Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“DEMOKRASI”

NAMA : MUHAMMAD SONI KHOLILI


NIM : 51904090015
PRODI: TEKHNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT

Jl. Raya Jabon KM.0,7, Tambak Rejo, Gayaman, Kec. Mojoanyar,


Mojokerto, Jawa Timur 61364
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu


negara sebagai upaya negara tersebut untuk mewujudkan kedaulatan rakyatnya semua
warga negara memiliki hak yang sama atau setara dalam. Menentukan pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan semua warga
negaranya untuk berpartisipasi langsung ataupun melalui perwakilannya dalam
perumusan pengembangan dan pembuatan hukum.

Demokrasi di Indonesia dipandang sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia, Selain


itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia hal itu bisa kita
temukan dengan banyaknya agama yang masuk dan berkembang di negar ini selain itu
banyaknya adat,suku,dan budaya Indonesia yang patut kita syukuri adanya. Hal itu
yang menjadikan Indonesia menganut sistem demokrasi sebagai landasannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang ditemukan maka dapat disimpulkan dan menemukan
beberapa rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas.

1. Apakah Demokrasi itu?


2. Jenis Demokrasi di Indonesia ?
3. Bagaimana sejarah Demokrasi di Indonesia ?
4. Demokrasi apa yang dianut oleh negara Indonesia ?
5. Fungsi Demokrasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahuipengertian demokrasi dengan prinsipnya


2. Mengetahui macam-macam demokrasi
3. Mengetahui sejarah demokrasi diindonesia
4. Mengetahui fungsi demorasi

BAB II
TINJAUAN MASALAH

2.1 Menjelaskan mengenai apakah itu demokrasi karena selama ini kita mengenal demokrasi
hanya sekedar mengenai kata demokrasi saja tapi tidak mengerti makna apa yang terkandung
dalam demokrasi tersebut.
2.2 Demokrasi apa yang dianut oleh negara Indonesia serta asal usul munculnya demokrasi di
Indonesia
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Demokrasi

Sejarah perkembangan demokrasi modern tidak dapat dilepaskan dari perkembangan yang
terjadi pada abad ke 19 di Eropa dan Amerika yaitu dengan adanya deklarasi tahun 1776 di
Amerika dan di Perancis Tahun 1789. Kedua deklarasi ini merupakan perkembangan yang
revolusioner terutama di bidang hak asasi manusia dan kedudukan yang sama di depan hukum,
meskipun hal ini telah dikenal jauh sebelum adanya kedua Revolusi tersebut. Dari perkembangan
tersebut muncul tuntutan-tuntutan bahwa kekuasaan

Negara tidak di tangan Raja tetapi di tangan rakyat. Revolusi yang terjadi di barat itu
membawa pengaruh besar dalam tataran pemikiran dan kehidupan manusia. Revolusi ini
didasarkan pada kondisikondisi nyata di barat, karena terjadinya perbedaan-perbedaan kelas di
masyarakat, kekuasan absolute negara dan juga gereja, telah menjadikan mereka sadar bahwa
terdapat jurang pemisah di dalam masyarakat, antara warga yang satu dengan yang lain. Revolusi
ini juga melahirkan negara-negara modern demokratis yang mana prinsip-prinsip hak-hak asasi
manusia dan kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) adalah unsur-unsur
yang mutlak harus ada dan tidak dapat diganggu gugat. Revolusi ini didasarkan pada
kepentingan, kebutuhan dan kondisi masyarakatnya yang tertindas. Namun demikian revolusi ini
pula telah melahirkan kelas-kelas baru antara pengusaha dan buruh dengan keadaan yang
berbeda, sementara negara tidak boleh mencampuri kepentingan dan urusan individu.

Dalam sejarah ketata negaraan selanjutnya dikenal negara hukum dalam arti sempit atau
formal dan ajaran luas atau material. Negara hukum formal kerjanya hanya menjaga agar jangan
sampai ada pelanggaran terhadap keamanan dan ketertiban seperti yang telah ditentukan oleh
hukum tertulis (undang-undang). Negara hanya bertugas melindungi jiwa, harta benda atau hak-
hak asasi manusia secara pasif dan tidak turut serta dalam bidang perekonomian dan
kesejahteraan rakyatnya. Negara yang model seperti itu disebut sebagai negara penjaga malam.
Negara hukum dalam arti luas ialah negara yang terkenal dengan istilah welfare state yang
bertugas menjaga keamanan dalam arti luas yaitu menyangkut kesejahteraan umum berdasarkan
prinsip-prinsip hukum yang benar dan adil sehingga hak-hak asasi manusia benar-benar terjamin.

Konsep Negara Hukum ini kemudian mulai berkembang dengan pesat sejak akhir abad ke-19
dan awal abad ke20. Di Eropa Barat Kontinental, Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl
menyebutnya dengan istilah Rechtsstaat, sedangkan di negara-negara Anglo Saxon, A.V. Dicey
menggunakan istilah Rule of Law. Menurut F.J. Stahl merumuskan unsur-unsur Rechtsstaat
dalam arti klasik sebagai berikut :

 Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

 Pemisahan atau pembagian kekuasaan negara untuk menjamin hak-hak azasi manusia;

 pemerintahan berdasarkan peraturan

 adanya peradilan administrasi.

Dalam perkembangan negara hukum, unsur-unsur yang dikemukakan oleh Stahl tersebut
kemudian mengalami penyempurnaan yang secara umum dapat dilihat sebagai berikut :

1. Yang didasarkan atas kedaulatan rakyat.

2. Bahwa pemerintah dalam melaksana kan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hukum atau peraturan perundang-undangan.

3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).

4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.

5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan
mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak
berada dibawah pengaruh eksekutif.

6. Adanya peran yang nyata dari anggotaanggota masyarakat atau warga negara untuk turut
serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah.

7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumberdaya
yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.
Menurut Sri Soemantri, bahwa suatu Negara hokum harus memenuhi syarat-syarat: :

1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hokum atau
peraturan perundangundangan

2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia

3. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara.

4. Adanya pengawasan dari badan-badan 4peradilan.

Pandangan ini tidak lepas dari sejarah munculnya Negara demokrasi (modern) karena
munculnya Negara demokrasi itu seiring dengan pengakuan persamaan hak di depan hokum
(equality before the law) dan hak-hak asasi manusia, sehingga Negara hokum yang demokratis
bercirikan pula adanya pembatasan kekuasaan oleh hokum untuk menghindari kekuasaan
sewenang-wenang penguasa dan adanya badan peradilan yang bebas dan tidak memihak. A.
Hamid S. Attamimi, yang mengatakan bahwa dalam abad ke-20 ini hampir tidak satu
negarapun yang menganggap sebagai negara modern tanpa menyebutkan dirinya “negara
berdasar atas 5 hukum” Adapun unsur-unsur Rule of Law menurut A.V. Dicey adalah sebagai
berikut:
o Supremasi aturan-aturan hukum (the absolute supremacy of predominance of reguler law)

o Kedudukan yang sama dihadapan hukum (equality before the law, or the equal subjection
of all classes to the ordinary law of the land administreted by ordinary law courts); c.
adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (a formula expressing the fact that with
us the law of constitution, the rules wich in foreign countries naturally form parts of a
constitutional code, are not the source but the consequense of the rights of individuals as
defined and 6enfor ced by the countries);

Unsur-unsur yang terdapat dalam kedua macam negara hukum tersebut di atas, baik
Rechtsstaat maupun Rule of Law mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan pokok
antara Rechtsstaat dengan Rule of Law adalah adanya keinginan untuk memberikan
perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang telah diimpikan berabad-abad
lamanya dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Faktor utama penyebab timbulnya
penindasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia itu, karena terpusatnya kekuasaan
negara secar mutlak apada satu tangan, yakni raja atau negara (absolut).

Karena itu adanya keinginan untuk memisahkan atau membagikan kekuasaan negara kepada
beberapa badan atau lembaga negara lainnya, merupakan salah satu cara untuk menghindari
terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan sekaligus memberikan jaminan serta
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Demikian pula harapan agar pemerintahan
dijalankan berdasarkan hukum atas dasar persamaan dihadapan hukum, terkandung maksud
untuk mewujudkan pemerintahan bukan oleh manusia tetapi oleh hukum (Government by laws,
not by men).

3.2 Pengertian Demokrasi

1. Pengertian Etimologis Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau
cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Secara bahasa, demos-cratein atau demos-
cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Konsep demokrasi lahir dari Yunani
Kuno yang dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke-4 SM-abad ke-6 M. demokrasi
yang dipraktekkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.
Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu berupa negara kota (polis) yang
penduduknya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya yang berpenduduk sekitar 300.000
orang. Meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para
anak, wanita, dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.Disebabkan karena
perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah penduduk, maka keadaan seperti yang
dicontohkan dalam demokrasi secara langsung mulai sulit diterapkan. Maka untuk menghindari
kesulitan itu dan agar rakyat tetap memegang kedaulatan tertinggi, dibentuklah badan perwakilan
rakyat. Badan inilah yang menjalankan demokrasi. Namun pada prinsipnya rakyat tetap
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi sehingga mulailah dikenal demokrasi tidak langsung
atau demokrasi perwakilan.

2. Pengertian Terminologis Demokrasi

Dari sudut terminologis, banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli politik.

 a. Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu
melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang
banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
 b. Hennry B. Mayo
Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
 c. C.F. Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat
politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
3.3 Macam – Macam Demokrasi

1.Dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat


 Demokrasi langsung (direct democracy) :
Yaitu rakyat secara langsung dapat membicarakan dan menentukan suatu urusan politik
kenegaraan.
 Demokrasi perwakilan atau tidak langsung (representative democracy) :
Yaitu aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakilnya yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat (parlemen).
 Demokrasi sistem referendum :
Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya yang duduk di parlemen tetapi dalam
melaksanakan tugasnya, parlemen dikontrol oleh rakyat melalui sistem referendum.

2. Dilihat dari dasar atau paham ideologi yang dianut


 Demokrasi liberal
Yaitu paham demokrasi dengan menitikberatkan pada ideologi liberalis yang cenderung
pada kebebasan individu atau perseorangan.
 Demokrasi rakyat
Yaitu demokrasi yang cenderung kepada kepentingan umum (dalam hal negara ini)
sehingga hak-hak politik rakyat dan kepentingan perseorangan kurang diperhatikan.
 Demokrasi pancasila
Merupakan ciri khusus demokrasi yang tidak hanya mencakup bidang politik saja,
melainkan juga bidang ekonomi, sosial, budaya, dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

3.Dilihat dari perkembangan paham


 Demokrasi klasik
Yaitu paham demokrasi yang menitikberatkan pada pengertian politik kekuasaan atau
politik pemerintahan negara.
 Demokrasi modern
Yaitu paham demokrasi yang tidak hanya mencakup bidang politik saja, melainkan juga
bidang ekonomi, sosial, budaya dan menwujudkan kesejahteraan rakyat.

4.Dilihat dari hubungan antara pemerintahan dengan rakyat


 Demokrasi liberal
Dalam demokrasi ini pemerintah dibatsi oleh undang-undang dan pemilihan umum yang
bebas diselenggarakan dalam waktu yang tetap.
 Demokrasi terpimpin
Dalam demokrasi ini terdapat keyakinan para pemimpin bahwa semua tindakan mereka
dipercaya oleh rakyat, tetapi menolak persaingan dalam pemilihan umum untuk
menduduki kekuasan.
 Demokrasi sosial
Demokrasi ini menaruh kepeduliannya kepada keadaan sosial dan egalitarianisme (paham
persamaan) bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.
 Demokrasi partisipasi
Demokrasi yang menekankan hubungan timbal balik antara penguasa atau pemimpin
dengan yang dipimpin.
 Demokrasi konstitusional
Demokrasi yang menekankan pada proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya dan
menekankan kerja sama yang erat diantara elite yang mewakili bagian budaya umum.

3.4 Prinsip-Prinsip Demokrasi

Pada dasarnya budaya demokrasi yang berlaku di dunia ada dua macam, yaitu demokrasi
konstitusional dan demokrasi proletar. 

1.  Demokrasi  Konstitusional 


Ciri  khas  demokrasi  konstitusional  bahwa pemerintah yang dimokratis adalah
pemerintah yang kekuasaannya terbatas dan tidak bertindak sewenang -wenang  terhadap warga
negaranya. pembatasan kekuasaan pemerintah tercantum dalam konstitusi atau pemerintah
berdasarkan konstitusi (constitutional government ). demokrasi konstitusional dianut antara lain
oleh negara -negara Eropa Barat, Amerika Serikat,  India, Pakistan, Indonesia, Filipina, atau 
Singapura.

2.   Demokrasi Proletar 


Demokrasi  proletar  adalah  demokrasi yang berlandaskan ajaran komunisme dan 
marxisme. paham demokrasi ini tidak  mengakui hak asasi warga negaranya. karena itu ajaran
demokrasi proletar bertentangan dengan ajaran demokrasi konstitusional. paham demokrasi 
proletar banyak dianut antara lain negara-negara Eropa Timur, Kuba, RRC, Korea Utara,
Vietnam, atau  Rusia,
Ada berbagai prinsip budaya demokrasi yang di kemukakan  oleh  tokoh-tokoh  demokrasi 
dunia  Namun secara umum,  inti dari  demokrasi itu adalah sama.
1.  Prinsip -Prinsip  Budaya  Demokrasi secara  Universal 
           Prinsip-Prinsip  demokrasi secara universal antara lain sebagai berikut.
 Kekuasaan  suatu negara yang sebenarnya berada di tangan rakyat atau kedaulatan ada di
tangan rakyat 
 Masing-Masing  orang bebas berbicara,  mengeluarkan pendapat,  beda pendapat,  dan
tidak ada paksaan.
Dari dua prinsip dasar tersebut, 
konferensi tahun 1965 menegaskan bahwa syarat-syarat negara demokrasi sebagai berikut.
a.   Adanya  Perlindungan  HAM  secara yuridis  konstitusional.
b.   Adanya  Kebebasan  mengeluarkan  pendapat.
c.   Adanya  Kebebasan   berserikat,  berorganisasi, dan beroposisi.
d.   Adanya  Pendidikan   Politik  warga negara.
e.   Adanya  Badan  peradilan  yang  bebas dan adil.

2.  Prinsip -Prinsip  Budaya  Demokrasi  Pancasila 


Pelaksanaan  demokrasi pancasila berarti  menjaga persatuan dan kesatuan bangsa  dan negara,
saling menghargai serta selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan permasalahan. kegiatan
sosial politik masyarakat atas dasar demokrasi pancasila, bersumber pada kepribadian dan
pandangan hidup bangsa.  hal ini tertuang dalam :
1. Pembukaan  UUD  1945 Aliena IV.
2. Batang  Tubuh  UUD  1945.
Dengan demikian,  prinsip keadilan dan kebenaran harus di tegakkan dalam mengambil suatu
keputusan. hal itu menyangkut harkat dan martabat manusia yang harus dihormati dan dijunjung
tinggi.  
Menurut Henry B.Msyo (Budiardjo,1980),sejumlah nilai yang menjadi landasan  pelaksanaan
demokrasi, yaitu sebagai berikut. 
1. Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan masyarakat secara damai.
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
4. Membatasi penggunaan kekerasan seminimal mungkin. 
5. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat, tercermin
dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan dan tingkah laku
Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip budaya demokrasi Pancasila berkait erat dengan
prinsip-prinsip budaya demokrasi secara universal. Kedua  prinsip tersebut sama-sama
menghormati dan mengakui hak asasi warga negara.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila antara lain sebagai berikut :


1. Kedaulatan ditangan rakyat
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
3. Pemerintah beradasarkan hukum konstitusi
4. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
5. Pengambilan keputusan atas musyawarah
6. Adanya partai polotik dan organisasi sosial politik
7. Pemilu yang demokratis

3.5 Ciri-ciri Negara Demokratis


Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu
tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

 Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik


langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
 Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
 Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
 Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
 Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
 Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
 Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
 Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
 Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).

3.6 Sejarah Demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang – surutnya. Masalah
pokok yang kita hadapi ialah bagaimana, dalam masyarakat yang beraneka ragam pola
budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi di samping membina suatu kehidupan
sosial politik yang demokratis. Pada pokoknya Demokrasi 20 Program Studi Pendidikan
Kerwarganegaraan | Hibah Pembelajaran Non Konvensional masalah ini berkisar pada
menyusun suatu system politik dimana kepemimpinanya cukup kuat untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi serta Nation Building, dengan partisipasi rakyat seraya
menghindarkan timbulnya diktator, apakah diktator ini bersifat perorangan, partai atau
militer. Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam
empat masa, yaitu:

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi (konstitusional) yang menonjolkan


peranan parlemen serta partai – partai dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi
parlementer.

b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak
aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan
landasanya, dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.

c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil

d. Masa Republik Indonesia IV, yaitu masa demokrasi pasca reformasi 1988 sampai
sekarang, yang cenderung mengalami banyak perubahan dari banyaknya partai politik
hingga pemilihan yang dilakukan secara langsung.
3.7 Proses Demokrasi di Indonesia

1.Orde Lama

 Demokrasi Liberal (1945-1959)

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno yang menjabat sebagai


ketua PPKI dipercaya merangkap jabatan menjadi presiden RI pertama. Kemudian PPKI
membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat dengan ketuanya Kasman Singodimejo. Komite
ini bertujuan untuk membantu tugas-tugas presiden. Kebebasan dan kemerdekaan untuk
berdemokrasi dalam tubuh KNIP justru membawa pemerintah RI kepada sistem parlementer
untuk menghindari kekuasaan presiden yang terpusat. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945
lahir memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang anggota KNIP.
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan membentuk banyak partai
atau multi partai sebagai persiapan pemilihan umum yang akan diselenggarakan bulan Juni 1946.
Tanggal 14 November 1945 terbentuklah susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer
(demokrasi liberal).
Berlakunya UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi liberal
tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan rakyat Indonesia, bahkan muncul tanda-
tanda perpecahan bangsa yang ditandai dengan pemberontakan PRRI Permesta, DI/TII yang
ingin lepas dari NKRI. Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara dalam
keadaan darurat. Untuk mengatasi, dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sistem demokrasi
liberal tidak berhasil dilaksanakan di Indonesia karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia.

 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya berisi usulan pembubaran konstituante, berlakunya
kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya
sehingga berakhirlah masa demokrasi liberal. Pada periode tahun 1959-1965 kekuasaan
didominasi oleh presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis,
dan makin meluasnya peranan TNI/Polri sebagai unsur sosial politik. Pada masa demokrasi
terpimpin ada tiga unsur kekuatan utama, yaitu Ir. Soekarno, PKI, dan Angkatan Darat. Pada
masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945, antara lain:

1) Pembentukan nasakom (nasionalis, agama, dan komunis).


2) Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur
hidup
3) Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden.
4) Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh presiden dan
penyelewengan lain dalam pelaksanaan pemerintahan.

Dalam demokrasi terpimpin jika terjadi ketidakmufakatan dalam sidang legislatif, maka
permasalahan itu diserahkan kepada presiden sebagai pemimpin besar revolusi untuk dapat
diputuskan. Akhirnya orde lama jatuh setelah terjadi peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965
dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah.

2.Orde Baru (1966-1998)

Berdasarkan pengalaman orde lama, pemerintahan orde baru berupaya menciptakan stabilitas
politik dan keamanan untuk menjalankan pemerintahannya. Orde baru berpendapat bahwa orde
lama terlalu longgar dalam pendirian partai politik sehingga berakibat lemahnya stabilitas
pertahanan dan keamanan negara. Stabilitas politik dan keamanan yang diciptakan justru
mengekang kelompok-kelompok kepentingan dan partai politik lain yang menginginkan
perubahan demokrasi. Media massa dan rakyat selalu di bayang-bayangi  ketakutan apabila ingin
melancarkan kritik kecuali atas izin pemerintah. Hal ini berakibat menurunnya mental serta
moral bangsa Indonesia, sehingga timbul KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Karena
banyak KKN yang terjadi, rasa percaya rakyat kepada pemerintah pun hilang, sehingga terjadi
unjuk rasa yang di pelopori oleh mahasiswa.

Pada akhir masa orde baru timbul krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini menimbulkan
gerakan massa rakyat yang menuntut diadakannya reformasi di segala bidang. Rezim orde baru
akhirnya jatuh dengan mundurnya Soeharto, selanjutnya kekuasaan di serahkan kepada B. J.
Habibie yang pada waktu itu menjabat sebagai wakil presiden.

3. Reformasi (1998-sekarang)

Kepemimpinan B. J. Habibie dinilai melanjutkan orde baru sehingga tidak mendapat


legitimasi dari rakyat dan kepemimpinannya tidak dapat dipertahankan. Pada pemilu tahun 1999
muncul K. H. Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI yang ke-4, yang terpilih secara
demokratis di parlemen. Dalam menjalankan pemerintahannya, Abdurrahman Wahid membuat
beberapa kebijaksanaan dan tindakan yang kurang sejalan dengan proses demokratisas, maka
pemerintahan sipilnya terpaksa tersingkir oleh sidang istimewa MPR.

Selanjutnya pimpinan RI beralih ke tangan Megawati Soekarnoputri yang pada waktu itu
menjabat sebagai wakil presiden. Ketidakpuasan rakyat akan pemerintahan presiden ke-5 RI ini
kembali timbul sehingga hampir saja terjadi krisis kepemimpinan. Pada 2004 dilaksanakan
pemilihan umum yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu ini menempatkan pasangan
Soesilo bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf  Kalla sebagai presiden dan wakil presiden.
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mempunyai komitmen untuk melaksanakan demokrasi
secara nyata sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera seperti yang di ungkapkannya pada
pidato kenegaraannya. Setelah masa kepemimpinan SBY-JK berakhir, diadakan pemilihan
umum kembali secara langsung pada tahun 2009, dan akhirnya pasangan Soesilo Bambang
Yudhoyono-Boediono terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dengan masa jabatan 2009-
2014.
Saat ini demokrasi Indonesia berjalan pada era digital, yaitu era yang disebabkan oleh
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat hampir dua dasawarsa ini.
Tentu saja era digital ini mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali sistem
demokrasi.

3.8 Fungsi Demokrasi

Tujuan utama dari sistem demokrasi ini adalah untuk menjamin hak-hak rakyat Indonesia dalam
penyelenggaraan negara. Berikut ini adalah beberapa fungsi demokrasi Pancasila secara umum:

1. Memastikan keterlibatan rakyat dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Misalnya


ikut memilih dalam PEMILU, ikut serta dalam pembangunan, menjadi anggota Badan
Perwakilan.
2. Memastikan berdirinya dan berjalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Memastikan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan sistem
konstitusional.
4. Memastikan tegaknya hukum yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
5. Memastikan terjadinya hubungan yang serasi dan seimbang antar lembaga negara.
6. Memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggungjawab.

BAB IV

4.1 Kesimpulan Dan Saran

Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat sebab dengan
demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin.
Penerapan demokrasi di berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi
masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam
suatu negara. Indonesia sendiri menganut demokrasi pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dan
diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.
   Implementasi demokrasi pancasila terlihat pada pesta demokrasi yang diselenggarakan
tiap lima tahun sekali. Dengan diadakannya Pemilihan Umum baik legislatif maupun presiden
dan wakil presiden terutama di era reformasi ini, aspirasi rakyat dan hak-hak politik rakyat dapat
disalurkan secara langsung dan benar serta kedaulatan rakyat yang selama ini hanya ada dalam
angan-angan akhirnya dapat terwujud.
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum membudaya.
Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di praktekan baik dalam keluarga,
masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
membudanyakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Mengatakan
“Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah menjadi
kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain, demokrasi telah
menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh kehidupanya
diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Namun, itu belum terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa sering warga
negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai demokrasi. Orang-orang kurang
menghargai kebabasan orang lain, kurang menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang
ditegakan, kesamaan kurang di praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal, musyawarah
kurang dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program atau mengatasi suatu masalah
bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam keluarga dan masyarakat kita sendiri, nilai-nilai
demokrasi itu kurang di praktekan
Daftar Pustaka

 Irawan, B. B. (2000). Perkembangan Demokrasi di Negara Indonesia. Perspektif, 5(3),


158–169.
 Purnaweni, H. (2004). Demokrasi Indonesia: Dari Masa Ke Masa. Jurnal Administrasi
Publik, 3(2), 118–131.
 Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, D. B. (2016). Demokrasi. Demokrasi, 177–201.
https://doi.org/10.14527/9786053184034.07
 https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
 https://www.kompasiana.com/josephineirene/59f348a5b3f5ca11ad025003/d
emokrasi-di-indonesia-dulu-hingga-kini?page=all
 https://www.maxmanroe.com/vid/umum/demokrasi-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai