Morgenthau
Sumber: Hans J. Morgenthau, “Politics Among Nations: The Struggle for Power and
Peace” (Fifth Edition, Revised.)
Dalam salah satu buku H.J. Morgenthau yang berjudul “Politics Among Nations: The
struggle For Power and Peace” dibahas secara mendalam dan teoritis mengenai realisme
politik. Buku ini banyak menjelaskan mengenai teori realisme politik internasional dalam
kerangka analisis politik internasional yang mencakup sifat dan kecenderungannya.
Dalam penjelasan teori realisme politik internasional, Hans J. Morgenthau mengatakan
bahwa ini merupakan suatu teori yang memiliki keterkaitan dengan sifat dasar manusia (human
nature) seperti yang sesungguhnya ada. Human nature atau sifat dasar manusia sebenarnya
adalah egois dan anarkis. Teori ini dibangun berdasarkan keyakinan yang berbeda dengan teori
yang dikembangkan oleh pemikir sebelumnya, yaitu idealis. Oleh sebab itu, Hans J.
Morgenthau mengatakan, “sejarah pemikiran politik modern adalah sejarah tentang dua aliran
pemikiran yang saling bersaing, yang memiliki perbedaan mendasar menyangkut konsepsi
tentang hakikat manusia, masyarakat, dan politik” (Hans J. Morgenthau, 1973: 3).
Adapun asas keyakinan teori politik idealis adalah (1) tertib politik yang bermoral dan
rasional, yang berasal dari prinsip-prinsip abstrak yang universal, dapat diwujudkan saat ini,
(2) manusia pada hakikatnya memiliki kebaikan esensial dan dapat dididik, (3) kurangnya
pengetahuan dan pemahaman, adanya lembaga-lembaga yang telah usang, kejahatan individu
atau kelompok tertentu yang terisolir, merupakan sebab dari kegagalan tertib soal; (4)
pendidikan, pembaharuan, dan penggunaan kekuatan secara sporadik diyakini dapat
memperbaiki kerusakan tadi (Hans J. Morgenthau, 1973: 3).
Namun, pandangan teori realisme politik sebagaimana yang dikembangkan Hans J.
Morgenthau justru berbanding terbalik dengan pemikiran idealis. Adapun landasan pemikiran
Morgenthau, yakni “... the world, imperfect as it is from the rational point of view, is the result
of forces inherent in human nature. To improve the world one must work with those forces, not
against them. This being inherently a world of opposing interests and of conflict among them,
moral principles can never be fully realized, but must at best be approximated through the ever
temporary balancing of interests and the ever precarious settlement of universal principles for
abstract principles, and aims at realization of the lesser evil rather than of the absolute good
(Hans J. Morgenthau, 1973: 4).
Secara garis besar maksudnya adalah dunia yang apabila kita lihat dari sudut pandang
rasional, yaitu tidak sempurna, ini semua merupakan hasil dari melekatnya “human nature”
tadi. Dunia ini tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa politik berdiri berdasarkan hukum yang
dibuat atas dasar “human nature”. Untuk bertahan, aktor harus bisa bekerja dengan kekuatan
yang disebut “human nature” itu, bukan dengan melawannya. Prinsip moral tidak akan pernah
sepenuhnya terpenuhi, paling-paling hanya terlihat apabila aktor berusaha melakukan
“balancing” yang pada umumnya bersifat sementara atau biasa disebut “balance of power.”
Morgenthau juga menyatakan mekanisme yang dipakai untuk mengerti atau memahami
politik internasional adalah melalui konsep yang tercatat dalam bukunya ialah “.. the concepts
of interest defined in terms of power” (Hans J. Morgenthau, 1973: 5). Negara sebagai aktor
utama memiliki beberapa prinsip atau pedoman dasar dalam mengatur kehidupan
bernegaranya. Konsentrasinya berpusat pada pertahanan dan keamanan negara. Tindakan
negara berdasarkan pada mengejar kepentingan nasionalnya dan meraih power atau kekuasaan.
Konseptualisasi kepentingan (interest) dalam formulasi “power” diwujudkan ke dalam
tataran politik internasional, konsep ini juga dipakai sebagai dasar pemikiran teori realisme
politik dan juga menjadi kerangka bangunan teoretis terhadap politik luar negeri. Karena pada
dasarnya realisme ditandai oleh pemikiran kepada sesuatu “...pluralistic conception of human
nature real man is a composite of economic man, political man, moral man, religious man".
(Hans J. Morgenthau, 1973: 14).
Realisme politik internasional pada hakikatnya merupakan:
“International politics, like all politics, is a struggle for power, whatever the ultimate aim of
international politics, power is always the immediate aim” (Hans J. Morgenthau, 1973: 28).
Perjuangan untuk memperoleh kekuasan dalam tataran politik internasional selalu terwujud
dalam hubungan internasional. Mekanisme dan dinamika hubungan internasional ini
diwujudkan atau dimanifestasikan oleh aktor, yang dimana Negara merupakan aktor utama
dalam kerangkang hubungan dan politik internasional.
Enam prinsip teori realisme politik internasional menurut Morgenthau:
1. Politik diatur oleh Hukum Objektif yang berakar pada Sifat Manusia:
Prinsip pertama realisme politik menyatakan bahwa "politik, seperti
masyarakat pada umumnya, diatur oleh hukum objektif yang berakar pada sifat
manusia." Oleh karena itu, penting untuk memahami hukum-hukum ini dan
membangun teori rasional politik internasional. “Hukum-hukum ini tidak dapat
disangkal dan ditentang. Mengambil ini sebagai dasar, kita dapat merumuskan
teori rasional Politik Internasional; Realisme Politik percaya bahwa politik
internasional beroperasi atas dasar hukum objektif tertentu.”