Anda di halaman 1dari 4

Politics Among Nations

Hans J. Morgenthau

Kontribusi pemikiran Morgenthau dalam buku Politics Among Nations dapat dilihat dari tiga ide
utama : human nature, power dan national interest dan satu ide umum, yaitu balance of power.
Dari asumsi dasar Thomas Hobbes dikembangkan oleh Morgenthau sebagai Six Principles of
Political Realism, Antara lain sebagai berikut :

1. Politik ditentukan oleh hukum objektif (objective laws) yang berasal dari sifat dasar
manusia (human nature). Untuk memperbaiki masyarakat terlebih dahulu harus
memahami hukum yang mengatur masyarakat tersebut. Dalam hal ini realisme percaya
akan hukum objektifitas politik dan percaya terhadap kemungkinan untuk
mengembangkan teori rasional yang mencerminkan hukum objektif yang dapat
membedakan antara kebenaran yang memang benar secara rasional dan objektif.
Realisme menganggap bahwa sifat politik luar negeri hanya dapat dipastikan melalui
pengamatan political behaviour yang dilakukan oleh Negara dan akibat yang dapat
diduga dari tindakan tersebut untuk dapat mengetahui apa yang sesungguhnya dilakukan
oleh pemimpin Negara dan kita dapat mengira-ngira apa yang mungkin menjadi tujuan
mereka.
2. Konsep kepentingan yang diartikan dalam istilah kekuasaan (power). Konsep ini
merupakan penghubung antara pemikiran yang berusaha memahami politik internasional
dengan kenyataanyang harus dipahami. Negara itu pada dasarnya egois dan mengejar
kepentingan nasionalnya masing-masing. Kepentingan nasional adalah bagaimana negara
mendapatkan kekuasaan. Oleh karena itu, tingkah laku negara kedepannya dapat
diprediksi. Realis berasumsi bahwa realitas politik penuh dengan ketidakpastian dan
keadaan yang tidak masuk akal (kepribadian pemimpin Negara, subjektivitas, emosi),
serta berpengaruh pada pengambilan kebijakan luar negeri. Politik luar negeri yang
rasional adalah politik luar negeri yang baik, yaitu menyampingkan pemikiran yang tidak
rasionalitas tersebut.
3. Kepentingan suatu negara selalu berubah (dinamis), objektif dan universal. Corak
kepentingan yang menentukan tindakan politik suatu negara dilihat dari konteks politik
dan kebudayaan. Kepentingan harus bersifat dinamis yang selalu bergerak sesuai dengan
keadaan politik internasional.
4. Terdapat perbedaan antara moral principal of nation dan universal moral laws. Negara
berlindung di balik moral inspiration of nation untuk mneyembunyikan kepentingan
nasional yang sebenarnya. Pada dasarnya realisme politik menyadari akan pentingnya
moral dari tindakan politik bagi individu, tetapi hal itu tidak dapat diimplementasikan ke
dalam tindakan negara dalam mengambil keputusan luar negeri.
5. Tidak ada serangkaian prinsip-prinsip m or a l ya ng disetujui secara universal. Konsep
kepentingan yang didefinisikan kekuasaan telah menyelamatkan kita dari kebodohan
politik itu sendiri. Kar ena cerminan dari negara-negara ya ng sa m a sama ingin
mendapatkan kekuas aan m e m b u a t kita dapat berlaku secara adil. D a l a m arti lain
yaitu kita dapat menilai bangsa-bangsa lain seperti hal nya menilai bangsa kita sendiri
dan setelah menilai ini kita mampu untuk m e nghor m at i kepentingan negara lain
selagi kita m a m p u unt uk me nja ga kepentingan negara sendiri.
6. Bidang politik itu otonom. Kaum realis cenderung memperthankan otonomi di bidang
politik, akan tetapi mengakui eksistensi dan pentingnya pemikiran di bidang lain.
Realisme politik itu didasarkan pada hakikat manusia yang pluralistic, dimana manusia
itu sendiri merupakan gabungan atas economic man, political man, moral dan religious
man. Manusia yang hanya memiliki sifat political man hanya akan berfikiran tentang
power saja karena tidak memiliki kendala moral.

Dalam politik internasional, kekuatan bersenjata sebagai ancaman atau kemampuan merupakan
factor material penting yang membantu kekuatan politik suatu Negara. Apabila terjadi perang,
maka militer menjadi kekuatan politik. Namun, kita harus membedakan antara kekuatan militer
dengan kekuatan politik. Adanya senjata nuklir mengharuskan kita membedakan kekuatan yang
dapat dipakai dan yang tidak dapat dipakai. Menjadi salah satu paradox di era nuklir sekarang ini
bahwa peningkatan kekuatan militer tidak perlu lagi dilakukan untuk menghasilkan peningkatan
kekuatan politik. Nuklir memang bisa menjadi senjata, tetapi mengandung ancaman
penghancuran total. Ancaman nuklir menjadi rasional apabila dipakai menjadi politik luar negeri
yang ditujukan kepada Negara yang tidak punya nuklir. Apabila Negara yang diancam nuklir lalu
Negara tersebut memilki alat nuklir yang setimpal, maka keadaan saling ancam menjadi saling
membatalkan. Karena penghancuran Negara oleh nuklir akan menimbulkan penghancuran
Negara lain oleh nuklir pula, maka dengan anggapan bahwa mereka bertindak secara rasional
mereka akan mengabaikan ancaman masing-masing.

Besarnya sifat penghancurnya kalau dibandingkan dengan sifat terbatas tujuan politik sebagai
objek politik luar negeri yang layak, menyebabkan kekuatan nuklir tidak dapat dipakai sebagai
alat politik luar negeri. Nuklir sebagai ancaman merupakan tindakan rasional, tetapi apabila
benar-benar dipakai untuk mengubah kehendak pihak lain, akan menjadi tingkah laku yang tidak
rasional untuk benar-benar menghancurkan pihak lain. Hal tersebut akan mengundang
penghancuran pihaknya sendiri.

Tujuan politik dari kesiagaan militer dalam bentuk apapun, ialah untuk mencegah Negara lain
memakai kekuatan militer. Dengan kata lain, tujuan kesiagaan militer ialah untuk menghilangkan
manfaat penerapan kekuatan militer yang sesungguhnya dengan membuat calon musuh agar
menghentikan pemakaian kekuatan militernya. Tujuan politik dari perang itu sendiri pada
hakikatnya bukan penaklukan daerah dan pemusnahan bala tentara musuh, tetapi tujuannya
untuk mengubah pikiran musuh yang memaksanya untuk menyerah pada keinginan pihak
pemenang.

Ekonomi juga dapat menjadi alat politik. Ketika suatu negara memberikan suatu pinajaman
kepada Negara lain, walaupun menentang prinsip ekonomi, sejatinya berguna untuk kebijakan
politik suatu Negara. Namun harus mempertimbangkan posisi internasional Negara yang
meminjam dan resiko yang akan dihadapi pada kekuatan Negara. Contohnya seperti bantuan
pinjaman AS terhadap Polandia agar lepas dari baying-bayang Uni Soviet. Tindakan demikian
dalam dunia ekonomi berdasarkan tujuan politis, yakni dapat menjamin kelanjutan hidup
Polandia sebagai Negara berdaulat. Tujuan politik AS yang sebenarnya adalah untuk membatasi
pengaruh Uni Soviet di Eropa tengah dan Timur, sementara sambil meningkatkan pengaruh AS
di wilayah tersebut.

Organisasi internasional seperti PBB diyakini akan menjadi akhir dari politik kekuasaan dan
mengantar ke era baru kerjasama internasional. Namun realisme meyakini bahwa perebutan
kekuasaan adalah universal, dapat terjadi dalam waktu dan ruang serta merupakan fakta
pengalaman yang tidak dapat dibantah. Sepanjang sejarah, Negara-negara telah saling
berhadapan dalam perlombaan kekuatan tanpa mengindahkan keadaan social, ekonomi, da
politik. Apabila Negara bergabung dalam Organisasi internasional sebenarnya hanya
menyerahkan kekuasaan yang ada pada Negara kepada OI tersebut dan hal itu dinilai Realisme
sia-sia karena dianggap menyerahkan eksistensi dan kekuasaan mereka kepada pihak lain.

Konsep status quo berasal dari status quo ante bellum, istilah diplomatic yang merujuk pada
klausa lazim dalam pernjanjian perdamaian yang mengatur pengosongan wilayah oleh pasukan
musuh dan pemulihannya pada kedaulatan sebelum perang. Tujuan politik status quo ialah untuk
memelihara pembagian kekuasaan yang ada, sebagai pemelihara penyelesaian secara damai,
yang mengakhiri perang. Politik status quo dipakai tidak hanya dalam perjanjian perdamaian dan
organisasi internasional yang mendukung mereka. Negara-negara yang mempunyai hasrat
mempertahankan pembagian kekuasaan tertentu dapat juga memakai perjanjian khusus sebagai
alat mereka.

Dalam buku ini juga membahas mengenai kekuatan nasional. Unsur-unsur yang menentukan
kekuatan nasional, antara lain : Geografi, Sumber Daya Alam, Kemampuan Industri, Kesiagaan
Militer, Penduduk, Karakter Nasional, Moral Nasional, Kualitas Diplomasi dan Kualitas
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai