Anda di halaman 1dari 7

UAS ISU-ISU GLOBAL NAMA : Reza Fauzan Annas NIM : 44307888

1. Demokrasi yang saya ketahui adalah Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat, melalui Dewan Perwakilan Daerah atau Provinsi atau Pusat, Demokrasi bukan berarti kekuasaan di tangan penguasa, akan tetapi kekuasaan penuh di tangan rakyat. Menurut Morlino (2004): Demokrasi yang baik paling tidak harus memenuhi 3 kualitas: a) Kualitas hasil Pemerintahan yang memiliki legitimasi yang dapat memuaskan warga negaranya. b) Kualitas isi/substansi Warga negara memiliki kebebasan dan kesetaraan c) Kualitas prosedur Warga negara memiliki kebebasan untuk memeriksa dan mengevaluasi bagaimana pemerintahnya mencapai tujuan-tujuan kebebasan dan kesetaraan sesuai dengan hukum yang berlaku. Menurut pendapat saya, Demokrasi bisa menjadi ideal apabila semua aspek berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Salah satu kebutuhan utama dari sebuah bentuk pemerintahan yang ideal adalah terpenuhinya rasa keadilan. Dimana

kondisi masyarakat sangat beragam mengakibatkan rentannya terjadi ketidakadilan didalamnya. Kemudian sebuah pemerintahan harus menjaga keadilan agar tidak terbentuk sebuah golongan yang berkuasa dan golongan yang mengabdi, karena dari semua konsep yang telah ada selalu menciptakan pengabdian kepada sebuah golongan tertentu dengan berbagai macam bentuknya. 2. Civil society didefinisikan sebagai sektor non-negara suatu masyarakat. Demokrasi dan civil society ibarat 2 sisi mata uang yang sama, keduanya eksis secara bersama tak dapat pisahkan satu dengan lainnya. Dengan civil

society yang kuat, demokrasi akan berjalan dengan baik (Putnam, 1993).
Dan dalam suasana negara yang demokratis, civil society akan berkembang dan tumbuh dengan kuat pula. Nurcholish Madjid (1999) membuat metafor yang cukup menarik, civil society adalah rumah persemaian demokrasi. Jadi demokrasi tidak hanya tercermin dalam pemilu yang bebas dan demokratis, tetapi juga diperlukan persemaian dalam rumah, yaitu civil society. Kalau memakai pendekatan Hegelian Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Hukum merupakan pengarah kebebasan dan rasionalitas manusia dalam hubungan dengan sesama anggota masyarakat sipil. Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional. (Stumpf, 1994).

Dalam hubungan masyarakat dengan negara, civil society memiliki tiga fungsi, yaitu: Pertama, sebagai komplementer di mana elemen-elemen civil society mempunyai aktivitas memajukan kesejahteraan untuk melengkapi peran negara sebagai pelayan publik (public services). Kedua, sebagai subtitutor. Artinya, kalangan civil society melakukan serangkaian aktivitas yang belum atau tidak dilakukan negara dalam kaitannya sebagai institusi yang melayani kepentingan masyarakat luas. Dan ketiga, sebagai kekuatan tandingan negara atau counterbalancing the state atau counterveiling forces. Dengan mengkombinasikan secara horisontal dan vertikal, maka fungsi komplementer, subtitutor, dan countervailing forces menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Barangkali persoalannya terletak pada bagaimana kalangan civil society dalam pelbagai sektor dan area of concern dari aktivitas yang mereka lakukan dapat berbagi peran menuju terciptanya demokratisasi.

3.

Bicara mengenai HAM, menurut saya adanya dikotomi antara perspektif HAM barat dengan HAM Islam, HAM barat berbeda dengan HAM Islam, saya rasa perlu ditambahkan HAM islam dalam pengaturan HAM di dunia walaupun pada hakikatnya sangatlah sulit. Sekalipun Universal tetap memiliki batasan, Pengertian universal di sini tidak boleh diartikan sebagai

bentuk alasan untuk melakukan suatu pemaksaan kehendak. Sejarah masa lalu dan kultur suatu bangsa hendaknya terlebih dahulu dihormati sebagai unsur pembentuk perilaku bangsa tersebut. Perlu diakui jika penyamaan persepsi tentang HAM tidaklah mudah. Segala bentuk perbedaan

kepentingan bisa mengarah pada terciptanya situasi yang justru jauh dari apa yang diharapkan dengan terwujudnya HAM. Setiap budaya yang lahir dan berkembang di dalam suatu bangsa memiliki cara pandang sendiri yang selanjutnya menciptakan nilai-nilai HAM pada bangsa tersebut. Butir-butiri pelaksanaan HAM yang dikenal The Universal Declaration of Human Rights oleh PBB tercipta dari kultur budaya di Eropa. Di sinilah batasan-batasan yang perlu diperhatikan ketika hendak menyamakan persepsi HAM. Oleh karena itu memang agak sulit dalam menyamakan persepsi HAM, menurut hemat jika memang bisa menambahkan aturan dalam HAM, Opsi yang paling memungkinkan hanya dengan menambahkan mazhab HAM Islam dalam The

Universal Declaration of Human Rights, karena hanya HAM Islam menurut


saya yang mampu menjawab masalah yang tidak bisa diatasi oleh HAM barat.

4.

Nuklir akan terasa tidak adil apabila Nuklir hanya dimiliki negara maju dan negara sekutu Amerika, sedangkan negara yang kontra terhadap nuklir AS malah dikecam jika melakukan pengayaan nuklirnya. Kepemilikan nuklir AS merupakan simbol supremasi kekuatan AS sekaligus garansi terhadap keamanan AS. para pengambil kebijakan di AS banyak yang masih percaya perihal kekuatan dari nuclear detterence yang mampu menciptakan keamanan bagi AS dan sekutunya. AS sendiri melakukan standar ganda, Tatkala AS menuntut setiap negara untuk tidak melakukan proliferasi bahan nuklir, akan tetapi Rezim Obama mengusulkan untuk meningkatkan pendanaan terhadap senjata nuklir sebesar 5 miliar dollar dalam lima tahun kedepan. Kebijakan tersebut saya nilai sangat tidak adil, menurut saya sah sah saja setiap negara melakukan pengayaan nuklir, nuklir ibarat mata

pisau, jika digunakan untuk perdamaian (energi ) maka akan menjadi solusi dan alternatif sumber energi yang sekarang energi yang tak terbarukan semakin habis. Boleh semua negara bila mampu melakukan pengayaan nuklir tetapi harus mengikuti aturan pengawasan dan penggunaan oleh badan hukum yang mengatur tentang hal tersebut. Hakikatnya Nuklir bukan hanya menjadi senjata, tetapi bisa dimanfaatkan untuk energi dan perdamaian akan tetapi negara yg hegemon melihat ini sebagai ancaman keamanan karena menurut logika mereka, nuklir yang awalnya untuk perdamaian pasti digunakan untuk senjata, tetapi semua itu bergantung pada niat awal

kepemilikan dan pengayaan nuklir tersebut, apakah dia menggunakannya untuk perdamaian atau untuk perang.

Sumber Rujukan : Buku : Puspitosari, Hesti, Luthfi J, Kurniawan. 2012. Negara, Civil Society & Demokratisasi, Malang : Intrans Publishing Yani , Yanyan Mochamad, Anak Agung Banyu Perwita. 2006. Pengantar Hubungan

Internasional , Bandung : Remaja Rosdakarya


Rudy, T. May . 2003. HUBUNGAN INTERNASIONAL KONTEMPORER DAN MASALAH

MASALAH GLOBAL Isu , konsep, Teori dan Paradigma, Bandung : Refika Aditama
Sitepu, P Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Graha Ilmu Muukkonen, Martti. (2000) Civil Society, Makalah dalam Annual Meeting of Finish Sociologist, Stumpf, Samuel Enoch (1994) Philospohy History and Problems. Fifth Edition. New York: McGraw Hill Inc, Jurnal : Masyarakat Sipil Menuju Demokratis - Idi jahidi Civil society dan partai politik dalam Demokratisasi di indonesia - Aditya perdana Peran Civil Society di Indonesia Reza Fauzan Annas Jurnal Demokrasi Undip Jurnal UGM Demokrasi Indonesia: Masa Lampau, Sekarang, Dan Masa Mendatang Afan Gafftar Web : http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/14/sistem-pemerintahan-ideal/ http://politikana.com/baca/2010/05/13/mencari-kembali-sistem-pemerintahan-idealperlukah-copas.html http://wilson-therik.blogspot.com/2011/08/pemikiran-hegel-tentang-negara-dan.html http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html

Anda mungkin juga menyukai