UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DA ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang
telahmelimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Hak dan Asasi Manusia. Salawat serta salam semoga
selalu tercurah pada nabi Muhammad serta keluarga dan para sahabatnya sampai
akhir zaman.
Dengan keja keras dibaringi dengan rasa tanggung jawab tinggi akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini. Isi ataupun materi dalam
makalah ini penulis kutip dari beberapa buah buku.
Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir dari
penulisan. Tetapi, merupakan langkah awal yang masih perlu perbaikan.
Jadi,kritik dan saran konstuktif yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dariberbagai pihak, demi penyempurnaan tulisan ini di masa yang akan
datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
BAB II..................................................................................................... 5
HAK ASASI MANUSIA (HAM)....................................................................5
2.1 Pengertian HAM...................................................................................5
2.2 Ciri Pokok Hakikat HAM.......................................................................5
2.3 Perkembangan Pemikiran HAM..............................................................6
2.4 Pelaksanaan HAM Di Indonesia...............................................................8
2.5 Penegakan HAM Di Indonesia...............................................................10
2.6 HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional............................................14
2.7 Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM.................................................14
BAB III.................................................................................................. 17
PENUTUP.............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
3.2 Saran................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Hak-hak seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang tidak boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun, seperti yang tercantum pada rumusan hak asasi manusia
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap
MPR No. XVII/MPR/1998.
Hak juga merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik
untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil
judul Hak Asasi Manusia.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. Contoh-contoh pelanggaran HAM.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
2.1 Pengertian HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia
2.2 Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
2.3 Perkembangan Pemikiran HAM
Perkembangan pemikiran HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
a. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II,
totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk
menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
b. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada
masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
c. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan
hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga
mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya
terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yang dilanggar.
d. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam
proses
pembangunan
yang
terfokus
pada
pembangunan
ekonomi
dan
dan berbagai daerah lain, tragedi Mei di Jakarta, Solo, dan berbagai kota lain,
tragedi Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996, penangkapan yang salah tangkap, serta
rentetan kekerasan kerusuhan massa terekayasa di berbagai kota, yang bagaikan
kisah bersambung sepanjang tahun-tahun terakhir pemerintahan kedua: tragedi
Trisakti, tragedy Semanggi, kasus-kasus penghilangan warga negara secara paksa,
dan sebagainya.
Pemerintah di negeri ini, harus lebih serius dalam menangani kasus HAM
ini jika ingin lebih dihargai dunia. Karena itu, pemerintah harus membuat aturan
aturan yang lebih baik. Juga kejelasan pelaksanaan aturan itu. Komnas HAM
sebagai harus melakukan gebrakan diantaranya :
1. Komnas HAM mendesak pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi
berbagai instrumen internasional hak asasi manusia, dengan memberi prioritas
pada Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional (Rome Statute International
Criminal Court), Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan (Optional Protocol
Convention Against Torture), Konvensi Internasional tentang Penyandang Cacat,
Konvensi Internasional tentang Pekerja HAM, Konvensi Internasional Tentang
Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari Tindakan Penghilangan Secara Paksa.
Dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi para Tenaga
Kerja Indonesia, pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi juga Konvensi
Internasional Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya
(International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers
and Members of Their Families). Dalam kontek ini hendaknya pemerintah segera
mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2009 2014.
2. Perlu ditinjau kembali pendekatan hukum yang represif dalam penyelesaian
konflik politik di Papua yang diterapkan saat ini. Langkah yang dilakukan
sekarang lebih banyak melahirkan kekerasan dan jatuhnya korban. Komnas HAM
mendesak perlunya dilakukan langkah-langkah politik daripada hukum dalam
penyelesaian konflik di Papua. Langkah dialog atau perundingan sudah harus
dipikirkan oleh pemerintah.
tersebut meliputi kedudukan yang sama di dalam hukum hingga jaminan fasilitas
sosial yang layak oleh pemerintah.
Cara pandang Indonesia dalam melihat hak-hak warga negara sangat
penting karena sebuah mindset menjadi dasar dalam melindungi hak warga
negara. Mindset menjadi arah bagaimana Indonesia berusaha untuk melindungi
hak-hak warga negara yang dikristalkan dalam kewajiban-kewajiban negara
terhadap warga negaranya.
Konsepsi mengenai HAM dapat kita lihat dari Tap MPR No XVII /1998.
Berdasar ketentuan tersebut hak asasi manusia didefinisikan sebagai hak-hak
dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi,
hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang tidak boleh diabaikan atau dirampas
oleh siapapun.
Konsekuensi
dengan
adanya
pasal-pasal
tersebut
maka
negara
badan tersebut, diharapkan dapat memberikan peranan yang berarti dalam rangka
pemajuan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia di kawasan Asia
Tenggara.
Semoga dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, penegakan HAM di
Indonesia dapat berjalan dengan baik. Kewajiban-kewajiban negara dalam
menjamin hak warga negara dapat terjaga sehingga tujuan nasional Indonesia
dapat terwujud.
2.6 HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum
tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD
Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undangundang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan
panjang,
antara
lain
melalui
amandemen
dan
referendum,
sedangkan
kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang
masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih
bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undangundang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan
seringnya mengalami perubahan.
2.7 Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk
pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
DR. IUR. Adnan Buyung Nasution. Implementasi Perlindungan HAM dan
Supremasi Hukum. Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Dnpasar 14-18
Juli 2003
Pertampilan S. Brahmana. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia: Pelaksanaan
antara Hak dan Kewajiban Tidak Seiring Jalan? 23 December, 2009, 10:38.
http://koalisi-ham.org
Enny Soeprapto. Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. 11 Maret 2002
Kombespol. Drs. Susno Duaji, S.H. Praktik-Praktik Pelanggaran HAM di
Indonesia. Juli 2003
Gunawan et al. Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya: Prospek dan Tantangan
M.M. Billah. Tipologi dan Praktek Pelanggaran HAM di Indoensia. Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar, 14-18 Juli 2003.
Suparman Marzuki, S.H., M.Si. Memperkuat Justabilitas Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan.
www.kompas.com/ Indonesia Bertekad Menjadi Contoh Penegakan HAM/ Senin,
2 Maret 2009 | 04:33 WIB
www.komnasham.go.id/ Catatan Akhir Tahun Hak Asasi Manusia 2009