Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fajar Nur Hasanah

NIM : 11200950000005
Kelas : Biologi 2A
Tanggal: Senin, 12 April 2021
Tugas : PKN
Materi : Demokrasi Pancasila
Dosen : Nanang Kosim, S.I.P, S. Pd. I, M. Pd

1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai
tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui
oleh Moh. Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hampir semua negara didunia ini telah
menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamamental.; Kedua, demokrasi
sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada warga
masyarakat tentang demokrasi.
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis)
dan istilah (terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk
suatu tempat dan “cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di
mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintah rakyat dan oleh rakyat (Dwi Sulisworo, dkk, 2012).
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan
para ahli sebagai berikut:
a. Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan polituk dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah publik oleh
warganegara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih
d. Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan berkala
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik (Ibid).
Dalam demokrasi kesantunan politik harus tetap dijaga. Konsep liberalisasi
yang melekat pada ideologi demokrasi diartikan sebagai sebuah masyarakat yang
bebas dan bertanggung jawab, yaitu masyarakat yang mengetahui hukum yang
jelas sehingga si kuat tidak menindas si lemah. Dengan kata lain, baik itu
penguasa, pemerintah, pengusaha dan rakyat kebanyakan semuanya harus hormat
dan tunduk pada hukum. Barang siapa yang menyimpang dari hukum atau barang
siapa yang mencoba memanipulasi hukum dapat ditindak melalui lembaga
peradilan tanpa pandang bulu. Tujuannya adalah untuk kesejahteraan masyarakat,
yang secara hukum berarti terjaminnya hak hidup dan martabat masingmasing
warga negara di negara tersebut. (Heru Nugroho, 2012).
Pada lingkup global saat ini terdapat dua tipe demokrasi yang bertarung
memperebutkan dominasi politik dan spirit, yaitu demokrasi libertarian dan sosial.
Keduanya mengaku strategi tepat untuk menyelenggarakan kebebasan dan
keadilan lembaga dan memberikan pemahaman yang berbeda tentang konsep
kebebasan dan keadilan dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik.
Konsep demokrasi libertarian dikelompokkan berdasar kenyataan bahwa
negara pemerintah meskipun merupakan bagian dari struktur demokratis dalam
koridor undang-undang, namun sebagian besar kondisi sosial ekonomi tetap.
Tuntuan atas keseluruhan tanggung-jawab pemerintah untuk membentuk struktur
sosial, mengatur perekonomian dan menjalankan kebijakan penyebaran ulang
guna melaksanakan nilai dasar kebebasan dan keadilan bagi pihak yang mampu,
akan dianggap sebagai sebuah invasi tidak sah oleh negara ke dalam wilayah
pribadi kebebasan warga negara. Kebebasan demokratis dan hak-hak warga
negara dalam bidang politik, sosial dan ekonomi adalah suatu hal yang tidak boleh
dikendalikan oleh pemerintah dan idealnya justru memberikan peluang terjadinya
otonomi swasta, kontak yang dilakukan sendiri pihak swasta serta pasar yang
mengatur dirinya sendiri (Meyer, 2005).
Suatu negara yang menjalankan konsepsi demokrasi sosial dituntut untuk
menawarkan perlindungan sosial pada warganya dari kemungkinan terjadinya
pelanggaran hak asasi. Disamping itu, negara juga harus mampu memberikan
jaminan pada warganya supaya berkesempatan memperoleh dan menikmati
fasilitas pendidikan yang memadai. Warga masyarakat tidak hanya sekedar
dimungkinkan memperoleh ketrampilan, tetapi juga diarahkan agar dapat turut
ambil bagian dalam dinamika kehidupan kebudayaan yang lebih luas. Oleh karena
itu negara wajib dapat mengelola dan mengendalikan dominasi iklim kapitalis
agar tetap berjalan pada koridor yang tidak merugikan warga. Negara juga harus
membuka dan memberdayakan ruang publik secara optimal sebagai instrumen
warga dalam menyalurkan aspirasinya (Myron dan Samuel, 1987).
2. Perkembangan demokrasi di Indonesia
Pemahaman antara demokrasi dan Negara hukum tidak dapat dipisahkan,
karena keduanya saling terkait dan bahkan sebagai prasyarat bahwa Negara
hokum pastilah Negara yang demokrasi. Negara hokum adalah Negara yang
demokratis karena kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
Konsep Negara Hukum ini kemudian mulai berkembang dengan pesat sejak
akhir abad ke-19 dan awal abad ke20. Di Eropa Barat Kontinental, Immanuel
Kant dan Friedrich Julius Stahl menyebutnya dengan istilah Rechtsstaat,
sedangkan di negara-negara Anglo Saxon, A.V. Dicey menggunakan istilah Rule
of Law. Menurut F.J. Stahl merumuskan unsur-unsur Rechtsstaat dalam arti klasik
sebagai berikut:
a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan negara untuk menjamin hak-hak azasi
manusia;
c. pemerintahan berdasarkan peraturan;
d. adanya peradilan administrasi.
Adapun unsur-unsur Rule of Law menurut A.V. Dicey adalah sebagai
berikut:
a. supremasi aturan-aturan hukum (the absolute supremacy of predominance
of reguler law).
b. kedudukan yang sama dihadapan hukum (equality before the law, or the
equal subjection of all classes to the ordinary law of the land administreted
by ordinary law courts).
c. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (a formula expressing the
fact that with us the law of constitution, the rules wich in foreign countries
naturally form parts of a constitutional code, are not the source but the
consequense of the rights of individuals as defined and 6 enforced by the
countries) (Marbun, 2003).
Dalam perkembangan negara hukum, unsur-unsur yang dikemukakan oleh
Stahl tersebut kemudian mengalami penyempurnaan yang secara umum dapat 3
dilihat sebagai berikut:
1. Yang didasarkan atas kedaulatan rakyat.
2. Bahwa pemerintah dalam melaksana kan tugas dan kewajibannya harus
berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).
4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang
bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak
memihak dan tidak berada dibawah pengaruh eksekutif.
6. Adanya peran yang nyata dari anggotaanggota masyarakat atau warga
negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah.
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata
sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.
Menurut Sri Soemantri (1992), bahwa suatu Negara hukum harus memenuhi
syarat-syarat:
1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar
atas hukum atau peraturan perundangundangan;
2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia;
3. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;
4. Adanya pengawasan dari badan-badan
Negara hukum yang demokratis bercirikan adanya pembatasan kekuasaan
oleh hukum untuk menghindari kekuasaan sewenang-wenang penguasa dan
adanya badan peradilan yang bebas dan tidak memihak.
3. Pengertian demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila secara umum adalah suatu paham demokrasi yang
bersumber dari pandanan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali
berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia sendiri. Dari falsafah hidup bangsa
Indonesia, kemudian akan timbul dasar falsafah negara yang disebut dengan
Pancasila yang terdapat, tercemin, terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional berdasarkan
mekanisme kedaulatan rakyat disetiap penyelenggaraan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi yaitu UUD 1945. Sebagai
demokrasi Pancasila terikat dengan UUD 1945 dan implementasinya
(pelaksanaannya) wajib sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945.

Nilai musyawarah untuk mufakat terkandung dalam sila ke-4. Yang


berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan”. Hal ini mengindikasikan bahwa hakikat dasar
manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan aturan
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari serangkaian hubungan sosial. Isi
yang terkandung secara keseluruh Sila Ke-4 dalam Pancasila berasal dari naluriah
manusia yang dilahirkan sebagai makhluk sosial. Atas dasar itupula manusia
mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses
berinteraksi biasanya terjadi kesepakatan dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama.

Hal tersebut menunjukkan makna permusyawaratan. Adapun hikmat


kebiiaksanaan dalam arti ini adalah kondisí sosial yang menampilkan cara rakyat
berpikir dalam tahap yang lebih tìnggi sebagai bangsa dan membebaskan diri dan
belenggu pemikiran berasaskan kelompok dan aliran tententu yang sempit (Wisnu
Agung,2020).

Untuk itu sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya saya memiliki
pribadi yang sesuai dengan nilai Pancasila. Berikut beberapa hal yang yang
menunjukan tentang tradisi atau kebiasaan bermusyawarah untuk mufakat dalam
bermasyarakat yang sesuai dengan semangat Demokrasi Pancasila:

Pertama, ikut serta dalam Pemilu merupakan contoh memiliki pribadi


berdasarkan nilai pancasila, bahwasanya dalam menentukan pemimpin atau wakil
rakyat, ada hak suara kami yang harus diakui karena pada dasarnya demokrasi
pemerintahan tertinggi ada pada rakyat.

Kedua, mufakat, seperti yang kita ketahui bahwasanya dalam bermasyarakat


pasti ada hal yang menuntut keputusan bersama. Dalam menentukan keputusan
tersebut sudah seharusnya saya tidak mementingkan kepentingan pribadi
melainkan mementingkan kepentingan Bersama.

Ketiga, dalam bermusyawarah saya sudah seharusnya tidak memaksakan


kehendak dalam berpendapat karena hal tersebut tidak sesuai dengan makna
demokrasi Pancasila.

Keempat, ketika keputusan bersama yang sudah ditetapkan, saya harus tetap
menghargai walaupun hal tersebut tidak sejalan dengan kepentingan pribadi saya.
Menghargai keputusan merupakan sikap yang menunjukan pribadi yang sesuai
dengan nilai Pancasila.

Kelima, ketika keputusan sudah diambil, saya harus melaksanakan


keputusan tersebut dengan rasa penuh tanggung jawab, karena hal tersebut
merupakan tujuan bersama.
4. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila.
Menurut Jimly Asshiddiqie (2011:198) prinsip-prinsip demokrasi Pancasila
adalah kebebasan atau persamaan (freedom/equality), kedaulatan rakyat (people’s
sovereignity), dan pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab. Adapun
penjelasan dari prinsip-prinsip demokrasi Pancasila tersebut adalah :

1) Kebebasan atau persamaan (freedom/equality).


Kebebasan/persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai
sarana mencapai kamajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha orang
tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang
dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan kesempatan
bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan
yang dikandung dalam demokrasi Pancasila ini tidak berarti free fight
liberalism yang tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak mengganggu hak
dan kebebasan orang lain.
2) Kedaulatan Rakyat (people’s sovereignity).
Dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan
mencapai dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan, sedangkan kedua, terjaminya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas
pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan adalah pengawas oleh
rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan
hati penguasa.
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab.
Negara kita, prinsip-prinsip demokrasi telah disusun sesuai dengan nilai-nilai
yang tumbuh dalam masyarakat, meski harus dikatakan baru sebatas demokrasi
prosedural, dalam proses pengambilan keputusan lebih mengedepankan voting
ketimbang musyawarah untuk mufakat, yang sejatinya merupakan asas asli
demokrasi Indonesia. Praktek demokrasi ini tanpa dilandasi mental state yang
berakar dari nilai-nilai luhur bangsa merupakan gerakan omong kosong belaka.
(Agustam, 2011:83).
5. Penerapan demokrasi Pancasila di Indonesia

Konsep demokrasi pancasila digali dari nilai masyarakat asli Indonesia


dengan nilai-nilai yang melekat kepadanya, seperti desa demokrasi, rapat
kolektivisme, musyawarah, mupakat, tolongmenolong dan istilah-istilah lain yang
berkaitan dengan itu. Tujuannya, memberikan pendasaran empiris sosiologis
tentang konsep demokrasi yang sesuai dengan sifat kehidupan masyarakat asli
Indonesia, bukan sesuatu yang asing yang bersal dari barat dan dipaksakan pada
realitas kehidupan bangsa Indonesia (Agustam, 2011).

Demokrasi yang digali dari kearifan budaya Indonesia tersebut mengalami


beberapa prioderisasi dalam proses implementasinya sebagai suatu keniscayaan,
dan tahapan tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini. Pelaksanaan
demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima priode:

1. Pelaksanaan demokrasi masa revolusi 1945-1950.


2. Pelaksanaan demokrasi masa orde lama.

a. Masa demokrasi liberal 1950-1959.

b. Masa demokrasi terpimpim tahun 1959-1965.

3. Pealaksanaan demokrasi masa orde baru tahun 1966-1998.

4. Pelaksanaan demokrasi masa transisi tahun 1998-1999.

5. Pelaksanaan demokrasi masa reformasi tahun 1999 sampai sekarang.

Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi Tahun 1945-1950 Indonesia masih


berjuang mengghadapi belanda yang ingin kembali ke Indonesia.Pada masa itu
penyelenggaraan pemerintah dan demokrasi Indonesia belum berjalan baik.Hal itu
disebabkan masih adanya revolusi fisik.Berdasarkan pada konstitusi Negara ,
yaitu UUD 1945, Indonesia adalah Negara demokrasi yang berkedaulatan
rakyat.Masa pemerintahan tahun 1945- 1950 mengindikasikan keinginan kuat dari
para pemimpin Negara untuk membentuk pemerintahan demokratis. Untuk
menghindari kesan bahwa Negara Indonesia adalah Negara absolute maka
dilakukan serangkaiaan Kebijakan untuk menciptakan pemerintahan demokratis.
Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Maklumat pemerintah No. X tanggal 16 oktober 1945 tentang perubahan


fungsi KNIP menjadi Fungsi parlemen.
b. Maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945 Mengenai pembentukan
partai politik.
c. Maklumat pemerintah tanggal 14 N0vember 1945 mengenai perubahan kabinet
ke kabinet parlementer.
Dengan kebijakan tersebut terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di
Indonesia.Sistem pemerintahan berubah menjadi system pemerintahan
parlementer. Cita-cita dan proses demokrasi masa itu trhambat oleh revolusi fisik
menghadapi belanda dan pemberontakan PKI madiun tahun 1948. Adapun
pelaksanaan Masa Demokrasi, sebagai berikut:
1. Masa demokrasi Liberal (1949-1959).
2. Masa demokrasi terpimpin(1959-1965).
3. Masa demokrasi orde baru(1965-1998).
4. Masa demokrasi transisi (1998-1999).
5. Masa deokrasi reformasi(1999-sekarang).
Daftar Pustaka

Agung, Wisnu. 2020. Demokrasi Pancasila. Binus University.

Agustam. (2011). Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem


Perpolitikan Di Indonesia. Jurnal Tapis. Vii, (12), 80-90.

Agustam. 2011. Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem


Perpolitikan Di Indoensia. Jurnal Tapis Vol.7 No.12.

Asshiddiqie, Jimly. (2011). Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta:
Sinar Grafika.

Marbun. 2003. Peradilan Administrasi Negara. Uii Press, Yogyakarta. Hal. 7


Meyer., T. 2005. Demokrasi Sosial Dan Libertarian. Jakarta: Friederich Ebert Stiftung.
Nugroho, Heru. 2012. Demokrasi Dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka Konseptual
Untuk Memahami Dinamika Sosial Politik Di Indonesia. Jurnal Pemikiran
Sosiologi Volume 1. No. 1.
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Hal.19.
Sulisworo, Dwi., T. 2012. Demokrasi. Program Studi Pendidikan Kerwarganegaraan.
Hibah Pembelajaran Non Konvensional. Universitas Ahmad Dahlan.
Weiner, Myron And Samuel P. Huntington. 1987. Understanding Political
Development. Boston: Little Brown.

Anda mungkin juga menyukai