PENUTUP.............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
3.2 Saran................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Hak-hak seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang tidak boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun, seperti yang tercantum pada rumusan hak asasi manusia
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap
MPR No. XVII/MPR/1998.
Hak juga merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik
untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil
judul Hak Asasi Manusia.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. Contoh-contoh pelanggaran HAM.

BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
2.1 Pengertian HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia
2.2 Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah

Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
2.3 Perkembangan Pemikiran HAM
Perkembangan pemikiran HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
a. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II,
totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk
menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
b. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada
masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
c. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan
hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga
mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya
terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yang dilanggar.
d. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam
proses

pembangunan

yang

terfokus

pada

pembangunan

ekonomi

dan

menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.


Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan
rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit.
Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:


Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat
pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya),
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya
dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).
The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan
Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di
dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat
dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan
tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent,
artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
The four freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa
berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi
penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan
untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:


o Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada
Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
o Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3
UUD dalam 4 periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

2.4 Pelaksanaan HAM Di Indonesia


Indonesia adalah sebuah negara demokrasi. Indonesia merupakan negara
yang sangat menghargai kebebasan. Juga, Indonesia sangat menghargai hak asasi
manusia(HAM). Ini bisa dilihat dengan adanya TAP No. XVII/MPR/1998 tentang
HAM, Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000
tentang peradilan HAM yang cukup memadai. Ini merupakan tonggak baru bagi
sejarah HAM Indonesia.ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Indonesia,
karena baru Indonesia dan Afrika Selatan yang mempunyai undang undang
peradilan HAM. Aplikasi dari undang undang ini adalah sudah mulai adanya
penegakan HAM yang lebih baik, dengan ditandai dengan adanya komisi nasional
HAM dan peradilan HAM nasional.
Dengan adanya penegakan HAM yang lebih baik ini, membuat pandangan
dunia terhadap Indonesia kian membaik. Tapi, meskipun penegakan HAM di
Indonesia lebih baik, Indonesia tidak boleh senang dulu, karena masih ada
setumpuk PR tentang penegakan HAM di Indonesia yang belum tuntas. Diantara
DPR itu adalah masalah kekerasan di Aceh, di Ambon, Palu, dan Irian Jaya
tragedy Priok, kekerasan pembantaian dukun santet di Banyuwangi, Ciamis,

dan berbagai daerah lain, tragedi Mei di Jakarta, Solo, dan berbagai kota lain,
tragedi Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996, penangkapan yang salah tangkap, serta
rentetan kekerasan kerusuhan massa terekayasa di berbagai kota, yang bagaikan
kisah bersambung sepanjang tahun-tahun terakhir pemerintahan kedua: tragedi
Trisakti, tragedy Semanggi, kasus-kasus penghilangan warga negara secara paksa,
dan sebagainya.
Pemerintah di negeri ini, harus lebih serius dalam menangani kasus HAM
ini jika ingin lebih dihargai dunia. Karena itu, pemerintah harus membuat aturan
aturan yang lebih baik. Juga kejelasan pelaksanaan aturan itu. Komnas HAM
sebagai harus melakukan gebrakan diantaranya :
1. Komnas HAM mendesak pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi
berbagai instrumen internasional hak asasi manusia, dengan memberi prioritas
pada Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (Rome Statute International
Criminal Court), Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan (Optional Protocol
Convention Against Torture), Konvensi Internasional tentang Penyandang Cacat,
Konvensi Internasional tentang Pekerja HAM, Konvensi Internasional Tentang
Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari Tindakan Penghilangan Secara Paksa.
Dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi para Tenaga
Kerja Indonesia, pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi juga Konvensi
Internasional Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya
(International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers
and Members of Their Families). Dalam kontek ini hendaknya pemerintah segera
mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2009 2014.
2. Perlu ditinjau kembali pendekatan hukum yang represif dalam penyelesaian
konflik politik di Papua yang diterapkan saat ini. Langkah yang dilakukan
sekarang lebih banyak melahirkan kekerasan dan jatuhnya korban. Komnas HAM
mendesak perlunya dilakukan langkah-langkah politik daripada hukum dalam
penyelesaian konflik di Papua. Langkah dialog atau perundingan sudah harus
dipikirkan oleh pemerintah.

3. Penuntasan berbagai bentuk kasus pelanggaran hak asasi manusia merupakan


kewajiban pemerintah, oleh karena itu, Komnas HAM mendesak agar pemerintah
secara berkala menginformasikan kepada publik mengenai status perkembangan
penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang ditangani. Hal ini
perlu dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat tentang tidak
adanya kemungkinan untuk menutupi keterlibatan aparatur pemerintah serta
menjamin tidak adanya praktik-praktik impunity bagi mereka yang terlibat.
Langkah ini juga menjadi penting dalam rangka terus membangun suatu
kepercayaan publik terhadap kesungguhan pemerintah untuk melindungi,
menegakkan, memajukan dan memenuhi hak asasi manusia.
2.5 Penegakan HAM Di Indonesia
A. Konsepsi HAM Indonesia dan Internasional
Setiap negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak-hak setiap warga
negaranya. The Declaration of the Causes and Necessity of Taking Arms yang
dideklarasikan pada tahun 1775 menyatakan bahwa Pemerintah dibentuk untuk
memajukan kesejahteraan umat manusia, dan harus dikelola demi tercapainya
tujuan tersebut. Dari deklarasi secara eksplisit dijelaskan bahwa tujuan sematamata dari berdirinya negara adalah untuk melindungi HAM warga negaranya. Hal
itu wajar karena pemerintah mendapatkan otoritas hasil dari kesepakatan
rakyatnya.
Di Indonesia konsepsi mengenai kewajiban negara untuk melindungi hakhak warga negaranya dapat kita lihat dari tujuan negara yang tercantum dalam
alinea keempat pembukaan UUD 1945. Disebutkan bahwa tujuan dari Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum,
melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan
ketertiban dunia dan perdamaian abadi.
Dari tujuan negara tersebut kita dapat mengetahui bahwa negara Indonesia
menjamin kebutuhan dasar setiap warga negaranya seperti kebutuhan akan
pangan, sandang, kesehatan, papan, hukum dll. Hal tersebut diperkuat pada pasalpasal yang terdapat dalam UUD 45 yaitu dalam pasal 27 sampai 34. Hak-hak

tersebut meliputi kedudukan yang sama di dalam hukum hingga jaminan fasilitas
sosial yang layak oleh pemerintah.
Cara pandang Indonesia dalam melihat hak-hak warga negara sangat
penting karena sebuah mindset menjadi dasar dalam melindungi hak warga
negara. Mindset menjadi arah bagaimana Indonesia berusaha untuk melindungi
hak-hak warga negara yang dikristalkan dalam kewajiban-kewajiban negara
terhadap warga negaranya.
Konsepsi mengenai HAM dapat kita lihat dari Tap MPR No XVII /1998.
Berdasar ketentuan tersebut hak asasi manusia didefinisikan sebagai hak-hak
dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi,
hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang tidak boleh diabaikan atau dirampas
oleh siapapun.
Konsekuensi

dengan

adanya

pasal-pasal

tersebut

maka

negara

berkewajiban untuk melaksanakan undang-undang tersebut. Apalagi saat ini


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertekad menjadikan Indonesia sebagai
contoh dalam penegakan HAM, terutama di kawasan ASEAN. Penegasan itu
disampaikan Presiden, Minggu (1/3) menanggapi pembentukan Badan HAM yang
masuk dalam agenda KTT ASEAN di Hua Hin dan Cha-am, Thailand.
Perlindungan HAM seharusnya bukan menjadi beban negara, tetapi merupakan
jalan pemerintah menjalankan amanahnya sebagai organisasi otoritas tertinggi.
B. Pelanggaran HAM di Indonesia, Inkosistensi Dari Tujuan Nasional
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki otoritas tertinggi dalam suatu
wilayah dan dipercaya oleh rakyatnya untuk mengatur kehidupan sosial dan
bernegara. Pemerintah didirikan dengan sebuah tujuan untuk mensejahterakan
kehidupan sosial rakyatnya. Tujuan tersebut dipertegas dengan kewajiban negara
untuk menjamin warga negaranya. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
oleh negara diantaranya sebagai berikut:

1. kewajiban untuk menghormati: kewajiban menghargai ini menuntut negara, dan


semua organ dan agen (aparat)-nya, untuk tidak bertindak apapun yang melanggar
integritas individu atau kelompok atau pelanggaran pada kebebasan mereka,
2. kewajiban untuk melindungi: kewajiban untuk melindungi menuntut negara dan
agen (aparat)-nya melakukan tindakan yang memadai guna melindungi warga
individu dari pelanggaran hak-hak individu atau kelompok, termasuk pencegahan
atau pelanggaran atas penikmat kebebasan mereka,
Hak Asasi Manusia 12
3.Kewajiban untuk memenuhi: kewajiban untuk memenuhi ini menuntut negara
melakukan tindakan yang memadai untuk menjamin setiap orang di dalam
peluang yurisdiksinya untuk memberikan kepuasan kepada mereka yang
memerlukan yang telah dikenal di dalam instrumen hak asasi dan tidak dapat
dipenuhi oleh upaya pribadi.
Pelanggaran HAM dapat terjadi apabila pemerintah tidak memenuhi
kewajibannya terhadap negara. Pelanggaran digolongkan menjadi dua, yaitu acts
of commission ( tindakan untuk melakukan) oleh pihak negara atau pihak lain
yang tidak diatur secara memadai oleh negara, dan acts of ommission (tindakan
untuk tidak melakukan tindakan apapun) oleh negara. Pelanggaran hak asasi
manusia dilakukan oleh negara lewat agen-agennya (Polisi, Angkatan Bersenjata
dan setiap orang yang bertindak dengan kewenangan dari negara) melawan
individu (English & Stapleton, 1997: 4).
Permasalahan perlindungan HAM di Indonesia juga disebabkan karena
inkosistensi penegakan hukum. Hukum sebagai alat penyelesaian sengketa dan
pengendalian sosial yang tidak berjalan sebagaimana mestinya akan menyebabkan
ketidakpastian terhadap perlindungan HAM. Sebut saja kasus korupsi proyek
pemetaan dan pemotretan areal hutan antara Departemen Hutan dan PT Mapindo
Parama yang merugikan negara milyaran rupiah. PN Jakpus hanya menjatuhkan
hukuman dua tahun penjara potong masa tahanan dan menetapkan terpidana tetap
dalam status tahanan rumah kepada Mohammad Bob Hasan. Sedangkan kasus
pencurian dua buah kakao seharga Rp 5.000, tersangka Minah harus mendekap
dalam penjara selama dua bulan.

Dari kasus diatas terlihat bahwa pelanggaran HAM di Indonesia juga


disebabkan karena inkonsistensi penegakan hukum yang pada akhirnya akan
menimbulkan inkosistensi pemerintah dalam mencapai tujuan nasional.

C. Perjalanan Penegakan HAM di Indonesia Untuk Mencapai Tujuan Nasional


Memori kita terhadap otoritarian orde baru masih belum terlupakan dalam
benak kita. Perjalanan menuju tatanan pemerintah yang lebih demokratis sedang
dijalani oleh bangsa ini. Jika pada zaman orde baru pemerintah melakukan
pendekatan security untuk menjaga stabilitas negara maka saat ini hal tersebut
telah banyak dikurangi dan beralih pada pendekatan demokratis.
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU
39/1999) menjadi titik terang dalam penegakan HAM di Indonesia walaupun
banyak laporan pelanggaran HAM yang dilaporkan pada lembaga ini sampai saat
ini belum jelas penyelesainnya. Namun setidaknya ada sebuah lembaga yang
menjadi kontrol dan pengawas pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia.
Desentralisasi atau otonomi daerah juga telah mengembalikan kedaulatan
ke pihak semestinya yaitu pada tangan rakyat. Setelah sekitar 30 tahun terjadi
pemusatan kekuasaan pada penguasa saat ini kita dapat melihat bahwa nilai-nilai
demokrasi telah muncul dalam kehidupan bernegara. Dengan adanya otonomi
daerah tersesbut kita juga dapat melihat bahwa perlahan masyarakat berani
memperjuangkan hak-haknya. Pemerintah juga lebih peduli dengan kewajibannya
sebagai penjamin hak warga negaranya.
Kita juga pantas mengepresiasi pemerintah karena berani memasukkan
komitmen penegakan HAM dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) sebagai tindak lanjut dari penjabaran dari program-program
yang disampaikan oleh Presiden pada saat kampanye. Sementara pada tataran
regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara, tercatat adanya kemajuan yang
penting. Hal ini antara lain dengan terbentuknya lembaga atau badan ASEAN
Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR). Dengan lahirnya

badan tersebut, diharapkan dapat memberikan peranan yang berarti dalam rangka
pemajuan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia di kawasan Asia
Tenggara.
Semoga dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, penegakan HAM di
Indonesia dapat berjalan dengan baik. Kewajiban-kewajiban negara dalam
menjamin hak warga negara dapat terjaga sehingga tujuan nasional Indonesia
dapat terwujud.
2.6 HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD
Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undangundang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan
panjang,

antara

lain

melalui

amandemen

dan

referendum,

sedangkan

kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang
masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih
bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undangundang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan
seringnya mengalami perubahan.
2.7 Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk
pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan


maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida
dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan
fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan
kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anakanak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok
hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan
terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara
maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan
terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh
aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan,
penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus
yang berada di lingkungan pengadilan umum.

Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),


perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak
saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara.
Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM
sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga
oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara
horizontal.
Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih
pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu
mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada
setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap
para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir
jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan
tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu
jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak,
sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
DR. IUR. Adnan Buyung Nasution. Implementasi Perlindungan HAM dan
Supremasi Hukum. Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Dnpasar 14-18
Juli 2003
Pertampilan S. Brahmana. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia: Pelaksanaan
antara Hak dan Kewajiban Tidak Seiring Jalan? 23 December, 2009, 10:38.
http://koalisi-ham.org
Enny Soeprapto. Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. 11 Maret 2002
Kombespol. Drs. Susno Duaji, S.H. Praktik-Praktik Pelanggaran HAM di
Indonesia. Juli 2003
Gunawan et al. Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya: Prospek dan Tantangan
M.M. Billah. Tipologi dan Praktek Pelanggaran HAM di Indoensia. Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar, 14-18 Juli 2003.
Suparman Marzuki, S.H., M.Si. Memperkuat Justabilitas Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan.
www.kompas.com/ Indonesia Bertekad Menjadi Contoh Penegakan HAM/ Senin,
2 Maret 2009 | 04:33 WIB
www.komnasham.go.id/ Catatan Akhir Tahun Hak Asasi Manusia 2009

Anda mungkin juga menyukai